SUMMARY OF SYSTEMATIC REVIEW “PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIC PADA PASIEN COPD” Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Berbasis Bukti Oleh Theophylia Melisa Manumara (220120220001) PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2022 Langkah-langkah ringkasan untuk melakukan tinjauan sistematis 1. Nyatakan fokus, tujuan dan hipotesis a) Fokus : Efektifitas active cycle of breathing technic pada pasien COPD b) Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh active cycle of breathing technic pada pasien COPD. c) Hipotesis : Ada pengaruh active cycle of breathing technic pada pasien COPD. 2. Garis besar kriteria kelayakan, menyatakan jenis studi, jenis peserta, jenis intervensi dan hasil yang akan diperiksa a) Jenis Studi Jenis penelitian yaitu penelitian eksperimen dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan desain quasi eksperimen: non-equivalent control dan randomized controlled trials. b) Jenis peserta Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu pasien dengan COPD yaitu bronkhitis dan fibrosis yang dirawat di rumah sakit. Sampel yang diambil adalah bronkhitis dan fibrosis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 30 orang. 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi dalam systematic review ini antara lain : a. Pasien PPOK (Bronkhitis dan Fibrosis sistik) yang memiliki produksi sputum berlebih. b. Pasien PPOK (Bronkhitis dan Fibrosis sistik) yang memiliki pernapasan dyspnea. c. Pasien dengan PPOK eksaserbasi akut. d. Pasien usia 20-40 tahun. e. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan kooperatif. f. Pasien Bersedia menjadi responden. 2. Kriteria Ekslusi Kriteria ekslusi dalam systematic review ini antara lain : a. Pasien dengan status kesadaran tidak sadar. b. Pasien yang tidak dirawat di rumah sakit. c) Jenis intervensi Intervensi yang akan dilakukan yaitu active cycle of breathing technic pada kelompok intervensi dan memberikan booklet pada kelompok kontrol. Sebelum melakukan ACBT kedua kelompok melakukan pengukuran saturasi oksigen menggunakan oksimetri. Active Cycle Of Breathing Technic terdiri dari 3 tahap ACBT yaitu Breathing control, Thoracic expansion excercises (TEE), dan Forced expiration technique. Setelah dilakukan intervensi akan diukur nilai saturasi oksigen pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. d) Hasil yang akan diperiksa Hasil yang akan diperiksa dari penelitian ini yaitu produksi sputum, saturasi oksigen, dan fungsi paru. 3. Lakukan pencarian komprehensif dari semua sumber yang relevan untuk Sumber yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dari jurnal. Jurnal yang dipakai berdasarkan pencarian pada database Pubmed, Cochrane Library, Medeline, dan Google Scholar. Judul dan abstrak disaring untuk mengidentifikasi studi yang relevan. Kutipan diambil sebagai teks lengkap untuk evaluasi penerapan yang lebih rinci. Daftar referensi dari semua artikel teks lengkap yang termasuk dalam daftar pendek dan semua tinjauan sistematis yang ditemukan disaring. Jurnal-jurnal penelitian yang dipilih kemudian diidentifikasi berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan antara lain penelitian diperlukan untuk menggunakan desain eksperimental, melaporkan data asli primer yang berkaitan dengan teknik ACBT, dan dipublikasikan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. 4. Periksa studi untuk memutuskan kelayakan (jika mungkin dengan dua pengulas independen) Terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam pemeriksaan kelayakan studi yang akan digunakan dalam penelitian ini. a) Kualitas Artikel Penelitian Penilaian kualitas penelitian menggunakan alat atau instrument yaitu JBI Critical Appraisal. Format penilaian kualitas JBI Critical Appraisal pada penelitian ini menggunakan format penelitian quasi experiment dan randomized controlled trials. Format penilaian kualitas pada masing-masing jenis penelitian memiliki komponen yang berbeda, yaitu penelitian quasi experimental terdapat 11 komponen dan penelitian randomized controlled trials terdapat 13 komponen. Masing-masing format penilaian terdapat 4 kriteria jawaban, yaitu “ya”, “tidak”, “tidak jelas”, dan “tidak ada”. Literature atau jurnal yang dapat dikatakan baik dan valid untuk dijadikan bahan penelitian jika mendapatkan hasil diatas 50% dari penilaian tersebut. b) Generalisasi Artikel Penelitian Artikel yang dipilih memiliki kriteria sampel antara lain orang dengan kondisi pernapasan di mana produksi sputum kronis cenderung menjadi ciri (CF, bronkiektasis, bronkitis kronis) dianggap mewakili populasi di mana ACBT diindikasikan. Sementara produksi sputum kronis adalah ciri dari kondisi ini, kemungkinan ada variasi yang cukup besar dalam produksi sputum baik di antara dan di dalam populasi dengan kisaran volume sputum harian yang dilaporkan berbeda antara orang-orang dengan bronkitis kronis (5 hingga >50ml), dan bronkiektasis (20-500ml) Sampai saat ini, tidak ada informasi yang dapat ditemukan yang melaporkan ratarata volume sputum harian pada orang dengan cystic fibrosis. Generalisasi studi yang disertakan (seberapa representatif studi tersebut terhadap populasi yang diminati) dinilai secara terpisah dengan penilaian kritis JBI crithical apprasial. Generalisasi bukti ditentukan dengan menghitung persentase studi yang melibatkan peserta dengan penyakit pernapasan yang menghasilkan dahak kronis. Generalisasi diklasifikasikan sebagai sangat baik jika lebih dari 90 persen dari studi termasuk peserta dengan kondisi pernapasan dengan produksi sputum kronis, baik (75-90%), sedang (50-74%) dan buruk (<50%) (Lewis dkk, 2007). c) Peserta Peserta dalam penelitian ini yaitu pasien dengan COPD yaitu bronkhitis dan fibrosis sistik yang dirawat di rumah sakit berusia 2040 tahun. sebanyak 30 orang. d) Intervensi Dalam penelitian ini, intervensi yang digunakan yaitu active cycle of breathing technic yang terdiri dari 3 komponen yaitu 1) kontrol pernapasan, 2) FET, dan 3) latihan ekspansi toraks. e) Pembanding Dalam penelitian untuk pembanding sendiri tidak ada karena hanya fokus untuk melihat pengaruh dari active cycle of breathing technic pada pasien COPD. f) Hasil Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu adanya perbaikan dalam produksi sputum, saturasi oksigen, dan fungsi paru. 5. Buatlah tabel yang menjelaskan karakteristik studi No Judul Artikel 1 Effect of active cycle of breathing techniques in patients with chronic obstructive pulmonary disease: a systematic review of intervention. Penulis & Tahun Penulis : Meidi Shen, Yuewei LI, Xiangdong DING, Linqi XU, Feng LI 1, Hongjing LIN. Tahun : 2020. Tujuan Menyelidiki efektivitas ACBT pada pasien dengan PPOK. Metode Peserta Intervensi Hasil Metode yang digunakan yaitu A systematic review, dilakukan sesuai dengan PRISMA dan Pedoman Cochrane untuk systematic review. Peserta dalam penelitian ini berjumlah peserta 390 orang. Intervensi yang dilakukan yaitu teknik ACBT dan non ACBT. Untuk teknik non ACBT yaitu airway clearance therapies Durasi intervensi bervariasi dari sekali sampai empat minggu. Hasil penelitian diringkas sebagai produksi dahak, paruparu, fungsi, dan analisis gas darah. Hasil Systematic review ini menemukan bahwa ACBT dapat secara efektif meningkatkan produksi dahak dan efisiensi batuk di pasien PPOK. Efek fungsi paru-paru, gas darah analisis dan aspek lain dari pasien dengan PPOK masih kontroversial. Efek ACBT terhadap prudksi mukus. Pengukuran produksi sputum meliputi pengumpulan 1 jam pasca intervensi (1+jam) dan volume basah sputum 24 jam. Uji coba terkontrol secara acak dari Zhang (2019) menunjukkan bahwa ACBT benar-benar dapat meningkatkan 1+h dan 24-jam volume sputum basah dibandingkan dengan perawatan biasa termasuk pendidikan kesehatan, dukungan emosional, dukungan keluarga dan pelatihan fungsi pernapasan. Dalam uji coba terkontrol, ditunjukkan bahwa ACBT dikombinasikan dengan drainase postural efektif dalam meningkatkan 1+ jam dan Volume basah dahak 24 jam dengan penerimaan yang baik. Sejumlah kelompok Cina telah melaporkan hasil yang berbeda yang menunjukkan bahwa untuk kelompok lendir memiliki pengaruh yang signifikan yaitu adanya peningkatan volume basah sputum dalam 1 jam, sedangkan dalam 24 jam volume sputum basah tidak signifikan secara statistik setelah ACBT. Namun, volume basah sputum dalam 24 jam pada kelompok dahak meningkat secara signifikan. Selanjutnya efek ACBT terhadap fungsi paru-paru. Peneliti merangkum hasil pada FEV1, FVC, PEFR, FEF25-75%, FEF75-85%, RR dan SpO2 dari enam artikel terdiversifikasi difungsi paru. Zhang (2019) dan Guo et al ( 2019) masingmasing menyelesaikan program ACBT satu minggu pada tahun 2019. Kedua studi setuju bahwa ACBT secara signifikan meningkatkan FEV1 dan FVC, dibandingkan dengan perawatan biasa. Sebaliknya, Savci et al (2000) membandingkan ACBT dengan drainase autogenik dan setelah empat minggu menemukan bahwa tidak ada perbedaan statistik dalam FEV1, FVC, FEF25-75%, dan FEF75-85%. Menariknya, kami mengamati bahwa ACBT menghasilkan peningkatan PEFR yang signifikan, baik dibandingkan dengan perawatan biasa atau drainase autogenik. Namun, Richa (2010) melaporkan bahwa PEFR tidak berubah secara signifikan menggunakan ACBT bila dibandingkan dengan autogenik drainase, yang efektif dengan perawatan biasa. Fenomena ini juga terlihat