Rangkuman Rumus Fisika Kelas X SMU soalmafia.wordpress.com 25 Februari 2017 Rangkuman Rumus Fisika X 1 Bab 1 Besaran dan Vektor 1. Alat Ukur Panjang Nama Alat a. Penentuan kuadran: Skala Terkecil Ketelitian/Ketidakpastian Mistar 1 mm Jangka Sorong 0,1 mm 0 < θ < 90◦ 0,5 mm II 90◦ < θ < 180◦ 0,05 mm = 0,005 cm III − + 3. Notasi Ilmiah: a · 10n , dengan 1 ≤ a < 10 4. Angka Penting: semua angka, kecuali nol di depan, adalah angka penting Aturan penjumlahan angka penting: ambil yang ketelitian/desimal paling kecil/sedikit Aturan perkalian angka penting: ambil yang angka penting paling sedikit massa kilogram kg [M] waktu sekon s [T] kuat arus listrik ampere A [I] suhu kelvin K [θ] jumlah zat mol mol [N] IV + − 270◦ < θ < 360◦ Perhitungan sudut berlawanan dengan arah jarum jam. b. Perbandingan Trigonometri De Sa sin θ = M cos θ = M tan θ = De i i Sa Depan Miring θ Samping c. Perbandingan trigonometri untuk sudut istimewa α 0◦ 30◦ 45◦ 60◦ 90◦ 37◦ 53◦ √ 1√ 1 1 3 4 sin α 0 2 2 3 1 2 2 5 5 √ √ 1 4 3 cos α 1 12 3 12 2 0 2 5 5 √ √ 1 3 4 tan α 0 3 3 1 3 4 3 d. Pedoman untuk nilai α: 90◦ Y Kuadran II Kuadran I sin dan cosec semua positif positif ◦ 180 0◦ 360◦ Kuadran III Kuadran IV tan dan cot cos dan sec positif positif 270◦ Ambil sudut terkecil antara R dengan sumbux Jangan lupa perhatikan kuadran dalam penentuan tanda ±! R α R α KI α α R R K III: ambil K IV: ambil K II: ambil A 180◦ + α 360◦ − α C B Maka hasil penjumlahan vektor A dan B (disebut sebagai resultan, R) dapat ditentukan dengan cara gambar sebagai berikut: [J] 1 da (deka) = 10 h (hekto) = 102 k (kilo) = 103 M (Mega) = 106 G (Giga) = 109 T (Tera) = 1012 P (Peta) = 1015 A 2A 1. Vektor adalah besaran yang memiliki besar/nilai dan arah. Contoh: Vektor A memiliki besar 2 cm dan memiliki arah 45◦ terhadap timur ke utara. 45◦ − − 180◦ < θ < 270◦ 3. Penjumlahan vektor Diketahui 3 buah vektor A, B dan C sesuai gambar berikut: Vektor 45◦ ◦ 180◦ − α 5. Besaran Pokok, Satuan dan Dimensinya: panjang meter m [L] 6. Awalan pada satuan SI: f (femto) = 10−15 p (pico) = 10−12 n (nano) = 10−9 µ (mikro) = 10−6 m (mili) = 10−3 c (centi) = 10−2 d (desi) = 10−1 Interval θ + + 2. Jenis-jenis kesalahan: a. kesalahan umum/keteledoran: kurang terampil menggunakan alat, salah membaca nilai b. kesalahan acak: akibat simpangan yang tidak dapat diprediksi, tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dikurangi dengan mengambil rata-rata pengukuran c. kesalahan sistematis: kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponen lain, kesalahan arah pandang cd y I Mikrometer Sekrup 0,01 mm 0,005 mm Cara baca jangka sorong: (skala utama + skala nonius × 0,01) ± 0,005 cm Cara baca mikrometer sekrup: (skala utama + skala putar × 0,01) ± 0,005 mm intensitas cahaya kandela Kuadran x 45◦ − A 45◦ −A adalah A yang dibalik arah 2. Trigonometri c soalmafia.wordpress.com, 25 Februari 2017 R= A A B A+ B B R C B R=B+ A A+C Cara Polygon Cara Jajaran Genjang Selain itu, resultan dua buah vektor F1 dan F2 juga dapat ditentukan dengan cara rumus: p R = F1 + F2 = F12 + F22 + 2F1 F2 cos α , dengan α adalah besar sudut antara F1 dengan F2 Jika β adalah sudut antara R dengan F1 , maka β dapat R F2 ditentukan dengan rumus: = sin α sin β Selisih dua buahpvektor: S = F1 − F2 = F12 + F22 − 2F1 F2 cos α 4. Vektor