Uploaded by Theophyliamm edu

1. Theophylia Melisa Manumara 220120220001 SUMMARY OF SYSTEMATIC REVIEW

advertisement
SUMMARY OF SYSTEMATIC REVIEW
“PENGARUH ACTIVE CYCLE OF BREATHING TECHNIC PADA
PASIEN COPD”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Berbasis Bukti
Oleh
Theophylia Melisa Manumara (220120220001)
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
Langkah-langkah ringkasan untuk melakukan tinjauan sistematis
1. Nyatakan fokus, tujuan dan hipotesis
a) Fokus
: Efektifitas active cycle of breathing technic pada
pasien COPD
b) Tujuan
: Untuk mengetahui pengaruh active cycle of
breathing technic pada pasien COPD.
c) Hipotesis
: Ada pengaruh active cycle of breathing technic
pada pasien COPD.
2. Garis besar kriteria kelayakan, menyatakan jenis studi, jenis peserta, jenis
intervensi dan hasil yang akan diperiksa
a) Jenis Studi
Jenis penelitian yaitu penelitian eksperimen dengan metode
penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan desain
quasi eksperimen: non-equivalent control dan
randomized
controlled trials.
b) Jenis peserta
Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu pasien dengan
COPD yaitu bronkhitis dan fibrosis yang dirawat di rumah sakit.
Sampel yang diambil adalah bronkhitis dan fibrosis yang dirawat di
rumah sakit sebanyak 30 orang.
1.
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam systematic review ini antara lain :
a. Pasien PPOK (Bronkhitis dan Fibrosis sistik) yang
memiliki produksi sputum berlebih.
b. Pasien PPOK (Bronkhitis dan Fibrosis sistik) yang
memiliki pernapasan dyspnea.
c. Pasien dengan PPOK eksaserbasi akut.
d. Pasien usia 20-40 tahun.
e. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan kooperatif.
f. Pasien Bersedia menjadi responden.
2.
Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi dalam systematic review ini antara lain :
a. Pasien dengan status kesadaran tidak sadar.
b. Pasien yang tidak dirawat di rumah sakit.
c) Jenis intervensi
Intervensi yang akan dilakukan yaitu active cycle of breathing
technic pada kelompok intervensi dan memberikan booklet pada
kelompok kontrol. Sebelum melakukan ACBT kedua kelompok
melakukan pengukuran saturasi oksigen menggunakan oksimetri.
Active Cycle Of Breathing Technic terdiri dari 3 tahap ACBT yaitu
Breathing control, Thoracic expansion excercises (TEE), dan Forced
expiration technique. Setelah dilakukan intervensi akan diukur nilai
saturasi oksigen pada kelompok intervensi maupun kelompok
kontrol.
d) Hasil yang akan diperiksa
Hasil yang akan diperiksa dari penelitian ini yaitu produksi sputum,
saturasi oksigen, dan fungsi paru.
3.
Lakukan pencarian komprehensif dari semua sumber yang relevan untuk
Sumber yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dari jurnal. Jurnal yang
dipakai berdasarkan pencarian pada database Pubmed, Cochrane Library,
Medeline, dan Google Scholar. Judul dan abstrak disaring untuk
mengidentifikasi studi yang relevan. Kutipan diambil sebagai teks lengkap
untuk evaluasi penerapan yang lebih rinci. Daftar referensi dari semua
artikel teks lengkap yang termasuk dalam daftar pendek dan semua
tinjauan sistematis yang ditemukan disaring. Jurnal-jurnal penelitian yang
dipilih kemudian diidentifikasi berdasarkan pada kriteria yang telah
ditetapkan antara lain penelitian diperlukan untuk menggunakan desain
eksperimental, melaporkan data asli primer yang berkaitan dengan teknik
ACBT, dan dipublikasikan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
4. Periksa studi untuk memutuskan kelayakan (jika mungkin dengan dua
pengulas independen)
Terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam pemeriksaan
kelayakan studi yang akan digunakan dalam penelitian ini.
a) Kualitas Artikel Penelitian
Penilaian kualitas penelitian menggunakan alat atau instrument
yaitu JBI Critical Appraisal. Format penilaian kualitas JBI Critical
Appraisal pada penelitian ini menggunakan format penelitian quasi
experiment dan randomized controlled trials. Format penilaian
kualitas pada masing-masing jenis penelitian memiliki komponen
yang berbeda, yaitu penelitian quasi experimental terdapat 11
komponen dan penelitian randomized controlled trials terdapat 13
komponen. Masing-masing format penilaian terdapat 4 kriteria
jawaban, yaitu “ya”, “tidak”, “tidak jelas”, dan “tidak ada”.
Literature atau jurnal yang dapat dikatakan baik dan valid untuk
dijadikan bahan penelitian jika mendapatkan hasil diatas 50% dari
penilaian tersebut.
b) Generalisasi Artikel Penelitian
Artikel yang dipilih memiliki kriteria sampel antara lain orang
dengan kondisi pernapasan di mana produksi sputum kronis
cenderung menjadi ciri (CF, bronkiektasis, bronkitis kronis)
dianggap mewakili populasi di mana ACBT diindikasikan.
Sementara produksi sputum kronis adalah ciri dari kondisi ini,
kemungkinan ada variasi yang cukup besar dalam produksi sputum
baik di antara dan di dalam populasi dengan kisaran volume sputum
harian yang dilaporkan berbeda antara orang-orang dengan bronkitis
kronis (5 hingga >50ml), dan bronkiektasis (20-500ml) Sampai saat
ini, tidak ada informasi yang dapat ditemukan yang melaporkan ratarata volume sputum harian pada orang dengan cystic fibrosis.
Generalisasi studi yang disertakan (seberapa representatif studi
tersebut terhadap populasi yang diminati) dinilai secara terpisah
dengan penilaian kritis JBI crithical apprasial. Generalisasi bukti
ditentukan dengan menghitung persentase studi yang melibatkan
peserta dengan penyakit pernapasan yang menghasilkan dahak
kronis. Generalisasi diklasifikasikan sebagai sangat baik jika lebih
dari 90 persen dari studi termasuk peserta dengan kondisi pernapasan
dengan produksi sputum kronis, baik (75-90%), sedang (50-74%)
dan buruk (<50%) (Lewis dkk, 2007).
c) Peserta
Peserta dalam penelitian ini yaitu pasien dengan COPD yaitu
bronkhitis dan fibrosis sistik yang dirawat di rumah sakit berusia 2040 tahun. sebanyak 30 orang.
d) Intervensi
Dalam penelitian ini, intervensi yang digunakan yaitu active
cycle of breathing technic yang terdiri dari 3 komponen yaitu 1)
kontrol pernapasan, 2) FET, dan 3) latihan ekspansi toraks.
e) Pembanding
Dalam penelitian untuk pembanding sendiri tidak ada karena
hanya fokus untuk melihat pengaruh dari active cycle of breathing
technic pada pasien COPD.
f)
Hasil
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu adanya
perbaikan dalam produksi sputum, saturasi oksigen, dan fungsi paru.
5. Buatlah tabel yang menjelaskan karakteristik studi
No
Judul Artikel
1
Effect of active
cycle of breathing
techniques in
patients with
chronic obstructive
pulmonary disease:
a systematic review
of intervention.
Penulis &
Tahun
Penulis : Meidi
Shen, Yuewei
LI, Xiangdong
DING, Linqi
XU, Feng LI 1,
Hongjing LIN.
Tahun : 2020.
Tujuan
Menyelidiki
efektivitas ACBT
pada pasien dengan
PPOK.
Metode
Peserta
Intervensi
Hasil
Metode yang
digunakan yaitu
A systematic
review,
dilakukan sesuai
dengan PRISMA
dan Pedoman
Cochrane untuk
systematic
review.
Peserta dalam
penelitian
ini
berjumlah
peserta
390
orang.
Intervensi yang dilakukan yaitu
teknik ACBT dan non ACBT.
Untuk teknik non ACBT yaitu
airway clearance therapies
Durasi intervensi bervariasi dari
sekali sampai empat minggu.
Hasil penelitian diringkas
sebagai produksi dahak, paruparu,
fungsi, dan analisis gas darah.
Hasil
Systematic
review
ini
menemukan bahwa ACBT dapat secara
efektif meningkatkan produksi dahak
dan efisiensi batuk di pasien PPOK.
Efek fungsi paru-paru, gas darah
analisis dan aspek lain dari pasien
dengan PPOK masih kontroversial.
Efek ACBT terhadap prudksi mukus.
Pengukuran produksi sputum meliputi
pengumpulan 1 jam pasca intervensi
(1+jam) dan volume basah sputum 24
jam. Uji coba terkontrol secara acak
dari Zhang (2019) menunjukkan bahwa
ACBT
benar-benar
dapat
meningkatkan 1+h dan 24-jam volume
sputum basah dibandingkan dengan
perawatan biasa termasuk pendidikan
kesehatan,
dukungan
emosional,
dukungan keluarga dan pelatihan
fungsi pernapasan. Dalam uji coba
terkontrol, ditunjukkan bahwa ACBT
dikombinasikan
dengan
drainase
postural efektif dalam meningkatkan
1+ jam dan Volume basah dahak 24
jam dengan penerimaan yang baik.
Sejumlah kelompok Cina telah
melaporkan hasil yang berbeda yang
menunjukkan bahwa untuk kelompok
lendir memiliki pengaruh yang
signifikan yaitu adanya peningkatan
volume basah sputum dalam 1 jam,
sedangkan dalam 24 jam volume
sputum basah tidak signifikan secara
statistik setelah ACBT. Namun,
volume basah sputum dalam 24 jam
pada
kelompok dahak meningkat
secara signifikan. Selanjutnya efek
ACBT terhadap fungsi paru-paru.
Peneliti merangkum hasil pada FEV1,
FVC, PEFR, FEF25-75%, FEF75-85%,
RR dan SpO2 dari enam artikel
terdiversifikasi difungsi paru. Zhang
(2019) dan Guo et al ( 2019) masingmasing menyelesaikan program ACBT
satu minggu pada tahun 2019. Kedua
studi setuju bahwa ACBT secara
signifikan meningkatkan FEV1 dan
FVC, dibandingkan dengan perawatan
biasa. Sebaliknya, Savci et al (2000)
membandingkan
ACBT
dengan
drainase autogenik dan setelah empat
minggu menemukan bahwa tidak ada
perbedaan statistik dalam FEV1, FVC,
FEF25-75%,
dan
FEF75-85%.
Menariknya, kami mengamati bahwa
ACBT menghasilkan peningkatan
PEFR
yang
signifikan,
baik
dibandingkan dengan perawatan biasa
atau drainase autogenik. Namun, Richa
(2010) melaporkan bahwa PEFR tidak
berubah
secara
signifikan
menggunakan ACBT bila dibandingkan
dengan autogenik drainase, yang efektif
dengan perawatan biasa. Fenomena ini
juga terlihat pada RR dan SpO2.
Sebuah uji coba terkontrol non-acak
yang dilakukan oleh Zheng et al (2017)
menggabungkan ACBT dan usia
drainase postural, menunjukkan bahwa
program
bersama
ini
dapat
meningkatkan SpO2 pada pasien