pada RR dan SpO2. Sebuah uji coba terkontrol non-acak yang dilakukan oleh Zheng et al (2017) menggabungkan ACBT dan usia drainase postural, menunjukkan bahwa program bersama ini dapat meningkatkan SpO2 pada pasien dengan PPOK. Zhang Gan juga menunjukkan peningkatan SpO2 dalam sputum yang lebih sedikit kelompok. Kemudian efek ACBT pada analisis gas darah. Analisis gas darah mengukur pH darah, PaO2, PaCO2, dan SaO2. Zhang (2019) mempelajari efek satu minggu ACBT pada eksaserbasi akut pasien PPOK dan mencapai kesimpulan bahwa ACBT dapat secara efektif meningkatkan PaO2, PaCO2 dan SaO2. Pekerjaan oleh Guo et al ( 2019) mengkonfirmasi hal ini Menurut protokol penelitian Savci (2000) pasien dengan PPOK stabil menjalani intervensi ACBT dan menunjukkan peningkatan PaCO2 atau SaO2, tetapi tidak ada peningkatan yang signifikan dari pH dan PaO2. Efek ACBT pada aspek lain yaitu dengan melihat Skala Borg dan skala analog visual (VAS) digunakan untuk pengukuran dispnea. Uji coba terkontrol non-randomized dengan program ACBT tiga hari menunjukkan bahwa ACBT tidak meningkatkan skala VAS dalam pasien dengan PPOK. Pawadshetty et al (2016) menggunakan ACBT dan drainase autogenik sebagai intervensi dan kelompok kontrol, masing-masing, dalam uji coba terkontrol secara acak di India. Hasil menunjukkan bahwa perubahan dalam skala Borg adalah signifikan secara statistik. Namun, Savci et al (2000) yang melakukan penelitian serupa dengan Pawadshetty menyimpulkan bahwa tidak ada perubahan signifikan dalam Skala Borg atau Tes Jalan Kaki 6 Menit (6MWT). Secara acak uji coba terkontrol melihat perawatan standar dari pada drainase autogenic pada kelompok kontrol, menghasilkan statistik perbedaan yang signifikan untuk 6MWT dan Hb. Sebuah tiga-bersenjata uji klinis acak, memiliki perspektif yang unik tinggal di rumah sakit, mencatat bahwa penerapan ACBT dapat mempersingkat masa inap di rumah sakit dibandingkan dengan perawatan standar, sementara tidak ada perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan drainase autogenik. Ada dua percobaan dari efek dari intervensi tiga hari ACBT untuk akut PPOK eksaserbasi, yang menunjukkan bahwa efisiensi batuk setelah intervensi ACBT telah terbukti secara signifikan dibandingkan dengan perawatan standar. Selanjutnya, Zhang (2017) menemukan bahwa denyut jantung (HR) dari kelompok kurang 2 Effectiveness Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) with Pursed Lips Breathing Technique (PLBT) to tripod position in increase oxygen saturation in patients with COPD, West Sumatera. Penulis : Zuriati Zuriati, Melti Surya, dan Zahlimar. Tahun : 2019. Untuk melihat efektifitas Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) dan Pursed Lips Breathing Technique (PLBT) dan posisi tripod untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien COPD di Sumatera Barat. Serta membantu pasien untuk meningkatkan saturasi oksigen mereka, yang ditandai dengan berkurangnya sesak napas, dan saturasi dapat meningkat sehingga dapat diterapkan oleh memberikan posisi tripod dengan The Active Cycle of Breathing Teknik (ACBT). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan desain quasi eksperimen. Peserta dalam penelitian ini berjumlah 30 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu membagi dua kelompok eksperimen adalah kelompok pertama menggunakan posisi tripod dengan gaya dorong latihan pernapasan bibir dan kelompok kedua menggunakan posisi tripod dengan siklus pernapasan aktif, kemudian peneliti melakukan pretest dan posttest setelah diberikan intervensi. Pemberian intervensi ini dilakukan untuk tiga hari berturut-turut dengan 5 menit. dahak memiliki meningkat secara signifikan. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan peningkatan SaO2 antara sebelum dan sesudah administrasi posisi tripod dengan Active Cycle of Breathing Techniques (ACBT) p-value = 0,00 dan posisi tripod dengan Teknik Pernapasan Bibir Mengerucut (PLBT) nilai p 0,023. Hasil T-test, yang berarti memberikan posisi tri pod dengan The Active Cycle of Breathing Techniques (ACBT) pada pasien PPOK, dapat mengurangi sesak dan meningkatkan saturasi oksigen. Pemberian intervensi ini dilakukan untuk tiga hari berturut-turut dengan 5 menit. Teknik untuk memposisikan tubuh dan pernapasan adalah teknik fisioterapi yang biasa digunakan untuk meredakan dyspnea (Morrow, 2016). Pemberian posisi tripod pada pasien PPOK akan meningkatkan diafragma dan otot interkostal eksternal di posisi kurang lebih 45 derajat Diafragma adalah otot inspirasi utama, dan otot interkostal eksternal juga merupakan otot inspirasi. Otot diafragma, yang berada pada posisi 45 derajat, menyebabkan gaya gravitasi bumi untuk bekerja secara memadai pada otot inspirasi utama, sehingga memudahkan otot untuk bergerak ke bawah, meningkat volume rongga dada dengan meningkatkan vertikal panjangnya. Rongga dada yang membesar menyebabkan tekanan pada rongga dada untuk mengembang dan memaksa paru-paru untuk mengembang. Peningkatan proses ventilasi pada pasien dengan sesak napas yang telah diposisikan di tripod akan meningkatkan pelepasan karbon dioksida dan meningkatkan asupan oksigen ke dalam intra-alveolar sehingga saturasi dalam tubuh meningkat. Latihan pernafasan dengan Pursed-bibirs pernafasan terdiri dari lembut pernafasan dilakukan selama 46 kali melawan tahanan dari bibir yang tertutup sebagian dan gigi yang terkatup. Hal ini untuk mengontrol dan meredakan dispnea dan dapat dilakukan pada istirahat atau saat berolahraga. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa manfaat pernapasan bibir pada subjek dengan COPD termasuk penurunan frekuensi pernapasan dan hiperinflasi paru-paru, peningkatan PCO2 dan oksigen dalam darah, dan peningkatan volume tidal dan saturasi oksigen. Latihan pernapasan lainnya adalah Siklus Pernapasan Aktif Teknik (ACBT) adalah salah satu cara untuk membantu Anda mengeluarkan dahak dari dada. ACBT adalah satu set latihan pernapasan yang mengendur dan memindahkan dahak dari saluran udara Anda. ACBT adalah fisioteraoi yang terbaik yang diajarkan ACBT oleh fisioterapis. ACBT adalah latihan kontrol pernapasan, pernapasan dalam, dan latihan batuk, yang dilakukan dalam satu siklus sampai dada Anda bersih. Orang dengan masalah paruparu sering batuk dan menghasilkan lebih banyak dahak (dahak) dari biasanya. Ini penting untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru Anda untuk membantu Anda bernapas lebih banyak dengan mudah, mencegah infeksi dada dan mengurangi serangan batuk. Meninggalkan dahak di dada dapat membuat kondisi Anda lebih buruk. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dapat telah menyimpulkan dapat ditarik dengan pasien dengan paru-paru kronis penyakit dengan gejala sesak nafas karena salah satu mereka mengalami akumulasi sekret sehingga aliran udara menjadi terhambat dan oksigen mencapai alveolus sedikit. Jadi ini penelitian akan membantu pasien untuk meningkatkan saturasi oksigen mereka, yang ditandai dengan berkurangnya sesak napas, dan saturasi dapat meningkat sehingga dapat diterapkan oleh memberikan posisi tripod dengan The Active Cycle of Breathing Teknik (ACBT). 3 Role of active cycle of breathing technique for patients with chronic obstructive pulmonary disease: A pragmatic, randomized clinical trial. Penulis : MD Shena, YW Li, LQ Xua , HY Shi, YY Ni, HJ Lin, F Li. Tahun : 2021. Untuk mengeksplorasi pengaruh siklus aktif teknik pernapasan (ACBT) pada viskositas dan produksi dahak pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu randomized clinical trial untuk membandingkan efek dari siklus aktif teknik pernapasan (ACBT) vs perawatan biasa saja dalam pengobatan pernapasan menggunakan alokasi 1: 1 perbandingan. Pendaftaran studi, pengacakan, dan implementasi adalah dilakukan di Rawat Inap Departemen Ilmu Penyakit Pernafasan di Pusat Medis di Changchun, Cina. Peserta dalam penelitian ini yaitu pasien rawat inap karena penyakit paru obstruktif kronik yang memenuhi kriteria kelayakan tambahan diacak ke siklus aktif teknik pernapasan (n = 50) atau kelompok perawatan biasa (n = 50). Intervensi yang dilakukan yaitu peneliti membagi kelompok menjadi dua kelompok. Pasien dalam kelompok intervensi menerima intervensi selama seminggu dari ahli terapi fisik yang berpengalaman. Pasien dalam kelompok perawatan biasa menerima perawatan biasa serta informasi dan saran dalam terang rencana kesehatan mereka dari pengobatan pernapasan. Hasil utama adalah perubahan pada dahak viskositas dan produksi. Pada kelompok ACBT. Teknik pernapasan siklus aktif melibatkan tiga langkah: kontrol pernapasan, latihan ekspansi dada, dan teknik ekspirasi paksa (Üzmezoglu et al., 2018). Dalam kontrol pernapasan, pasien duduk dengan nyaman di kursi dan bernapas dengan kecepatan dan kedalaman normal menggunakan dada bagian bawah. Dalam latihan ekspansi toraks, ahli terapi fisik beristirahat tangannya di epigastrium pasien dan membimbing pasien bernapas sehingga mereka bernapas dengan lambat dan dalam menggunakan dada bagian bawah, lalu menahan napas selama 2 detik Teknik pernapasan siklus aktif meningkat secara signifikan produksi dahak dan fungsi pernapasan pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik, terutama pada mereka yang Inisiatif Global untuk klasifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis tingkat 3, tetapi tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam viskositas dahak, kualitas hidup, atau efektivitas biaya pengobatan. Lebih-lebih lagi, hasil kami menunjukkan bahwa program mingguan dari siklus aktif teknik pernapasan merupakan terapi yang aman dan layak untuk pasien penyakit paru obstruktif kronik. Peningkatan kekentalan dan produksi sputum dapat bermanfaat bagi pasien penyakit paru obstruktif kronik untuk menghilangkan peradangan dan memperbaiki gejala pernapasan mereka. Tinjauan literatur sistem atic (Cabillic et al., 2018) mendukung hipotesis bahwa teknik pernapasan siklus aktif memiliki efek yang menguntungkan pada pasien dengan produksi sputum. Sebagai pengobatan komplementer, teknik pernapasan siklus aktif dapat meningkatkan dahak produksi dalam jangka pendek dan setara dengan fisik lainnya terapi. Seperti disebutkan sebelumnya, untuk peserta dengan gangguan pernapasan kondisi yang ditandai dengan produksi sputum dan menghembuskan napas sepenuhnya; ini diulang dua atau tiga kali, kemudian pasien kembali ke kontrol pernapasan. Untuk teknik ekspirasi paksa, terapis fisik meminta pasien untuk menarik napas dalamdalam sambil secara bersamaan mengontraksikan otot perut dan menjaga mulut. dan tenggorokan terbuka. Mereka kemudian menahan napas selama 2 detik, diikuti dengan menghembuskan napas kuat-kuat, membuat suara “ha” untuk merangsang batuk. Kemudian kontrol pernapasan diulang sampai pasien siap untuk memulai siklus lain. Setiap teknik pernapasan siklus aktif standar panjangnya sekitar 2 menit dan diulang selama 15-20 menit. Itu teknik pernapasan siklus aktif direncanakan untuk semua pasien dan dilakukan oleh terapis fisik yang sama. Dalam waktu seminggu intervensi, setiap pasien dalam kelompok ini melakukan siklus aktif teknik pernapasan dua kali sehari. Sedangkan pada kelompok perawatan biasa pasien dalam kelompok perawatan biasa tidak menerima terapi pernapasan kronis, teknik pernapasan siklus dihipotesiskan mengarah pada jangka pendek peningkatan berat basah dahak, yang dikonfirmasi oleh kami hasil (Lewis et al., 2012). Kami menentukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam viskositas dahak, yang mungkin karena ini jarang dipengaruhi oleh terapi fisik. Untuk meningkatkan kekentalan dahak produksi, sebuah program yang menggabungkan teknik pernapasan siklus aktif dan teknologi lainnya dapat digunakan untuk memberi pasien keuntungan tambahan. Selanjutnya, teknik pernapasan siklus aktif telah disarankan untuk meningkatkan laju aliran ekspirasi puncak dan mengurangi dispnea pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik, yang juga setuju dengan hasil kami (Vishvanath et al., 2016). Faktanya, peningkatan fungsi paru-paru dan saturasi oksigen arteri lebih banyak bermanfaat untuk mengurangi dispnea dan meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari pada pasien penyakit paru obstruktif kronik. Percobaan acak yang diterbitkan sebelumnya (Richa dan Rajeev, 2010) memberikan hasil yang menarik; peningkatan yang signifikan dalam oksigen arteri saturasi dan lama tinggal di rumah sakit dilaporkan untuk 4 Role of the active cycle of breathing technique combined with phonophoresis for the treatment of patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD): study protocol for a preliminary randomized controlled trial. Penulis : M. D. Shen, L. R. Guo, Y. W. Li, R. T. Gao, X. Sui, Z. Du, L. Q. Xu, H. Y. Shi, Y. Y. Ni, X. Zhang, Y. Pang, W. Zhang, T. Z. Yu dan F. Li. Tahun : 2021. Untuk mengeksplorasi keefektifan dan keamanan kombinasi bahan aktif siklus teknik pernapasan dan fonoforesis dalam merawat pasien PPOK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu single-blind randomized controlled trial. Peserta dalam penelitian ini yaitu 75 pasien rawat inap didiagnosis dengan PPOK dengan produksi sputum yang berlebihan. Ukuran sampel dihitung dengan menggunakan perangkat lunak PASS 2019. siklus aktif. Mereka menerima perawatan biasa serta informasi dan saran mengenai rencana kesehatan mereka dari Departemen Kesehatan Kedokteran Pernafasan. Pasien dalam kelompok perawatan biasa menerima informasi dan saran pernapasan, termasuk otot pernapasan pelatihan,pengetahuan terkait penyakit, gaya hidup, olahraga, aktivitas fisik, dan psikologi dari perawat primer. Konseling telepon layanan yang diberikan oleh perawat staf. Intervensi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu peneliti akan membagi pasien kedalam tiga kelompok. Kelompok pertama yaitu kelompok intervensi. Kelompok intervensi akan diberikan active cycle of breathing techniques kombinasi dengan phonophoresis. Pada kelompok intervensi ini pasienpasien ini akan menerima kedua siklus pernapasan aktif teknik dan fonoforesis selama periode intervensi 1 minggu. Siklus aktif teknik pernapasan terdiri dari tiga komponen utama (Tang, 2010) : kontrol pernapasan, latihan ekspansi dada, dan teknik eksaserbasi akut pasien penyakit paru obstruktif kronik dibandingkan dengan perawatan biasa. Namun, dibandingkan dengan flutter, ada tidak ada perbedaan yang signifikan dalam saturasi oksigen arteri, rawat inap di rumah sakit, laju aliran ekspirasi puncak, atau laju pernapasan, yang mungkin jelaskan mengapa teknik pernapasan siklus aktif sama bermanfaatnya untuk pasien penyakit paru obstruktif kronik sebagai saluran napas lainnya terapi pembersihan. Hasil peneitian menunjukkan produksi berlebihan dan peningkatan kekentalan dahak adalah umum di antara pasien PPOK. Studi sebelumnya telah mencoba untuk memecahkan masalah ini dengan siklus aktif teknik pernapasan, tanpa hasil yang sepenuhnya memuaskan (Ides dkk, 2011). Dapat dilihat dari laporan sebelumnya bahwa airway pembersihan adalah proses yang kompleks, dan ekspektorasi yang memadai mungkin membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan dengan memuaskan (Mcilwaine, 2014). Dengan demikian kami mengusulkan program intervensi siklus aktif teknik pernapasan yang dikombinasikan ekspirasi paksa. Langkah pertama yaitu breathing control. Pasien duduk dengan nyaman di kursi dan bernapas secara normal menggunakan dada bagian bawah. Langkah kedua yaitu Thoracic expansion exercise. Pada tahap ini Terapis fisik meletakkan satu tangan di epigastrium dan membimbing pasien untuk bernapas perlahan dan dalam menggunakan dada bagian bawah. Ini diikuti dengan menahan napas selama 2 detik dan menghembuskan napas sepenuhnya. Ini diulang dua atau tiga kali sebelum kembali ke kontrol pernapasan. Langkah ketiga yaitu Forced expiration technique. Terapis fisik membimbing pasien untuk menarik napas dalam-dalam, sementara secara bersamaan mengkontraksikan otot perut dan menjaga mulut dan tenggorokan terbuka. Pasien kemudian menahan nafas selama 2 detik diikuti dengan pernafasan yang kuat, membuat a Suara “ha” untuk merangsang batuk. Pasien kemudian kembali ke kontrol pernapasan sampai siap untuk memulai yang lain siklus. Dalam 1 minggu intervensi, setiap dengan fonoforesis untuk mengeksplorasi cara terbaik untuk manajemen dahak di antara pasien PPOK. Teknik pembersihan jalan napas , pengobatan, dan pelatihan latihan rehabilitasi adalah efektif dalam mengeluarkan dahak (Okan, 2020). Oleh karena itu, peneliti kombinasikan latihan olahraga dengan fisioterapi dapat diterapkan pada pasien muda dengan cystic fibrosis, sebuah proyek intervensi komprehensif yang telah menghasilkan peningkatan yang signifikan pada produksi dahak, oksigen saturasi, dan fungsi paru-paru jangka pendek (Kriemler, 2016). pasien dalam kelompok ini akan menerima teknik pernapasan siklus aktif dua kali sehari yang dilakukan oleh fisik yang sama dokter. Prosedur fonoforesis dikembangkan oleh dokter pernapasan, rehabilitator, pengasuh, dan lainnya pemangku kepentingan. Dalam penelitian ini, mereka akan dipimpin oleh yang sama dokter pernapasan berpengalaman di rumah sakit yang tidak akan terlibat dalam siklus aktif teknik pernapasan. Dokter memeriksa peralatan dan mempersiapkan tambalan steril sebelum memulai. Selanjutnya, asetilsistein ditempatkan ke patch steril. Pasien diauskultasi dan ditandai oleh dokter pernapasan berpengalaman yang sama untuk menentukan lokasi akumulasi dahak. Emitor dan patch dengan cairan kemudian diterapkan pada posisi yang ditandai. Frekuensi akan disesuaikan hingga 20 kHz, dengan kedalaman 10 mm–150 mm dan intensitas 0,8 W/cm2 , dan pengobatan akan dilanjutkan selama 20 menit Prosedur ini dilakukan dua kali sehari selama periode intervensi. Jika pasien mengalami luka bakar pada kulit atau intoleransi selama eksekusi, hentikan intervensi langsung. Kelompok kedua yaitu kelompok perbandingan 1. Pada kelompok ini akan diberikan intervensi active cycle of breathing technique. Kelompok pembanding 1 akan menerima siklus aktif yang sama dari pernapasan, terdiri dari kontrol pernapasan, toraks latihan ekspansi, dan ekspirasi paksa, sebagai kelompok intervensi. Ini juga dilakukan dua kali sehari selama periode intervensi 1 minggu, selama 20 menit per siklus. Pasien-pasien ini akan menerima agen mukolitik dengan inhalasi. Dan kelompok ketiga yaitu kelompok pembanding 2. Instrumen konduktansi fonoforesis (NAVA 01TD) digunakan untuk memberikan obat di rumah sakit pasien PPOK, menggunakan agen mukolitik yang sama yang digunakan untuk kelompok intervensi. Para pasien akan menjalani fonoforesis dua kali sehari selama 1 minggu periode intervensi selama 20 menit setiap kali. Hasil utamanya 5 Effectiveness of Active Cycle of Breathing Technique along with Postural Drainage Versus Autogenic Drainage in Patients with Chronic Bronchitis. Penulis : Taniya Singh, Niraj Kumar, Nishu Sharma, dan Anirban Patra. Tahun : 2019. Tujuan utama dari studi ini adalah: 1. Untuk menemukan efek dari siklus aktif pernapasan teknik dengan drainase postural pada kronis pasien bronkitis. 