komponen Untuk vektor R yang membentuk sudut α terhadap sumbu-x, dapat diperoleh komponen Rx dan Ry , yang masing-masing searah dengan sumbu-x dan sumbu-y, yaitu: Rx = R cos α dan Ry = R sin α Untuk Kalangan Sendiri 2 Rangkuman Rumus Fisika X Ry Sebaliknya, jika diketahui komponen-komponen Rx dan Ry , maka R dan α dapat ditentukan dengan rumus: R= p Rx2 + Ry2 dan tan α = R α Rx Ry Rx 7. Untuk gerak jatuh bebas: a = g = 10 m/s2 dan v0 = 0 Untuk gerak lempar ke atas: a = −g = −10 m/s2 , di titik tertinggi: vt = 0 8. Jika diketahui grafik v − t, maka jarak tempuh adalah sama dengan luas daerah yang diarsir. v Luas daerah arsir = jarak tempuh dalam selang waktu t1 s/d t2 Bab 2 Gerak Lurus 1. Posisi: x Jarak (distance): hitung semuanya, tanda ⊖ diabaikan Perpindahan (displacement): awal - akhir, tanda ⊖ harus diperhatikan Contoh: suatu benda bergerak dari posisi O(0,0) ke P(4,0) lalu ke Q(4,3), maka: jaraknya = 4 (dari O ke P) + 3 (P ke Q) = 7 perpindahannya = 5 (dari O ke Q, Phytagoras) Q(4,3) O(0,0) P(4,0) v2 − v1 ∆v = 3. Percepatan (acceleration) rata-rata = ∆t t2 − t1 Percepatan sesaat = turunan dari kecepatan 4. Sedikit penjelasan tentang turunan: Untuk fungsi f (x), turunannya ditulis sebagai f ′ (x) (baca: f aksen) atau df /dx. Rumus turunan: Jika f (x) = a, maka f ′ (x) = 0 Jika f (x) = axn , maka f ′ (x) = a · n · xn−1 Jika f (x) = g(x) + h(x), maka f ′ (x) = g ′ (x) + h′ (x) 5. Gerak lurus beraturan (GLB): ciri-cirinya adalah v konstan. Rumus: s = v · t + s0 s s C B A s0 v konstan t t t vC > vB > vA karena lebih curam 6. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB): ciri-cirinya a konstan Rumus untuk GLBB: 1. s = v0 · t + 12 a · t2 2. vt = v0 + a · t 3. vt2 = v02 + 2 · a · s dengan s = jarak, v0 = kecepatan awal (m/s), vt = kecepatan akhir (m/s) dan a = percepatan (m/s2 ). Untuk perlambatan nilai a negatif. a v s v0 a konstan t t t2 t Jika daerah arsit berada di bawah sumbu-x, maka nilai luasnya negatif. Untuk jarak, abaikan negatifnya (mutlakkan), untuk perpindahan, tanda negatif tetap ada (arti negatif: benda bergerak ke belakang) Bab 3 Gerak Melingkar 2. Kelajuan (speed) = jarak total/waktu total Kecepatan (velocity) rata-rata = perpindahan/selang x2 − x1 ∆x = waktu = ∆t t2 − t1 Kecepatan sesaat = turunan dari posisi v t1 t c soalmafia.wordpress.com, 25 Februari 2017 1. sudut (θ), satuannya di Fisika harus dalam radian (rad) Ingat: 1 putaran = 360◦ = 2π rad, jadi 1 π rad = 180◦ 2. Rumus untuk gerak melingkar sama persis dengan rumus untuk gerak lurus, hanya saja: Gerak Lurus Gerak Melingkar Hubungan s (jarak) θ (sudut, rad) v (kecepatan) ω (kecepatan sudut) s=θ·r v =ω·r a (percepatan) α (percepatan sudut) a = α · r Ingat: rad tidak berdimensi, ω satuannya rad/s, α satuannya rad/s2 3. Jadi, untuk gerak melingkar beraturan (GMB) rumusnya menjadi: θ = ω · t + θ0 Untuk gerak melingkar berubah beraturan (GMBB) rumusnya menjadi: i. θ = ω0 · t + 21 α · t2 ii. ωt = ω0 + α · t 2 2 iii. ωt = ω0 + 2α · t 4. Periode (T , satuannya sekon) adalah selang waktu yang diperlukan untuk menempuh satu putaran. Frekuensi (f , satuannya Hz) adalah banyaknya putaran yang dilakukan selama satu detik. Rumusnya: n 1 1 t f= T = atau f = T = n t f T dimana n = jumlah putaran yang terjadi dalam selang waktu t 5. Ingat: ω = 2 · π · f = 2π/T 6. Percepatan sentripetal (as ) yaitu percepatan yang selalu tegak lurus terhadap kecepatan linearnya dan mengarah ke pusat lingkaran. v2 Rumusnya: as = atau as = ω 2 · r r 7. Hubungan roda-roda: a. sepusat/seporos, maka: ω1 = ω2 dan kedua roda searah b. bersinggungan, maka: v1 = v2 atau ω1 ·r1 = ω2 ·r2 , serta kedua roda berlawanan arah c. dihubungkan dengan tali, maka: v1 = v2 atau ω1 · r1 = ω2 · r2 , dan kedua roda searah Untuk Kalangan Sendiri Rangkuman Rumus Fisika X 3 Bab 4 Dinamika Partikel Hukum Newton 1: Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda yang mula-mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap. ΣF = 0 maka benda diam tetap diam, benda yang bergerak akan melakukan gerak lurus beraturan (GLB, v konstan) Hukum Newton 2: Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda. ΣF = ma Ingat: karena ada percepatan a, maka benda bergerak lurus berubah berarutan (GLBB), sehingga ketiga rumus GLBB dapat digunakan: s = v0 t + 12 at2 , vt = v0 + at dan vt2 = v02 + 2as Hukum Newton 3: Jika A mengerjakan gaya pada B, B akan mengerjakan gaya pada A, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Faksi = Freaksi Gaya Berat (w = weight): w = mg , dimana w = berat (N), m = massa (kg) dan g = percepatan gravitasi (ambil 10 m/s2 ) Ingat: w arahnya selalu tegak lurus ke bawah, menuju Bumi. Gaya Normal (N ): gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua permukaan yang bersentuhan, yang arahnya selalu tegak lurus pada bidang sentuh. Penentuan gaya normal: N w N =w N F w N =F +w N w N =w−F w N = w + Fy N Fy F θ w N = w − Fy Gaya Gesek(Fg = fg ) : selalu melawan gerak gaya gesek statis: benda belum bergerak gaya gesek kinetis: benda sudah bergerak rumus umum: fg = µN , N = gaya normal untuk statis: fs = µs N untuk kinetis: fk = µk N Jika gaya dorong ≤ µs N , maka fg = F (gaya dorong). Jadi µs N = fs maksimum Tetapi jika gaya dorong > fs , maka fg = fk = µk N Pemecahan gaya: Fx = F cos θ Fy = F sin θ Untuk bidang miring: wy = w cos θ wx = w sin θ N = wy dan fg = µN = µw cos θ Fy F θ N Fx fg wx θ 2 Gaya Sentripetal (Fs ): Fs = mas , dan as = m vr atau as = ω 2 r. Fs arahnya selalu ke pusat lingkaran. Untuk jalan di tikungan: a. datar kasar c. miring kasar v2 gr = µs v2 gr = b. miring licin v2 gr = tan θ µs +tan θ 1−µs tan θ Berat Semu di dalam lift: Gaya normal atau gaya desakan kaki seseorang di dalam lift adalah: a. lift diam, atau kecepatannya tetap: N = w = mg b. lift bergerak ke atas dengan percepatan a : N = m(g + a) b. lift bergerak ke bawah dengan percepatan a : N = m(g − a) Gerak Melingkar Vertikal: Tegangan tali (T): di titik A(titik tertinggi): T + w = mas di titik E (titik terendah): T − w = mas di titik C: T = mas di titik B: T + w cos θ = mas di titik D: T − w cos θ = mas A θ θ E B C D Semester Genap F tekan dengan sudut θ F tarik dengan sudut θ F Fy = F sin θ N θ Gaya Tegangan Tali (T ): T arahnya selalu menjauhi benda. Pada tali yang sama, nilai tegangan talinya tetap sama. Gerak Melingkar Vertikal pada sisi sebelah dalam/luar lingkaran √ Kelajuan kritis di titik tertinggi: vk = gr , dimana r adalah jari-jari lintasan. F tekan ke bawah F tarik ke atas F Jika benda tepat akan bergerak, maka: wx = fg = µs w cos θ, jadi µs = tan θ Jika benda bergerak dengan kecepatan tetap, maka ΣF = 0, sehingga wx = fk , jadi µk = tan θ w wy c soalmafia.wordpress.com, 25 Februari 2017 Bab 5 Optika Geometris 1. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang merambat tanpa memerlukan zat perantara/medium. Sifat-sifat cahaya: a. dapat dilihat mata b. arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya (gelombang transversal) c. memiliki energi d. dipancarkan dalam bentuk radiasi e. cepat rambatnya 3 · 108 m/s = 300.000 km/s f. mengalami pemantulan, pembiasan dan lain-lain 2. Bayang-bayang adalah daerah gelap dibelakang benda tidak tembus cahaya dan terletak pada layar waktu disinari cahaya. Ada 2 jenis bayang-bayang: bayang-bayang gelap (umbra) dan bayang-bayang kabur(penumbra) 3. Pemantulan teratur (specular reflection): berkasberkas sinar sejajar yang mengenai cermin datar dipantulkan sebagai berkas-berkas sinar sejajar Pemantulan baur/difus (diffuse reflection): berkasberkas sinar sejajar yang mengenai permukaan kasar, contohnya kertas, dipantulkan ke segala arah. Untuk Kalangan Sendiri 4 Rangkuman Rumus Fisika X 4. Hukum Pemantulan a. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar Pembagian Ruang pada Cermin Cekung: Rbenda + Rbayangan = 5 Benda Bayangan b. Sudut datang(i) = sinar pantul(r): i = r 5. Sifat bayangan pada cermin datar: a. maya, jadi bayangan terletak di belakang cermin b. sama besar dengan bendanya (perbesaran = 1) c. tegak dan berlawanan orientasi terhadap bendanya d. jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan ker cermin 6. Panjang cermin minimum agar dapat melihat bayangan tubuh seluruhnya: hcermin = 21 · horang l +1 Untuk 2 cermin sejajar: n = d · tan θ l: panjang cermin, d: jarak kedua cermin, θ: sudut datang sinar awal (terhadap garis normal), ⌊⌋ menyatakan pembulatan ke bawah. Banyak bayangan pada dua cermin yang membentuk 360 −1 sudut α: n = α Cermin Lengkung 5. Cermin Cekung (konkav/f ⊕/konvergen) Tiga sinar istimewa: a. Sinar datang sejajar sumbu utama cermin dipantulkan melalui titik fokus F b. Sinar datang melalui titik fokus F dipantulkan sejajar sumbu utama c. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan M dipantulkan kembali ke titik pusat kelengkungan tersebut Melukis Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung: a. Lukis dua buah sinar istimewa (biasanya digunakan sinar ke-1 dan ke-3). b. Sinar selalu datang dari bagian depan cermin dan dipantulkan kembali ke bagian depan. Perpanjangan sinar-sinar di belakang cermin dilukis sebagai garis putus-putus. c. Perpotongan kedua buah sinar pantul yang dilukis di langkah i. merupakan letak bayangan. Jika perpotongan didapat dari perpanjangan sinar pantul, bayangan yang dihasilkan adalah maya, dan dilukis dengan garis putus-putus. bayangan di depan cermin: nyata dan terbalik bayangan di belakang cermin: maya dan tegak c soalmafia.wordpress.com, 25 Februari 2017 Sifat Bayangan I IV maya, tegak, diperbesar II III nyata, terbalik, diperbesar III II nyata, terbalik, diperkecil f - tak terhingga M M nyata, terbalik, sama besar Rumus Umum: Perbesaran 1 1 s′ h′ d f1 = + ′ M= = s s s h di depan: s dan s′ ⊕ |M | > 1 maka diperbesar di belakang: s dan s′ ⊖ |M | < 1 maka diperkecil dimana: f : jarak fokus, M : perbesaran, s: jarak benda ke cermin, s′ : jarak bayangan ke cermin, h: tinggi benda, h′ : tinggi bayangan R f= dengan R = jari-jari kelengkungan cermin 2 6. Cermin Cembung (konveks/f ⊖/divergen) Tiga sinar istimewa: a. Sinar datang sejajar sumbu utama cermin dipantulkan seakan-akan datang dari titik fokus F . b. Sinar datang menuju titik fokus F dipantulkan sejajar sumbu utama. c. Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan M dipantulkan kembali seakan-akan datang dari titik pusat kelengkungan tersebut. Melukis bayangan pada cermin cembung: langkah sama seperti pada cermin cekung Pembagian Ruang pada Cermin Cembung: Rumus tetap sama: Rbenda + Rbayangan = 5 Tapi, nomor ruang untuk benda di depan cermin selalu IV, sehingga nomor ruang bayangan selalu I, maka sifat bayangan pada cermin cembung selalu: maya, tegak, diperkecil, di belakang cermin. 7. nyata = real, maya = virtual, terbalik = inverted, tegak = upright, sumbu utama = principal axis, jarak fokus = focal length, diperbesar = enlarged, diperkecil = diminished 8. Pembiasan Cahaya (Refraction) Hukum I Snellius: sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar. Hukum II Snellius: Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium rapat (contoh: dari udara ke air), maka sinar dibelokkan mendekati garis normal. Kebalikannya, jika sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka sinar dibelokkan menjauhi garis normal. Untuk Kalangan Sendiri Rangkuman Rumus Fisika X 5 Persamaan Snellius: a. n1 · sin i = n2 · sin r Ingat: f1 = f2 (frekuensi b. n1 · v1 = n2 · v2 tidak berubah), untuk udara, nu = 1 dan vu = c = c. n1 · λ1 = n2 · λ2 3 · 108 m/s Tiga Sinar Istimewa Lensa Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung Cembung Pembagian Ruang pada Lensa Cekung: Kedalaman semu: h′ = nh11 + nh22 + . . . Satu lapisan saja: h′ = n1a (pengamat di udara) h h′ h = na 1 Rumus pada Lensa Cembung dan Lensa Cekung sama dengan rumus pada cermin lengkung, perhatikan perbedaan tanda ⊕ dan ⊖ pada nilai f , beserta perbedaan tanda ⊕ dan ⊖ untuk s′ pada cermin dan lensa (pengamat di air) Pemantulan Sempurna yaitu sinar dipantulkan seluruhnya oleh permukaan zat kembalik ke dalam zat. Syarat terjadinya pemantulan sempurna: a. Sinar harus datang dari medium yang lebih rapat ke medium kurang rapat b. Sudut datang lebih besar daripada sudut kritis (i > ik ) Sudut kritis (ik ) yaitu besar sudut datang yang menghasilkan sudut bias sama dengan 90◦ , jadi: n2 n2 n2 dengan n2 < n1 sin ik = · sin r = ·1= n1 n1 n1 9. Lensa Cembung (konveks/f ⊕/konvergen) Tiga sinar istimewa: a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus aktif F1 . b. Sinar datang melalui titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu utama. c. Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa dibiaskan. Pembagian Ruang pada Lensa Cembung: Konvergen artinya mengumpulkan cahaya. Divergen artinya menyebarkan cahaya. Bayangan di depan lensa: sifatnya maya dan tegak Bayangan di belakang lensa: sifatnya nyata dan terbalik Di depan lensa: s⊕, s′ ⊖ Di belakang lensa: s⊖, s′ ⊕ 10. Lensa Cekung (konkaf/f ⊖/divergen) Tiga sinar istimewa: a. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seakan-akan berasal dari titik fokus aktif F1 . b. Sinar datang seakan-akan menuju titik fokus pasif F2 dibiaskan sejajar sumbu utama. c. Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa dibiaskan. c soalmafia.wordpress.com, 25 Februari 2017 11. Persamaan Pembuat Lensa: 1 nl 1 1 = −1 + f nm R1 R2 dimana: f : panjang fokus lensa, nl : indeks bias lensa, nm : indeks bias medium, R1 dan R2 : jari-jari kelengkungan lensa pada sisi ke-1 dan ke-2. Ingat: untuk sisi cembung, R⊕, sisi cekung R⊖, sisi datar R = ∞ sehingga R1 = 0 Ingat juga: nair = 1, 33 = 43 Khusus untuk nl = 1, 5 dan mediumnya air, maka fdi dalam air = 4fdi udara 12. Susunan dua lensa dengan sumbu utama berimpit: d = s′1 + s2 dan Mtotal = M1 × M2 d adalah jarak kedua lensa 13. Kekuatan Lensa: P = 1 untuk f dalam satuan f 100 untuk f dalam satuan centimef ter. Satuan P adalah dioptri (D) meter atau P = 14. Lensa Gabungan: Jarak fokus gabungan: 1 fgab = 1 f1 + 1 f2 + ... Kuat lensa gabungan: Pgab = P1 + P2 + . . . Peralatan Optik 1. Mata Bagian-bagian Mata a. kornea: bagian depan mata yang memiliki lengkung yang lebih tajam dan dilapisi oleh selaput cahaya b. cairan aqueous humor: cariran di belakang kornea c. Lensa mata: terbuat dari bahan bening, berserat dan kenyal. Lensa ini berfungsi untuk mengatur pembiasan yang disebabkan oleh cairan di depan lensa d. iris: selaput di depan lensa mata, berfungsi untuk memberi warna pada mata Untuk Kalangan Sendiri 6 Rangkuman Rumus Fisika X e. pupil: celah lingkaran yang dibentuk oleh iris. Lebar pupil diatur oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya yang mengenai mata. f. retina: permukaan peka cahaya di belakang mata, berfungsi untuk mengirimkan sinyal melalui saraf optik ke otak. Sifat bayangan pada mata: selalu nyata, terbalik dan diperkecil Daya akomodasi mata: kemampuan mata untuk mengubah jarak fokus lensa (dengan cara membuat lensa mata menjadi lebih cembung atau lebih pipih) untuk keperluar memfokuskan benda-benda pada berbagai jarak Titik dekat mata (punctum proximum/PP): titik paling dekat ke mata dimana suatu benda dapat diletakkan dan masih menghasilkan suatu bayangan tajam pada retina ketika mata berakomodasi maksimum. Untuk mata normal (emetropi), PP = 25 cm, kecuali soal memberikan nilai PP yang lain. Titik jauh mata (punctum remotum/PR): titik paling jauh benda di mana mata yang relaks (mata tidak berakomodasi) dapat memfokuskan benda. Untuk mata normal, PR = ∞. Cacat mata a. Miopi/Rabun Jauh/Terang Dekat/Nearsightedness: memiliki P R < ∞ s = −∞ dan s′ = −P R sehingga f = −P R Diatasi dengan kacamata lensa cekung (⊖, karena nilai f ⊖) b. Hipermetropi/Rabun Dekat/Terang Jauh/Farsightedness: memiliki P P > 25 s = 25 cm dan s′ = −P P Diatasi dengan kacamata lensa cembung (⊕, karena nilai f ⊕) c. Presibiopi/Mata Tua: diatasi dengan kacamata bifokal/rangkap d. Astigmatisma: diatasi dengan kacamata silindris 2. Kamera: fungsi/cara kerjanya seperti mata, perbedaan di cara memfokuskan lensa. Pada mata dengan daya akomodasi, pada kamera dengan menggeser posisi lensa. Ingat: fokus benda dekat, lensa digeser keluar (menjauhi kamera), sebaliknya, fokus benda jauh, lensa digeser mendekati kamera. Diafragma berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke lensa kamera (seperti fungsi iris pada mata) melalui celah (yang disebut aparture) Pergeseran lensa: d = s′1 − s′2 , dengan s′1 adalah jarak c soalmafia.wordpress.com, 25 Februari 2017 bayangan di situasi