GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B 1 TRANSLASI PENGARUH SIRKULASI DALAM DECARBONIZE ARCHITECTURE: KANTOR SEWA APA 3 – TUGAS 4 Giovanno Dave Putra – APA3 kelas A 5013201043 - KELAS I ( PA3 ) e-mail: giovanodave11@gmail.com Abstrak—Pemanasan global sudah menjadi topik yang sering dibincangbincangkan. Permasalahan ini Sudha menjadi cukup krusial dimasa sekarang. Masa dimana kita membutuhkan sebuah inovasi dan juga teknologi dalam melakukan sesuatu. Salah satu penyebab pemanasan global adalah banyak sekali emisi gas karbon. Gas karbon ini disebabkan oeh banyak hal. Decarbonized bagaimana cara kita membangun sebuah bangunan tanpa menghasilkan karbon sama sekali atau meminimalisir karbin yang terbuang. Seperti yang kita ketahui saat ini bangunan menjadi salah stau penyumbang karbon terbesar didunia baik pada masa konstruksi maupun pada masa pemakaian. Terbitlah tema Decarbonized architecture dari permasalahan tersebut. Dalam merancang sebuah banguan tentunya terdapat beberapa-beberapa tahapan yang perlu kita lalui sampai akhirnya sampai pada hasil akhir dari sebuah rancangan. I. ISU DECARBONIZE ARCHITECTURE DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR M enurut Kamus Cambridge, emisi adalah jumlah gas, panas, cahaya, dll. yang dipancarkan. Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari pembakaran senyawa yang mengandung karbon seperti CO2, solar, liquefied petroleum gas (LPG), dan bahan bakar lainnya. Sederhananya, emisi CO2 adalah pelepasan karbon ke atmosfer. Dalam hal ini, emisi karbon dioksida berkontribusi terhadap perubahan iklim bersama dengan emisi gas rumah kaca. Emisi gas yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global. Bangunan melindungi kita dari ekstrem alam dan menyediakan kondisi yang diperlukan untuk kehidupan yang nyaman. Wilayah geografis yang berbeda di dunia selalu mengembangkan konsep kehidupan yang berbeda berdasarkan kondisi iklim masing-masing. Sebagian besar bangunan yang sedang dibangun atau akan dibangun dalam waktu dekat pada dasarnya adalah bangunan modern dengan skenario bisnis yang menuntut energi yang didominasi oleh penerangan, AC, air panas, memasak, dan peralatan yang mengkonsumsi energi. Pada tahun 2020, bangunan akan menyumbang 36% dari konsumsi energi global. Konsumsi energi mencakup konstruksi dan operasi bangunan. Di sektor bangunan, konsumen energi utama adalah perumahan (60%), diikuti oleh non-perumahan (22%). Industri konstruksi yang memproduksi bahan bangunan seperti baja, semen dan kaca mengkonsumsi 18% energi sektor konstruksi. Pada Tahun 2017 menurut Global Carbon Project (GCP) emisi karbon di Indonesia diestimasikan sebanyak 487 juta ton ( MtCO2) per tahun 2017 dan ini merupakan peningkatan sebanyak 4,7 persen dari tahun sebelumnya. Ini adalah angka yang tinggi untuk kita lihat dan jika ini diteruskan masa akan terjadi pemanasan global yang hebat di Indonesia. Akibat dari pemanasan global ini akan berdampak buruk bagi negara kita karena mulai dari kekeringan, kesusahan pangan, harga bbm naik an sebagainya, bahaya-bahaya inilah yang akan menjadi ancaman untuk kita semua. II. FUNGSI BANGUNAN Pada perancangan arsitektur 3 ini kita diminta untuk merancang “Rental Office”. Rental Office adalah bangunan yang menyediakan tempat kerja yang dapat disewa. Bangunan Rental Office yang dibangun selain memiliki fungsi yang jelas, kita juga harus memikirkan kenyamanan pengguna. Kenyamanan pengguna juga hal yang penting dalam mendesian sebuah bangunan. Menghadirkan “Public Space” merupakan salah satu cara untuk memberikan kenyamanan pengguna. Sehingga bangunan tidak hanya menyediakan kantor yang dapat disewa tetapi juga area public yang dapat digunakan juga, membuat bangunan ini menjadi “Mix-Use Building”. Ini adalah salah satu preseden yang digunakan: 1. Solaris, Singapore Bangunan ini difungsikan sebagai kantor dan pusat bisnis. Gedung ini memiliki 2 massa yang saling dihubungkan. Bangunan ini menggunakan penghawaan pasif sehingga terdapat banyak bukaan bukaan pada bangunan. Bangunan ini juga memliki area terbuka hijau yang lebih luas dibandingkan dengan luasan bangunan itu sendiri Gambar 1: Solaris, singapore Sumber: http://himaartra.petra.ac.id/solaris-at-fusionopolis-singapore/ Bangunan ini menghemat energi sebanyak 36% per tahunnya karena menerapkan konsep bangunan hijau yang efektif dengan mempertimbangkan hal-hal ini: - Roof Gardens and Corner Sky Terraces - Solar Shaft - Naturally Ventilated and Day Lit Grand Atrium - Continuous Perimeter Landscape Ramp - Climate Responsive Façade : Deep Overhangs, Low-e double glazed glass - Pocket Park / Plaza GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B - Rainwater Harvesting/Recycling - Eco-cell - Extensive Sun-Shading Louvers III. FRAMEWORK & METODE PERANCANGAN A. Design Framework Disetiap perancangan yang dilakukan tentunya ada framework atau kerangka berpikir yang digunakan seorang perancang untuk menghasilkan suatu desain. Kerangka ini membentuk sebuah struktur yang mampu meng-guide para perancang dalam melakukan proses rancang. Di mata kuliah Perancangan Arsitektur 3 yang sedang dilajani, mahasiwa dituntut untuk menggunakan Force-based Framework. 2 yang kita punya terkait dengan site dan keadaan sekitar site kedalam framework yang kita gunakan, lalu kita encari stdui preseden mengenai apa yang ingin kita bangun atau desian. Kita akan mendapatkan gambaran rancangan dari hasil yang telah kita kerjakan lalu kitab isa mulai untuk melihat dan mendesain. IV. DISKUSI Setelah melakukan kajian literatur, menemukan dan menggali isu & permasalahan rancang, serta menentukan forces yang ingin kita respon dalam bangunan kira di perancangan arsitektur 3. Setelah itu semua masih terdapat beberapa proses yang akan menyempurnakan kembali desain rancangan kita, Proses-proses tersebut meliputi analisis site,aspek formal & spasial,struktur dan utilitas serta diskusi lain yang berkaitan dengan integrasi sistem. • Gambar 2:Force Based Framework Sumber: docplayer.info/204043209-Konsep-desain-aktif-pada-rancangancoworking-space.html B. Force-based Framework Force-based framework adalah metode dimana datadata yang dikumpulkan yang berhubungan dengan rancangan menjadi ‘force’ atau batasan dalam proses desain yang dilakukan (Plowright, 2014). Pada force-based framework data-data yang terkumpul dianalisis untuk didapatkan hubungannya yang dapat mendukung proses desain (Plowright, 2014). Framework ini mengacu pada data, data yang kita peroleh dari hasil Analisa kita terhadap regulasi peraturan, terhadap area sekitar, tetanggan, kondisi site. Hasil dari Analisa itu lah yang akan mengerucutkan kita pada Force kita atau tujuan kita dalam mendesain ini. C. Identfiikasi Design Force Dalam Site yang saya pilih terletak pada jalan Tunjungan, yang berlokasi tepat didepan siola dan di debelah hotel “Double tree”. Kawasan daerah tunjungan adalah kawasan yang sangat ramai dan posisi lahan saya terletak di dekat persimpangan sehingga lalu lintas didepan site biasanya ramai oleh kendaraan dan juga pejalan kaki. Jalan Tunjungan juga merupakan kawasan perbelanjaan yang ramai oleh pengunjung yang berjalan kaki. Banyak pula orang yang berdatangan ke jalan Tunjungan menggunakan kendaraan. Sehingga menyebabkan kemacetan pada jalan Tunjungan. Oleh karena itu force yang saya ambil terkait dengan sirkulasi kendaraan pada site. D. Metode Perancangan Hal pertama yang perlu kita perhatikan dalam merancang adalah menentukan isu dan sub isu untuk rancangan kita. Isu adalah gambaran besar sedangkan sub isu mengartikan bahwa kita mengerucutkan lagi isu yang sudah diberikan sehingga kita lebih memfokuskan kearah mana rancangan kita ini akan kita bawa. Lalu mencari jurnal dan referensi terkait dengan isu dan sub isu yang sudah kita pilih untuk mempelajari hal apa yang akan kita lakukan, kita pelajari dan kita terapkan. Lalu kita menentukan site dan menganalisa site yang kita pilih. Kita memasukan semua data ANALISA SITE Dalam metode menganalisis lahan, data yang kita perlukan dapat kita temukan dengan 2 proses. Data primer, ini adalah sata yang kita temukan pada saar survey langsung ke lahan terpilih. Dalam terjung langsung ke lahan secara “real” kita dapat melihat kondisi fisik dari lahan dan juga sekitarnya, lalu dapat kita catat atau sketch di logbook. Yang kedua adalah data skeunder atau data penugnjang. Data ini bisa didapatkan melalui internet. Data ini berisi iklim maupun data sains pada lahan. No. 1 Aspek Lokasi Asset Terletak dekat dengan pusat kota dan pembelanja an jalan Tunjungan 2 Sinar Matahari Site mendapatk an sinar matahari yang cukup 3 Arah Angin Angin dominan berhembus dari bagian depan site Constrain Jalan depan site dan sekitar site akan menjadi padat kendaraan maupun padat pejalan kaki Bagian timur dan barat terlalu terbuka sehingga mendapatkan sinar matahari berlebih Angin tidak bisa masuk dari arah selatan site karena terhalau oleh Sintesis Menyediakan public space pada site dan juga membuat sirkulasi masuk kedalam site lebih mudah Memberikan buffer ataupun second skin untuk menahan masuknya sinar matahari berlebih, menambahk an vegetasi disekitar bangunan. Bagian depan site dapat dijaddikan public space dan juga GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B bangunan tinggi 4 Sirkulasi 5 Vegetasi 6 Utilitas 7 Jenis Tanah 8 Kondisi Site 9 Curah Hujan 3 diberikan vegetasi untuk menahan masuknya angin berlebihan kedalam site. Membuat akses masuk kendaraan berbeda dengan keluar, lalu menyediakan pedestrian way yang nyaman Menambahk an pepohonan pada bagian depan site dan memberikan tanaman tanaman kecil atau semak pada site Memberikan drainase pada bagian dalam site Ukuran jalan didepan site besar dan terdapat halte bis didekat site, akses pejalan kaki juga mudah Pada bagian dalam site terdapat banyak pepohonan Lokasi site dekat dengan persimpanga n jalan sehingga bagian depan site akan sangat padat oleh kendaraan Kurangnya vegetasi pada bagian depan site Pada bagian depan site tepat di bawah trotoar terdapat drainase kota Pada bagian dalam site terliihat tidak memliki drainase Jenis tanah yang ada pada site adalah tanah Aluvial Terdapat bangunan terbengkala i pada bagian depan site Memperhatik an lebih untuk pondasi yang akan digunakan Menggunaka n pondasi foot plate Bangunan ini cukup panjang dan memanjang dari depan site sampai ke bagian tengah site Curah hujan normal Terkadang di bulan-bulan tertentu curah hujan menjadi tinggi Memanfaatk an bangunan terbengkalai ini menjadi public space atau komunal space yang dapat menjadi daya tarik Dapat memberikan drainase pada site agar tidak 10 View • Site dapat dilihat mulai dari jalan Praban, jalan Gemblonga n, Jalan Genteng kali Untuk view inout hanya memperlihatk an jalan raya didepan site terjadi banjir Kita dapat memberikan fasad yang menarik atau seusatu yang dapat menjadi point of interest pada bangunan sehingga orang dapat tertarik. KRITERIA PERANCANGAN Kriteria rancangan untuk merespon berbagai macam hasil dari analisis yang sudah didapatkan seperti berikut: 1. Mendorong atau memasukan bangunan kebagian dalam site agar dapat memberikan public space pada bagian depan site yang bertujuan juga sebagai penyaring suara agar tidak sampai masuk kedalam gedung 2. Pembentukan dua massa pada site untuk memenuhi kriteria rancang dan memanfaatkan bangunan terbengkalai yang berada dibagian depan site 3. Pemberian bentuk pada bangunan untuk memberikan estetika dan juga menentukan bukaan dan bagian depan bangunan untuk menentukan sirkulasi pemberian fasad dan juga memberikan point of interest pada bangunan. 4. Memberikan connecting bridge pada kedua massa tersebut agar kedua massa tersebut saling terhubung dan juga mendesian public space pada bagian depan site • TRANSFORMASI FORMAL Transformasi formal merupakan tahap yang dilakukan oleh perancang setelah melalui serangkaian analisis dalam proses desain sebelumnya seperti analisis konteks,kultur,dan budaya di sekitar site baik dari sisi mikro hingga makro pada skala perkotaan/provinsi.Data-data yang telah dikumpulkan akan menghasilkan serangkaian aspek dominan yang sekiranya perlu direspon oleh desainer. Gambar 3: Form Making Sumber: Portofolio PA 3 Penulis Tahap Form Making: 1. Meletakan massa pada lahan GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B 2. 5. Menggunakan metode substraksi untuk memberikan akses sirkulasi pada bagian tengah bangunan dan juga untuk membagi bangunan menjadi 2 massa. Memberikan bentuk agar bangunan menjadi lebih dinamis dan tidak kaku dengan memberikan bentuk lengkung pada bangunan, memberikan poin pattern pada bangunan yaitu pattern lengkung atau curve Menambah bukaan atau area open space pada bangunan sehingga dapat menjadi tempat masuknya udara maupun cahaya matahari masuk kedalam bangunan ’ Memberikan area terbuka hijau pada lahan • TRANSFORMASI SPATIAL 3. 4. Prinsip selanjutnya yang akan selalu hadir juga dalam perspektif arsitektural adalah perubahan spasial, yang berkaitan dengan bagaimana konsep spasial berkembang dalam karya arsitektur. Ruang yang dihasilkan tentu saja ada, mengingat sifat yang dapat dicapai. Aspek desain yang berkaitan dengan penentuan kualitas karya berasal dari aktivitas dasar kita sehari-hari, seperti permainan warna dalam ruang yang mempengaruhi psikologi manusia, cahaya, suara, komunitas/privasi yang mempengaruhi tingkat keintiman. Beberapa prinsip dari aspek-aspek ini dapat dihubungkan bersama. 4 Gambar 6: Pola Aktivitas Pengunjung Sumber: Portofolio PA 3 Penulis Ini adalah pola pengunjung dari Rental Office. Rental Office menyediakan sarana bagai pejalan kaki yang ada di Jalan Tunjungan dan sekitarnya dengan memberikan Plaza, taman maupun open space yang dibuka untuk umum sehingga orang dapat masuk dan melihat-lihat. Gambar 7: Pola Aktivitas Pegawai Sumber: Portofolio PA 3 Penulis Ini adalah pola karyawan dalam rental office ini. Terdapat berbagai macam ruang kerja yang ada dan juga terdapat ruang rapat maupun working space yang dapat digunakan untuk bekerja. • Gambar 4: Target, Needs, Conclusion Sumber: Portofolio PA 3 Penulis PRINSIP STRUKTUR Struktur dari suatu bangunan merupakan hal yang sangat penting, struktur pada banguan diibaratkan seperti rangka tulang yang ada pada manusia, tanpa ranga tulang tersebut kita tidak akan bisa berdiri begitu pula dengan bangunan tanpa ada struktur maka bangunan tidak dapat berdiri pula. Struktur pada bangunan harus memiliki ketahanan yang cukup baik dikarenakan fungsi utama dari struktur bangunan itu sendiri adalah untuk memikul secara aman dan efektif beban yang bekerja pada bangunan, baik itu beban vertikal ataupun beban horizontal. Gambar 8: Perbandingan struktur bangunan dengan sturktur manusia Sumber :https://id.pngtree.com/freepng/human-head skeleton-model_4453750.html Sumber: https://jayawan.com/struktur-bangunan-rumah-2/ Gambar 5: Matriks Hubungan Ruang Sumber: Portofolio PA 3 Penulis Setelah mendata dan mencari referensi-referensi terkait apa saja kebutuhan ruang yang diperlukan dalam merancang “Kantor Buana” saya lalu menghubungkan tiap tiap ruang yang ada. Terdapat pula pola aktivitas dari pengunjung maupun pegawai kantor: Pada perancangan arsitektur 3 ini kita mendesain bangunan cukup tinggi yang memiliki ketinggian 10 lantai, oleh karena itu diperlukan juga sistem struktur yang kuat untuk menopangnya. Dalam bangunan tinggi juga diperlukan “core”, core ini bisa dikatakan sebagai struktur utama suatu bangunan. Kalau diibaratkan dalam kerangka tulang manusia, core diibaratkan sebagai tulang punggung. Tulang punggung adalah bagian tulang yang menopang seluruh beban yang ada di tubuh kita, seperti core yang menjadi struktur utama pada bangunan tinggi. Jika core tidak kuat menahan beban yang ada pada bangunan,maka bangunan pun tidak akan bertahan lama. GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B Gambar 9: Peletakan core Sumber: eprints.undip.ac.id Sistem struktur yang digunakan oleh penulis adalah system struktur waffle. Sistem struktur waffle slab atau sistem pelat berusuk yang juga dinamakan pelat joist dua arah adalah bentuk pelat lantai yang unik, yang direncanakan bagi bentang lantai 7,50-12,50 m. Pada bentang yang besar, ketebalan lantai yang perlu menyalurkan beban vertikal ke kolom melebihi kapasitas lentur pelat. Dengan demikian, beton ditengah panel tidak digunakan secara efisien (Nasution, 2009). 5 Gambar 12: a) Struktur Konvensional b) Sturktur Waffle Sumber: repository.unsri.ac.id Waffle slab memiliki karakteristik pelat yang terdiri dari rusuk-rusuk yang tersusun sedemikian rupa. Sistem waffle slab dikaji sebagai sistem pelat dua arah karena kesamaannya yang dimiliki oleh system kerja balok dua arah yang biasa digunakan atau konvensional. • PRINSIP UTILITAS Utilitas adalah sistem yang memungkinkan bangunan/arsitektur menjalankan fungsinya yang berguna untuk menunjang kenyamanan pemakainya. Beberapa hal yang harus dipenuhi adalah kenyamanan, keamanan, kemudahan komunikasi, kesehatan dan mobilitas. Arsitek harus secara holistik mempertimbangkan semua sistem operasi rumah sejak awal desain untuk pengembangan pemikiran lebih lanjut. Jika diibaratkan sistem tuilitas pada suatu bangunan seperti sistem saraf pada tubuh manusia. Dimana sistem saraf tersebut yang membantu menggerakan kerangka tubuh manusia. Gambar10 : Waffle slab Sumber: (Nasution, 2009) Struktur Waffle menggunakan sistem pelat yang menggunakan sistem balok yang dua arah dari balok induk dan balok anak atau pendukungnya, sehingga membentuk sebuah grid yag saling tegak lurus (sistem jois). Cetakan pada bagian tengah dari sistem jois merupakan pelat yang berbentuk seperti rongga. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu : 1) berkekuatan besar, karena beratnya ditampung oleh sisi kiri dan kanan, 2) tingkat kekakuan besar, serta 3) ketebalan pelat yang sangat tipis Gambar 11: Dimensi Grid waffle Slab Sumber: repository.unsri.ac.id Pembagian beban harus merata dan pendistribusian beban lantai dapat tersalur dengan baik. Untuk meringankan berat dari lantai, mengurangi momen gaya pada lantai, dan menghemat bahan, pelat ditengah diganti dengan rusuk dua arah atau balok dua arah seperti gambar berikut Gambar 13: Perbandingan utilitas bangunan dengan saraf manusia Sumber:https://tropicalarchitectblog.wordpress.com/2016/08/08/utilitas-bangunanumum-sederhana-rusunawa/ Sumber:www.portalmedis.com/2020/08/mengenal-tiga-sistem-sirkulasi-padamanusia.html Sistem utilitas merupakan hal yang sama pentingnya dengan sistem struktur. Utilitas bangunan sendiri tidak terpisahkan dengan sturktur bangunan dan sudah menjadi satu kesatuan. Utilitas pada bangunan merupakan hal yang penting karena menyangkut dengan bagian dalam bangunan dan berhubungan langsung dengan user. Utilitas pada bangunan juga memegang peran penting pada kenyamanan serta kemanan dari user bangunan tersebut dikarenakan utlitas mencangkup banyak hal pada bangunan dan semakin tinggi bangunan semakin rumit juga utlitas yang ada dibangunan tersebut. GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B Gambar 14. Lingkup Utilitas Sumber : Materi Perkuliahan Mata Kuliah Utilitas Bangunan Berikut sistem utlitas yang diterapkan penulis pada rancangannya. 