BEBERAPA MISKONSEPSI DALAM KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR Surabaya, 28 November - 1 Desember 2022 Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Miskonsepsi AN No Miskonsepsi 1 AN bertujuan untuk mengenalkan pemanfaatan IT 2 AN bertujuan untuk mengetahui salah satu kecerdasan yang dimiliki siswa. 3 Tujuan AN adalah untuk melihat kondisi dan ketersediaan sarpras. 4 Karena hasil AN akan digunakan untuk menilai kinerja dan prestasi sekolah, sekolah melakukan drilling (mengikutkan pengayaan atau Bimbel) kepada siswa untuk menyiapkan diri mengikuti AN. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Klarifikasi AN bertujuan untuk melakukan evaluasi kinerja sistem pendidikan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. AN memotret input, proses dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan yang dilaksanakan dengan bantuan perangkat IT untuk meningkatkan transparansi dan integritas dalam proses pengumpulan datanya. AN merupakan evaluasi untuk memotret mutu layanan pendidikan. Proses drilling perlu dihindari karena tidak dapat menggambarkan mutu layanan yang sebenarnya di satuan pendidikan. Miskonsepsi Guru Penggerak No Miskonsepsi 1 Semua Guru Penggerak akan menjadi Kepala Sekolah dan Pengawas 2 PGP dianggap sebagai program karpet merah yaitu digunakan sebagai jalur cepat untuk menjadi kepala sekolah dan pengawas, sehingga tugas utama guru dikesampingkan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Klarifikasi Sertifikat Guru Penggerak merupakan salah satu syarat pengangkatan Kepala Sekolah dan Pengawas. Namun, pengangkatan kepala sekolah maupun pengawas sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Miskonsepsi PSP No 1 Miskonsepsi Dalam seleksi Program Sekolah Penggerak: a. Penentuan pelaksana PSP berdasar kualitas guru dan sarpras b. Pemerintah daerah tidak dilibatkan dalam seleksi PSP c. Seleksi PSP angkatan III menggunakan metode sampling acak Klarifikasi a. Seleksi PSP berdasarkan kompetensi kepala sekolah terutama hal kepemimpinan pembelajaran. Seleksi dilakukan melalui tahapan: seleksi administrasi, penulisan esai, simulasi mengajar, dan wawancara yang diakhiri dengan pleno daerah. b. Dinas Pendidikan memberikan rekomendasi ketika kepala satuan pendidikan mengikuti seleksi PSP. Pemeringkatan calon kepala sekolah pelaksana PSP dilakukan bersama antara dinas pendidikan dan Kemendikbudristek saat pleno daerah. Dalam pleno daerah tersebut, dinas pendidikan dapat menambahkan maksimal 3 indikator dan bobot penilaian sesuai konteks masing-masing daerah. c. Seleksi PSP angkatan III dilakukan dengan metode yang sama dengan seleksi PSP angkatan sebelumnya. Cadangan PSP angkatan 1 dan 2 diprioritaskan sebagai pelaksana PSP angkatan III Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Miskonsepsi PSP No Miskonsepsi 2 Sekolah yang berhak menjadi pelaksana Program Sekolah Penggerak hanyalah sekolah yang memiliki capaian AN yang baik 3 Sekolah yang menjadi pelaksana Program Sekolah Penggerak adalah sekolah yang ada di daerah 3T 4 Sekolah Penggerak adalah Sekolah yang kualitasnya lebih baik dari Sekolah yang lain. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Klarifikasi Seleksi PSP berdasarkan kompetensi kepala sekolah terutama hal kepemimpinan pembelajaran. Seleksi dilakukan melalui tahapan: seleksi administrasi, penulisan esai, simulasi mengajar, dan wawancara yang diakhiri dengan pleno daerah. Sekolah-sekolah pelaksana PSP tersebar di semua karakteristik wilayah Indonesia, termasuk di daerah tertinggal maupun non-tertinggal Sekolah Penggerak mendorong transformasi secara bertahap pada satuan pendidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang holistik (kognitif dan karakter) diawali dengan peningkatan kompetensi SDM Guru dan Kepala Sekolah. Pada kenyataannya kondisi awal sekolah-sekolah penggerak cukup bervariasi. Miskonsepsi PSP No Miskonsepsi Klarifikasi 5 Guru di sekolah penggerak adalah Guru Penggerak Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak adalah dua program yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan. 6 Sekolah yang menjadi pelaksana Program Sekolah Penggerak sudah ideal dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Sekolah Penggerak wajib mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Proses adaptasi Implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilakukan secara bertahap. 7 Syarat usia kepala sekolah yang bisa mendaftar PSP, semata-mata untuk membatasi setiap sekolah mendaftar PSP Syarat usia Kepala Sekolah bertujuan untuk menjamin proses transformasi di satuan pendidikan pelaksana PSP dan memberikan kesempatan pengimbasan setelah masa intervensi PSP berakhir. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Implementasi Kurikulum Merdeka No Miskonsepsi Klarifikasi 1 Daerah mewajibkan implementasi Kurikulum Merdeka (terutama di 2023) dan/atau membuat SK sendiri Penerapan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan merupakan pilihan secara mandiri satuan pendidikan dengan cara mendaftar. SK penetapannya dikeluarkan oleh BSKAP. 2 Implementasi Kurikulum Merdeka merupakan bentuk digitalisasi pendidikan Implementasi Kurikulum Merdeka merupakan salah satu upaya pemulihan pembelajaran. 3 Jika sekolah menerapkan opsi mandiri berubah, maka akan mendapatkan bantuan (pendanaan atau sarpras) dari direktorat 4 IKM secara Mandiri tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat Tidak ada bantuan dalam bentuk pendanaan dan sarpras pada program implementasi IKM secara mandiri. Strategi dukungan IKM secara mandiri meliputi: pemanfaatan Komunitas Belajar (salah satunya melalui Sekolah Penggerak), Platform Merdeka Mengajar, Webinar Series, Mitra Pembangunan, Narasumber berbagi praktik baik (salah satunya melalui Sekolah Penggerak), dan penyediaan Helpdesk Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Miskonsepsi IKM No Miskonsepsi Klarifikasi 5 Pelaksanaan P5 memerlukan anggaran yang besar Pelaksanaan P5 dapat mengoptimalkan sumber daya dan pemecahan masalah yang ada di lingkungan sekolah 6 Kegiatan P5 berorientasi pada produk Kegiatan P5 menitikberatkan pada pemahaman akan konsep, penyelesaian masalah (problem solving) yang ada di lingkungan sekitarnya, dan penanaman karakter pelajar Pancasila. 7 Kegiatan P5 merupakan bagian dari ektrakurikuler atau intrakurikuler Dalam struktur kurikulum merdeka, P5 merupakan bagian terpisah dari ekstra dan intrakurikuler Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Miskonsepsi IKM No Miskonsepsi Klarifikasi 8 Merdeka belajar berarti siswa dibiarkan untuk belajar sendiri tanpa pendampingan Dalam Kurikulum Merdeka, Guru sebagai fasilitator selama proses pembelajaran agar siswa mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna 9 Projek dianggap Guru menjadi hal utama dalam pembelajaran Keseluruhan pembelajaran intrakurikuler, P5, dan ekstrakurikuler memiliki arti penting dalam membentuk hasil belajar secara holistik (kognitif dan karakter). 10 Implementasi Kurikulum Merdeka tidak Buku teks merupakan salah satu sumber bahan ajar yang dapat dapat menggunakan buku teks digunakan untuk melengkapi materi dalam kurikulum merdeka. kurikulum 2013 Guru dapat menggunakan setiap buku teks yg dapat mendukung pencapaian tujuan belajar, termasuk buku teks K-2013 Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Miskonsepsi Rapor Pendidikan dan PBD No Miskonsepsi Klarifikasi 1 Penguatan literasi hanya dimaknai Penguatan literasi dan numerasi merupakan tugas dari semua guru tugas guru bahasa indonesia, begitu dan segenap stakeholder pendidikan lainnya (Guru, Kepala juga numerasi dimaknai guru Sekolah, dan Orang tua) matematika 2 Semua rekomendasi yang ada dalam otomasi PBD harus terdapat dalam juknis BOS Tidak semua rekomendasi harus menggunakan anggaran, misalnya pemanfaatan platform PMM 3 Seluruh rekomendasi harus dilaksanakan Rekomendasi yang diberikan dalam otomasi PBD dapat dipilih sesuai dengan kondisi sekolah Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Miskonsepsi SMK-PK No Miskonsepsi Klarifikasi 1 SMK Pusat Keunggulan adalah SMK yang lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan sekolah lain yang non SMK-PK SMK pusat keunggulan adalah program pengembangan SMK dengan konsentrasi keahlian tertentu untuk peningkatan kualitas dan kinerja, yang kemudian menjadi SMK rujukan yang memiliki semangat pengimbasan SMK lain. Ada Program pendampingan yang dirancang untuk membantu SMK-PK untuk pencapaian output, termasuk dengan perguruan tinggi dan industri 2 Industri lebih mengutamakan bermitra dengan SMK-PK dibandingkan SMK non PK Industri lebih mengutamakan bermitra dengan Kepala SMK yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap kerja sama dengan industri 3 Syarat administrasi untuk mendaftar program SMK-PK sangat sulit untuk SMK kecil Salah satu syarat menjadi SMK-PK adalah minimal memiliki 216 siswa, akreditasi minimal B (kecuali SMK yang belum meluluskan) sehingga SMK kecil sekalipun masih memiliki kesempatan. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi TERIMA KASIH Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi