Uploaded by Giovanno Dave

A APA3 Giovanno Dave Putra 5013201043 KELAS I T4

advertisement
GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B
1
TRANSLASI PENGARUH SIRKULASI DALAM DECARBONIZE
ARCHITECTURE: KANTOR SEWA
APA 3 – TUGAS 4
Giovanno Dave Putra – APA3 kelas A
5013201043 - KELAS I ( PA3 )
e-mail: giovanodave11@gmail.com
Abstrak—Pemanasan global sudah menjadi topik yang sering dibincangbincangkan. Permasalahan ini Sudha menjadi cukup krusial dimasa
sekarang. Masa dimana kita membutuhkan sebuah inovasi dan juga
teknologi dalam melakukan sesuatu. Salah satu penyebab pemanasan
global adalah banyak sekali emisi gas karbon. Gas karbon ini disebabkan
oeh banyak hal. Decarbonized bagaimana cara kita membangun sebuah
bangunan tanpa menghasilkan karbon sama sekali atau meminimalisir
karbin yang terbuang. Seperti yang kita ketahui saat ini bangunan menjadi
salah stau penyumbang karbon terbesar didunia baik pada masa konstruksi
maupun pada masa pemakaian. Terbitlah tema Decarbonized architecture
dari permasalahan tersebut. Dalam merancang sebuah banguan tentunya
terdapat beberapa-beberapa tahapan yang perlu kita lalui sampai akhirnya
sampai pada hasil akhir dari sebuah rancangan.
I. ISU DECARBONIZE ARCHITECTURE DALAM
PERANCANGAN ARSITEKTUR
M
enurut Kamus Cambridge, emisi adalah jumlah gas,
panas, cahaya, dll. yang dipancarkan. Emisi karbon
adalah gas yang dikeluarkan dari pembakaran senyawa yang
mengandung karbon seperti CO2, solar, liquefied petroleum
gas (LPG), dan bahan bakar lainnya. Sederhananya, emisi
CO2 adalah pelepasan karbon ke atmosfer. Dalam hal ini,
emisi karbon dioksida berkontribusi terhadap perubahan
iklim bersama dengan emisi gas rumah kaca. Emisi gas yang
berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global. Bangunan
melindungi kita dari ekstrem alam dan menyediakan kondisi
yang diperlukan untuk kehidupan yang nyaman. Wilayah
geografis yang berbeda di dunia selalu mengembangkan
konsep kehidupan yang berbeda berdasarkan kondisi iklim
masing-masing. Sebagian besar bangunan yang sedang
dibangun atau akan dibangun dalam waktu dekat pada
dasarnya adalah bangunan modern dengan skenario bisnis
yang menuntut energi yang didominasi oleh penerangan, AC,
air panas, memasak, dan peralatan yang mengkonsumsi
energi. Pada tahun 2020, bangunan akan menyumbang 36%
dari konsumsi energi global. Konsumsi energi mencakup
konstruksi dan operasi bangunan. Di sektor bangunan,
konsumen energi utama adalah perumahan (60%), diikuti
oleh non-perumahan (22%). Industri konstruksi yang
memproduksi bahan bangunan seperti baja, semen dan kaca
mengkonsumsi 18% energi sektor konstruksi. Pada Tahun
2017 menurut Global Carbon Project (GCP) emisi karbon di
Indonesia diestimasikan sebanyak 487 juta ton ( MtCO2) per
tahun 2017 dan ini merupakan peningkatan sebanyak 4,7
persen dari tahun sebelumnya. Ini adalah angka yang tinggi
untuk kita lihat dan jika ini diteruskan masa akan terjadi
pemanasan global yang hebat di Indonesia. Akibat dari
pemanasan global ini akan berdampak buruk bagi negara kita
karena mulai dari kekeringan, kesusahan pangan, harga bbm
naik an sebagainya, bahaya-bahaya inilah yang akan menjadi
ancaman untuk kita semua.
II.
