Uploaded by Khairunnisa Salsabila

Studi Kasus JD.ID

advertisement
JD.ID
Mengutip keterangan dari laman resminya, JD.ID akan berhenti menerima pesanan per
15 Februari 2023. Sementara itu, pada 31 Maret 2023 semua layanan maupun operasi akan
dihentikan. Dalam riwayatnya, JD.ID hadir di Indonesia pada November 2015. Mereka
diketahui sebagai anak perusahaan salah satu toko online terbesar asal China, yakni JD.COM.
Pada pendiriannya, mereka bekerja sama dengan firma ekuitas asal Singapura, yaitu Provident
Capital Partners.
Terbaru, mereka baru mengumumkan akan tutup permanen per 31 Maret 2023
mendatang. Padahal, pada Desember 2022 lalu, JD.ID masuk jajaran e-commerce dengan
traffic terbesar di Indonesia nomor 10. Adapun untuk alasan mengapa JD menutup layanannya
di Indonesia, kabarnya mereka ingin fokus kembali pada pertumbuhan bisnisnya di dalam
negeri (China). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa JD.ID tutup adalah
sebagai berikut :
1.
Kurangnya Loyalitas Temporer dengan Promo dan Diskon
Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima
Yudhistira, pasar di Indonesia terutama ecommerce B2C (business to consumer),
mengandalkan loyalitas temporer dengan promo dan diskon. Sementara JD.iD ia melihat
promo yang diberikan kurang sebesar pesaingnya.
2.
Kurangnya Edukasi Mengenai Produk Orisinal
Adanya sikap permisif pada konsumen digital di Indonesia. Artinya mereka
membenarkan bahwa membeli barang palsu itu tidak masalah dan dianggap tidak
melanggar aturan. Hal tersebut memang faktanya lebih menarik, karena adanya
perbedaan harga yang sangat signifikan.
3.
Kurangnya Faktor Marketing dibanding Pesaing Lain
Tutupnya layanan JD.ID juga karena faktor marketing. Di mana cara pemasarannya
tidak semasif pemain papan atas, meskipun di negara asalnya, China, platform ini
tergolong cukup besar. Tapi di indonesia biaya marketing dan pemasarannya tidak
semasif di negara lainnya.
4.
Pasar E-Commerce di Indonesia Dinilai Sudah Jenuh
Kenapa sudah jenuh? karena ecommerce itu makin mengerucut, kedua atau tiga
pemain besar yang produknya lengkap, cara pembayarannya lengkap, cara pengiriman
banyak bervariasi. Sehingga konsumen ketika mendownload suatu aplikasi mereka
keberatan switching ke ecommerce lain.
5.
Kehabisan Dana Segar
Kehabisan dana segar karena suntikan dana dari investor dihentikan. Induk usaha
JD.id dan partner VC-nya sedang melakukan pengetatan kucuran dana sebagai dampak
krisis global, sementara JD.id tak kunjung mencapai profitable growth. Akibatnya,
mereka melakukan refocusing dan pemprioritasisain ulang dengan pindah haluan ke
pasar dalam negeri. Alasan no market needs, flawed bis model, regulatory challenges,
dan product mistimed jelas tidak. Kenapa? Karena Tokopedia, Shopee, Lazada, Blibli,
dan Bukalapak telah terbukti sukses meraup pasar, tanpa ganjalan faktor-faktor tersebut.
Diketahui penutupan JD.id merupakan keputusan induk usahanya JD.com yang ingin
fokus di bisnis rantai pasok internasional dengan logistik dan pergudangan sebagai inti
bisnisnya. Selain itu mobilitas masyarakat saat ini sudah kembali normal, di mana banyak
orang belanja di tempat fisik. Jadi, kalau ada e-commcer yang tidak kuat untuk terus menerus
menarik dengan beberapa promo yang ditawarkan, maka siap-siap ditinggal konsumen.
Download