1. Plumbing Sistem plumbing terdiri dari air bersih, air kotor dan air bekas. Air di supply dari PDAM masuk ke meteran lalu di bagi 2 masuk tandon bawah tanah ke bangunan kantor dan bangunan plaza lalu didorong dengan pompa ke setiap lantai dan dialirkan melalui shaft untuk disebarkan ke seluruh lantai dan ruangan yang memerlukan. 6 di bagian samping site yang berisi traffo, genset dan juga panel panel listrik yang nantinya akan disebar ke masing maisng bangunan dan masuk ke dalam ruang panel masing masing bangunan. Gambar 18: Layout Electrical pada site Sumber: Portofolio PA 3 Penulis Gambar 15: Layout plumbing pada site Sumber: Portofolio PA 3 Penulis Gambar 19: Diagram electrical Sumber: Portofolio PA 3 Penulis 3. Gambar 16: Diagram plumbing air bersih pada bangunan Sumber: Portofolio PA 3 Penulis Transportasi Vertikal Untuk bangunan dengan 10 lantai tentu saja perlu transportasi vertikal seperti tangga, tetapi tangga saja tidak cukup. Bangunan 10 lantai sudah termasuk dalam kategori highraise building sehingga memerlukan lift. Bangunan kantor yang memiliki 10 lantai juga dilengkapi dengan lift, untuk lift pada bangunan kantor dilengkapi dengan kartu akses, sehingga selain pegawai kantor tidak dapat menggunakan lift. Bangunan Plaza memiliki 5 lantai dan juga dilengkapi dengan lift yang dapat diakses oleh semua orang karena tidak menggunakan kartu. Gambar 17 : Diagram plumbing air kotor dan air bekas pada bangunan Sumber: Portofolio PA 3 Penulis 2. Kelistrikan Untuk listrik supply utama berasal dari PLN dan ada genset dan juga solar panel untuk support jika terjadi pemadaman dari PLN. Terdapat rumah elektrikal yang berada Gambar 20 : Layout peletakan trasnportasi electrical Sumber: Portofolio PA 3 Penulis GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B 7 Gambar 21: Tangga darurat pada bangunan Sumber: Portofolio PA 3 Penulis Gambar 24: Layout Sistem Kebakaran pada site Sumber: Portofolio PA 3 Penulis Gambar 22: Tangga darurat pada bangunan Sumber: Portofolio PA 3 Penulis 4. Pencegah Kebakaran Sistem pencegah kebakaran adalah hal yang penting dan krusial dalam bangunan tinggi, diperlukan juga sistem utilitas yang jelas dan prosedur keselamatan yang jelas pula di dalam bangunan. Kita tentunya perlu memberikan sistem keamanan kebakaran pada bagian dalam bangunan seperti peletakan ”Apar” pada setiap ruangan, lalu peletakan ”Springkler” pada setiap lantai dan setiap ruangan dan peletakan ”Hydrant” pada setiap jarak 30 m. Tandon untuk sistem kebakaran juga perlu dipisahkan dengan tandon untuk plumbing air bersih bangunan, untuk mencegah terjadinya kehabisan air pada saat kebakaran terjadi. Gambar 25: Layout Peletakan Sprinkler pada lantai kantor sewa Sumber: Portofolio PA 3 Penulis 5. Penangkal Petir Pada bangunan tinggi seperti 10 lantai rentan untuk tersamabr petir. Untuk menyikapi maslaah ini dibutuhkan penangkal listrik. Sistem kerja dari pengkal petir ini untuk membawa listrik kedalam tanah. Secara tidak langsung Ketika petir dibawah kedalam tanah akan menyuburkan tanah tersebut dikarenakan tanah mengandung nitrat. Gambar 23: Prinsip Kerja Sprinkler Sumber: www.bromindo.com Gambar 26: Penangkal Petir pada bangunan Sumber: Portofolio PA 3 Penulis GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B 8 [15] Sulthan, F., Hanafiah, & Idris, Y. (2017). Analisis Struktur Gedung