FUNGSI BANGUNAN
Pada perancangan arsitektur 3 ini kita diminta untuk
merancang “Rental Office”. Rental Office adalah bangunan
yang menyediakan tempat kerja yang dapat disewa.
Bangunan Rental Office yang dibangun selain memiliki
fungsi yang jelas, kita juga harus memikirkan kenyamanan
pengguna. Kenyamanan pengguna juga hal yang penting
dalam mendesian sebuah bangunan. Menghadirkan “Public
Space” merupakan salah satu cara untuk memberikan
kenyamanan pengguna. Sehingga bangunan tidak hanya
menyediakan kantor yang dapat disewa tetapi juga area
public yang dapat digunakan juga, membuat bangunan ini
menjadi “Mix-Use Building”. Ini adalah salah satu preseden
yang digunakan:
1. Solaris, Singapore
Bangunan ini difungsikan sebagai kantor dan pusat bisnis.
Gedung ini memiliki 2 massa yang saling dihubungkan.
Bangunan ini menggunakan penghawaan pasif sehingga
terdapat banyak bukaan bukaan pada bangunan. Bangunan ini
juga memliki area terbuka hijau yang lebih luas dibandingkan
dengan luasan bangunan itu sendiri
Gambar 1: Solaris, singapore
Sumber: http://himaartra.petra.ac.id/solaris-at-fusionopolis-singapore/
Bangunan ini menghemat energi sebanyak 36% per tahunnya
karena menerapkan konsep bangunan hijau yang efektif
dengan mempertimbangkan hal-hal ini:
- Roof Gardens and Corner Sky Terraces
- Solar Shaft
- Naturally Ventilated and Day Lit Grand Atrium
- Continuous Perimeter Landscape Ramp
- Climate Responsive Façade : Deep Overhangs,
Low-e double glazed glass
- Pocket Park / Plaza
GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B
- Rainwater Harvesting/Recycling
- Eco-cell
- Extensive Sun-Shading Louvers
III. FRAMEWORK & METODE PERANCANGAN
A. Design Framework
Disetiap perancangan yang dilakukan tentunya ada
framework atau kerangka berpikir yang digunakan seorang
perancang untuk menghasilkan suatu desain. Kerangka ini
membentuk sebuah struktur yang mampu meng-guide para
perancang dalam melakukan proses rancang. Di mata kuliah
Perancangan Arsitektur 3 yang sedang dilajani, mahasiwa dituntut
untuk menggunakan Force-based Framework.
2
yang kita punya terkait dengan site dan keadaan sekitar site
kedalam framework yang kita gunakan, lalu kita encari stdui
preseden mengenai apa yang ingin kita bangun atau desian.
Kita akan mendapatkan gambaran rancangan dari hasil yang
telah kita kerjakan lalu kitab isa mulai untuk melihat dan
mendesain.
IV. DISKUSI
Setelah melakukan kajian literatur, menemukan dan
menggali isu & permasalahan rancang, serta menentukan
forces yang ingin kita respon dalam bangunan kira di
perancangan arsitektur 3. Setelah itu semua masih terdapat
beberapa proses yang akan menyempurnakan kembali desain
rancangan kita, Proses-proses tersebut meliputi analisis
site,aspek formal & spasial,struktur dan utilitas serta diskusi
lain yang berkaitan dengan integrasi sistem.
•
Gambar 2:Force Based Framework
Sumber: docplayer.info/204043209-Konsep-desain-aktif-pada-rancangancoworking-space.html
B. Force-based Framework
Force-based framework adalah metode dimana datadata yang dikumpulkan yang berhubungan dengan rancangan
menjadi ‘force’ atau batasan dalam proses desain yang
dilakukan (Plowright, 2014). Pada force-based framework
data-data yang terkumpul dianalisis untuk didapatkan
hubungannya yang dapat mendukung proses desain
(Plowright, 2014). Framework ini mengacu pada data, data
yang kita peroleh dari hasil Analisa kita terhadap regulasi
peraturan, terhadap area sekitar, tetanggan, kondisi site. Hasil
dari Analisa itu lah yang akan mengerucutkan kita pada Force
kita atau tujuan kita dalam mendesain ini.