dengan PPOK. Zhang
Gan juga
menunjukkan peningkatan SpO2 dalam
sputum yang lebih sedikit kelompok.
Kemudian efek ACBT pada analisis
gas darah. Analisis gas darah mengukur
pH darah, PaO2, PaCO2, dan SaO2.
Zhang (2019) mempelajari efek satu
minggu ACBT pada eksaserbasi akut
pasien
PPOK
dan
mencapai
kesimpulan bahwa ACBT dapat secara
efektif meningkatkan PaO2, PaCO2
dan SaO2. Pekerjaan oleh Guo et al (
2019) mengkonfirmasi hal ini Menurut
protokol penelitian Savci (2000) pasien
dengan PPOK stabil menjalani
intervensi ACBT dan menunjukkan
peningkatan PaCO2 atau SaO2, tetapi
tidak ada peningkatan yang signifikan
dari pH dan PaO2. Efek ACBT pada
aspek lain yaitu dengan melihat Skala
Borg dan skala analog visual (VAS)
digunakan untuk pengukuran dispnea.
Uji coba terkontrol non-randomized
dengan program ACBT tiga hari
menunjukkan bahwa ACBT tidak
meningkatkan skala VAS dalam
pasien dengan PPOK. Pawadshetty et
al (2016) menggunakan ACBT dan
drainase autogenik sebagai intervensi
dan kelompok kontrol, masing-masing,
dalam uji coba terkontrol secara acak di
India. Hasil menunjukkan bahwa
perubahan dalam skala Borg adalah
signifikan secara statistik. Namun,
Savci et al (2000) yang melakukan
penelitian serupa dengan Pawadshetty
menyimpulkan bahwa tidak ada
perubahan signifikan dalam Skala Borg
atau Tes Jalan Kaki 6 Menit (6MWT).
Secara acak uji coba terkontrol melihat
perawatan standar dari pada drainase
autogenic pada kelompok kontrol,
menghasilkan statistik perbedaan yang
signifikan untuk 6MWT dan Hb.
Sebuah tiga-bersenjata uji klinis acak,
memiliki perspektif yang unik tinggal
di rumah sakit, mencatat bahwa
penerapan ACBT dapat mempersingkat
masa inap di rumah sakit dibandingkan
dengan perawatan standar, sementara
tidak ada perbedaan yang signifikan
dibandingkan
dengan
drainase
autogenik. Ada dua percobaan dari
efek dari intervensi tiga hari ACBT
untuk akut PPOK eksaserbasi, yang
menunjukkan bahwa efisiensi batuk
setelah intervensi ACBT telah terbukti
secara signifikan dibandingkan dengan
perawatan standar. Selanjutnya, Zhang
(2017) menemukan bahwa denyut
jantung (HR) dari kelompok kurang
2
Effectiveness
Active Cycle of
Breathing
Technique (ACBT)
with Pursed Lips
Breathing
Technique (PLBT)
to tripod position in
increase oxygen
saturation in
patients with
COPD, West
Sumatera.
Penulis : Zuriati
Zuriati, Melti
Surya, dan
Zahlimar.
Tahun : 2019.
Untuk melihat
efektifitas Active
Cycle of Breathing
Technique (ACBT)
dan Pursed Lips
Breathing Technique
(PLBT) dan posisi
tripod untuk
meningkatkan
saturasi oksigen pada
pasien COPD di
Sumatera Barat. Serta
membantu pasien
untuk meningkatkan
saturasi oksigen
mereka, yang
ditandai dengan
berkurangnya sesak
napas, dan saturasi
dapat meningkat
sehingga dapat
diterapkan oleh
memberikan posisi
tripod dengan The
Active Cycle of
Breathing Teknik
(ACBT).
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini
yaitu metode
kuantitatif dengan
desain quasi
eksperimen.
Peserta dalam
penelitian ini
berjumlah 30
responden.
Teknik
pengambilan
sampel
menggunakan
accidental
sampling.
Intervensi yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu membagi dua
kelompok eksperimen adalah
kelompok pertama menggunakan
posisi tripod dengan gaya dorong
latihan pernapasan bibir dan
kelompok kedua menggunakan
posisi tripod dengan siklus
pernapasan aktif, kemudian
peneliti melakukan pretest dan
posttest setelah diberikan
intervensi. Pemberian intervensi
ini dilakukan untuk tiga hari
berturut-turut dengan 5 menit.
dahak memiliki meningkat secara
signifikan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa
terdapat perbedaan peningkatan SaO2
antara
sebelum
dan
sesudah
administrasi posisi tripod dengan
Active Cycle of Breathing Techniques
(ACBT) p-value = 0,00 dan posisi
tripod dengan Teknik Pernapasan Bibir
Mengerucut (PLBT) nilai p 0,023.
Hasil T-test, yang berarti memberikan
posisi tri pod dengan The Active Cycle
of Breathing Techniques (ACBT) pada
pasien PPOK, dapat mengurangi sesak
dan meningkatkan saturasi oksigen.
Pemberian intervensi ini dilakukan
untuk tiga hari berturut-turut dengan 5
menit. Teknik untuk memposisikan
tubuh dan pernapasan adalah teknik
fisioterapi yang biasa digunakan untuk
meredakan dyspnea (Morrow, 2016).
Pemberian posisi tripod pada pasien
PPOK akan meningkatkan diafragma
dan otot interkostal eksternal di posisi
kurang lebih 45 derajat Diafragma
adalah otot inspirasi utama, dan otot
interkostal eksternal juga merupakan
otot inspirasi. Otot diafragma, yang
berada pada posisi 45 derajat,
menyebabkan gaya gravitasi bumi
untuk bekerja secara memadai pada
otot
inspirasi
utama,
sehingga
memudahkan otot untuk bergerak ke
bawah, meningkat volume rongga dada
dengan
meningkatkan
vertikal
panjangnya. Rongga dada yang
membesar menyebabkan tekanan pada
rongga dada untuk mengembang dan
memaksa
paru-paru
untuk
mengembang. Peningkatan proses
ventilasi pada pasien dengan sesak
napas yang telah diposisikan di tripod
akan meningkatkan pelepasan karbon
dioksida dan meningkatkan asupan
oksigen ke dalam intra-alveolar
sehingga
saturasi
dalam
tubuh
meningkat. Latihan pernafasan dengan
Pursed-bibirs pernafasan terdiri dari
lembut pernafasan dilakukan selama 46 kali melawan tahanan dari bibir yang
tertutup sebagian dan gigi yang
terkatup. Hal ini untuk mengontrol dan
meredakan
dispnea
dan
dapat
dilakukan pada istirahat atau saat
berolahraga. Beberapa penelitian telah
menunjukkan
bahwa
manfaat
pernapasan bibir pada subjek dengan
COPD termasuk penurunan frekuensi
pernapasan dan hiperinflasi paru-paru,
peningkatan PCO2 dan oksigen dalam
darah, dan peningkatan volume tidal
dan
saturasi
oksigen.
Latihan
pernapasan lainnya adalah Siklus
Pernapasan Aktif Teknik (ACBT)
adalah salah satu cara untuk membantu
Anda mengeluarkan dahak dari dada.
ACBT adalah satu set latihan
pernapasan yang mengendur dan
memindahkan dahak dari saluran udara
Anda. ACBT adalah fisioteraoi yang
terbaik yang diajarkan ACBT oleh
fisioterapis. ACBT adalah latihan
kontrol pernapasan, pernapasan dalam,
dan latihan batuk, yang dilakukan
dalam satu siklus sampai dada Anda
bersih. Orang dengan masalah paruparu sering batuk dan menghasilkan
lebih banyak dahak (dahak) dari
biasanya.
Ini
penting
untuk
mengeluarkan dahak dari paru-paru
Anda untuk membantu Anda bernapas
lebih banyak dengan mudah, mencegah
infeksi dada dan mengurangi serangan
batuk. Meninggalkan dahak di dada
dapat membuat kondisi Anda lebih
buruk. Berdasarkan hasil penelitian dan
teori yang dapat telah menyimpulkan
dapat ditarik dengan pasien dengan
paru-paru kronis penyakit dengan
gejala sesak nafas karena salah satu
mereka mengalami akumulasi sekret
sehingga
aliran
udara
menjadi
terhambat dan oksigen mencapai
alveolus sedikit. Jadi ini penelitian
akan
membantu
pasien
untuk
meningkatkan saturasi oksigen mereka,
yang ditandai dengan berkurangnya
sesak napas, dan saturasi dapat
meningkat sehingga dapat diterapkan
oleh memberikan posisi tripod dengan
The Active Cycle of Breathing Teknik
(ACBT).
3
Role of active cycle
of breathing
technique for
patients with
chronic obstructive
pulmonary disease:
A pragmatic,
randomized clinical
trial.
Penulis : MD
Shena, YW Li,
LQ Xua , HY
Shi, YY Ni, HJ
Lin, F Li.
Tahun : 2021.
Untuk
mengeksplorasi
pengaruh siklus aktif
teknik pernapasan
(ACBT) pada
viskositas dan
produksi dahak pada
pasien dengan
penyakit paru
obstruktif kronik.
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini
yaitu randomized
clinical trial untuk
membandingkan
efek dari siklus
aktif teknik
pernapasan
(ACBT)
vs perawatan
biasa saja dalam
pengobatan
pernapasan
menggunakan
alokasi 1: 1
perbandingan.
Pendaftaran studi,
pengacakan, dan
implementasi
adalah dilakukan
di Rawat Inap
Departemen Ilmu
Penyakit
Pernafasan di
Pusat Medis di
Changchun, Cina.
Peserta dalam
penelitian ini
yaitu pasien
rawat inap
karena penyakit
paru obstruktif
kronik yang
memenuhi
kriteria
kelayakan
tambahan
diacak ke siklus
aktif teknik
pernapasan
(n = 50) atau
kelompok
perawatan biasa
(n = 50).
Intervensi yang dilakukan yaitu
peneliti membagi kelompok
menjadi dua kelompok. Pasien
dalam kelompok intervensi
menerima intervensi selama
seminggu dari ahli terapi fisik
yang berpengalaman. Pasien
dalam kelompok perawatan biasa
menerima perawatan biasa serta
informasi dan saran dalam terang
rencana kesehatan mereka dari
pengobatan pernapasan. Hasil
utama adalah perubahan pada
dahak viskositas dan produksi.
Pada kelompok ACBT. Teknik
pernapasan siklus aktif
melibatkan tiga langkah: kontrol
pernapasan, latihan ekspansi
dada, dan teknik ekspirasi paksa
(Üzmezoglu et al., 2018). Dalam
kontrol pernapasan, pasien duduk
dengan nyaman di kursi dan
bernapas dengan kecepatan dan
kedalaman normal menggunakan
dada bagian bawah. Dalam
latihan ekspansi toraks, ahli
terapi fisik beristirahat tangannya
di epigastrium pasien dan
membimbing pasien bernapas
sehingga mereka bernapas
dengan lambat dan dalam
menggunakan
dada bagian bawah, lalu
menahan napas selama 2 detik
Teknik pernapasan siklus
aktif
meningkat secara signifikan produksi
dahak dan fungsi pernapasan pasien
dengan penyakit paru obstruktif kronik,
terutama pada mereka yang Inisiatif
Global untuk klasifikasi Penyakit Paru
Obstruktif Kronis tingkat 3, tetapi tidak
menyebabkan
perbedaan
yang
signifikan dalam viskositas dahak,
kualitas hidup, atau efektivitas biaya
pengobatan. Lebih-lebih lagi, hasil
kami menunjukkan bahwa program
mingguan dari siklus aktif teknik
pernapasan merupakan terapi yang
aman dan layak untuk pasien penyakit
paru obstruktif kronik. Peningkatan
kekentalan dan produksi sputum dapat
bermanfaat bagi pasien penyakit paru
obstruktif kronik untuk menghilangkan
peradangan dan memperbaiki gejala