2. Untuk menemukan efek drainase autogenik di Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan desain quasi experimental. Peserta dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dengan bronkitis kronis berusia antara 30-60 tahun. Dipilih sesuai untuk kenyamanan (purposive) sampling adalah perubahan kekentalan dahak dan produksi, fungsi paruparu, dan oksimetri nadi. Hasil sekunder termasuk penilaian COPD dan kecemasan, diukur dengan skala Tes Penilaian COPD dan Inventarisasi Kecemasan untuk Penyakit Pernafasan, masing-masing; kepuasan diri; tingkat kerjasama; dan panjang hari rawat di rumah sakit. Semua ukuran hasil, dengan pengecualian produksi sputum dan hasil sekunder tambahan, akan dinilai pada awal penelitian dan setelah intervensi 1 minggu. Analisis varians akan digunakan untuk menyelidiki perbedaan antara kelompok, dan nilai p kurang dari 0,05 (dua sisi) akan dianggap signifikan secara statistik. Intervensi dari penelitian yaitu peneliti membagi kelompok menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen A dan kelompok kontrol B. Semua peserta mengambil bagian dalam percobaan secara sukarela setelah menandatangani formulir persetujuan dan data demografis dikumpulkan dari masing-masing Subjek. Kelompok dinilai sebelum sesi pelatihan Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hasil yang signifikan antara siklus aktif teknik pernapasan bersama dengan drainase postural dan drainase autogenik di pembersihan sekresi dan oksigenasi secara klinis didiagnosis pasien dengan bronkitis kronis. Di dalam studi, siklus aktif teknik pernapasan dengan drainase postural dan drainase autogenik adalah efektif secara individual tetapi secara komparatif tidak ada perbedaan yang pasien bronkitis kronis. 3. Untuk membandingkan efek dari siklus aktif teknik pernapasan bersama dengan postural drainase di atas drainase autogenik kronis pasien bronkitis. berdasarkan kriteria seleksi. untuk mengecualikan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya. Peneliti menjelaskan secara singkat mengenai durasi pengobatan untuk kedua kelompok diberikan seperti yang tercantum di bawah ini: Durasi per sesi: 15 menit / sesi Jumlah sesi per hari: 1 sesi / hari. Durasi studi: 1 bulan, Nilai pra & pasca uji O2 saturasi, Puncak laju aliran ekspirasi, produk tekanan laju dan Tingkat pengerahan tenaga yang dirasakan dicatat sebelum dan pada akhir bulan pengobatan. Grup A diobati dengan siklus aktif teknik pernapasan (ACBT) dengan drainase postural dan Grup B diterima drainase autogenik. Grup A (Siklus Aktif Teknik Pernapasan dengan drainase postural). ACBT adalah siklus pernapasan termasuk pernapasan kontrol, latihan ekspansi dada dan teknik paksa. Tahap yang pertama yaitu Breathing Control. Subyek berada dalam kondisi yang nyaman dan baik ditopang dalam posisi tegak (drainase postural). Mereka didorong untuk mengendurkan dada bagian atas, bahu dan lengan sambil signifikan antara 2 kelompok. Kedua pengobatan menunjukkan bahwa ada yang kecil tapi signifikan perbedaan pembacaan pasca perawatan. Risiko lebih besar dari perkembangan aliran udara obstruksi pada perokok, kecenderungan untuk menurunkan infeksi saluran pernapasan, eksaserbasi yang lebih tinggi frekuensi, dan kematian keseluruhan yang lebih buruk. CB adalah disebabkan oleh kelebihan produksi oleh obstruksi luminal dari saluran udara kecil, remodeling epitel, dan perubahan tegangan permukaan saluran napas yang menjadi predisposisi kolaps. Drainase postural adalah komponen terapi kebersihan bronkus, terdiri dari: drainase postural, pemosisian, dan putaran. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ACBT lebih efektif untuk mengurangi dyspnoea serta pembersihan sekret saluran pernapasan atas saluran dan teknik lainnya efektif untuk dibersihkan sekret di cabang bronkial distal. Namun, subjek ditemukan tidak memiliki perubahan yang signifikan hasilnya pada kedua kelompok. menggunakan dada bagian bawah. Satu sisi, baik pasien atau terapis adalah diposisikan ringan di perut bagian atas. sebagai subjek menarik napas, tangan terasa terangkat dan keluar sedangkan tangan tenggelam ke bawah dan kapan subjek menghela napas. Inspirasi adalah yang aktif fase dan ekspirasi santai dan pasif, keduanya inspirasi dan ekspirasi hampir tidak terdengar. Tahap kedua yaitu Thoracic Expansion Exercises. Subyek dalam keadaan nyaman dan sehat didukung tegak (posisi drainase postural) posisi. Mereka didorong untuk melakukan yang dalam inspirasi. Inspirasi benar-benar aktif dan dikombinasikan dengan penahanan 3 detik sebelum pasif ekspirasi santai. Latihan ekspansi dada didorong dengan stimulasi proprioseptif, dengan meletakkan tangan pasien atau terapis di atas bagian dinding dada saat gerakan didorong. Tahap ketiga yaitu Forced Expiration Technique. Subyek dalam keadaan nyaman dan sehat ditopang dalam posisi tegak. Sebuah kombinasi 1-2 ekspirasi paksa (huffs) dan periode kontrol pernapasan diberikan. Kontrol pernapasandiberikan selama 10 detik dan kemudian diikuti oleh ekspirasi dengan glotis terbuka. Batuk atau hufu ng lebih disukai sesuai dengan mata pelajaran. Huffing diberikan untuk bergerak lebih perifer terletak sekret dan bila sekret telah mencapai lebih besar lebih proksimal saluran udara atas, huff atau batuk dari volume paruparu yang tinggi digunakan untuk membersihkan sekresi. Grup B (Autogenic Drainage). Subyek duduk dalam posisi tegak pada sofa dengan sandaran punggung. Jalur udara atas dibersihkan dari sekret dengan huffing atau blowing hidung. Terapis duduk di samping dan sedikit di belakang subjek, cukup dekat untuk mendengar pernapasan subjek. Tangan subjek adalah ditempatkan di perut untuk merasakan kerja perut otot dan tangan fisioterapis diletakkan di atas dada bagian atas untuk merasakan sekret. Inhalasi dilakukan perlahan melalui hidung, menggunakan diafragma dan tahan napas dua 6 Pengaruh Active Cycle Of Breathing Technique Terhadap Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum, dan Mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK. Penulis : Titih Huriah dan Dwi Wulandari Ningtias. Tahun : 2017 Untuk mengetahui pengaruh ACBT terhadap peningkatan nilai VEP1 , pengurangan jumlah volume sputum, dan peningkatan mobilisasi sangkar toraks pada penderita PPOK. Metode penelitian ini menggunkan desain Quasi Experiment dengan rancangan pre–post test with control group design yang akan mengungkapkan hubungan sebab akibat pemberian intervensi Active Cycle of Sebanyak 30 orang pasien dibagi kedalam 2 kelompok yaitu 15 responden untuk kelompok intervensi dan 15 responden untuk kelompok kontrol dengan menggunakan teknik quota hingga tiga detik memungkinkan ventilasi kolateral untuk mendapatkan udara di belakang sekresi. Pernapasan dilakukan melalui mulut. Getaran lendir dirasakan oleh tangan terapis diletakkan di dada bagian atas. frekuensi getaran mengungkapkan lokasi mereka. Frekuensi tinggi mengungkapkan sekret yang terletak di jalan napas kecil. Frekuensi rendah berarti bahwa sekresi dipindahkan ke saluran udara yang lebih besar. Tekniknya meliputi melepas, mengumpulkan, dan fase evakuasi. Di akhir sesi lendir dievakuasi oleh ekspirasi yang lebih kuat atau huff volume tinggi. Pembagian antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan dengan cara purposive sampling dimana kelompok intervensi dan kelompok kontrol berbeda ruangan. Kelompok intervensi diberikan ACBT dan terapi standar farmakologi, sedangkan kelompok kontrol diberikan terapi standar yaitu terapi farmakologi. Intervensi dilakukan 30 menit sebelum responden minum obat. Durasi Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) mampu membantu meningkatkan nilai ekspansi toraks dan mengatasi masalah kesulitan untuk mengeluarkan sputum pada pasien PPOK di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta. Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) belum mampu meningkatkan nilai VEP1 pada pasien PPOK di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta. ACBT dapat Breathing Technique (ACBT) terhadap nilai VEP1 , jumlah volume sputum, dan mobilisasi sangkar toraks pada penderita PPOK. sampling. treatment untuk kelompok intervensi adalah satu kali sehari selama 15 – 20 menit perhari selama 3 hari. Selama latihan peneliti membimbing responden untuk melakukan tahapan dalam ACBT, yaitu tahap pertama Breathing Control. Responden diposisikan duduk rileks diatas tempat tidur atau di kursi, kemudian dibimbing untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi secara teratur dan tenang, yang diulang sebanyak 3 – 5 kali oleh responden. Tangan peneliti diletakkan pada bagian belakang toraks responden untuk merasakan pergerakan yang naik turun selama responden bernapas. Tahap kedua yaitu Thoracic Expansion Exercises : masih dalam posisi duduk yang sama, responden kemudian dibimbing untuk menarik napas dalam secara perlahan lalu menghembuskannya secara perlahan hingga udara dalam paru-paru terasa kosong. Langkah ini diulangi sebanyak 3 – 5 kali oleh responden, jika responden merasa napasnya ebih ringan, responden dibimbing untuk mengulangi kembali dari kontrol pernapasan awal. Tahap diterapkan sebagai evidance based practice dalam profesionalisme pemberian asuhan keperawatan bagi masyarakat, untuk mengembangkan bentuk pelayanan nonfarmakologis sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah pada pasien PPOK. Bagi pasien, ACBT ini bisa dijadikan pola hidup pasien, untuk mengurangi akumulasi sputum dalam saluran pernapasan, mengurangi sesak nafas, dan meningkatkan mobilisasi sangkar toraks sehingga kebutuhan oksigennya terpenuhi. Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada penelitian ini memperlihatkan bahwa rerata nilai ekspansi thoraks kelompok intervensi mengalami peningkatan sebesar 1,7 poin setelah diberikan latihan ACBT, yaitu dari 1,3 cm saat pre-tes hari pertama menjadi 3,0 cm pada saat post-tes. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan latihan ACBT hanya meningkat 0,13 cm, yaitu ketika pre-tes hari pertama sebesar 1,27 cm, lalu menjadi 1,4 cm pada saat pos-tes hari ke-3. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2015) yang memperlihatkan peningkatan ekspansi sangkar thorak pada saat inspirasi setelah dilakukan metode breathing exercise sebanyak 6 kali terapi yaitu pada daerah axilla dari T0 = 1 cm ketiga yaitu Forced Expiration Technique. Setelah melakukan dua langkah diatas, selanjutnya responden diminta untuk mengambil napas dalam secukupnya lalu mengkontraksikan otot perutnya untuk menekan napas saat ekspirasi dan menjaga agar mulut serta tenggorokan tetap terbuka. Huffing dilakukan sebayak 2 – 3 kali dengan cara yang sama, lalu diakhiri dengan batuk efektif untuk mengeluarkan sputum. Bila ketiga langkah diatas telah dilakukan oleh responden, selanjutnya peneliti membimbing responden untuk merilekskan otot-otot pernapasannya dengan tetap melakukan kontrol pernapasan dan kemudian mengulangi siklus tersebut 3 hingga 5 siklus atau sampai responden merasa dadanya telah bersih dari sputum. Alat yang digunakan untuk mengukur VEP1 adalah spirometri, jumlah volume sputum diukur dengan menggunakan gelas ukur, dan mobilisasi sangkar toraks diukur dengan menggunakan midline. Pengukuran dilakukan pre-post dilakukan setiap hari selama tiga hari yaitu di hari pertama, hari selisihnya menjadi T6 = 2 cm, pada daerah intercostalis ke-4 dari T0 = 2 cm selisihnya menjadi T6 = 3 cm, pada daerah processus xyphoideus dari T0 = 2 cm selisihnya menjadi T6 = 3 cm. 7 A comparison of autogenic drainage and the active cycle of breathing techniques in patients with acute exacerbation of chronic obstructive pulmonary disease. Penulis : Jamal Ali Moiz, Kamal Kishore, D.R. Belsare Tahun : 2007. Untuk melihat efek pengobatan jangka pendek Drainase autogenik (AD) dan siklus aktif teknik pernapasan (ACBT) dievaluasi pada pasien dengan eksaserbasi akut kronis penyakit paru obstruktif (PPOK). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif desain quasi experiment. Tiga puluh pasien PPOK laki-laki usia kelompok 41-65 tahun. Semuanya diterima di rumah sakit untuk perawatan di sana akut eksaserbasi dimasukkan dalam penelitian ini. kedua dan hari ketiga. Pada kelompok autogenik drainase dilakukan pasien disarankan duduk dan rileks dengan leher sedikit diluruskan. Pasien juga diminta untuk membersihkan saluran udara bagian atas (hidung, atau tenggorokan) dengan terengahengah atau meniup hidung pasien mulai dengan melakukan gerakan diafragma pernapasan pada inspirasi volume paru-paru rendah lambat dengan jeda tiga detik, dan kedaluwarsa dilakukan sebagai desahan dengan terbuka glotis dan dengan kecepatan setinggi mungkin tetapi tidak ada ekspirasi paksa. Selama paruparu rendah ini volume pernapasan, ekspirasi didorong sampai volume cadangan ekspirasi. Kapan pasien merasa sekretnya bergerak, volume inspirasi menjadi lebih dalam dan kedaluwarsa tidak turun sejauh ekspirasi volume cadangan. Saat sekresi bergerak ke atas pohon bronkial ke saluran udara besar pasien melakukan pernapasan volume paru-paru yang lebih tinggi, tidal volume ke volume cadangan inspirasi. Hanya ketika sekresi dirasakan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa AD adalah seefektif ACBT dalam pembersihan akut sekresi dan meningkatkan saturasi oksigen tanpa menyebabkan efek yang tidak diinginkan pada denyut jantung tingkat pernapasan dan sesak napas pada pasien PPOK eksaserbasi akut. Teknik ini dapat digunakan pada PPOK eksaserbasi menurut pasien dan preferensi fisioterapis. Hasil dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada yang berakhir semua perbedaan antara kedua perlakuan. Di penelitian ini kedua perawatan ditemukan sama efektif dalam pembersihan dahak namun, tidak perbedaan yang signifikan ditemukan pada dahak volume antara perlakuan. Serupa pengamatan telah dilaporkan oleh Millar (1995) membandingkan AD dengan ACBT pada cystic fibrosis pasien, mengamati tidak ada perbedaan yang signifikan dalam berat dahak antara kedua metode. Dalam studi ini subjek didemonstrasikan peningkatan yang signifikan dalam saturasi oksigen pada kedua perlakuan tersebut. Namun, kecenderungan menuju saturasi oksigen yang lebih tinggi adalah dengan AD daripada ACBT dan oleh karena itu, perbedaannya ditemukan signifikan secara statistik. Ini sangat banyak setinggi kemungkinan terjadi ekspektorasi. Para pasien diajarkan untuk menekan batuk untuk memungkinkan ini siklus latihan pernapasan diulang selama 30 menit sesi perawatan. 8 The active cycle of breathing techniquesto tip or not to tip? Penulis : N. M. Cecins, S. C. Jenkins, J. Pengelley, dan C. Ryan. Tahun : 1999 Untuk membandingkan efek dari ACBT dalam posisi drainase yang dibantu gravitasi dengan dan tanpa kemiringan head-down pada dahak, fungsi paruparu, saturasi oksigen dan sesak napas yang disebabkan oleh dahak. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan desain quasi experiment. Peserta dalam penelitian ini berjumlah 18 orang. Subjek dinilai oleh fisioterapis untuk menentukan Posisi drainase yang akan digunakan dalam penelitian ini. Posisi membutuhkan kemiringan headdown, dipilih berdasarkan segmen paling produktif dengan subjek yang biasa rejimen clearance saluran napas, penampilan x-ray dada dan Temuan Auskulatif. Semua subjek terbiasa dengan ACBT dan diinstruksikan dalam siklus untuk digunakan di belajar. Rejimen pengobatan sesuai dengan temuan Savci (2016) yang menemukan bahwa dalam pengobatan AD, peningkatan dalam saturasi oksigen secara signifikan lebih tinggi daripada di ACBT. Sebaliknya Miller (2011) menemukan tidak ada perbedaan signifikan dalam saturasi oksigen antara perawatan di cystic fibrosis pasien. Namun, tidak ada pasien yang turun saturasi dalam kedua metode. Peningkatan oksigen saturasi mungkin hasil dari penghapusan sumbat lendir yang tertahan dari saluran udara, menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar, ketidakcocokan ventilasi- perfusi yang dioptimalkan, dan akhirnya meningkatkan transportasi oksigen ke tisu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ACBT lebih baik dilakukan pada posisi tanpa posisi head-down, karena lebih efektif dan dapat ditoleransi oleh subjek daripada pada posisi yang sama dengan head-down tilt. Dalam praktiknya, ini berarti rejimen yang lebih sederhana dan lebih nyaman yang dapat meningkatkan kepatuhan pada individu yang disarankan untuk melakukan perawatan pembersihan jalan napas setiap hari. Selain itu juga individu dengan bronkiektasis yang menghasilkan sputum lebih dari 20 g per hari, ACBT dibandingkan adalah ACBT di dua posisi drainase dengan kemiringan kepala dan ACBT dalam dua posisi yang sama tanpa kemiringan kepala, itu horizontal. Urutan pengobatan secara acak dan setiap pengobatan pada saat yang sama hari pada 2 hari berturut -turut. Subjek diposisikan pada a Tilting Bed dan goniometer yang digunakan untuk memastikan head-down Kemiringan 20° (untuk lobus bawah) tercapai. Setiap sesi perawatan terdiri dari 30 menit pra- Periode pengobatan, pengobatan ACBT 30 menit dengan 15 menit di setiap posisi dan periode 30 menit setelah perlakuan. Jika subjek secara rutin menggunakan bronchodila inhalasi- tors sebelum perawatan clearance jalan napas ini diberikan 30 menit sebelum periode praperawatan. ACBT terdiri dari urutan kontrol pernapasan, Lima exercises ekspansi toraks, kontrol pernapasan, lima latihan ekspansi toraks, kontrol pernapasan dan Teknik kedaluwarsa paksa (FET). Ekspansi toraks Latihan adalah latihan pernapasan dalam sama efektifnya dalam hal berat sputum yang dikeluarkan dalam posisi horizontal seperti pada posisi kepala di bawah. Subjek lebih menyukai perawatan dalam posisi horizontal dan kurang sesak napas dalam posisi ini. Tidak ada penelitian yang dipublikasikan yang membandingkan ACBT dalam posisi drainase yang dibantu gravitasi dengan dan tanpa kemiringan kepala ke bawah; namun, telah terbukti lebih efektif dalam posisi ini daripada saat duduk. Posisi drainase dengan bantuan gravitasi menggunakan gravitasi untuk membantu aliran sekret dari saluran udara distal ke proksimal. Posisi drainase didasarkan pada posisi subjek sehingga bahwa bronkus segmental sedekat mungkin dengan posisi vertikal dengan asumsi bahwa cairan mengalir paling cepat melalui tabung miring vertikal di bawah gaya gravitasi. Dua posisi digunakan dalam penelitian ini