BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas darat dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar. Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi. Selain mempunyai potensi besar wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir (Dahuri et al., 1996). Ada beberapa masalah yang terjadi dalam pembangunan di kawasan pesisir dan lautan di Indonesia antara lain pencemaran, kerusakan fisik habitat, eksploitasi sumber daya yang berlebihan, abrasi pantai, pergeseran penggunaan lahan konversi kawasan lindung ke penggunaan lainnya, dan lain lain. Salah satu permasalahan yang paling penting saat ini adalah pergeseran pengunaan lahan konversi kawasan lindung ke penggunaan lainnya. 1 Salah satu ekosistem di pesisir yang mempunyai peranan penting yaitu hutan mangrove. Ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi ekologis, ekonomis dan sosial yang penting dalam pembangunan baik di dalam memelihara produktivitas perairan pesisir maupun di dalam menunjang kehidupan penduduk di wilayah tersebut. Bagi wilayah pesisir, keberadaan hutan mangrove, terutama sebagai jalur hijau di sepanjang pantai/muara sungai sangatlah penting untuk suplai kayu bakar, ikan dan udang serta mempertahankan kualitas ekosistem pertanian, perikanan dan permukiman yang berada di belakangnya dari gangguan abrasi, instrusi dan angin laut yang kencang. Meskipun demikian, kondisi hutan mangrove di Indonesia terus mengalami kerusakan dan pengurangan luas dengan kecepatan kerusakan mencapai 530.000 ha/tahun. Sementara laju penambahan luas areal rehabilitasi mangrove yang dapat terealisasi masih jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju kerusakannya, yaitu hanya sekitar 1.973 ha/tahun. Oleh karena itu, penulis akan lebih berfokus pada permasalahan pergeseran pengunaan lahan hutan mangrove ke penggunaan lainnya beserta upaya untuk memulihkan kembali hutan mangrove yang rusak agar dapat kembali memberikan fungsinya bagi kesejahteraan manusia dan mendukung pembangunan wilayah pesisir. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di sub-bab sebelumnya, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa saja permasalahan yang muncul pada lahan hutan mangrove? 2 2. Apa yang menyebabkan degradasi lahan hutan mangrove? 3. Bagaimana upaya untuk menangani permasalahan lahan hutan mangrove? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di sub-bab sebelumnya, tujuan penulisan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui permasalahan pada lahan hutan mangrove 2. Mengetahui penyebab degradasi lahan hutan mangrove 3. Menginformasikan upaya untuk lahan hutan mangrove 3