pernapasan mereka. Tinjauan literatur
sistem atic (Cabillic et al., 2018)
mendukung hipotesis bahwa teknik
pernapasan siklus aktif memiliki efek
yang menguntungkan pada pasien
dengan produksi sputum. Sebagai
pengobatan komplementer, teknik
pernapasan
siklus
aktif
dapat
meningkatkan dahak produksi dalam
jangka pendek dan setara dengan fisik
lainnya terapi. Seperti disebutkan
sebelumnya, untuk peserta dengan
gangguan pernapasan kondisi yang
ditandai dengan produksi sputum
dan menghembuskan napas
sepenuhnya; ini diulang dua atau
tiga kali, kemudian pasien
kembali ke kontrol pernapasan.
Untuk teknik ekspirasi paksa,
terapis fisik meminta pasien
untuk menarik napas dalamdalam sambil secara bersamaan
mengontraksikan otot perut dan
menjaga mulut. dan tenggorokan
terbuka. Mereka kemudian
menahan napas selama 2 detik,
diikuti dengan menghembuskan
napas kuat-kuat, membuat suara
“ha” untuk merangsang batuk.
Kemudian kontrol pernapasan
diulang sampai pasien siap untuk
memulai siklus lain. Setiap
teknik pernapasan siklus aktif
standar
panjangnya sekitar 2 menit dan
diulang selama 15-20 menit. Itu
teknik pernapasan siklus aktif
direncanakan untuk semua pasien
dan dilakukan oleh terapis fisik
yang sama. Dalam waktu
seminggu intervensi, setiap
pasien dalam kelompok ini
melakukan siklus aktif teknik
pernapasan dua kali sehari.
Sedangkan pada kelompok
perawatan biasa pasien dalam
kelompok perawatan biasa tidak
menerima terapi pernapasan
kronis,
teknik pernapasan siklus dihipotesiskan
mengarah
pada
jangka
pendek
peningkatan berat basah dahak, yang
dikonfirmasi oleh kami hasil (Lewis et
al., 2012). Kami menentukan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam viskositas dahak, yang mungkin
karena ini jarang dipengaruhi oleh
terapi fisik. Untuk meningkatkan
kekentalan dahak produksi, sebuah
program yang menggabungkan teknik
pernapasan siklus aktif dan teknologi
lainnya dapat digunakan untuk
memberi pasien
keuntungan tambahan. Selanjutnya,
teknik pernapasan siklus aktif telah
disarankan untuk meningkatkan laju
aliran ekspirasi puncak dan mengurangi
dispnea pada pasien dengan penyakit
paru obstruktif kronik, yang juga setuju
dengan hasil kami (Vishvanath et al.,
2016). Faktanya, peningkatan fungsi
paru-paru dan saturasi oksigen arteri
lebih banyak bermanfaat untuk
mengurangi dispnea dan meningkatkan
aktivitas fisik sehari-hari pada pasien
penyakit paru obstruktif kronik.
Percobaan acak yang diterbitkan
sebelumnya (Richa dan Rajeev, 2010)
memberikan hasil yang menarik;
peningkatan yang signifikan dalam
oksigen arteri saturasi dan lama tinggal
di rumah sakit dilaporkan untuk
4
Role of the active
cycle of breathing
technique
combined with
phonophoresis for
the treatment of
patients with
chronic obstructive
pulmonary disease
(COPD): study
protocol for a
preliminary
randomized
controlled trial.
Penulis :
M. D. Shen, L.
R. Guo, Y. W.
Li, R. T. Gao,
X. Sui, Z. Du,
L. Q. Xu, H. Y.
Shi, Y. Y. Ni,
X. Zhang, Y.
Pang, W.
Zhang, T. Z. Yu
dan F. Li.
Tahun : 2021.
Untuk
mengeksplorasi
keefektifan dan
keamanan kombinasi
bahan aktif siklus
teknik pernapasan
dan fonoforesis
dalam merawat
pasien PPOK.
Metode
yang
digunakan dalam
penelitian
ini
yaitu single-blind
randomized
controlled trial.
Peserta dalam
penelitian ini
yaitu 75 pasien
rawat inap
didiagnosis
dengan PPOK
dengan produksi
sputum yang
berlebihan.
Ukuran sampel
dihitung dengan
menggunakan
perangkat lunak
PASS 2019.
siklus aktif. Mereka menerima
perawatan biasa serta informasi
dan saran mengenai rencana
kesehatan mereka dari
Departemen Kesehatan
Kedokteran Pernafasan. Pasien
dalam kelompok perawatan biasa
menerima informasi dan saran
pernapasan, termasuk otot
pernapasan
pelatihan,pengetahuan terkait
penyakit, gaya hidup, olahraga,
aktivitas fisik, dan psikologi dari
perawat primer. Konseling
telepon layanan yang diberikan
oleh perawat staf.
Intervensi yang akan dilakukan
dalam penelitian ini yaitu peneliti
akan membagi pasien kedalam
tiga kelompok. Kelompok
pertama yaitu kelompok
intervensi. Kelompok intervensi
akan diberikan active cycle of
breathing techniques kombinasi
dengan phonophoresis. Pada
kelompok intervensi ini pasienpasien ini akan menerima kedua
siklus pernapasan aktif teknik
dan fonoforesis selama periode
intervensi 1 minggu. Siklus aktif
teknik pernapasan terdiri dari
tiga komponen utama (Tang,
2010) : kontrol pernapasan,
latihan ekspansi dada, dan teknik
eksaserbasi akut pasien penyakit paru
obstruktif kronik dibandingkan dengan
perawatan biasa. Namun, dibandingkan
dengan flutter, ada tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam saturasi oksigen
arteri, rawat inap di rumah sakit, laju
aliran ekspirasi puncak, atau laju
pernapasan, yang mungkin jelaskan
mengapa teknik pernapasan siklus aktif
sama bermanfaatnya untuk pasien
penyakit paru obstruktif kronik sebagai
saluran
napas
lainnya
terapi
pembersihan.
Hasil peneitian menunjukkan produksi
berlebihan dan peningkatan kekentalan
dahak adalah umum di antara pasien
PPOK. Studi sebelumnya telah
mencoba untuk memecahkan masalah
ini dengan siklus aktif teknik
pernapasan,
tanpa
hasil
yang
sepenuhnya memuaskan (Ides dkk,
2011). Dapat dilihat dari laporan
sebelumnya
bahwa
airway
pembersihan adalah proses yang
kompleks, dan ekspektorasi yang
memadai
mungkin
membutuhkan
waktu lama untuk menyelesaikan
dengan memuaskan (Mcilwaine, 2014).
Dengan demikian kami mengusulkan
program intervensi siklus aktif teknik
pernapasan
yang
dikombinasikan
ekspirasi paksa. Langkah
pertama yaitu breathing control.
Pasien duduk dengan nyaman di
kursi dan bernapas secara normal
menggunakan dada bagian
bawah. Langkah kedua yaitu
Thoracic expansion exercise.
Pada tahap ini Terapis fisik
meletakkan satu tangan di
epigastrium dan membimbing
pasien untuk bernapas perlahan
dan dalam menggunakan dada
bagian bawah. Ini diikuti dengan
menahan napas selama 2 detik
dan menghembuskan napas
sepenuhnya. Ini diulang dua atau
tiga kali sebelum kembali ke
kontrol pernapasan. Langkah
ketiga yaitu Forced expiration
technique. Terapis fisik
membimbing pasien untuk
menarik napas dalam-dalam,
sementara secara bersamaan
mengkontraksikan otot perut dan
menjaga mulut dan tenggorokan
terbuka. Pasien kemudian
menahan nafas selama 2 detik
diikuti dengan pernafasan yang
kuat, membuat a Suara “ha”
untuk merangsang batuk. Pasien
kemudian kembali ke kontrol
pernapasan sampai siap untuk
memulai yang lain siklus. Dalam
1 minggu intervensi, setiap
dengan
fonoforesis
untuk
mengeksplorasi cara terbaik untuk
manajemen dahak di antara pasien
PPOK. Teknik pembersihan jalan napas
, pengobatan, dan pelatihan latihan
rehabilitasi adalah efektif dalam
mengeluarkan dahak (Okan, 2020).
Oleh karena itu, peneliti kombinasikan
latihan olahraga dengan fisioterapi
dapat diterapkan pada pasien muda
dengan cystic fibrosis, sebuah proyek
intervensi komprehensif yang telah
menghasilkan
peningkatan
yang
signifikan pada produksi dahak,
oksigen saturasi, dan fungsi paru-paru
jangka pendek (Kriemler, 2016).
pasien dalam kelompok ini akan
menerima teknik pernapasan
siklus aktif dua kali sehari yang
dilakukan oleh fisik yang sama
dokter. Prosedur fonoforesis
dikembangkan oleh dokter
pernapasan, rehabilitator,
pengasuh, dan lainnya pemangku
kepentingan. Dalam penelitian
ini, mereka akan dipimpin oleh
yang sama dokter pernapasan
berpengalaman di rumah sakit
yang tidak akan terlibat dalam
siklus aktif teknik pernapasan.
Dokter memeriksa peralatan dan
mempersiapkan tambalan steril
sebelum memulai. Selanjutnya,
asetilsistein ditempatkan ke patch
steril. Pasien diauskultasi
dan ditandai oleh dokter
pernapasan berpengalaman yang
sama untuk menentukan lokasi
akumulasi dahak. Emitor dan
patch dengan cairan kemudian
diterapkan pada posisi yang
ditandai. Frekuensi akan
disesuaikan hingga 20 kHz,
dengan kedalaman 10 mm–150
mm dan intensitas 0,8 W/cm2
, dan pengobatan akan
dilanjutkan selama 20 menit
Prosedur ini dilakukan dua kali
sehari selama
periode intervensi. Jika pasien
mengalami luka bakar pada kulit
atau intoleransi selama eksekusi,
hentikan intervensi langsung.
Kelompok kedua yaitu kelompok
perbandingan 1. Pada kelompok
ini akan diberikan intervensi
active cycle of breathing
technique. Kelompok
pembanding 1 akan menerima
siklus aktif yang sama dari
pernapasan, terdiri dari kontrol
pernapasan, toraks
latihan ekspansi, dan ekspirasi
paksa, sebagai kelompok
intervensi. Ini juga dilakukan dua
kali sehari selama
periode intervensi 1 minggu,
selama 20 menit per siklus.
Pasien-pasien ini akan menerima
agen mukolitik dengan inhalasi.
Dan kelompok ketiga yaitu
kelompok pembanding 2.
Instrumen konduktansi
fonoforesis (NAVA 01TD)
digunakan untuk memberikan
obat di rumah sakit pasien
PPOK, menggunakan agen
mukolitik yang sama yang
digunakan untuk kelompok
intervensi. Para pasien akan
menjalani fonoforesis dua kali
sehari selama 1 minggu
periode intervensi selama 20
menit setiap kali. Hasil utamanya
5
Effectiveness of
Active Cycle of
Breathing
Technique along
with Postural
Drainage Versus
Autogenic
Drainage in
Patients with
Chronic Bronchitis.
Penulis : Taniya
Singh, Niraj
Kumar, Nishu
Sharma, dan
Anirban Patra.
Tahun : 2019.
Tujuan utama dari
studi ini adalah:
1. Untuk menemukan
efek dari siklus aktif
pernapasan
teknik dengan
drainase postural
pada kronis
pasien bronkitis.
2. Untuk menemukan
efek drainase
autogenik di
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini
yaitu metode
kuantitatif dengan
desain quasi
experimental.
Peserta dalam
penelitian ini
sebanyak 30
orang dengan
bronkitis kronis
berusia antara
30-60 tahun.
Dipilih sesuai
untuk
kenyamanan
(purposive)
sampling
adalah perubahan kekentalan
dahak dan produksi, fungsi paruparu, dan oksimetri nadi. Hasil