dengan subjek berubah posisi setelah 15 menit. Waktu drainase minimum 10 menit untuk segmen produktif direkomendasikan saat menggunakan ACBT. Protokol yang ditetapkan untuk ACBT digunakan dengan periode kontrol pernapasan yang bervariasi tergantung pada pemulihan subjek. Fisioterapis yang mengawasi perawatan memastikan bahwa jumlah siklus yang sama diulang yang menekankan Inspirasi dan kontrol pernapasan adalah pernapasan pasang surut normal menggunakan dada bawah. FET terdiri dari satu atau dua Huff volume paru-paru pertengahan hingga dikombinasikan dengan periode kontrol pernapasan. Subjek diizinkan batuk sebagai Namun diperlukan, jika pada akhir dua siklus berturut -turut subjek tidak mengharapkan sputum apa pun paru -paru tinggi Volume Huff digunakan. Durasi periode kontrol pernapasan bervariasi di antara subjek tergantung pada waktu yang diperlukan untuk subjek untuk mendapatkan kembali pernapasan normal pola dan mencegah bronkospasme dan kelelahan. Namun, siklus yang sama diulang pada kedua sesi perawatan dan Jumlah siklus yang dikendalikan. Dua fisioterapis terlibat dalam penelitian ini dan terapis yang menilai subjek mengawasi keduanya mengobati- sesi ment. Subjek melaksanakan independen pengobatan- rapat rapat dengan fisioterapis memastikan bahwa ACBT sama pada setiap hari perawatan. Dua subjek menyatakan preferensi untuk menambahkan perkusi ke rejimen pengobatan. Subyek ini mengeluarkan dahak lebih dari 90 g per hari dan mungkin akan mendapat manfaat dari penambahan perkusi untuk meningkatkan laju pengeluaran dahak. 9 Active cycle of breathing technique for cystic fibrosis. Penulis : Naomi A Mckoy, Lisa M Wilson, Ian J Sa;danha, Olaide A Odela, dan Karen A Robinson. Tahun : 2016. Untuk membandingkan efektivitas klinis dari siklus aktif teknik pernapasan dengan terapi pembersihan jalan napas lainnya pada cystic fibrosis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Randomised or quasirandomised controlled clinical studies, including cross-over studies Pencarian kami mengidentifikasi 62 studi, dimana 19 (440 peserta) memenuhi kriteria inklusi. Lima studi terkontrol secara acak (192 peserta) dimasukkan dalam metaanalisis; tiga dari desain cross-over. 14 studi yang tersisa adalah studi cross-over dengan laporan yang tidak memadai untuk penilaian lengkap. Ukuran penelitian berkisar antara tujuh hingga 65 peserta. Usia di kedua sesi perawatan. Jalan napas lainnya perawatan clearance dan olahraga di luar perawatan penelitianSesi ment adalah sama di kedua hari. Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu peneliti membagi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi peserta akan diajarkan dan melakukan ACBT, sedangkan pada kelompok kontrol peserta diberikan teknik airway clearens. Tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung atau menolak penggunaan teknik pernapasan siklus aktif dibandingkan terapi pembersihan jalan napas lainnya. Lima penelitian, dengan data dari delapan pembanding yang berbeda, menemukan bahwa siklus aktif teknik pernapasan sebanding dengan terapi lain dalam hasil seperti preferensi peserta, kualitas hidup, toleransi latihan, fungsi paru-paru, berat dahak, saturasi oksigen, dan jumlah paru-paru. eksaserbasi. Studi jangka panjang diperlukan untuk menilai lebih memadai efek dari siklus aktif teknik pernapasan pada hasil yang penting bagi orang dengan cystic fibrosis seperti kualitas hidup dan preferensi. 10 The active cycle of breathing technique: a systematic review and meta-analysis Penulis : Lucy K Lewis, Marie T Williams, dan Timothy S Olds Tahun : 2012 Tinjauan sistematis ini bertujuan untuk mempertimbangkan tubuh bukti yang mendukung FET/ACBT daripada secara spesifik populasi atau situasi klinis. Metode yang digunakan yaitu Systematic review dan metaanalysis. peserta berkisar antara enam sampai 63 tahun (usia rata-rata 22,33 tahun). Dalam 13 studi, tindak lanjut berlangsung satu hari. Tidak ada batasan yang ditempatkan pada rentang usia peserta (anakanak atau orang dewasa) atau gejala (tanpa gejala dan peserta dengan kondisi akut atau kronis). Tiga belas studi dilakukan secara eksklusif pada orang dewasa (18 tahun). Sembilan studi dilakukan pada kombinasi remaja (12e17 tahun) dan dewasa, dan dua penelitian Dalam literatur yang ada dan di lingkungan klinis, variasi terjadi dalam definisi dan penerapan modalitas pengobatan fisioterapi. ACBT adalah dimasukkan jika itu digambarkan mengandung tiga esensial komponen: 1) kontrol pernapasan, 2) FET dan 3) latihan toraks ekspansi. Teknik ini juga dapat mencakup drainase postural (PD) atau perkusi/gemetar.21 Demikian pula, teknik FET diperlukan untuk mengandung relaksasi atau kontrol pernapasan, dan terengah-engah, dan mungkin termasuk PD dan perkusi/goyangan. Hasil penelitian menunjukan dua puluh empat studi dimasukkan. Sepuluh pembanding diidentifikasi dengan yang paling umum menjadi fisioterapi dada konvensional, tekanan ekspirasi positif dan kontrol. Hasil yang paling sering dinilai adalah berat basah dahak (n Z 17), vital paksa kapasitas (n Z 12) dan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (n Z 12). Meta-analisis selesai pada hasil utama berat basah dahak. Perbedaan rata-rata standar (SMD, efek acak) menunjukkan peningkatan berat basah dahak selama dan hingga 1 jam pasca ACBT dibandingkan dengan fisioterapi konvensional (SMD 0.32, 95%CI 0.05e0.59), osilasi eksternal perangkat (0.75, 0.48e1.02), dan kontrol (0.24, 0.02e0.46). Keseluruhan bukti diklasifikasikan sebagai baik (volume, kualitas dan konsistensi, generalisasi yang sangat baik). Tingkat tinggi, risiko variabel dari bukti penelitian biaslebih menyukai ACBT daripada sebagian besar alternatif untuk termasuk anakanak (<12 tahun) dengan remaja dan dewasa. Total sampel 182 orang. perbaikan jangka pendek pembersihan sekresi. Berdasarkan hasil telaah 10 jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh active cycle of breathing technic pada pasien dengan COPD baik pada pasien bronkhitis maupun pasien cyctic fibrosis. Active cycle of breathing technique (ACBT) merupakan suatu tindakan yang dapat digunakan untuk memobilisasi dan membersihkan kelebihan sekresi pulmonal pada penyakit paru kronis dan secara umum meningkatkan fungsi paru-paru. ACBT terdiri dari tiga siklus yaitu relaksasi pernapasan, latihan ekspansi toraks dan pengeluaran sekresi aktif yaitu dengan teknik ekspirasi paksa (huffing) (Pakpahan, 2019). Menurut (Elsayed et al., 2015) tujuan active cycle of breathing technic yaitu dapat meningkatkan tidal volume dan membuka system collateral saluran nafas, melatih kelenturan otot-otot pernapasan dan memperbaiki ventilasi pernapasan, sehingga kinerja otot pernafasan kembali normal dan membetulkan pertukaran gas serta oksigen yang menurun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Titih dan Dwi (2017) yang mengatakan bahwa Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) mampu membantu meningkatkan nilai ekspansi toraks dan mengatasi masalah kesulitan untuk mengeluarkan sputum pada pasien PPOK di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta. ACBT ini bisa dijadikan pola hidup pasien, untuk mengurangi akumulasi sputum dalam saluran pernapasan, mengurangi sesak nafas, dan meningkatkan mobilisasi sangkar toraks sehingga kebutuhan oksigennya terpenuhi. Selain itu juga menurut penelitian yang dilakukan Hidayat (2015) yang memperlihatkan peningkatan ekspansi sangkar thorak pada saat inspirasi setelah dilakukan metode breathing exercise sebanyak 6 kali terapi yaitu pada daerah axilla dari T0 = 1 cm selisihnya menjadi T6 = 2 cm, pada daerah intercostalis ke-4 dari T0 = 2 cm selisihnya menjadi T6 = 3 cm, pada daerah processus xyphoideus dari T0 = 2 cm selisihnya menjadi T6 = 3 cm. Indikasi dilakukannya ACBT yaitu pada pasien yang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan dahak dan mengalami sesak napas misalnya pada pasien dengan PPOK (TB Paru, bronkiektasis, dan atelektasis, cyctic fibrosis), gagal jantung, serta covid-19 (Rahman, 2021). Sebaliknya untuk kontraindikasi dari ACBT menurut Pakpahan (2019) yaitu pasien yang tidak mampu bernapas secara spontan, pasien tidak sadar, dan pasien yang tidak mampu mengikuti instruksi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shen (2020) menemukan bahwa ACBT dapat secara efektif meningkatkan produksi dahak dan efisiensi batuk di dalam pasien PPOK. Efek fungsi paru-paru, gas darah analisis dan aspek lain dari pasien dengan PPOK masih kontroversial. Efek ACBT terhadap produksi mukus. Pengukuran produksi sputum meliputi pengumpulan 1 jam pasca intervensi (1+jam) dan volume basah sputum 24 jam. Uji coba terkontrol secara acak dari Zhang (2019) menunjukkan bahwa ACBT benar-benar dapat meningkatkan 1+h dan 24-jam volume sputum basah dibandingkan dengan perawatan biasa termasuk pendidikan kesehatan, dukungan emosional, dukungan keluarga dan pelatihan fungsi pernapasan. Dalam uji coba terkontrol, ditunjukkan bahwa ACBT dikombinasikan dengan drainase postural efektif dalam meningkatkan 1 + jam dan Volume basah dahak 24 jam dengan penerimaan yang baik. Sejumlah kelompok Cina telah melaporkan hasil yang berbeda yang menunjukkan bahwa untuk kelompok lendir memiliki pengaruh yang signifikan yaitu adanya peningkatan volume basah sputum dalam 1 jam, sedangkan dalam 24 jam volume sputum basah tidak signifikan secara statistik setelah ACBT. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Shena (2021) menunjukkan Teknik pernapasan siklus aktif meningkat secara signifikan produksi dahak dan fungsi pernapasan pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik, terutama pada mereka yang Inisiatif Global untuk klasifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis tingkat 3, tetapi tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam viskositas dahak, kualitas hidup, atau efektivitas biaya pengobatan. Lebih-lebih lagi, hasil kami menunjukkan bahwa program mingguan dari siklus aktif teknik pernapasan merupakan terapi yang aman dan layak untuk pasien penyakit paru obstruktif kronik. Peningkatan kekentalan dan produksi sputum dapat bermanfaat bagi pasien penyakit paru obstruktif kronik untuk menghilangkan peradangan dan memperbaiki gejala pernapasan mereka. Tinjauan literatur sistem atic (Cabillic et al., 2018) mendukung hipotesis bahwa teknik pernapasan siklus aktif memiliki efek yang menguntungkan pada pasien dengan produksi sputum. Sebagai pengobatan komplementer, teknik pernapasan siklus aktif dapat meningkatkan dahak produksi dalam jangka pendek dan setara dengan fisik lainnya terapi. 6. Menilai kualitas metodologis studi yang disertakan JBI Critical Appraisal Checklist For Systematic Review Review Effect of active cycle of breathing techniques in patients with chronic obstructive pulmonary disease: a systematic review of intervention Question Yes 1. Is the review question clearly and explicitly stated? 2. Were the inclusion criteria appropriate for the review question? 3. Was the search strategy appropriate? 4. Were the sources and resources used to search for studies adequate? 5. Were the criteria for appraising studies appropriate? 6. Was critical appraisal conducted by two or more reviewers independently? 7. Were there methods to minimize errors in data extraction? 8. Were the methods used to combine studies appropriate? Unclear 9. Was the likelihood of publication bias assessed? 10. Were recommendations for policy and/or practice supported by the reported data? 11. Were the specific directives for new research appropriate? Overall Appraisal No 91 % (Strong) Not applicable JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies Effectiveness Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) with Pursed Lips Breathing Technique (PLBT) to tripod position in increase oxygen saturation in patients with COPD, West Sumatera Question 1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no Yes No confusion about which variable comes first)? 2. Were the participants included in any comparisons similar? 3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care, other than the exposure or intervention of interest? 4. Was there a control group? 5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the intervention/exposure? 6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their follow up adequately described and analyzed? 7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the same way? 8. Were outcomes measured in a reliable way? Unclear Not applicable 9. Was appropriate statistical analysis used? Overall Appraisal 91 % (Strong) JBI Critical Appraisal Checklist For Randomized Control Trial Role of active cycle of breathing technique for patients with chronic obstructive pulmonary disease: A pragmatic, randomized clinical trial Question 1. Was true randomization used for assignment of participants to treatment groups? Yes 2. Was allocation to treatment groups concealed? 3. Were treatment groups similar at the baseline? 4. Were participants blind to treatment assignment? 5. Were those delivering treatment blind to treatment assignment? 6. Were outcomes assessors blind to treatment assignment? 7. Were treatment groups treated identically other than the intervention of interest? 8. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their follow up adequately described and analyzed? 9. Were participants analyzed in the groups to which they were randomized? No Unclear Not applicable 10. Were outcomes measured in the same way for treatment groups? 11. Were outcomes measured in a reliable way? 12. Was appropriate statistical analysis used? 13. Was the trial design appropriate, and any deviations from the standard RCT design (individual randomization, parallel groups) accounted for in the conduct and analysis of the trial? Overall Appraisal 91 % (Strong) JBI Critical Appraisal Checklist For Randomized Control Trial Role of the active cycle of breathing technique combined with phonophoresis for the treatment of patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD): study protocol for a preliminary randomized controlled trial Question Yes 1. Was true randomization used for assignment of participants to treatment groups? 2. Was allocation to treatment groups concealed? 3. Were treatment groups similar at the baseline? 4. Were participants blind to treatment assignment? No Unclear Not applicable 5. Were those delivering treatment blind to treatment assignment? 6. Were outcomes assessors blind to treatment assignment? 7. Were treatment groups treated identically other than the intervention of interest? 8. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their follow up adequately described and analyzed? 9. Were participants analyzed in the groups to which they were randomized? 10. Were outcomes measured in the same way for treatment groups? 11. Were outcomes measured in a reliable way? 12. Was appropriate statistical analysis used? 13. Was the trial design appropriate, and any deviations from the standard RCT design (individual randomization, parallel groups) accounted for in the conduct and analysis of the trial? Overall Appraisal 100 % (Very strong) JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies Effectiveness of Active Cycle of Breathing Technique along with Postural Drainage Versus Autogenic Drainage in Patients with Chronic Bronchitis Question 1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no Yes confusion about which variable comes first)? 2. Were the participants included in any comparisons similar? 3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care, other than the exposure or intervention of interest? 4. Was there a control group? 5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the intervention/exposure? 6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their follow up adequately described and analyzed? 7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the same way? 8. Were outcomes measured in a reliable way? 9. Was appropriate statistical analysis used? Overall Appraisal 100 % (Strong) No Unclear Not applicable JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies Pengaruh Active Cycle Of Breathing Technique Terhadap Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum, dan Mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK Question 1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no Yes confusion about which variable comes first)? 2. Were the participants included in any comparisons similar? 3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care, other than the exposure or intervention of interest? 4. Was there a control group? 5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the intervention/exposure? 6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their follow up adequately described and analyzed? 7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the same way? 8. Were outcomes measured in a reliable way? 9. Was appropriate statistical analysis used? No Unclear Not applicable Overall Appraisal 100 % (Very Strong) JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies A comparison of autogenic drainage and the active cycle of breathing techniques in patients with acute exacerbation of chronic obstructive pulmonary diseas Question 1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no Yes confusion about which variable comes first)? 2. Were the participants included in any comparisons similar? 3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care, other than the exposure or intervention of interest? 4. Was there a control group? 5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the intervention/exposure? 6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their follow up adequately described and analyzed? 7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the No Unclear Not applicable same way? 8. Were outcomes measured in a reliable way? 9. Was appropriate statistical analysis used? Overall Appraisal 100 % (Very Strong) JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies The active cycle of breathing techniquesto tip or not to tip Question 1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no Yes confusion about which variable comes first)? 2. Were the participants included in any comparisons similar? 3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care, other than the exposure or intervention of interest? 4. Was there a control group? 5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the intervention/exposure? No Unclear Not applicable 6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their follow up adequately described and analyzed? 