pertama dan s′2 adalah jarak bayangan di situasi kedua. Jika d⊕ maka pergeseran mendekati film. 3. Lup/Kaca Pembesar (lensa cembung) Ingat: pada penggunaan lup, benda selalu di Ruang I (s ≤ f ), sehingga bayangan selalu di Ruang IV (bayangan maya) a. Mata berakomodasi maksimum (s′ = −P P ), adalah PP +1 penggunaan normal lup: M = f b. Mata berakomodasi minimum/tidak berakomodasi PP (s′ = −P R = −∞), maka s = f dan M = f ′ c. Mata berakomodasi pada jarak x, maka s = −x PP PP dan M = + f x d. Mata tidak berakomodasi tetapi diketahui P R PP pengamat < ∞, maka s′ = −P R dan M = s 4. Mikroskop (fok > fob ): Terdapat dua jenis lensa cembung, yaitu lensa objektif (dekat ke benda) dan lensa okuler (dekat ke mata). Benda objektif di Ruang II sedangkan benda okuler di Ruang I. Okuler berfungsi sebagai lup. Sifat bayangan objektif: nyata, terbalik, diperbesar Sifat bayangan okuler (bayangan akhir): maya, terbalik, diperbesar a. Mata berakomodasi maksimum (penggunaan normal): s′ok = −P P, d = s′ob + sok s′ob PP M = Mob × Mok = × +1 sob fok b. Mata berakomodasi minimum : s′ok = −∞, sok = fok , d =s′ob + fok PP s′ob × M = Mob × Mok = sob fok d disebut panjang mikroskop, yaitu jarak antara lensa objektif dengan lensa okuler. 5. Teropong Bintang (fob > fok , sob = ∞, fob dan fok ⊕) a. Mata berakomodasi minimum (penggunaan normal): fob s′ok = −∞, sok = fok , d = fob + fok dan M = fok b. Mata berakomodasi maksimum: fob sok d disebut panjang teropong, yaitu jarak antara lensa objektif dengan lensa okuler. Sifat bayangan teropong adalah: maya, terbalik, diperbesar s′ok = −P P, d = fob + sok dan M = 6. Teropong Pantul: menggunakan cermin cekung besar sebagai lensa objektif Keuntungan menggunakan cermin untuk menggantikan lensa objektif: a. cermin lebih mudah dibuat dan lebih murah daripada lensa b. cermin tidak mengalami abrasi kromatik (penguraian warna) seperti pada lensa Untuk Kalangan Sendiri Rangkuman Rumus Fisika X c. cermin lebih ringan daripada lensa, sehingga lebih mudah digantung 7. Teropong Bumi: ada sebuah lensa tambahan, yaitu lensa pembalik (lensa cembung), berfungsi agar bayangan akhir menjadi tegak d = fob + fok + 4fp 8. Teropong Panggung/Teropong Galileo: lensa okulernya diganti menjadi lensa cekung (fok ⊖), agar bayangan akhir teropong menjadi tegak. Rumus sama dengan rumus pada teropong bintang, hanya saja nilai fok harus negatif. 9. Periskop: teropong yang dipasang pada anjungan kapal selam. Fungsinya untuk mengintai kapal-kapal musuh atau benda-benda di atas permukaan laut sewaktu kapal selam sedang berada di bawah permukaan air. Periskop terdiri dari dua buah lensa cembung sebagai objektif dan okuler serta dua buah prima sama kaki. Bab 6 Suhu dan Kalor 1. Termometer a. Kalibrasi Termometer: misal ada 2 termometer x dan y dengan info: x y y1 − y2 x1 − x2 suhu 1 x1 y1 = maka x1 − x3 y1 − y3 suhu 2 x2 y2 suhu 3 x3 y3 Biasanya x1 adalah titik batas atas (untuk air: 100◦ C) dan x2 adalah titik batas bawah (untuk air: 0◦ C) b. Empat jenis skala suhu: Celcius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin C : R : (F − 32) : (K − 273) = 5 : 4 : 9 : 5 artinya: dari C: R = 45 C, F = 95 C + 32 dan K = C + 273 dari R: C = 45 F , F = 94 R + 32 dari F: C = 59 (F − 32), R = 49 (F − 32) Untuk perubahan suhu: ∆C : ∆R : ∆F : ∆K = 5 : 4 : 9 : 5 2. Pemuaian a. pemuaian panjang: ∆l = l0 · α · ∆T b. pemuaian luas: ∆A = A0 · β · ∆T c. pemuaian volum: ∆V = V0 · γ · ∆T , dimana α, β dan γ adalah koefisien muai panjang, luas dan volum. Hubungan ketiga besaran itu adalah: β = 2α dan γ = 3α l = l0 + ∆l = l0 · (1 + α · ∆T ) A = A0 + ∆A = A0 · (1 + β · ∆T ) V = V0 + ∆V = V0 · (1 + γ · ∆T ) 3. Kalor: Q = m · c · ∆T dan Q = C · ∆T , dimana m: massa (gram atau kg), c: kalor jenis (J/kg ◦ C atau J/g ◦ C), khusus untuk air: cair = 4, 2 J/g ◦ C atau cair = 4200 J/kg ◦ C, C: kapasitas kalor (J/◦ C), Q: kalor (Joule atau kalori, 1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 kalori) c soalmafia.wordpress.com, 25 Februari 2017 7 Untuk perubahan wujud: Q = m · L , dengan L: kalor laten uap/ kalor laten lebur. Untuk es: Les = 80 kal/g, untuk uap air: Luap = 340 kal /g Asas Black: Qlepas = Qterima 4. Perpindahan Kalor:ingat, P = daya = Qt = laju kalor a. Konduksi: perpindahan kalor tanpa diikuti zat perantara/medium Q A P = = k · · ∆T , k: koefisien konduktivitas t l Contoh: memanaskan batang besi, panci b. Konveksi: perpindahan kalor disertai zat perantara Q = h · A · ∆T , h: koefisien koveksi t Contoh: angin, memasak air c. Radiasi: tidak memerlukan medium Q = e · σ · T4 · A P = t T : suhu, dalam Kelvin A: luas, ambil luas bola: A = 4πr2 e: emisivitas, untuk benda hitam: e = 1 σ: konstanta Stefan-Boltzman = 5, 67 × 10−8 W/m2 K4 Bab 7 Listrik Dinamis 1. Muatan dan Arus Listrik: Q = n · e , Q: muatan listrik (Coulumb, C), e: muatan satu elektron = 1, 6 · 10−19 C; n: jumlah elektron Q = I · t , I: kuat arus listrik (Ampere, A), t: selang waktu l , ρ: hambat jenis kawat, A l: panjang kawat, A: luas penampang kawat = πr2 = 1 πd2 4 2. Hambatan listrik: R = ρ · Hubungan antara tegangan dan hambatan listrik: V =I ·R 3. Susunan/Rangkaian Hambatan a. seri (R1 dilanjutkan R2 , dst): 1. arus tetap: I = I1 = I2 2. tegangan dipecah: Vtot = V1 + V2 3. hambatan pengganti: R = Rseri = R1 +R2 b. parallel: 1. arus dipecah: I = I1 + I2 2. tegangan tetap: Vtot = V1 = V2 3. hambatan pengganti: R1 = R1p = R11 + R12 4. Daya Listrik (P , satuannya Watt): P = V · I, P = V2 ,P R = I2 · R 5. Energi Listrik (W , satuannya Joule): W = P · t, W = V · I · t, W = V2 R · t, W = I 2 · R · t 6. Hukum Kirchoff I: ΣImasuk = ΣIkeluar Hukum Kirchoff II: ΣE + ΣI · R = 0 Untuk Kirchoff II, lihat satu contoh soal, pasti bisa 7. Tegangan Jepit: V = ε − I · r , dimana ǫ: ggl (gaya gerak listrik, yaitu tegangan baterai tanpa rangkaian, Untuk Kalangan Sendiri 8 Rangkuman Rumus Fisika X ǫ = n · ǫ1 jika terdapat n buah baterai identik yang disusun seri, r: hambatan dalam baterai 8. Intensitas Cahaya: I = P A Bab 8 Gelombang Elektromagnetik a. b. c. d. e. radio: untuk radio dan TV mikro: telepon/HP/microwave (untuk masak) infrared: remote control cahaya tampak: me, ji, ku, hi, bi, ni, u ultraviolet (UV): fotosintesis tumbuhan, bunuh bakteri (sterilisasi) f. sinar-X: rontgen g. sinar gamma (γ): terapi kanker Ingat: dari radio sampai sinar γ, frekuensinya meningkat, tetapi panjang gelombang menurun (sesuai rumus: v = f · λ) Kalau ada pemantulan: 2s = v · t Change Log: 25 Feb 2017: dinamika partikel bab 4, hitung gaya normal, ubah Fy = F sin θ c soalmafia.wordpress.com, 25 Februari 2017 Untuk Kalangan Sendiri