sekunder termasuk penilaian
COPD dan kecemasan, diukur
dengan skala Tes Penilaian
COPD dan Inventarisasi
Kecemasan untuk Penyakit
Pernafasan, masing-masing;
kepuasan diri; tingkat kerjasama;
dan panjang hari rawat di rumah
sakit. Semua ukuran hasil,
dengan pengecualian produksi
sputum dan hasil sekunder
tambahan, akan dinilai pada awal
penelitian dan setelah intervensi
1 minggu. Analisis varians akan
digunakan untuk menyelidiki
perbedaan antara kelompok, dan
nilai p kurang dari 0,05 (dua sisi)
akan dianggap signifikan secara
statistik.
Intervensi dari penelitian yaitu
peneliti membagi kelompok
menjadi dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen A dan
kelompok kontrol B. Semua
peserta mengambil bagian dalam
percobaan secara sukarela
setelah menandatangani formulir
persetujuan dan data demografis
dikumpulkan dari masing-masing
Subjek. Kelompok dinilai
sebelum sesi pelatihan
Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada hasil yang signifikan
antara siklus aktif teknik pernapasan
bersama dengan drainase postural dan
drainase autogenik di pembersihan
sekresi dan oksigenasi secara klinis
didiagnosis pasien dengan bronkitis
kronis. Di dalam studi, siklus aktif
teknik pernapasan dengan drainase
postural dan drainase autogenik adalah
efektif secara individual tetapi secara
komparatif tidak ada perbedaan yang
pasien bronkitis
kronis.
3. Untuk
membandingkan efek
dari siklus aktif
teknik pernapasan
bersama dengan
postural
drainase di atas
drainase autogenik
kronis
pasien bronkitis.
berdasarkan
kriteria seleksi.
untuk mengecualikan penyakit
paru dan jantung yang sudah ada
sebelumnya. Peneliti
menjelaskan secara singkat
mengenai durasi pengobatan
untuk kedua kelompok diberikan
seperti yang tercantum di bawah
ini: Durasi per sesi: 15 menit /
sesi Jumlah sesi per hari: 1 sesi /
hari. Durasi studi: 1 bulan, Nilai
pra & pasca uji O2 saturasi,
Puncak laju aliran ekspirasi,
produk tekanan laju dan Tingkat
pengerahan tenaga yang
dirasakan dicatat sebelum dan
pada akhir bulan pengobatan.
Grup A diobati dengan siklus
aktif teknik pernapasan (ACBT)
dengan drainase postural dan
Grup B diterima drainase
autogenik. Grup A (Siklus Aktif
Teknik Pernapasan dengan
drainase postural). ACBT adalah
siklus pernapasan termasuk
pernapasan kontrol, latihan
ekspansi dada dan teknik paksa.
Tahap yang pertama yaitu
Breathing Control. Subyek
berada dalam kondisi yang
nyaman dan baik ditopang dalam
posisi tegak (drainase postural).
Mereka didorong untuk
mengendurkan dada bagian atas,
bahu dan lengan sambil
signifikan antara 2 kelompok. Kedua
pengobatan menunjukkan bahwa ada
yang kecil tapi signifikan perbedaan
pembacaan pasca perawatan. Risiko
lebih besar dari perkembangan aliran
udara
obstruksi
pada
perokok,
kecenderungan untuk menurunkan
infeksi saluran pernapasan, eksaserbasi
yang lebih tinggi frekuensi, dan
kematian keseluruhan yang lebih
buruk. CB adalah disebabkan oleh
kelebihan produksi oleh obstruksi
luminal dari saluran udara kecil,
remodeling epitel, dan perubahan
tegangan permukaan saluran napas
yang menjadi predisposisi kolaps.
Drainase postural adalah komponen
terapi kebersihan bronkus, terdiri dari:
drainase postural, pemosisian, dan
putaran. Beberapa penelitian lain
menunjukkan bahwa ACBT lebih
efektif untuk mengurangi dyspnoea
serta pembersihan sekret saluran
pernapasan atas saluran dan teknik
lainnya efektif untuk dibersihkan
sekret di cabang bronkial distal.
Namun,
subjek ditemukan tidak memiliki
perubahan yang signifikan hasilnya
pada kedua kelompok.
menggunakan dada bagian
bawah. Satu sisi, baik pasien atau
terapis adalah diposisikan ringan
di perut bagian atas. sebagai
subjek menarik napas, tangan
terasa terangkat dan keluar
sedangkan tangan tenggelam ke
bawah dan kapan subjek
menghela napas. Inspirasi adalah
yang aktif fase dan ekspirasi
santai dan pasif, keduanya
inspirasi dan ekspirasi hampir
tidak terdengar. Tahap kedua
yaitu Thoracic Expansion
Exercises. Subyek dalam
keadaan nyaman dan sehat
didukung tegak (posisi drainase
postural) posisi. Mereka
didorong untuk melakukan yang
dalam
inspirasi. Inspirasi benar-benar
aktif dan dikombinasikan dengan
penahanan 3 detik sebelum pasif
ekspirasi santai. Latihan ekspansi
dada didorong dengan stimulasi
proprioseptif, dengan meletakkan
tangan pasien atau terapis di atas
bagian dinding dada saat
gerakan didorong. Tahap ketiga
yaitu Forced Expiration
Technique. Subyek dalam
keadaan nyaman dan sehat
ditopang dalam posisi tegak.
Sebuah kombinasi 1-2 ekspirasi
paksa (huffs) dan periode
kontrol pernapasan diberikan.
Kontrol pernapasandiberikan
selama 10 detik dan kemudian
diikuti oleh ekspirasi dengan
glotis terbuka. Batuk atau hufu
ng
lebih disukai sesuai dengan mata
pelajaran. Huffing diberikan
untuk bergerak lebih perifer
terletak sekret dan bila sekret
telah mencapai lebih besar lebih
proksimal saluran udara atas,
huff atau batuk dari volume paruparu yang tinggi digunakan
untuk membersihkan sekresi.
Grup B (Autogenic Drainage).
Subyek duduk dalam posisi tegak
pada sofa dengan sandaran
punggung. Jalur udara atas
dibersihkan dari sekret dengan
huffing atau blowing hidung.
Terapis duduk di samping dan
sedikit di belakang subjek, cukup
dekat untuk mendengar
pernapasan subjek. Tangan
subjek adalah ditempatkan di
perut untuk merasakan kerja
perut otot dan tangan fisioterapis
diletakkan di atas dada bagian
atas untuk merasakan sekret.
Inhalasi dilakukan perlahan
melalui hidung, menggunakan
diafragma dan tahan napas dua
6
Pengaruh Active
Cycle Of Breathing
Technique
Terhadap
Peningkatan Nilai
VEP1, Jumlah
Sputum, dan
Mobilisasi Sangkar
Thoraks Pasien
PPOK.
Penulis : Titih
Huriah dan Dwi
Wulandari
Ningtias.
Tahun : 2017
Untuk mengetahui
pengaruh ACBT
terhadap peningkatan
nilai VEP1 ,
pengurangan jumlah
volume sputum, dan
peningkatan
mobilisasi sangkar
toraks pada penderita
PPOK.
Metode penelitian
ini menggunkan
desain Quasi
Experiment
dengan rancangan
pre–post test with
control group
design yang akan
mengungkapkan
hubungan sebab
akibat pemberian
intervensi Active
Cycle of
Sebanyak 30
orang pasien
dibagi kedalam
2 kelompok
yaitu 15
responden untuk
kelompok
intervensi dan
15 responden
untuk kelompok
kontrol dengan
menggunakan
teknik quota
hingga tiga detik memungkinkan
ventilasi kolateral untuk
mendapatkan udara di belakang
sekresi. Pernapasan dilakukan
melalui mulut. Getaran lendir
dirasakan oleh tangan terapis
diletakkan di dada bagian atas.
frekuensi getaran
mengungkapkan lokasi mereka.
Frekuensi tinggi mengungkapkan
sekret yang terletak di jalan
napas kecil. Frekuensi rendah
berarti bahwa sekresi
dipindahkan ke saluran udara
yang lebih besar.
Tekniknya meliputi melepas,
mengumpulkan, dan fase
evakuasi. Di akhir sesi lendir
dievakuasi oleh ekspirasi yang
lebih kuat atau huff volume
tinggi.
Pembagian antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
dilakukan dengan cara purposive
sampling dimana kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
berbeda ruangan. Kelompok
intervensi diberikan ACBT dan
terapi standar farmakologi,
sedangkan kelompok kontrol
diberikan terapi standar yaitu
terapi farmakologi. Intervensi
dilakukan 30 menit sebelum
responden minum obat. Durasi
Berdasarkan hasil analisa data yang
diperoleh dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Active Cycle of
Breathing Technique (ACBT) mampu
membantu meningkatkan nilai ekspansi
toraks dan mengatasi masalah kesulitan
untuk mengeluarkan sputum pada
pasien PPOK di Rumah Sakit Paru
Respira Yogyakarta. Active Cycle of
Breathing Technique (ACBT) belum
mampu meningkatkan nilai VEP1 pada
pasien PPOK di Rumah Sakit Paru
Respira Yogyakarta. ACBT dapat
Breathing
Technique
(ACBT) terhadap
nilai VEP1 ,
jumlah volume
sputum, dan
mobilisasi
sangkar toraks
pada penderita
PPOK.
sampling.
treatment untuk kelompok
intervensi adalah satu kali sehari
selama 15 – 20 menit perhari
selama 3 hari. Selama latihan
peneliti membimbing responden
untuk melakukan tahapan dalam
ACBT, yaitu tahap pertama
Breathing Control. Responden
diposisikan duduk rileks diatas
tempat tidur atau di kursi,
kemudian dibimbing untuk
melakukan inspirasi dan
ekspirasi secara teratur dan
tenang, yang diulang sebanyak 3
– 5 kali oleh responden. Tangan
peneliti diletakkan pada bagian
belakang toraks responden untuk
merasakan pergerakan yang naik
turun selama responden
bernapas. Tahap kedua yaitu
Thoracic Expansion Exercises :
masih dalam posisi duduk yang
sama, responden kemudian
dibimbing untuk menarik napas
dalam secara perlahan lalu
menghembuskannya secara
perlahan hingga udara dalam
paru-paru terasa kosong.
Langkah ini diulangi sebanyak 3
– 5 kali oleh responden, jika
responden merasa napasnya ebih
ringan, responden dibimbing
untuk mengulangi kembali dari
kontrol pernapasan awal. Tahap
diterapkan sebagai evidance based
practice
dalam
profesionalisme
pemberian asuhan keperawatan bagi
masyarakat, untuk mengembangkan
bentuk pelayanan nonfarmakologis
sebagai
salah
satu
intervensi
keperawatan dalam mengatasi masalah
pada pasien PPOK. Bagi pasien, ACBT
ini bisa dijadikan pola hidup pasien,
untuk mengurangi akumulasi sputum
dalam saluran pernapasan, mengurangi
sesak nafas, dan meningkatkan
mobilisasi sangkar toraks sehingga
kebutuhan oksigennya terpenuhi. Hasil
pengukuran yang telah dilakukan pada
penelitian ini memperlihatkan bahwa
rerata nilai ekspansi thoraks kelompok
intervensi mengalami peningkatan
sebesar 1,7 poin setelah diberikan
latihan ACBT, yaitu dari 1,3 cm saat
pre-tes hari pertama menjadi 3,0 cm
pada saat post-tes. Sedangkan pada
kelompok kontrol yang tidak diberikan
latihan ACBT hanya meningkat 0,13
cm, yaitu ketika pre-tes hari pertama