7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the same way? 8. Were outcomes measured in a reliable way? 9. Was appropriate statistical analysis used? Overall Appraisal 100 % (Very Strong) JBI Critical Appraisal Checklist For Randomized Control Trial Active cycle of breathing technique for cystic fibrosis Question 1. Was true randomization used for assignment of participants to treatment groups? Yes No 2. Was allocation to treatment groups concealed? 3. Were treatment groups similar at the baseline? 4. Were participants blind to treatment assignment? 5. Were those delivering treatment blind to treatment assignment? Unclear Not applicable 6. Were outcomes assessors blind to treatment assignment? 7. Were treatment groups treated identically other than the intervention of interest? 8. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their follow up adequately described and analyzed? 9. Were participants analyzed in the groups to which they were randomized? 10. Were outcomes measured in the same way for treatment groups? 11. Were outcomes measured in a reliable way? 12. Was appropriate statistical analysis used? 13. Was the trial design appropriate, and any deviations from the standard RCT design (individual randomization, parallel groups) accounted for in the conduct and analysis of the trial? Overall Appraisal 85 % (Strong) JBI Critical Appraisal Checklist For Systematic Review Review The active cycle of breathing technique: A systematic review and meta-analysis Question Yes No Unclear Not applicable 12. Is the review question clearly and explicitly stated? 13. Were the inclusion criteria appropriate for the review question? 14. Was the search strategy appropriate? 15. Were the sources and resources used to search for studies adequate? 16. Were the criteria for appraising studies appropriate? 17. Was critical appraisal conducted by two or more reviewers independently? 18. Were there methods to minimize errors in data extraction? 19. Were the methods used to combine studies appropriate? 20. Was the likelihood of publication bias assessed? 21. Were recommendations for policy and/or practice supported by the reported data? 22. Were the specific directives for new research appropriate? Overall Appraisal 91 % (Strong) Berdasarkan hasil penilaian kualitas metodolgis artikel menggunakan JBI Critical Appraisal pada kesepuluh artikel yang dipilih, dengan hasil penilaian rata-rata >90 % maka kesepuluh artikel yang dipilih layak atau dapat digunakan dalam penyusunan systematic review. 7. Ekstraksi data (dengan melibatkan penyidik) Berdasarkan hasil penelusuran pada databased Pubmed, Cochrane Library, Medline dan Google Scholar dengan kata kunci active cycle of breathing technic, ACBT, elderly, COPD, bronkhiatics, dan cyctic fibrosis. Peneliti menemukan 1.174 artikel yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Sebanyak 800 jurnal dari jurnal yang ditemukan sesuai kata kunci pencarian tersebut kemudian dilakukan skrining, 423 artikel dieksklusi karena tidak tersedia artikel full text. Assessment kelayakan terhadap 377 artikel full text dilakukan, jurnal yang duplikasi dan tidak sesuai kriteria inklusi dilakukan eksklusi sebanyak 367 artikel sehingga didapatkan 10 artikel full text yang dilakukan review. Diagram 2.1 Flow Diagram Prisma Checklist ( Sumber : Prisma, 2015) 1.174 artikel ditemukan lewat internet sesuai kata kunci 800 artikel dilakukan skrining 377 artikel full text dilakukan assesment kelayakan 12 artikel full text dilakukan review 423 artikel dieksklusi 367 artikel full text dieksklusi karena duplikasi dan tidak sesuai kriteria inklusi 8. Analisis hasil studi inklusi menggunakan sintesis statistik data Systematic review ini disintesis menggunakan prisma checklist dan dalam bentuk naratif dengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi judul artikel, penulis dan tahun, tujuan, metode, peserta, intervensi, dan hasil. Ringkasan jurnal penelitian tersebut dimasukkan kedalam tabel yang telah dibuat untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian. 9. Kesimpulan Active cycle of breathing exercise adalah suatu teknik pernapasan yang terdiri dari 3 tahap yaitu breathing control, thoracic expansion excercises (TEE), dan forced expiration technique. Teknik pernapasan ini sangat banyak digunakan pada pasien dengan gangguan pada pernapasan khususnya bagian paru-paru seperti bronkhitis, sistik fibrosis dan atelektasis. Teknik ini dapat mengembalikan fungsi paru sehingga paru dapat berkerja dengan baik dan pertukaran gas dapat terjadi dengan normal. DAFTAR PUSTAKA Cecins, N. M., Jenkins, S. C., Pengelley, J., & Ryan, G. (1999). The active cycle of breathing techniques—to tip or not to tip?. Respiratory medicine, 93(9), 660-665. Huriah, T., & Ningtias, D. W. (2017). Pengaruh Active Cycle Of Breathing Technique Terhadap Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum, dan Mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK. IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices), 1(2), 44-54. Lewis, L. K., Williams, M. T., & Olds, T. S. (2012). The active cycle of breathing technique: a systematic review and meta-analysis. Respiratory medicine, 106(2), 155–172. https://doi.org/10.1016/j.rmed.2011.10.014 Mckoy, N. A., Wilson, L. M., Saldanha, I. J., Odelola, O. A., & Robinson, K. A. (2016). Active cycle of breathing technique for cystic fibrosis. The Cochrane database of systematic reviews, 7(7), CD007862. https://doi.org/10.1002/14651858.CD007862.pub4 Moiz, J. A., Kishore, K., & Belsare, D. (2007). A comparison of autogenic drainage and the active cycle of breathing techniques in patients with acute exacerbation of chronic obstructive pulmonary disease. Indian Journal of Physiotherapy and Occupational Therapy-An International Journal, 1(2), 25-32. Shen, M. D., Guo, L. R., Li, Y. W., Gao, R. T., Sui, X., Du, Z., Xu, L. Q., Shi, H. Y., Ni, Y. Y., Zhang, X., Pang, Y., Zhang, W., Yu, T. Z., & Li, F. (2021). Role of the active cycle of breathing technique combined with phonophoresis for the treatment of patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD): study protocol for a preliminary randomized controlled trial. Trials, 22(1), 228. https://doi.org/10.1186/s13063-02105184-x Shen, M., Li, Y., Ding, X., Xu, L., Li, F., & Lin, H. (2020). Effect of active cycle of breathing techniques in patients with chronic obstructive pulmonary disease: a systematic review of intervention. European journal of physical and rehabilitation medicine, 56(5), 625–632. https://doi.org/10.23736/S1973-9087.20.06144-4 Shen, M., Li, Y., Xu, L., Shi, H., Ni, Y., Lin, H., & Li, F. (2021). Role of active cycle of breathing technique for patients with chronic obstructive pulmonary disease: A pragmatic, randomized clinical trial. International Journal of Nursing Studies, 117, 103880. doi:10.1016/j.ijnurstu.2021.10388 Singh, T., Kumar, N., Sharma, N., & Patra, A. (2019). Effectiveness of Active Cycle of Breathing Technique along with Postural Drainage Versus Autogenic Drainage in Patients with Chronic Bronchitis. Physiotherapy and Occupational Therapy, 12(1). Vu-Ngoc, H., Elawady, S. S., Mehyar, G. M., Abdelhamid, A. H., Mattar, O. M., Halhouli, O., Vuong, N. L., Ali, C., Hassan, U. H., Kien, N. D., Hirayama, K., & Huy, N. T. (2018). Quality of flow diagram in systematic review and/or meta-analysis. PloS one, 13(6), e0195955. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0195955 Zisi, D., Chryssanthopoulos, C., Nanas, S., & Philippou, A. (2022). The effectiveness of the active cycle of breathing technique in patients with chronic respiratory diseases: A systematic review. Heart & lung : the journal of critical care, 53, 89–98. https://doi.org/10.1016/j.hrtlng.2022.02.006 Zuriati, Z., Surya, M., & Zahlimar. (2020). Effectiveness Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) with Pursed Lips Breathing Technique (PLBT) to tripod position in increase oxygen saturation in patients with COPD, West Sumatera. Enfermería Clínica, 30, 164– 167. doi:10.1016/j.enfcli.2019.11.046 https://jbi.global/critical-appraisal-tools (Diakses Kamis 13 Oktober 2022, Pukul 08.00 WIT) DAPUS ACBT COVID Felten-Barentsz, K. M., van Oorsouw, R., Klooster, E., Koenders, N., Driehuis, F., Hulzebos, E., van der Schaaf, M., Hoogeboom, T. J., & van der Wees, P. J. (2020). Recommendations for Hospital-Based Physical Therapists Managing Patients With COVID-19. Physical therapy, 100(9), 1444–1457. https://doi.org/10.1093/ptj/pzaa114 Fenjan, H. M., & Khudur, K. M. (2022). Application of Active Cycle of Breathing Technique for Patient with Corona Virus at Respiratory Isolation Unit: An Interventional Study. Pakistan Journal of Medical & Health Sciences, 16(04), 825-825. Kumar, S., POTTURI, G., KUSHWAHA, A., KUMAR, P., & SINGH, S. P. (2020). Correlation Of Dyspnea with age and spo2 levels in covid-19 and effectiveness of neurophysiological facilitation in the management of dyspnea-a randomized clinical control trail. Egyptian Journal of Physical Therapy, 4(1), 25-31. Prabawa, I. M. Y., Silakarma, D., Manuaba, I. B. A. P., Widnyana, M., & Jeviana, A. (2021). Chest therapy and breathing exercise in COVID-19 patient: a case report. Bali Medical Journal, 495-498. Lewis, L. K., Williams, M. T., & Olds, T. S. (2012). The active cycle of breathing technique: a systematic review and meta-analysis. Respiratory medicine, 106(2), 155–172. https://doi.org/10.1016/j.rmed.2011.10.014