C. Identfiikasi Design Force
Dalam Site yang saya pilih terletak pada jalan
Tunjungan, yang berlokasi tepat didepan siola dan di debelah
hotel “Double tree”. Kawasan daerah tunjungan adalah
kawasan yang sangat ramai dan posisi lahan saya terletak di
dekat persimpangan sehingga lalu lintas didepan site biasanya
ramai oleh kendaraan dan juga pejalan kaki. Jalan Tunjungan
juga merupakan kawasan perbelanjaan yang ramai oleh
pengunjung yang berjalan kaki. Banyak pula orang yang
berdatangan ke jalan Tunjungan menggunakan kendaraan.
Sehingga menyebabkan kemacetan pada jalan Tunjungan.
Oleh karena itu force yang saya ambil terkait dengan sirkulasi
kendaraan pada site.
D. Metode Perancangan
Hal pertama yang perlu kita perhatikan dalam
merancang adalah menentukan isu dan sub isu untuk
rancangan kita. Isu adalah gambaran besar sedangkan sub isu
mengartikan bahwa kita mengerucutkan lagi isu yang sudah
diberikan sehingga kita lebih memfokuskan kearah mana
rancangan kita ini akan kita bawa. Lalu mencari jurnal dan
referensi terkait dengan isu dan sub isu yang sudah kita pilih
untuk mempelajari hal apa yang akan kita lakukan, kita
pelajari dan kita terapkan. Lalu kita menentukan site dan
menganalisa site yang kita pilih. Kita memasukan semua data
ANALISA SITE
Dalam metode menganalisis lahan, data yang kita
perlukan dapat kita temukan dengan 2 proses. Data primer,
ini adalah sata yang kita temukan pada saar survey langsung
ke lahan terpilih. Dalam terjung langsung ke lahan secara
“real” kita dapat melihat kondisi fisik dari lahan dan juga
sekitarnya, lalu dapat kita catat atau sketch di logbook. Yang
kedua adalah data skeunder atau data penugnjang. Data ini
bisa didapatkan melalui internet. Data ini berisi iklim
maupun data sains pada lahan.
No.
1
Aspek
Lokasi
Asset
Terletak
dekat
dengan
pusat kota
dan
pembelanja
an
jalan
Tunjungan
2
Sinar
Matahari
Site
mendapatk
an
sinar
matahari
yang cukup
3
Arah
Angin
Angin
dominan
berhembus
dari bagian
depan site
Constrain
Jalan depan
site
dan
sekitar site
akan menjadi
padat
kendaraan
maupun
padat pejalan
kaki
Bagian timur
dan
barat
terlalu
terbuka
sehingga
mendapatkan
sinar
matahari
berlebih
Angin tidak
bisa masuk
dari
arah
selatan site
karena
terhalau oleh
Sintesis
Menyediakan
public space
pada site dan
juga
membuat
sirkulasi
masuk
kedalam site
lebih mudah
Memberikan
buffer
ataupun
second skin
untuk
menahan
masuknya
sinar
matahari
berlebih,
menambahk
an vegetasi
disekitar
bangunan.
Bagian
depan site
dapat
dijaddikan
public space
dan
juga
GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B
bangunan
tinggi
4
Sirkulasi
5
Vegetasi
6
Utilitas
7
Jenis
Tanah
8
Kondisi
Site
9
Curah
Hujan
3
diberikan
vegetasi
untuk
menahan
masuknya
angin
berlebihan
kedalam site.
Membuat
akses masuk
kendaraan
berbeda
dengan
keluar, lalu
menyediakan
pedestrian
way
yang
nyaman
Menambahk
an
pepohonan
pada bagian
depan site
dan
memberikan
tanaman
tanaman
kecil
atau
semak pada
site
Memberikan
drainase
pada bagian
dalam site
Ukuran
jalan
didepan site
besar dan
terdapat
halte
bis
didekat site,
akses
pejalan kaki
juga mudah
Pada
bagian
dalam site
terdapat
banyak
pepohonan
Lokasi site
dekat dengan
persimpanga
n
jalan
sehingga
bagian depan
site
akan
sangat padat
oleh
kendaraan
Kurangnya
vegetasi
pada bagian
depan site
Pada
bagian
depan site
tepat
di
bawah
trotoar
terdapat
drainase
kota
Pada bagian
dalam
site
terliihat tidak
memliki
drainase
Jenis tanah
yang ada
pada site
adalah
tanah
Aluvial
Terdapat
bangunan
terbengkala
i
pada
bagian
depan site
Memperhatik
an lebih untuk
pondasi yang
akan
digunakan
Menggunaka
n
pondasi
foot plate
Bangunan ini
cukup
panjang dan
memanjang
dari depan
site sampai
ke
bagian
tengah site
Curah hujan
normal
Terkadang di
bulan-bulan
tertentu curah
hujan
menjadi tinggi
Memanfaatk
an bangunan
terbengkalai
ini menjadi
public space
atau komunal
space yang
dapat
menjadi daya
tarik
Dapat
memberikan
drainase
pada
site
agar
tidak
10
View
•
Site dapat
dilihat mulai
dari jalan
Praban,
jalan
Gemblonga
n,
Jalan
Genteng
kali
Untuk view inout
hanya
memperlihatk
an jalan raya
didepan site
terjadi banjir
Kita dapat
memberikan
fasad yang
menarik atau
seusatu yang
dapat
menjadi point
of
interest
pada
bangunan
sehingga
orang dapat
tertarik.
KRITERIA PERANCANGAN
Kriteria rancangan untuk merespon berbagai macam hasil dari
analisis yang sudah didapatkan seperti berikut:
1. Mendorong atau memasukan bangunan kebagian dalam
site agar dapat memberikan public space pada bagian
depan site yang bertujuan juga sebagai penyaring suara
agar tidak sampai masuk kedalam gedung
2. Pembentukan dua massa pada site untuk memenuhi
kriteria rancang dan memanfaatkan bangunan terbengkalai
yang berada dibagian depan site
3. Pemberian bentuk pada bangunan untuk memberikan
estetika dan juga menentukan bukaan dan bagian depan
bangunan untuk menentukan sirkulasi pemberian fasad dan
juga memberikan point of interest pada bangunan.
4. Memberikan connecting bridge pada kedua massa tersebut
agar kedua massa tersebut saling terhubung dan juga
mendesian public space pada bagian depan site
•
TRANSFORMASI FORMAL
Transformasi formal merupakan tahap yang dilakukan oleh
perancang setelah melalui serangkaian analisis dalam proses
desain sebelumnya seperti analisis konteks,kultur,dan budaya di
sekitar site baik dari sisi mikro hingga makro pada skala
perkotaan/provinsi.Data-data yang telah dikumpulkan akan
menghasilkan serangkaian aspek dominan yang sekiranya perlu
direspon oleh desainer.
Gambar 3: Form Making
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
Tahap Form Making:
1. Meletakan massa pada lahan
GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B
2.
5.
Menggunakan metode substraksi untuk memberikan
akses sirkulasi pada bagian tengah bangunan dan juga
untuk membagi bangunan menjadi 2 massa.
Memberikan bentuk agar bangunan menjadi lebih dinamis
dan tidak kaku dengan memberikan bentuk lengkung
pada bangunan, memberikan poin pattern pada
bangunan yaitu pattern lengkung atau curve
Menambah bukaan atau area open space pada bangunan
sehingga dapat menjadi tempat masuknya udara maupun
cahaya matahari masuk kedalam bangunan ’
Memberikan area terbuka hijau pada lahan
•
TRANSFORMASI SPATIAL
3.
4.
Prinsip selanjutnya yang akan selalu hadir juga dalam perspektif
arsitektural adalah perubahan spasial, yang berkaitan dengan
bagaimana konsep spasial berkembang dalam karya arsitektur.
Ruang yang dihasilkan tentu saja ada, mengingat sifat yang dapat
dicapai. Aspek desain yang berkaitan dengan penentuan kualitas
karya berasal dari aktivitas dasar kita sehari-hari, seperti permainan
warna dalam ruang yang mempengaruhi psikologi manusia,
cahaya, suara, komunitas/privasi yang mempengaruhi tingkat
keintiman. Beberapa prinsip dari aspek-aspek ini dapat
dihubungkan bersama.
4
Gambar 6: Pola Aktivitas Pengunjung
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
Ini adalah pola pengunjung dari Rental Office. Rental Office
menyediakan sarana bagai pejalan kaki yang ada di Jalan
Tunjungan dan sekitarnya dengan memberikan Plaza, taman
maupun open space yang dibuka untuk umum sehingga orang
dapat masuk dan melihat-lihat.
Gambar 7: Pola Aktivitas Pegawai
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
Ini adalah pola karyawan dalam rental office ini. Terdapat
berbagai macam ruang kerja yang ada dan juga terdapat ruang
rapat maupun working space yang dapat digunakan untuk bekerja.
•
Gambar 4: Target, Needs, Conclusion
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
PRINSIP STRUKTUR
Struktur dari suatu bangunan merupakan hal yang sangat
penting, struktur pada banguan diibaratkan seperti rangka tulang
yang ada pada manusia, tanpa ranga tulang tersebut kita tidak akan
bisa berdiri begitu pula dengan bangunan tanpa ada struktur maka
bangunan tidak dapat berdiri pula. Struktur pada bangunan harus
memiliki ketahanan yang cukup baik dikarenakan fungsi utama dari
struktur bangunan itu sendiri adalah untuk memikul secara aman
dan efektif beban yang bekerja pada bangunan, baik itu beban
vertikal ataupun beban horizontal.
Gambar 8: Perbandingan struktur bangunan dengan sturktur manusia
Sumber :https://id.pngtree.com/freepng/human-head skeleton-model_4453750.html
Sumber: https://jayawan.com/struktur-bangunan-rumah-2/
Gambar 5: Matriks Hubungan Ruang
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
Setelah mendata dan mencari referensi-referensi terkait apa saja
kebutuhan ruang yang diperlukan dalam merancang “Kantor Buana”
saya lalu menghubungkan tiap tiap ruang yang ada. Terdapat pula
pola aktivitas dari pengunjung maupun pegawai kantor:
Pada perancangan arsitektur 3 ini kita mendesain
bangunan cukup tinggi yang memiliki ketinggian 10 lantai,
oleh karena itu diperlukan juga sistem struktur yang kuat
untuk menopangnya. Dalam bangunan tinggi juga diperlukan
“core”, core ini bisa dikatakan sebagai struktur utama suatu
bangunan. Kalau diibaratkan dalam kerangka tulang manusia,
core diibaratkan sebagai tulang punggung. Tulang punggung
adalah bagian tulang yang menopang seluruh beban yang ada
di tubuh kita, seperti core yang menjadi struktur utama pada
bangunan tinggi. Jika core tidak kuat menahan beban yang
ada pada bangunan,maka bangunan pun tidak akan bertahan
lama.
GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B
Gambar 9: Peletakan core
Sumber: eprints.undip.ac.id
Sistem struktur yang digunakan oleh penulis adalah
system struktur waffle. Sistem struktur waffle slab atau
sistem pelat berusuk yang juga dinamakan pelat joist dua arah
adalah bentuk pelat lantai yang unik, yang direncanakan bagi
bentang lantai 7,50-12,50 m. Pada bentang yang besar,
ketebalan lantai yang perlu menyalurkan beban vertikal ke
kolom melebihi kapasitas lentur pelat. Dengan demikian,
beton ditengah panel tidak digunakan secara efisien
(Nasution, 2009).