sebesar 1,27 cm, lalu menjadi 1,4 cm
pada saat pos-tes hari ke-3. Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hidayat (2015) yang
memperlihatkan peningkatan ekspansi
sangkar thorak pada saat inspirasi
setelah dilakukan metode breathing
exercise sebanyak 6 kali terapi yaitu
pada daerah axilla dari T0 = 1 cm
ketiga yaitu Forced Expiration
Technique. Setelah melakukan
dua langkah diatas, selanjutnya
responden diminta untuk
mengambil napas dalam
secukupnya lalu
mengkontraksikan otot perutnya
untuk menekan napas saat
ekspirasi dan menjaga agar mulut
serta tenggorokan tetap terbuka.
Huffing dilakukan sebayak 2 – 3
kali dengan cara yang sama, lalu
diakhiri dengan batuk efektif
untuk mengeluarkan sputum.
Bila ketiga langkah diatas telah
dilakukan oleh responden,
selanjutnya peneliti membimbing
responden untuk merilekskan
otot-otot pernapasannya dengan
tetap melakukan kontrol
pernapasan dan kemudian
mengulangi siklus tersebut 3
hingga 5 siklus atau sampai
responden merasa dadanya telah
bersih dari sputum. Alat yang
digunakan untuk mengukur
VEP1 adalah spirometri, jumlah
volume sputum diukur dengan
menggunakan gelas ukur, dan
mobilisasi sangkar toraks diukur
dengan menggunakan midline.
Pengukuran dilakukan pre-post
dilakukan setiap hari selama tiga
hari yaitu di hari pertama, hari
selisihnya menjadi T6 = 2 cm, pada
daerah intercostalis ke-4 dari T0 = 2 cm
selisihnya menjadi T6 = 3 cm, pada
daerah processus xyphoideus dari T0 =
2 cm selisihnya menjadi T6 = 3 cm.
7
A comparison of
autogenic drainage
and the active cycle
of breathing
techniques in
patients with acute
exacerbation of
chronic obstructive
pulmonary disease.
Penulis : Jamal
Ali Moiz,
Kamal Kishore,
D.R. Belsare
Tahun : 2007.
Untuk melihat efek
pengobatan jangka
pendek
Drainase autogenik
(AD) dan siklus aktif
teknik pernapasan
(ACBT) dievaluasi
pada pasien dengan
eksaserbasi akut
kronis
penyakit paru
obstruktif (PPOK).
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini
yaitu kuantitatif
desain quasi
experiment.
Tiga puluh
pasien PPOK
laki-laki usia
kelompok 41-65
tahun.
Semuanya
diterima di
rumah sakit
untuk perawatan
di sana akut
eksaserbasi
dimasukkan
dalam penelitian
ini.
kedua dan hari ketiga.
Pada
kelompok
autogenik
drainase
dilakukan
pasien
disarankan duduk dan rileks
dengan leher sedikit diluruskan.
Pasien juga diminta untuk
membersihkan saluran udara
bagian atas (hidung, atau
tenggorokan) dengan terengahengah atau meniup hidung pasien
mulai dengan melakukan gerakan
diafragma
pernapasan
pada
inspirasi
volume
paru-paru
rendah lambat dengan jeda tiga
detik, dan kedaluwarsa dilakukan
sebagai desahan dengan terbuka
glotis dan dengan kecepatan
setinggi mungkin tetapi tidak ada
ekspirasi paksa. Selama paruparu
rendah
ini
volume
pernapasan, ekspirasi didorong
sampai
volume
cadangan
ekspirasi. Kapan pasien merasa
sekretnya bergerak, volume
inspirasi menjadi lebih dalam
dan kedaluwarsa tidak turun
sejauh
ekspirasi
volume
cadangan. Saat sekresi bergerak
ke atas pohon bronkial ke saluran
udara besar pasien melakukan
pernapasan volume paru-paru
yang lebih tinggi, tidal volume
ke volume cadangan inspirasi.
Hanya ketika sekresi dirasakan
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa AD adalah seefektif ACBT
dalam pembersihan akut sekresi dan
meningkatkan saturasi oksigen tanpa
menyebabkan
efek
yang
tidak
diinginkan pada denyut jantung tingkat
pernapasan dan sesak napas pada
pasien PPOK eksaserbasi akut. Teknik
ini dapat digunakan pada PPOK
eksaserbasi menurut pasien dan
preferensi fisioterapis. Hasil dengan
jelas menunjukkan bahwa tidak ada
yang berakhir semua perbedaan antara
kedua perlakuan. Di penelitian ini
kedua perawatan ditemukan sama
efektif dalam pembersihan dahak
namun,
tidak
perbedaan
yang
signifikan ditemukan pada dahak
volume antara perlakuan. Serupa
pengamatan telah dilaporkan oleh
Millar (1995) membandingkan AD
dengan ACBT pada cystic fibrosis
pasien, mengamati tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam berat dahak
antara kedua metode. Dalam studi ini
subjek didemonstrasikan peningkatan
yang signifikan dalam saturasi oksigen
pada kedua perlakuan tersebut. Namun,
kecenderungan menuju saturasi oksigen
yang lebih tinggi adalah dengan AD
daripada ACBT dan oleh karena itu,
perbedaannya ditemukan signifikan
secara statistik. Ini sangat banyak
setinggi kemungkinan terjadi
ekspektorasi.
Para
pasien
diajarkan untuk menekan batuk
untuk memungkinkan ini siklus
latihan
pernapasan
diulang
selama 30 menit sesi perawatan.
8
The active cycle of
breathing
techniquesto tip or
not to tip?
Penulis : N. M.
Cecins, S. C.
Jenkins, J.
Pengelley, dan
C. Ryan.
Tahun : 1999
Untuk
membandingkan
efek dari ACBT
dalam posisi drainase
yang dibantu
gravitasi dengan dan
tanpa kemiringan
head-down pada
dahak, fungsi paruparu, saturasi oksigen
dan sesak napas yang
disebabkan oleh
dahak.
Metode yang
dipakai dalam
penelitian ini
yaitu kuantitatif
dengan desain
quasi experiment.
Peserta dalam
penelitian ini
berjumlah 18
orang.
Subjek dinilai oleh fisioterapis
untuk menentukan Posisi
drainase yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Posisi
membutuhkan kemiringan headdown, dipilih berdasarkan
segmen paling produktif dengan
subjek yang biasa rejimen
clearance saluran napas,
penampilan x-ray dada dan
Temuan Auskulatif. Semua
subjek terbiasa dengan ACBT
dan diinstruksikan dalam siklus
untuk digunakan di belajar.
Rejimen pengobatan
sesuai dengan temuan Savci (2016)
yang menemukan bahwa dalam
pengobatan AD, peningkatan dalam
saturasi oksigen secara signifikan lebih
tinggi daripada di ACBT. Sebaliknya
Miller (2011) menemukan tidak ada
perbedaan signifikan dalam saturasi
oksigen antara perawatan di cystic
fibrosis pasien. Namun, tidak ada
pasien yang turun saturasi dalam kedua
metode. Peningkatan oksigen saturasi
mungkin hasil dari penghapusan
sumbat lendir yang tertahan dari
saluran
udara,
menyebabkan
peningkatan
ventilasi
alveolar,
ketidakcocokan ventilasi- perfusi yang
dioptimalkan,
dan
akhirnya
meningkatkan transportasi oksigen ke
tisu.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ACBT lebih baik dilakukan
pada posisi tanpa posisi head-down,
karena lebih efektif dan dapat
ditoleransi oleh subjek daripada pada
posisi yang sama dengan head-down
tilt. Dalam praktiknya, ini berarti
rejimen yang lebih sederhana dan lebih
nyaman yang dapat meningkatkan
kepatuhan
pada
individu
yang
disarankan untuk melakukan perawatan
pembersihan jalan napas setiap hari.
Selain itu juga
individu dengan
bronkiektasis
yang
menghasilkan
sputum lebih dari 20 g per hari, ACBT
dibandingkan adalah ACBT di
dua posisi drainase dengan
kemiringan kepala dan ACBT
dalam dua posisi yang sama
tanpa kemiringan kepala, itu
horizontal. Urutan pengobatan
secara acak dan setiap
pengobatan pada saat yang sama
hari pada 2 hari berturut -turut.
Subjek diposisikan pada a Tilting
Bed dan goniometer yang
digunakan untuk memastikan
head-down Kemiringan 20°
(untuk lobus bawah) tercapai.
Setiap sesi perawatan terdiri dari
30 menit pra- Periode
pengobatan, pengobatan ACBT
30 menit dengan 15 menit di
setiap posisi dan periode 30
menit setelah perlakuan. Jika
subjek secara rutin menggunakan
bronchodila inhalasi- tors
sebelum perawatan clearance
jalan napas ini diberikan 30
menit sebelum periode praperawatan.
ACBT terdiri dari urutan kontrol
pernapasan, Lima exercises
ekspansi toraks, kontrol
pernapasan, lima latihan ekspansi
toraks, kontrol pernapasan dan
Teknik kedaluwarsa paksa
(FET). Ekspansi toraks Latihan
adalah latihan pernapasan dalam
sama efektifnya dalam hal berat sputum
yang
dikeluarkan
dalam
posisi
horizontal seperti pada posisi kepala di
bawah. Subjek lebih menyukai
perawatan dalam posisi horizontal dan
kurang sesak napas dalam posisi ini.
Tidak
ada
penelitian
yang
dipublikasikan yang membandingkan
ACBT dalam posisi drainase yang
dibantu gravitasi dengan dan tanpa
kemiringan kepala ke bawah; namun,
telah terbukti lebih efektif dalam posisi
ini daripada saat duduk. Posisi drainase
dengan bantuan gravitasi menggunakan
gravitasi untuk membantu aliran sekret
dari saluran udara distal ke proksimal.
Posisi drainase didasarkan pada posisi
subjek sehingga bahwa bronkus
segmental sedekat mungkin dengan
posisi vertikal dengan asumsi bahwa
cairan mengalir paling cepat melalui
tabung miring vertikal di bawah gaya
gravitasi. Dua posisi digunakan dalam
penelitian ini dengan subjek berubah
posisi setelah 15 menit. Waktu drainase
minimum 10 menit untuk segmen
produktif
direkomendasikan
saat
menggunakan ACBT. Protokol yang
ditetapkan untuk ACBT digunakan
dengan periode kontrol pernapasan
yang bervariasi tergantung pada
pemulihan subjek. Fisioterapis yang
mengawasi perawatan memastikan
bahwa jumlah siklus yang sama diulang
yang menekankan Inspirasi dan
kontrol pernapasan adalah
pernapasan pasang surut normal
menggunakan dada bawah. FET
terdiri dari satu atau dua
Huff volume paru-paru
pertengahan hingga
dikombinasikan dengan periode
kontrol pernapasan. Subjek
diizinkan batuk sebagai
Namun diperlukan, jika pada
akhir dua siklus berturut -turut
subjek tidak mengharapkan
sputum apa pun paru -paru tinggi
Volume Huff digunakan. Durasi
periode kontrol pernapasan
bervariasi di antara subjek
tergantung pada waktu yang
diperlukan untuk subjek untuk
mendapatkan kembali
pernapasan normal pola dan
mencegah bronkospasme dan
kelelahan. Namun, siklus yang
sama diulang pada kedua sesi
perawatan dan
Jumlah siklus yang dikendalikan.
Dua fisioterapis terlibat dalam
penelitian ini dan terapis yang
menilai subjek mengawasi
keduanya mengobati- sesi ment.
Subjek melaksanakan
independen pengobatan- rapat rapat dengan fisioterapis
memastikan bahwa ACBT sama