Bertingkat Menggunakan Kombinasi Sistem Struktur Frame Tube Dan Waffle Slab. Prosiding Simposium II – UNIID, September, 978–979. [16] https://www.researchgate.net/publication/334248289. [17] https://www.bromindo.com/prinsip-kerja-fire-sprinkler/ [18] https://www.spiderbeat.com/penangkal-petir/ [19] Priyadi Hidayat, A., Wahyono Sulistyo, B., Randy Pratama Salisnanda PENDAHULUAN Kabupaten Daerah Otonomi Baru Kutai Tengah terdiri dari, dan, bagian dari Kabupaten Kutai Kartanegara, K., Kota Bangun, yaitu, Wis, M., Muntai, M., Janggut, K., & Tabang Kecamatan Kota Bangun sebagai Calon Ibu Kota, dan. (n.d.). PENGGUNAAN SUBSTRUKTUR WAFFLE SLAB PADA KAWASAN TERAPUNG KOMPLEKS KANTOR BUPATI KUTAI TENGAH. [20] https://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/77978/mod_resource/content/1/Sistem% 20Proteksi%20Kebakaran%20Pada%20Bangunan%20Gedung%20Tinggi.pd f Gambar 27: Diagram Penangkal Petir pada Bangunan Sumber: www.spiderbeat.com V. KESIMPULAN Dalam Proses Desain Arsitektur 3, perancang diminta untuk mendesain sebuah bangunan kantor sewa yang memiliki tema “Decarbonized” Bangunan yang meminimalsiri karbon maupun pada masa konstruksi ataupun pada masa pemakaian. Perancang telah melakukan berbagai tahapan untuk mengonsep bangunan kantor sew aini. Mulai dari menentukan lahan, menganalisi lahan, menentukan Force yang akan dimasukan kedalam rancangan, sampai melakukan berbagai masa design thinking. Kriteria rancangan tetap menjadi acuan dalam penulis untuk merancangan bangunan kantor ini. Penulis lebih terfokus pada bagaimana dapat menciptakan sebuah environment yang dapat dirasakan bukan hanya oleh penyewa kantor tetapi juga oleh orang yang ada disekitar site. Dalam proses merancang tentunya diperlukan trial dan error. Trial dan error ini yang menuntun kita untuk dapat melihat hasil design yang terbaik. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] G. O. Young, “Synthetic structure of industrial plastics (Book style with paper title and editor),” in Plastics, 2nd ed. Vol. 3, J. Peters, Ed. New York: McGrawHill (1964) 15–64.\ Bandyopadhyay, B., & Banerjee, M. (2022). Decarbonization of Cooling of Buildings. Solar Compass, 100025. https://doi.org/10.1016/j.solcom.2022.100025 https://www.archdaily.com/988070/suanphlu-office-idinarchitects?ad_source=search&ad_medium=projects_tab https://www.archdaily.com/985543/orange-village-koffi-and-diabatearchitectes?ad_source=search&ad_medium=projects_tab https://www.archdaily.com/988594/toranomon-hills-tower-ingenhovenarchitects?ad_source=search&ad_medium=projects_tab http://himaartra.petra.ac.id/solaris-at-fusionopolis-singapore/ https://www.archdaily.com/990364/chengdu-co-innovation-and-cooperationcenter-laguardow-architects?ad_source=search&ad_medium=projects_tab https://www.archdaily.com/986884/entegra-officesbattleiroig?ad_medium=gallery https://www.archdaily.com/947950/the-quayside-cl3architects?ad_medium=gallery Darajati, Nugroho, D., & Rianto, A. (2022). Strategi Indonesia Dalam Mengurangi Emisi Karbon Dioksida (CO2) Di Masa New Normal. Prosiding Ilmu Pemerintahan, 1(1), 228–242. Edyanto, C. B. H. (2013). Carbon Emmision As the Base of the Implementation of Green Open Spaces in Jakarta Di Dki Jakarta. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia, 15(April), 1–7. Fahirah. (2010). Sistem Utilitas Pada Konstruksi Gedung. Jurnal SMARTek, 8(2), 97–106. Saraswati, I. A. P. E. C., & Rofiq, H. I. (2020). Perancangan gedung bertingkat 10 lantai dengan beton bertulang mutu tinggi. Feryanto, R., & Tedianto, L. S. (2019). Analisis Efek Bukaan Pada Waffle Slab Dengan Metode Elemen Hingga. JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil, 2(3), 265. https://doi.org/10.24912/jmts.v2i3.5838 GASAL 2020-2021/APA 3 /TUGAS 1/ KELAS A/ 9