5
Gambar 12: a) Struktur Konvensional b) Sturktur Waffle
Sumber: repository.unsri.ac.id
Waffle slab memiliki karakteristik pelat yang terdiri dari
rusuk-rusuk yang tersusun sedemikian rupa. Sistem waffle
slab dikaji sebagai sistem pelat dua arah karena kesamaannya
yang dimiliki oleh system kerja balok dua arah yang biasa
digunakan atau konvensional.
•
PRINSIP UTILITAS
Utilitas adalah sistem yang memungkinkan bangunan/arsitektur
menjalankan fungsinya yang berguna untuk menunjang
kenyamanan pemakainya. Beberapa hal yang harus dipenuhi
adalah kenyamanan, keamanan, kemudahan komunikasi,
kesehatan dan mobilitas. Arsitek harus secara holistik
mempertimbangkan semua sistem operasi rumah sejak awal desain
untuk pengembangan pemikiran lebih lanjut. Jika diibaratkan sistem
tuilitas pada suatu bangunan seperti sistem saraf pada tubuh
manusia. Dimana sistem saraf tersebut yang membantu
menggerakan kerangka tubuh manusia.
Gambar10 : Waffle slab
Sumber: (Nasution, 2009)
Struktur Waffle menggunakan sistem pelat yang
menggunakan sistem balok yang dua arah dari balok induk
dan balok anak atau pendukungnya, sehingga membentuk
sebuah grid yag saling tegak lurus (sistem jois). Cetakan pada
bagian tengah dari sistem jois merupakan pelat yang
berbentuk seperti rongga. Sistem ini memiliki beberapa
keuntungan, yaitu : 1) berkekuatan besar, karena beratnya
ditampung oleh sisi kiri dan kanan, 2) tingkat kekakuan besar,
serta 3) ketebalan pelat yang sangat tipis
Gambar 11: Dimensi Grid waffle Slab
Sumber: repository.unsri.ac.id
Pembagian beban harus merata dan pendistribusian
beban lantai dapat tersalur dengan baik. Untuk meringankan
berat dari lantai, mengurangi momen gaya pada lantai, dan
menghemat bahan, pelat ditengah diganti dengan rusuk dua
arah atau balok dua arah seperti gambar berikut
Gambar 13: Perbandingan utilitas bangunan dengan saraf manusia
Sumber:https://tropicalarchitectblog.wordpress.com/2016/08/08/utilitas-bangunanumum-sederhana-rusunawa/
Sumber:www.portalmedis.com/2020/08/mengenal-tiga-sistem-sirkulasi-padamanusia.html
Sistem utilitas merupakan hal yang sama pentingnya dengan
sistem struktur. Utilitas bangunan sendiri tidak terpisahkan dengan
sturktur bangunan dan sudah menjadi satu kesatuan. Utilitas pada
bangunan merupakan hal yang penting karena menyangkut dengan
bagian dalam bangunan dan berhubungan langsung dengan user.
Utilitas pada bangunan juga memegang peran penting pada
kenyamanan serta kemanan dari user bangunan tersebut
dikarenakan utlitas mencangkup banyak hal pada bangunan dan
semakin tinggi bangunan semakin rumit juga utlitas yang ada
dibangunan tersebut.
GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B
Gambar 14. Lingkup Utilitas
Sumber : Materi Perkuliahan Mata Kuliah Utilitas Bangunan
Berikut sistem utlitas yang diterapkan penulis pada
rancangannya.
1. Plumbing
Sistem plumbing terdiri dari air bersih, air kotor dan air
bekas. Air di supply dari PDAM masuk ke meteran lalu di bagi 2
masuk tandon bawah tanah ke bangunan kantor dan bangunan
plaza lalu didorong dengan pompa ke setiap lantai dan dialirkan
melalui shaft untuk disebarkan ke seluruh lantai dan ruangan
yang memerlukan.
6
di bagian samping site yang berisi traffo, genset dan juga panel
panel listrik yang nantinya akan disebar ke masing maisng
bangunan dan masuk ke dalam ruang panel masing masing
bangunan.
Gambar 18: Layout Electrical pada site
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
Gambar 15: Layout plumbing pada site
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
Gambar 19: Diagram electrical
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
3.
Gambar 16: Diagram plumbing air bersih pada bangunan
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
Transportasi Vertikal
Untuk bangunan dengan 10 lantai tentu saja perlu
transportasi vertikal seperti tangga, tetapi tangga saja tidak
cukup. Bangunan 10 lantai sudah termasuk dalam kategori highraise building sehingga memerlukan lift. Bangunan kantor yang
memiliki 10 lantai juga dilengkapi dengan lift, untuk lift pada
bangunan kantor dilengkapi dengan kartu akses, sehingga selain
pegawai kantor tidak dapat menggunakan lift. Bangunan Plaza
memiliki 5 lantai dan juga dilengkapi dengan lift yang dapat
diakses oleh semua orang karena tidak menggunakan kartu.
Gambar 17 : Diagram plumbing air kotor dan air bekas pada bangunan
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
2.
Kelistrikan
Untuk listrik supply utama berasal dari PLN dan ada
genset dan juga solar panel untuk support jika terjadi
pemadaman dari PLN. Terdapat rumah elektrikal yang berada
Gambar 20 : Layout peletakan trasnportasi electrical
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B
7
Gambar 21: Tangga darurat pada bangunan
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
Gambar 24: Layout Sistem Kebakaran pada site
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
Gambar 22: Tangga darurat pada bangunan
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
4.
Pencegah Kebakaran
Sistem pencegah kebakaran adalah hal yang penting dan
krusial dalam bangunan tinggi, diperlukan juga sistem utilitas
yang jelas dan prosedur keselamatan yang jelas pula di dalam
bangunan. Kita tentunya perlu memberikan sistem keamanan
kebakaran pada bagian dalam bangunan seperti peletakan
”Apar” pada setiap ruangan, lalu peletakan ”Springkler” pada
setiap lantai dan setiap ruangan dan peletakan ”Hydrant” pada
setiap jarak 30 m. Tandon untuk sistem kebakaran juga perlu
dipisahkan dengan tandon untuk plumbing air bersih bangunan,
untuk mencegah terjadinya kehabisan air pada saat kebakaran
terjadi.
Gambar 25: Layout Peletakan Sprinkler pada lantai kantor sewa
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
5.
Penangkal Petir
Pada bangunan tinggi seperti 10 lantai rentan untuk
tersamabr petir. Untuk menyikapi maslaah ini dibutuhkan
penangkal listrik. Sistem kerja dari pengkal petir ini untuk
membawa listrik kedalam tanah. Secara tidak langsung Ketika
petir dibawah kedalam tanah akan menyuburkan tanah tersebut
dikarenakan tanah mengandung nitrat.
Gambar 23: Prinsip Kerja Sprinkler
Sumber: www.bromindo.com
Gambar 26: Penangkal Petir pada bangunan
Sumber: Portofolio PA 3 Penulis
GASAL 2022-20223/APA 3 /TUGAS 4/ KELAS A-B
8
[15] Sulthan, F., Hanafiah, & Idris, Y. (2017). Analisis Struktur Gedung Bertingkat
Menggunakan Kombinasi Sistem Struktur Frame Tube Dan Waffle Slab.
Prosiding Simposium II – UNIID, September, 978–979.
[16] https://www.researchgate.net/publication/334248289.
[17] https://www.bromindo.com/prinsip-kerja-fire-sprinkler/
[18] https://www.spiderbeat.com/penangkal-petir/
[19] Priyadi Hidayat, A., Wahyono Sulistyo, B., Randy Pratama Salisnanda
PENDAHULUAN Kabupaten Daerah Otonomi Baru Kutai Tengah terdiri dari,
dan, bagian dari Kabupaten Kutai Kartanegara, K., Kota Bangun, yaitu, Wis,
M., Muntai, M., Janggut, K., & Tabang Kecamatan Kota Bangun sebagai
Calon Ibu Kota, dan. (n.d.). PENGGUNAAN SUBSTRUKTUR WAFFLE SLAB
PADA KAWASAN TERAPUNG KOMPLEKS KANTOR BUPATI KUTAI
TENGAH.
[20] https://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/77978/mod_resource/content/1/Sistem%
20Proteksi%20Kebakaran%20Pada%20Bangunan%20Gedung%20Tinggi.pd
f
Gambar 27: Diagram Penangkal Petir pada Bangunan
Sumber: www.spiderbeat.com
V. KESIMPULAN
Dalam Proses Desain Arsitektur 3, perancang diminta
untuk mendesain sebuah bangunan kantor sewa yang memiliki
tema “Decarbonized” Bangunan yang meminimalsiri karbon
maupun pada masa konstruksi ataupun pada masa pemakaian.
Perancang telah melakukan berbagai tahapan untuk mengonsep
bangunan kantor sew aini. Mulai dari menentukan lahan,
menganalisi lahan, menentukan Force yang akan dimasukan
kedalam rancangan, sampai melakukan berbagai masa design
thinking. Kriteria rancangan tetap menjadi acuan dalam penulis
untuk merancangan bangunan kantor ini. Penulis lebih terfokus
pada bagaimana dapat menciptakan sebuah environment yang
dapat dirasakan bukan hanya oleh penyewa kantor tetapi juga oleh
orang yang ada disekitar site. Dalam proses merancang tentunya
diperlukan trial dan error. Trial dan error ini yang menuntun kita
untuk dapat melihat hasil design yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
G. O. Young, “Synthetic structure of industrial plastics (Book style with paper
title and editor),” in Plastics, 2nd ed. Vol. 3, J. Peters, Ed. New York: McGrawHill (1964) 15–64.\
Bandyopadhyay, B., & Banerjee, M. (2022). Decarbonization of Cooling of
Buildings.
Solar
Compass,
100025.
https://doi.org/10.1016/j.solcom.2022.100025
https://www.archdaily.com/988070/suanphlu-office-idinarchitects?ad_source=search&ad_medium=projects_tab
https://www.archdaily.com/985543/orange-village-koffi-and-diabatearchitectes?ad_source=search&ad_medium=projects_tab
https://www.archdaily.com/988594/toranomon-hills-tower-ingenhovenarchitects?ad_source=search&ad_medium=projects_tab
http://himaartra.petra.ac.id/solaris-at-fusionopolis-singapore/
https://www.archdaily.com/990364/chengdu-co-innovation-and-cooperationcenter-laguardow-architects?ad_source=search&ad_medium=projects_tab
https://www.archdaily.com/986884/entegra-officesbattleiroig?ad_medium=gallery
https://www.archdaily.com/947950/the-quayside-cl3architects?ad_medium=gallery
Darajati, Nugroho, D., & Rianto, A. (2022). Strategi Indonesia Dalam
Mengurangi Emisi Karbon Dioksida (CO2) Di Masa New Normal. Prosiding
Ilmu Pemerintahan, 1(1), 228–242.
Edyanto, C. B. H. (2013). Carbon Emmision As the Base of the Implementation
of Green Open Spaces in Jakarta Di Dki Jakarta. Jurnal Sains Dan Teknologi
Indonesia, 15(April), 1–7.
Fahirah. (2010). Sistem Utilitas Pada Konstruksi Gedung. Jurnal SMARTek,
8(2), 97–106.
Saraswati, I. A. P. E. C., & Rofiq, H. I. (2020). Perancangan gedung
bertingkat 10 lantai dengan beton bertulang mutu tinggi.
Feryanto, R., & Tedianto, L. S. (2019). Analisis Efek Bukaan Pada Waffle
Slab Dengan Metode Elemen Hingga. JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil, 2(3),
265. https://doi.org/10.24912/jmts.v2i3.5838
GASAL 2020-2021/APA 3 /TUGAS 1/ KELAS A/
9
Download