pada setiap hari perawatan. Dua subjek
menyatakan
preferensi
untuk
menambahkan perkusi ke rejimen
pengobatan. Subyek ini mengeluarkan
dahak lebih dari 90 g per hari dan
mungkin akan mendapat manfaat dari
penambahan
perkusi
untuk
meningkatkan laju pengeluaran dahak.
9
Active cycle of
breathing technique
for cystic fibrosis.
Penulis : Naomi
A Mckoy, Lisa
M Wilson, Ian J
Sa;danha,
Olaide A Odela,
dan Karen A
Robinson.
Tahun : 2016.
Untuk
membandingkan
efektivitas klinis dari
siklus aktif teknik
pernapasan dengan
terapi pembersihan
jalan napas lainnya
pada cystic fibrosis.
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini
yaitu Randomised
or quasirandomised
controlled clinical
studies, including
cross-over studies
Pencarian kami
mengidentifikasi
62 studi, dimana
19 (440 peserta)
memenuhi
kriteria inklusi.
Lima studi
terkontrol secara
acak (192
peserta)
dimasukkan
dalam metaanalisis; tiga
dari desain
cross-over. 14
studi yang
tersisa adalah
studi cross-over
dengan laporan
yang tidak
memadai untuk
penilaian
lengkap. Ukuran
penelitian
berkisar antara
tujuh hingga 65
peserta. Usia
di kedua sesi perawatan. Jalan
napas lainnya
perawatan clearance dan
olahraga di luar perawatan
penelitianSesi ment adalah sama di kedua
hari.
Intervensi yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu peneliti
membagi 2 kelompok yaitu
kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Pada
kelompok intervensi peserta akan
diajarkan dan melakukan ACBT,
sedangkan pada kelompok
kontrol peserta diberikan teknik
airway clearens.
Tidak ada bukti yang cukup untuk
mendukung atau menolak penggunaan
teknik
pernapasan
siklus
aktif
dibandingkan terapi pembersihan jalan
napas lainnya. Lima penelitian, dengan
data dari delapan pembanding yang
berbeda, menemukan bahwa siklus
aktif teknik pernapasan sebanding
dengan terapi lain dalam hasil seperti
preferensi peserta, kualitas hidup,
toleransi latihan, fungsi paru-paru,
berat dahak, saturasi oksigen, dan
jumlah paru-paru. eksaserbasi. Studi
jangka panjang diperlukan untuk
menilai lebih memadai efek dari siklus
aktif teknik pernapasan pada hasil yang
penting bagi orang dengan cystic
fibrosis seperti kualitas hidup dan
preferensi.
10
The active cycle of
breathing
technique: a
systematic review
and meta-analysis
Penulis : Lucy
K Lewis, Marie
T Williams, dan
Timothy S Olds
Tahun : 2012
Tinjauan sistematis
ini bertujuan untuk
mempertimbangkan
tubuh
bukti yang
mendukung
FET/ACBT daripada
secara spesifik
populasi atau situasi
klinis.
Metode yang
digunakan yaitu
Systematic
review dan metaanalysis.
peserta berkisar
antara enam
sampai 63 tahun
(usia rata-rata
22,33 tahun).
Dalam 13 studi,
tindak lanjut
berlangsung
satu hari.
Tidak ada
batasan yang
ditempatkan
pada rentang
usia
peserta (anakanak atau orang
dewasa) atau
gejala (tanpa
gejala dan
peserta dengan
kondisi akut
atau kronis).
Tiga belas studi
dilakukan secara
eksklusif pada
orang dewasa
(18 tahun).
Sembilan studi
dilakukan pada
kombinasi
remaja (12e17
tahun) dan
dewasa, dan dua
penelitian
Dalam literatur yang ada dan di
lingkungan klinis, variasi terjadi
dalam definisi dan penerapan
modalitas pengobatan fisioterapi.
ACBT adalah dimasukkan jika
itu digambarkan mengandung
tiga esensial komponen: 1)
kontrol pernapasan, 2) FET dan
3) latihan toraks ekspansi.
Teknik ini juga dapat mencakup
drainase postural (PD) atau
perkusi/gemetar.21 Demikian
pula, teknik FET diperlukan
untuk mengandung relaksasi atau
kontrol pernapasan, dan
terengah-engah, dan mungkin
termasuk PD dan
perkusi/goyangan.
Hasil penelitian menunjukan dua puluh
empat studi dimasukkan. Sepuluh
pembanding diidentifikasi dengan yang
paling umum menjadi fisioterapi dada
konvensional, tekanan ekspirasi positif
dan kontrol. Hasil yang paling sering
dinilai adalah berat basah dahak (n Z
17), vital paksa kapasitas (n Z 12) dan
volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
(n Z 12). Meta-analisis selesai pada
hasil utama berat basah dahak.
Perbedaan rata-rata standar (SMD, efek
acak) menunjukkan peningkatan berat
basah dahak selama dan hingga 1 jam
pasca ACBT dibandingkan dengan
fisioterapi konvensional (SMD 0.32,
95%CI 0.05e0.59), osilasi eksternal
perangkat (0.75, 0.48e1.02), dan
kontrol (0.24, 0.02e0.46). Keseluruhan
bukti diklasifikasikan sebagai baik
(volume, kualitas dan konsistensi,
generalisasi yang sangat baik). Tingkat
tinggi, risiko variabel dari bukti
penelitian biaslebih menyukai ACBT
daripada sebagian besar alternatif untuk
termasuk anakanak (<12
tahun) dengan
remaja dan
dewasa. Total
sampel 182
orang.
perbaikan jangka pendek
pembersihan sekresi.
Berdasarkan hasil telaah 10 jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh active cycle of breathing technic pada pasien
dengan COPD baik pada pasien bronkhitis maupun pasien cyctic fibrosis. Active cycle of breathing technique (ACBT) merupakan
suatu tindakan yang dapat digunakan untuk memobilisasi dan membersihkan kelebihan sekresi pulmonal pada penyakit paru kronis
dan secara umum meningkatkan fungsi paru-paru. ACBT terdiri dari tiga siklus yaitu relaksasi pernapasan, latihan ekspansi toraks
dan pengeluaran sekresi aktif yaitu dengan teknik ekspirasi paksa (huffing) (Pakpahan, 2019). Menurut (Elsayed et al., 2015) tujuan
active cycle of breathing technic yaitu dapat meningkatkan tidal volume dan membuka system collateral saluran nafas, melatih
kelenturan otot-otot pernapasan dan memperbaiki ventilasi pernapasan, sehingga kinerja otot pernafasan kembali normal dan
membetulkan pertukaran gas serta oksigen yang menurun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Titih dan Dwi
(2017) yang mengatakan bahwa Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) mampu membantu meningkatkan nilai ekspansi
toraks dan mengatasi masalah kesulitan untuk mengeluarkan sputum pada pasien PPOK di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta.
ACBT ini bisa dijadikan pola hidup pasien, untuk mengurangi akumulasi sputum dalam saluran pernapasan, mengurangi sesak nafas,
dan meningkatkan mobilisasi sangkar toraks sehingga kebutuhan oksigennya terpenuhi. Selain itu juga menurut penelitian yang
dilakukan Hidayat (2015) yang memperlihatkan peningkatan ekspansi sangkar thorak pada saat inspirasi setelah dilakukan metode
breathing exercise sebanyak 6 kali terapi yaitu pada daerah axilla dari T0 = 1 cm selisihnya menjadi T6 = 2 cm, pada daerah
intercostalis ke-4 dari T0 = 2 cm selisihnya menjadi T6 = 3 cm, pada daerah processus xyphoideus dari T0 = 2 cm selisihnya menjadi
T6 = 3 cm.
Indikasi dilakukannya ACBT yaitu pada pasien yang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan dahak dan mengalami sesak
napas misalnya pada pasien dengan PPOK (TB Paru, bronkiektasis, dan atelektasis, cyctic fibrosis), gagal jantung, serta covid-19
(Rahman, 2021). Sebaliknya untuk kontraindikasi dari ACBT menurut Pakpahan (2019) yaitu pasien yang tidak mampu bernapas
secara spontan, pasien tidak sadar, dan pasien yang tidak mampu mengikuti instruksi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Shen (2020) menemukan bahwa ACBT dapat secara efektif meningkatkan produksi dahak dan efisiensi batuk di
dalam
pasien PPOK. Efek fungsi paru-paru, gas darah analisis dan aspek lain dari pasien dengan PPOK masih kontroversial. Efek ACBT
terhadap produksi mukus. Pengukuran produksi sputum meliputi pengumpulan 1 jam pasca intervensi (1+jam) dan volume basah
sputum 24 jam. Uji coba terkontrol secara acak dari Zhang (2019) menunjukkan bahwa ACBT benar-benar dapat meningkatkan 1+h
dan 24-jam volume sputum basah dibandingkan dengan perawatan biasa termasuk pendidikan kesehatan, dukungan emosional,
dukungan keluarga dan pelatihan fungsi pernapasan. Dalam uji coba terkontrol, ditunjukkan bahwa ACBT dikombinasikan dengan
drainase postural efektif dalam meningkatkan 1 + jam dan Volume basah dahak 24 jam dengan penerimaan yang baik. Sejumlah
kelompok Cina telah melaporkan hasil yang berbeda yang menunjukkan bahwa untuk kelompok lendir memiliki pengaruh yang
signifikan yaitu adanya peningkatan volume basah sputum dalam 1 jam, sedangkan dalam 24 jam volume sputum basah tidak
signifikan secara statistik setelah ACBT. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Shena (2021) menunjukkan Teknik
pernapasan siklus aktif meningkat secara signifikan produksi dahak dan fungsi pernapasan pasien dengan penyakit paru obstruktif
kronik, terutama pada mereka yang Inisiatif Global untuk klasifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis tingkat 3, tetapi tidak
menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam viskositas dahak, kualitas hidup, atau efektivitas biaya pengobatan. Lebih-lebih lagi,
hasil kami menunjukkan bahwa program mingguan dari siklus aktif teknik pernapasan merupakan terapi yang aman dan layak untuk
pasien penyakit paru obstruktif kronik. Peningkatan kekentalan dan produksi sputum dapat bermanfaat bagi pasien penyakit paru
obstruktif kronik untuk menghilangkan peradangan dan memperbaiki gejala pernapasan mereka. Tinjauan literatur sistem atic
(Cabillic et al., 2018) mendukung hipotesis bahwa teknik pernapasan siklus aktif memiliki efek yang menguntungkan pada pasien
dengan produksi sputum. Sebagai pengobatan komplementer, teknik pernapasan siklus aktif dapat meningkatkan dahak produksi
dalam jangka pendek dan setara dengan fisik lainnya terapi.
6. Menilai kualitas metodologis studi yang disertakan
JBI Critical Appraisal Checklist For Systematic Review Review
Effect of active cycle of breathing techniques in patients with chronic obstructive pulmonary disease: a systematic review of intervention
Question
Yes
1. Is the review question clearly and explicitly stated?

2. Were the inclusion criteria appropriate for the review question?

3. Was the search strategy appropriate?

4. Were the sources and resources used to search for studies adequate?

5. Were the criteria for appraising studies appropriate?

6. Was critical appraisal conducted by two or more reviewers independently?

7. Were there methods to minimize errors in data extraction?

8. Were the methods used to combine studies appropriate?

Unclear

9. Was the likelihood of publication bias assessed?
10.
Were recommendations for policy and/or practice supported by the reported data?

11.
Were the specific directives for new research appropriate?

Overall Appraisal
No
91 % (Strong)
Not applicable
JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies
Effectiveness Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) with Pursed Lips Breathing Technique (PLBT) to tripod position in increase oxygen saturation in
patients with COPD, West Sumatera
Question
1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no
Yes
No

confusion about which variable comes first)?
2. Were the participants included in any comparisons similar?


3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care,
other than the exposure or intervention of interest?
4. Was there a control group?

5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the

intervention/exposure?
6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of

their follow up adequately described and analyzed?
7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the

same way?
8. Were outcomes measured in a reliable way?

Unclear
Not applicable
9. Was appropriate statistical analysis used?
Overall Appraisal

91 % (Strong)
JBI Critical Appraisal Checklist For Randomized Control Trial
Role of active cycle of breathing technique for patients with chronic obstructive pulmonary disease: A pragmatic, randomized clinical trial
Question
1.
Was true randomization used for assignment of participants to treatment groups?
Yes

2. Was allocation to treatment groups concealed?

3. Were treatment groups similar at the baseline?


4. Were participants blind to treatment assignment?
5. Were those delivering treatment blind to treatment assignment?

6. Were outcomes assessors blind to treatment assignment?

7. Were treatment groups treated identically other than the intervention of interest?

8. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their

follow up adequately described and analyzed?
9. Were participants analyzed in the groups to which they were randomized?
No

Unclear
Not applicable
10. Were outcomes measured in the same way for treatment groups?

11. Were outcomes measured in a reliable way?

12. Was appropriate statistical analysis used?

13. Was the trial design appropriate, and any deviations from the standard RCT design

(individual randomization, parallel groups) accounted for in the conduct and
analysis of the trial?
Overall Appraisal
91 % (Strong)
JBI Critical Appraisal Checklist For Randomized Control Trial
Role of the active cycle of breathing technique combined with phonophoresis for the treatment of patients with chronic obstructive pulmonary disease
(COPD): study protocol for a preliminary randomized controlled trial
Question
Yes
1. Was true randomization used for assignment of participants to treatment groups?

2. Was allocation to treatment groups concealed?

3. Were treatment groups similar at the baseline?

4. Were participants blind to treatment assignment?

No
Unclear
Not applicable
5. Were those delivering treatment blind to treatment assignment?

6. Were outcomes assessors blind to treatment assignment?

7. Were treatment groups treated identically other than the intervention of interest?

8. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their

follow up adequately described and analyzed?
9. Were participants analyzed in the groups to which they were randomized?

10. Were outcomes measured in the same way for treatment groups?

11. Were outcomes measured in a reliable way?

12. Was appropriate statistical analysis used?

13. Was the trial design appropriate, and any deviations from the standard RCT design

(individual randomization, parallel groups) accounted for in the conduct and
analysis of the trial?
Overall Appraisal
100 % (Very strong)
JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies
Effectiveness of Active Cycle of Breathing Technique along with Postural Drainage Versus Autogenic Drainage in Patients with Chronic Bronchitis
Question
1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no
Yes

confusion about which variable comes first)?
2. Were the participants included in any comparisons similar?

3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care,

other than the exposure or intervention of interest?
4. Was there a control group?

5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the

intervention/exposure?
6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of

their follow up adequately described and analyzed?
7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the

same way?
8. Were outcomes measured in a reliable way?

9. Was appropriate statistical analysis used?

Overall Appraisal
100 % (Strong)
No
Unclear
Not applicable
JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies
Pengaruh Active Cycle Of Breathing Technique Terhadap Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum, dan Mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK
Question
1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no
Yes

confusion about which variable comes first)?
2. Were the participants included in any comparisons similar?

3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care,

other than the exposure or intervention of interest?
4. Was there a control group?

5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the

intervention/exposure?
6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of

their follow up adequately described and analyzed?
7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the

same way?
8. Were outcomes measured in a reliable way?

9. Was appropriate statistical analysis used?

No
Unclear
Not applicable
Overall Appraisal
100 % (Very Strong)
JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies
A comparison of autogenic drainage and the active cycle of breathing techniques in patients with acute exacerbation of chronic obstructive pulmonary diseas
Question
1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no
Yes

confusion about which variable comes first)?
2. Were the participants included in any comparisons similar?

3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care,

other than the exposure or intervention of interest?
4. Was there a control group?

5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the

intervention/exposure?
6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of

their follow up adequately described and analyzed?
7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the

No
Unclear
Not applicable
same way?
8. Were outcomes measured in a reliable way?

9. Was appropriate statistical analysis used?

Overall Appraisal
100 % (Very Strong)
JBI Critical Appraisal Checklist For Quasi-Experimental Studies
The active cycle of breathing techniquesto tip or not to tip
Question
1. Is it clear in the study what is the ‘cause’ and what is the ‘effect’ (i.e. there is no
Yes

confusion about which variable comes first)?
2. Were the participants included in any comparisons similar?

3. Were the participants included in any comparisons receiving similar treatment/care,

other than the exposure or intervention of interest?
4. Was there a control group?

5. Were there multiple measurements of the outcome both pre and post the

intervention/exposure?
No
Unclear
Not applicable
6. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of

their follow up adequately described and analyzed?
7. Were the outcomes of participants included in any comparisons measured in the

same way?
8. Were outcomes measured in a reliable way?

9. Was appropriate statistical analysis used?

Overall Appraisal
100 % (Very Strong)
JBI Critical Appraisal Checklist For Randomized Control Trial
Active cycle of breathing technique for cystic fibrosis
Question
1. Was true randomization used for assignment of participants to treatment groups?
Yes
No


2. Was allocation to treatment groups concealed?
3. Were treatment groups similar at the baseline?


4. Were participants blind to treatment assignment?
5. Were those delivering treatment blind to treatment assignment?
Unclear

Not applicable
6. Were outcomes assessors blind to treatment assignment?

7. Were treatment groups treated identically other than the intervention of interest?

8. Was follow up complete and if not, were differences between groups in terms of their

follow up adequately described and analyzed?
9. Were participants analyzed in the groups to which they were randomized?

10. Were outcomes measured in the same way for treatment groups?

11. Were outcomes measured in a reliable way?

12. Was appropriate statistical analysis used?

13. Was the trial design appropriate, and any deviations from the standard RCT design

(individual randomization, parallel groups) accounted for in the conduct and
analysis of the trial?
Overall Appraisal
85 % (Strong)
JBI Critical Appraisal Checklist For Systematic Review Review
The active cycle of breathing technique: A systematic review and meta-analysis
Question
Yes
No
Unclear Not applicable
12. Is the review question clearly and explicitly stated?

13. Were the inclusion criteria appropriate for the review question?

14. Was the search strategy appropriate?

15. Were the sources and resources used to search for studies adequate?

16. Were the criteria for appraising studies appropriate?

17. Was critical appraisal conducted by two or more reviewers independently?

18. Were there methods to minimize errors in data extraction?

19. Were the methods used to combine studies appropriate?

20. Was the likelihood of publication bias assessed?

21. Were recommendations for policy and/or practice supported by the reported

data?

22. Were the specific directives for new research appropriate?
Overall Appraisal
91 % (Strong)
Berdasarkan hasil penilaian kualitas metodolgis artikel menggunakan JBI Critical Appraisal pada kesepuluh artikel yang
dipilih, dengan hasil penilaian rata-rata >90 % maka kesepuluh artikel yang dipilih layak atau dapat digunakan dalam penyusunan
systematic review.
7. Ekstraksi data (dengan melibatkan penyidik)
Berdasarkan hasil penelusuran pada databased Pubmed, Cochrane
Library, Medline dan Google Scholar dengan kata kunci active cycle of
breathing technic, ACBT, elderly, COPD, bronkhiatics, dan cyctic
fibrosis. Peneliti menemukan 1.174 artikel yang sesuai dengan kata
kunci tersebut. Sebanyak 800 jurnal dari jurnal yang ditemukan sesuai
kata kunci pencarian tersebut kemudian dilakukan skrining, 423 artikel
dieksklusi karena tidak tersedia artikel full text. Assessment kelayakan
terhadap 377 artikel full text dilakukan, jurnal yang duplikasi dan tidak
sesuai kriteria inklusi dilakukan eksklusi sebanyak 367 artikel sehingga
didapatkan 10 artikel full text yang dilakukan review.
Diagram 2.1 Flow Diagram Prisma Checklist
( Sumber : Prisma, 2015)
1.174 artikel ditemukan
lewat internet sesuai
kata kunci
800 artikel dilakukan
skrining
377 artikel full text
dilakukan assesment
kelayakan
12 artikel full text
dilakukan review
423 artikel dieksklusi
367 artikel full text
dieksklusi karena
duplikasi dan tidak
sesuai kriteria inklusi
8. Analisis hasil studi inklusi menggunakan sintesis statistik data
Systematic review ini disintesis menggunakan prisma checklist dan
dalam bentuk naratif dengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi
yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan.
Jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian
dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi judul artikel, penulis
dan tahun, tujuan, metode, peserta, intervensi, dan hasil. Ringkasan
jurnal penelitian tersebut dimasukkan kedalam tabel yang telah dibuat
untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan
dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis
terhadap isi yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan
penelitian.
9. Kesimpulan
Active cycle of breathing exercise adalah suatu teknik pernapasan yang
terdiri dari 3 tahap yaitu breathing control, thoracic expansion excercises (TEE),
dan forced expiration technique. Teknik pernapasan ini sangat banyak digunakan
pada pasien dengan gangguan pada pernapasan khususnya bagian paru-paru
seperti bronkhitis, sistik fibrosis dan atelektasis. Teknik ini dapat mengembalikan
fungsi paru sehingga paru dapat berkerja dengan baik dan pertukaran gas dapat
terjadi dengan normal.
DAFTAR PUSTAKA
Cecins, N. M., Jenkins, S. C., Pengelley, J., & Ryan, G. (1999). The active cycle
of breathing techniques—to tip or not to tip?. Respiratory medicine, 93(9),
660-665.
Huriah, T., & Ningtias, D. W. (2017). Pengaruh Active Cycle Of Breathing
Technique Terhadap Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum, dan
Mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK. IJNP (Indonesian Journal of
Nursing Practices), 1(2), 44-54.
Lewis, L. K., Williams, M. T., & Olds, T. S. (2012). The active cycle of breathing
technique:
a
systematic
review
and
meta-analysis. Respiratory
medicine, 106(2), 155–172. https://doi.org/10.1016/j.rmed.2011.10.014
Mckoy, N. A., Wilson, L. M., Saldanha, I. J., Odelola, O. A., & Robinson, K. A.
(2016). Active cycle of breathing technique for cystic fibrosis. The
Cochrane
database
of
systematic
reviews, 7(7),
CD007862.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD007862.pub4
Moiz, J. A., Kishore, K., & Belsare, D. (2007). A comparison of autogenic
drainage and the active cycle of breathing techniques in patients with acute
exacerbation of chronic obstructive pulmonary disease. Indian Journal of
Physiotherapy and Occupational Therapy-An International Journal, 1(2),
25-32.
Shen, M. D., Guo, L. R., Li, Y. W., Gao, R. T., Sui, X., Du, Z., Xu, L. Q., Shi, H.
Y., Ni, Y. Y., Zhang, X., Pang, Y., Zhang, W., Yu, T. Z., & Li, F. (2021).
Role of the active cycle of breathing technique combined with
phonophoresis for the treatment of patients with chronic obstructive
pulmonary disease (COPD): study protocol for a preliminary randomized
controlled trial. Trials, 22(1), 228. https://doi.org/10.1186/s13063-02105184-x
Shen, M., Li, Y., Ding, X., Xu, L., Li, F., & Lin, H. (2020). Effect of active cycle
of breathing techniques in patients with chronic obstructive pulmonary
disease: a systematic review of intervention. European journal of physical
and
rehabilitation
medicine, 56(5),
625–632.
https://doi.org/10.23736/S1973-9087.20.06144-4
Shen, M., Li, Y., Xu, L., Shi, H., Ni, Y., Lin, H., & Li, F. (2021). Role of active
cycle of breathing technique for patients with chronic obstructive
pulmonary disease: A pragmatic, randomized clinical trial. International
Journal
of
Nursing
Studies,
117,
103880. doi:10.1016/j.ijnurstu.2021.10388
Singh, T., Kumar, N., Sharma, N., & Patra, A. (2019). Effectiveness of Active
Cycle of Breathing Technique along with Postural Drainage Versus
Autogenic Drainage in Patients with Chronic Bronchitis. Physiotherapy
and Occupational Therapy, 12(1).
Vu-Ngoc, H., Elawady, S. S., Mehyar, G. M., Abdelhamid, A. H., Mattar, O. M.,
Halhouli, O., Vuong, N. L., Ali, C., Hassan, U. H., Kien, N. D., Hirayama,
K., & Huy, N. T. (2018). Quality of flow diagram in systematic review
and/or
meta-analysis. PloS
one, 13(6),
e0195955.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0195955
Zisi, D., Chryssanthopoulos, C., Nanas, S., & Philippou, A. (2022). The
effectiveness of the active cycle of breathing technique in patients with
chronic respiratory diseases: A systematic review. Heart & lung : the
journal
of
critical
care, 53,
89–98.
https://doi.org/10.1016/j.hrtlng.2022.02.006
Zuriati, Z., Surya, M., & Zahlimar. (2020). Effectiveness Active Cycle of
Breathing Technique (ACBT) with Pursed Lips Breathing Technique
(PLBT) to tripod position in increase oxygen saturation in patients with
COPD,
West
Sumatera.
Enfermería
Clínica,
30,
164–
167. doi:10.1016/j.enfcli.2019.11.046
https://jbi.global/critical-appraisal-tools (Diakses Kamis 13 Oktober 2022, Pukul
08.00 WIT)
DAPUS ACBT COVID
Felten-Barentsz, K. M., van Oorsouw, R., Klooster, E., Koenders, N.,
Driehuis, F., Hulzebos, E., van der Schaaf, M., Hoogeboom, T. J., & van
der Wees, P. J. (2020). Recommendations for Hospital-Based Physical
Therapists Managing Patients With COVID-19. Physical therapy, 100(9),
1444–1457. https://doi.org/10.1093/ptj/pzaa114
Fenjan, H. M., & Khudur, K. M. (2022). Application of Active Cycle of
Breathing Technique for Patient with Corona Virus at Respiratory
Isolation Unit: An Interventional Study. Pakistan Journal of Medical &
Health Sciences, 16(04), 825-825.
Kumar, S., POTTURI, G., KUSHWAHA, A., KUMAR, P., & SINGH, S. P.
(2020). Correlation Of Dyspnea with age and spo2 levels in covid-19 and
effectiveness of neurophysiological facilitation in the management of
dyspnea-a randomized clinical control trail. Egyptian Journal of Physical
Therapy, 4(1), 25-31.
Prabawa, I. M. Y., Silakarma, D., Manuaba, I. B. A. P., Widnyana, M., &
Jeviana, A. (2021). Chest therapy and breathing exercise in COVID-19
patient: a case report. Bali Medical Journal, 495-498.
Lewis, L. K., Williams, M. T., & Olds, T. S. (2012). The active cycle of
breathing technique: a systematic review and meta-analysis. Respiratory
medicine, 106(2), 155–172. https://doi.org/10.1016/j.rmed.2011.10.014
Download