TUGAS TEKHNOLOGI ENERGI HEAT AND POWER TECHNOLOGY (GAS ENGINE, TURBINE ENGINE, COMBINED HEAT POWER) Dosen Pemateri : Nugroho Adi Sasongko, S.T., M.Sc., Ph.D Disusun Oleh: Cantika Setya Permatasari (120190202003) PROGRAM STUDI KETAHANAN ENERGI FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN UNIVERSITAS PERTAHANAN 2020 Heat and Power Technology (Gas Engine, Turbine Engine, CHP) 1. Pendahuluan Aspek penting dalam pembahasan energi adalah hukum termodinamika. Termodinamika adalah cabang ilmu yang mempelajari perubahan energi dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Untuk dapat memahami teori termodinamika dengan lebih baik, di antaranya diperlukan pemahaman tentang prinsip, sifat dan hukum gas ideal dan non-ideal, dan pengertian tekanan gas. Dengan memahami konsep tentang usaha, energi dan daya, maka memungkinkan untuk mengetahui tentang sistem aktual yang menerima energi dari lingkungan luar dan menggunakannya untuk melakukan usaha mekanik. Sebuah sistem termodinamik dapat diartikan sebagai “wilayah alam semesta yang didefinisikan secara tepat yang dipelajari menggunakan prinsip-prinsip termodinamika.” ilmu ini menggambarkan usaha untuk mengubah kalor (perpindahan energi yang disebabkan perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya. Termodinamika berhubungan erat dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Selain itu, Termodinamika juga berhubungan dengan mekanika statik. Cabang ilmu Fisika ini mempelajari suatu pertukaran energi dalam bentuk kalor dan kerja, sistem pembatas dan lingkungan. Aplikasi dan penerapan Termodinamika bisa terjadi pada tubuh manusia, peristiwa meniup kopi panas, perkakas elektronik, Refrigerator, mobil, pembangkit listrik dan industri, adalah peristiwa Termodinamika yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pada prinsipnya, termodinamika banyak diaplikasikan pada industri kelistrikan terutama pada pembangkit – pembangkit listrik. Dimana pembangkit – pembangkit listrik memanfaatkan uap panas untuk menggerakan turbin pada generatornya untuk menghasilkan energi listrik. Dengan berkembangnya tekhnologi, pengembangan pembangkit listrik semakin pesat dilakukan, sehingga bermunculan berbagai jenis pembangkit listrik. Diantaranya PLTU, PLTP, PLTBm, PLTBg, PLTG, hingga kemudian muncul pembangkit listrik dengan menggunakan sistem Combined Heat Power (CHP). 2. Aplikasi Termodinamika Untuk Pembangkit Listrik Hukum Nol Termodinamika Hukum ke 0 termodinamika berbunyi : ”Jika 2 buah benda berada dalam kondisi kesetimbangan termal dengan benda yang ke 3, maka ketiga benda tersebut berada dalam kesetimbangan termal satu dengan lainnya” . Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai fenomena yang menggambarkan hukum ke 0 termodinamika. Misalnya pada saat kita membuat air hangat untuk mandi. Kita mencampur air panas dengan air dingin. Pada saat air panas dicampur dengan air dingin, maka kalor akan berpindah dari air panas ke air dingin. Proses perpindahan panas ini berlangsung beberapa saat hingga tercapai kesetimbangan termal antara air panas dengan air dingin. Pada saat tercapai kesetimbangan termal antara air panas dengan air dingin, temperatur air panas akan turun sedangkan temperatur air dingin akan naik menuju ke temperatur kesetimbangan termal. Hukum Termodinamika I Dan II Dalam pembahasan termodinamika pada dasarnya tidak dapat lepas dari dua hukum termodinamika yaitu : Hukum pertama, dalam proses apapun dimana sistemnya tertutup, besarnya energi adalah tetap. Hukum pertama ini merupakan pernyataan tentang prinsip konservasi energi, yang menegaskan bahwa energi dapat diubah dari satu jenis ke jenis yang lain tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Dinyatakan juga dalam suatu formulasi bahwa perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah panas yang di tambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya. Kerja dan panas yang merupakan hasil dari suatu proses, merupakan penambah dan pengurang energi, sementara energi dalam adalah suatu bentuk tersendiri dari energi yang berhubungan dengan system. Energi dalam merupakan sifat suatu system dimana sudah tidak ada lagi kerja maupun aliran panas. Perubahan energi dalam suatu system dapat dicapai dengan kombinasi kerja dan panas. Hukum kedua, kalor tidak dapat berpindah secara spontan dari tempat yang lebih dingin ke tempat yang lebih panas. Hukum kedua ini merupakan sebuah hasil pengamatan atas fakta bahwa dengan berjalannya waktu, adanya perbedaan suhu, tekanan dan potensial kimia cenderung untuk menyeimbangkan suatu system yang terisolir dari lingkungan luar. Entropi merupakan parameter ukur keberlangsungan proses penyeimbangan. Entropi suatu system yang terisolir yang belum mencapai tingkat kesetimbangan akan cenderung meningkat hingga mencapai tingkat maksimal keseimbangan. Hukum I Termodinamika Pada penerapan Hukum I Termodinamika dalam suatu proses, dibedakan antara sistem dan lingkungan. Bagian dimana proses tersebut berlangsung disebut sebagai sistem, sedangkan segala sesuatu di luar sistem disebut lingkungan. Hukum ini berlaku tidak hanya pada sistem saja tetapi juga pada lingkungan. Dalam bentuk dasar, dapat ditulis sebagai: (1.1) Jika antara sistem dan lingkungan tidak terjadi perpindahan massa, maka sistem dikatakan tertutup dan massa konstan. Untuk sistem seperti ini, semua energi yang berpindah antara sistem dan lingkungan berbentuk panas dan kerja, sehingga persamaan (1.1) dapat dijabarkan menjadi: (1.2) (1.3) Bila panas bernilai positif untuk panas yang masuk sistem dan kerja bernilai positif untuk kerja yang dilakukan sistem, maka : (1.4) Berarti bahwa perubahan energi total sistem sama dengan panas yang ditambahkan pada sistem dikurangi oleh kerja yang dilakukan sistem. Persamaan di atas berlaku untuk perubahan yang terjadi pada sistem tertutup. Sistem tertutup juga seringkali menjalankan proses dimana tidak ada perubahan energi potensial dan kinetik sehingga persamaan (1.4) menjadi : (1.5) Proses Aliran Steady State Persamaan (1.5) terbatas pemakaiannya pada proses dengan massa konstan dimana hanya terjadi perubahan energi dalam saja. Untuk proses-proses pada industri yang melibatkan aliran mantap melalui peralatan-peralatan diperlukan penjabaran Hukum I Termodinamika yang lebih umum. Keadaan mantap berarti bahwa kondisi pada semua titik dalam peralatan konstan terhadap waktu. Sehingga persamaan (1.4) kemudian menjadi : (1.6) Pada penerapannya secara termodinamika, energi potensial dan energi kinetik sangatlah kecil dibandingkan dengan elemen yang lainnya dan dapat diabaikan. Selain itu, pada turbin semua perpindahan panas diabaikan sehingga persamaan (1.6) berubah menjadi: (1.7) dimana kerja turbin (ditandakan dengan minus) masih dalam dasar unit massa yang mengalir. Dengan memasukkan variabel m (massa) maka persamaan (1.7) dapat ditulis menjadi : (1.8) dimana: W = kerja/daya turbin (kW) turbin (kJ/kg) m = massa (kg/s) h2 = entalpi uap yang meninggalkan turbin h1 = entalpi uap yang masuk kedalam (kJ/kg) Selanjutnya, persamaan inilah yang kemudian digunakan dalam perhitungan daya turbin pada sistem pembangkit listrik. 3. Roadmap Teknologi Pembangkit Listrik Gas Turbines Gas Engines Diesel Engines Gambar 1. Roadmap Teknologi Pembangkit Listrik Combined Heat Power 4. Tekhnologi Pembangkit Listrik 4.1. Diesel Engines Powerplan (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) adalah pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak awal. Mesin diesel ini berfungsi untuk menghasilkan energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator. Bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel ini adalah solar. Motor diesel pada PLTD juga disebut sebagai motor penyalaan kompresi (Compression Ignition Engine) oleh karena cara penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara bertekanan dan temperatur tinggi, sebagai akibat dari proses didalam ruang bakar kepala silinder. Selain motor diesel dikenal juga motor bakar lainnya yaitu motor bensin yang biasanya dinamai motor penyalaan bunga api (Spark Ignition Engine) oleh karena cara penyalaan baan bakarnya dengan pertolongan bunga api. Jika dibandingkan dengan motor bensin, gas buang motor diesel tidak banyak mengandung komponen beracun yang dapat mencemari udara, selain itu pemakaian bahan bakar motor diesel lebih rendah (-/+ 25%) daripada motor bensin, sedangkan harganya pun lebih murah. Ditinjau dari sisi investasi harga, motor diesel umumnya lebih mahal dari motor bensin karena untuk kapasitas mesin yang sama motor diesel harus dibuat dengan konstruksi dan berat yang lebih besar. Gambar 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Adapun konstruksi dari PLTD dapat dilihat pada gambar 2, dimana terdapat komponen – komponen penysusun yaitu sebagai berikut, 1. Tangki penyimpanan bahan bakar 6. Turbocharger 2. Penyaring bahan bakar 7. Penyaring gas buangan 3. Tangki penyimpanan bahan bakar 8. Tempat pembuangan gas (gas buangan sementara (bahan bakar yang telah yang telah disaring) disaring) 9. Generator 4. Pengabut (Nozel) 10. Trafo 5. Mesin diesel 11. Saluran transmisi Secara umum, skema kerja pembangkit listrik dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Untuk melakukan pembakaran optimal pada diesel engine, maka diperlukan oksigen dari udara di sekitar, disinilah peran air filter berfungsi yaitu sebagai penyaring udara yang masuk ke turbocharger dan enginer. b) Didalam diesel engine, solar yang digunakan sebagai bahan bakar akan menghasilkan energi untuk memutar generator yang kemudian menghasilkan listrik yang dihubungkan ke trafo dan gardu listrik. c) Pada proses PLTD satu hal yang perlu diperhatikan adalah sistem pendinginan minyak pelumasan mesin. Sistem pendingin yang digunakan biasanya adalah sistem heat exchanger dan radiator atau kedua sistem ini digabungkan. d) Heat exchanger adalah sistem pendingin minyak pelumas yaitu dengan konsep air pendingin dialirkan terus dari sumber air terdekat seperti danau, sungai atau kolam buatan. e) Sedangkan sistem radiator, minyak pelumas didinginkan dengan menggunakan kipas radiator, yaitu dengan konsep perpindahan suhu radiasi. 4.2. Gas Engines Powerplan (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) adalah pembangkit listrik yang menkonversi energi kinetik dari gas untuk menghasilkan putaran pada turbin gas sehingga menggerakan generator dan kemudian menghasilkan energy listrik. Turbin gas suatu PLTG berfungsi untuk mangubah energi yang terkandung di dalam bahan bakarmenjadi mekanis. Fluida kerja untuk memutar Turbin Gas adalah gas panas yang diperoleh dari proses pembakaran. Proses pembakaran memerlukan tiga unsur utama yaitu Bahan Bakar, Udara, dan Panas. Dalam proses pembakaran ini bahan bakar disuplai oleh pompa bahan bakar (fuel oil pump) apabila digunakan bahan bakar minyak, atau oleh kompresor gas apabila menggunakan bahan bakar gas alam. Pada umumnya kompresor gas disediakan oleh pemasok gas tersebut. Udara untuk pembakaran diperoleh dari kompresor utama, sedangkan panas untuk awal pembakaran dihasilkan oleh ignitor (busi). Proses pembakaran dilaksanakan didalam Combustion Chamber (ruang bakar). Energi mekanis yang dihasilkan oleh turbin gas digunakan untuk memutar generator listrik, sehingga diperoleh energi listrik. Gambar 3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Secara umum siklus prinsip kerja PLTG berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, a) Pertama-tama udara ditekan dengan kompresor ke Ruang bakar b) Di Ruang bakar udara dibakar dengan bahan baker gas alam c) Udara yang dibakar akan menghasilkan gas dengan tekanan dan temperature yang sangat tinggi. d) e) Selanjutnya gas dialirkan ke turbin untuk memutar turbin, generator dikoppel secara langsung dengan turbin, dengan demikian bila turbin berputar maka generator berputar. Kompressor juga seporos dengan turbin. Jadi tekanan gas yang dihasilkan dari ruang bakar selain memutar turbin juga untuk memutar compressor. Selanjutnya gas dari turbin dibuang kembali ke udara. 4.3. Gas Turbines Engines (Sistem Turbin Gas) Turbin gas itu adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari arus gas pembakaran. Dia memiliki kompresor naik ke-atas dipasangkan dengan turbin turun kebawah, dan sebuah bilik pembakaran di-tengahnya. Energi ditambahkan di arus gas di pembakar, di mana udara dicampur dengan bahan bakar dan dinyalakan. Pembakaran meningkatkan suhu, kecepatan dan volume dari aliran gas. Kemudian diarahkan melalui sebuah penyebar (nozzle) melalui baling-baling turbin, memutar turbin dan mentenagai kompresor. Turbin gas dijelaskan secara termodinamika oleh Siklus Brayton, di mana udara dikompresi secara isentropic, pembakaran terjadi pada tekanan konstan, dan ekspansi terjadi di turbin secara isentropik kembali ke tekanan awal. Dalam praktiknya, gesekan dan turbulensi menyebabkan: Isentropik non-kompresi: untuk suatu tekanan secara keseluruhan rasio, suhu pengiriman kompresor lebih tinggi dari ideal. Ekspansi non-isentropic: walaupun penurunan suhu turbin yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor tidak terpengaruh, tekanan terkait rasio lebih besar, yang mengurangi ekspansi yang tersedia untuk menyediakan kerja yang bermanfaat. Tekanan kerugian dalam asupan udara, combustor dan knalpot: mengurangi ekspansi yang tersedia untuk menyediakan kerja yang bermanfaat. Seperti semua siklus mesin panas, suhu pembakaran yang lebih tinggi berarti lebih besar efisiensinya. Faktor pembatas adalah kemampuan baja, nikel, keramik, atau materi lain yang membentuk mesin untuk menahan panas dan tekanan. Berbagai metode dibutuhkan untuk menjaga temperatur. Kebanyakan turbin juga mencoba untuk memulihkan knalpot panas (heat recovery), yang merupakan energi terbuang. Recuperator adalah heat exchanger yang menangkap panas knalpot dan memindahkan panasnya ke udara terkompresi yang menuju pembakaran. Gabungan siklus desain memanfaatkan panas terbuang ke sistem. Dan gabungan panas dan daya (co-generation) menggunakan panas terbuang untuk produksi panas. Gas-turbine engine adalah suatu alat yang memanfaatkan gas sebagai fluida untuk memutar turbin dengan pembakaran internal. Di dalam turbin gas energi kinetik dikonversikan menjadi energi mekanik melalui udara bertekanan yang memutar roda turbin sehingga menghasilkan daya. Sistem turbin gas yang paling sederhana terdiri dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang bakar dan turbin gas. Secara umum prinsip kerja sistem Turbin Gas yaitu, Udara masuk kedalam kompresor melalui saluran masuk udara (inlet). Kompresor berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut, sehingga temperatur udara juga meningkat. Kemudian udara bertekanan ini masuk kedalam ruang bakar. Di dalam ruang bakar dilakukan proses pembakaran dengan cara mencampurkan udara bertekanan dan bahan bakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam keadaan tekanan konstan sehingga dapat dikatakan ruang bakar hanya untuk menaikkan temperatur. Gas hasil pembakaran tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang berfungsi untuk mengarahkan aliran tersebut ke sudu- sudu turbin. Daya yang dihasilkan oleh turbin gas tersebut digunakan untuk memutar kompresornya sendiri dan memutar beban lainnya seperti generator listrik, dll. Setelah melewati turbin ini gas tersebut akan dibuang keluar melalui saluran buang (exhaust). Gambar 4. Skema Sistem Turbin Gas Pada PLTG Secara umum proses yang terjadi pada suatu sistem turbin gas adalah sebagai berikut: Pemampatan (compression) udara di hisap dan dimampatkan Pembakaran (combustion) bahan bakar dicampurkan ke dalam ruang bakar dengan udara kemudian di bakar. Pemuaian (expansion) gas hasil pembakaran memuai dan mengalir ke luar melalui nozel. Pembuangan gas (exhaust) gas hasil pembakaran dikeluarkan lewat saluran pembuangan. Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi kerugian-kerugian yang dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh turbin gas dan berakibat pada menurunnya performa turbin gas itu sendiri. Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi pada ketiga komponen sistem turbin gas. Sebab-sebab terjadinya kerugian antara lain: Adanya gesekan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian tekanan (pressure losses) di ruang bakar. Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang menyebabkan terjadinya gesekan antara bantalan turbin dengan angin. Berubahnya nilai Cp dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan temperatur dan perubahan komposisi kimia dari fluida kerja. Adanya mechanical loss, dsb. 4.4. Combined Heat Power / CHP (Pembangkit Panas dan Listrik) Gabungan panas dan daya (CHP) atau kogenerasi adalah produksi berurutan dari dua bentuk energi yang berguna dari satu sumber bahan bakar. Dalam sebagian besar aplikasi CHP, energi kimia dalam bahan bakar dikonversi menjadi energi mekanik dan termal. Energi mekanik umumnya digunakan untuk menghasilkan listrik, sedangkan energi panas atau panas digunakan untuk menghasilkan uap, air panas, atau udara panas. Bergantung pada aplikasinya, CHP disebut dengan berbagai nama termasuk Pendinginan Gedung, Pemanasan, dan Daya (BCHP); Pendinginan, Pemanasan, dan Daya untuk Bangunan (CHPB); Gabungan Pendinginan, Pemanasan, dan Daya (CCHP); Sistem Energi Terpadu (IES), atau Sumber Daya Energi Terdistribusi (DER). Keuntungan teknis utama dari sistem CHP adalah kemampuannya untuk mengekstraksi energi lebih berguna dari bahan bakar dibandingkan dengan sistem energi tradisional seperti pembangkit listrik konvensional yang hanya menghasilkan listrik dan sistem boiler industri yang hanya menghasilkan uap atau air panas untuk aplikasi proses. Dengan menggunakan energi bahan bakar untuk produksi listrik dan panas, sistem CHP bisa sangat hemat energi dan memiliki potensi untuk menghasilkan listrik di bawah harga yang dibebankan oleh penyedia listrik lokal. Insentif penting lainnya untuk menerapkan teknologi kogenerasi adalah untuk mengurangi atau menghilangkan ketergantungan pada jaringan listrik. Untuk beberapa proses industri, konsekuensi kehilangan daya untuk jangka waktu yang singkat tidak dapat diterima. Gambar 5. Efisiensi Benefit dari CHP Setiap aplikasi CHP melibatkan pemulihan energi panas yang seharusnya terbuang untuk menghasilkan daya tambahan atau energi panas yang berguna; dengan demikian, CHP dapat memberikan efisiensi energi dan keuntungan lingkungan yang signifikan atas panas dan daya yang terpisah. Adalah masuk akal untuk mengharapkan aplikasi CHP beroperasi pada efisiensi 65-75 persen, peningkatan besar dibanding rata-rata nasional 45 persen untuk layanan ini ketika disediakan secara terpisah. CHP biasa disebut juga sebagai cogeneration ada 3 macam, yaitu: a) Topping : Steam Turbine Topping Cycle, Gas Turbine Topping Cycle b) Combined : Reciprocating Engine Cycle c) Bottoming : Dirrect Mixing Cycle, Kalina Cycle Secara umum, jenis CHP dapat diklasifikasi menjadi Turbin Uap Topping, Turbin Gas Topping, Mesin Diesel Topping dan Siklus Bottoming. Ciri – ciri dari teknologi CHP antara lain: a) Turbin Uap Topping Jenis sistem CHP ini umumnya terdapat pada sektor industri kertas dan pulp. Teknologinya telah berkembang dengan konsisten, andal, mudah dioperasikan dan efisiensinya tinggi. Sistem ini disukai dimana permintaan uap mendominasi keseimbangan energi atau dengan kata lain rasio antara listrik dan panas proses rendah, 0,029 – 0,017 kWj/MJ. Kapasitas yang bias dicakup 0,5 – 100 MW. Dari segi fleksibilitas bahan bakar, boiler bisa menggunakan gas, minyak, batu bara atau produk sampingan residu seperti limbah kayu, gas buang kilang minyak. ada dua macam panas pada sistem ini, yaitu extraction atau condensing turbine dan back pressure turbine. b) Turbin Gas Topping Pada sistem turbin gas yang sederhana, sekitar 40% dari keluaran turbin digunakan untuk menggerakkan kompresor dan gas keluaran dari turbin masih cukup panas sekitar 425 oC – 540oC. Turbin gas topping lebih sesuai untuk aplikasi yang memerlukan rasio listrik dan panas proses yang lebih tinggi dari turbin uap topping, sekitar 0,133 – 1,214 kWh/MJ. Kapasitas berkisar 0,1 – 100 MW. Pada sistem ini, uap yang dibangkitkan di dalam heat recovery boiler, digunakan turbin uap untuk menghasilkan listrik dan uap keluaran turbin dimanfaatkan untuk panas proses. Sistem turbin gas/uap topping biasanya menggunakan fired heat recovery boiler. Pilihan bahan bakar sistem ini terbatas pas minyak diesel atau gas alam. Sistem ini mempunyai jangkauan pemakaian yang luas mencakup sekitar industri dan komersial. c) Mesin Diesel Topping Mesin diesel dengan kapasitas hingga sekitar 30 MW dapat digunakan sebagai penggerak utama sistem coogeneration dimana diperlukan rasio listrik dan panas yang cukup tinggi, 0,143 – 1,214 kWH/MJ. Keterbatasan mesin diesel topping adalah pada pemakaian bahan bakar, yaitu hanya terbatas gas atau minyak diesel. Umumnya sistem ini digunakan pada sektor komersial dan bangunan. d) Siklus Bottoming Sebagai alternatif dari siklus topping adalah siklus bottoming dimana panas yang dilepaskan dari proses dipakai sebagai sumber pembangkitan listrik. Kebanyakan dari sistem yang ada di industri yang menggunakan sistem bottoming adalah terbatas pada proses – proses yang memproduksi aliran gas buang bersuhu tinggi seperti industri gelas, semen, dan baja. Penggunaan organic refrigerant sebagai fluida kerja telah sukses diterapkan pada penghilangan minyak dari instalasi kimia. Pada umumnya teknologi CHP sudah banyak diterapkan dibeberapa industri seperti pupuk, gula, kertas, kayu, semen, perminyakan dan gas bumi. Konfigurasi dari sistem CHP yang digunakan sebagian besar adalah sistem turbin gas topping siklus dan turbin uap topping siklus. Namun banyak dari pabruk – pabrik ini hanya menggunakannya untuk proses industri, tidak ada kelebihan produksi listrik yang dapat dijual kepada PLN. Jika dalam strategi ini produksi uapnya lebih rendah dari kebutuhan uap, maka pemenuhan uap akan disediakn melalui auxiliary boiler. Hal ini menyebabkan penggunaan CHP dengan kapasitas lebih rendah akan mengurangi peluang penghematan energi yang lebih besar. 5. Tantangan Kendala – kendala yang mungkin terjadi pada penerapan sistem CHP di Indonesia, antara lain: a) Kendala penjualan kelebihan listrik dari instalasi CHP ke jaringan listrik PLN b) Kendala dalam penetapan harga jual listrik yang diperoleh melalui teknologi CHP menjadi hambatan dalam memasyarakatkan sistem CHP di Indonesia, disamping masalah regulasi dan administrasinya c) Pembiayaan atau cost untuk membangun sendiri suatu instalasi CHP d) Kendala – kendala lain dalam memberi informasi mengenai CHP adalah harga jual energi yang murah, prioritas rendah yang selalu diberikan pada investasi penghematan energi dan juga kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai teknologi CHP terutama di Industri kecil dan menengah. 6. Rekomendasi a) Terkait dengan rencana pemerintah dalam mencapai 35.000 MW listrik untuk negeri, maka pemakaian teknologi CHP ini merupakan suatu kesempatan yang menjanjikan. b) Dengan menggunakan teknologi CHP, juga merupakan langkah dalam mencapai pengurangan Cabon emission di Indonesia. c) Diperlukan kebijakan – kebijakan pemerintah yang diharapkan mampu menjembatani antara kepentingan industri, utilitas atau PLN dan pemilik modal. d) Perlu dibentuk suatu kebijakan dimana diterapkan reward bagi perusahaan atau industri – industri yang menerapkan sistem pembangkit listrik dengan menggunakan teknologi energi bersih berupa insentif pajak. Referensi Incropera, at al, (2007), Fundamentals of Heat and Mass Transfer, John Wiley & Sons, Inc., New York. Warner, Cecil F., (1955), Thermodinamic Fundamental for Engineers, With Problems and Solutions, Littlefield, Adam and Co, Ames, IOWA Ramlan, Muhamad. 2004. Teknologi Combined Heat and Power di Indonesia. Jurnal Teknologi dan Lingkungan P3TL-BPPT 5 (1): 34 – 37. UPT – Laboratorium Sumber Daya Energi, Serpong. Oland, CB. 2004. Guide to Combined Heat and Power Systems for Boiler Owners and Operators. Oak Ridge National Laboratory, U.S. Department of Energy. U.S. Department of Energy. 2012. Combined Heat and Power: A Clean Energy Solution. United States Environmental Protection Agency, U.S. Department of Energy. Student Academic Learning Services. 2011. Thermodynamic System and Performance Measurement. Student Services Building (SSB), Room 204, 905.721.2000 ext. 2491, This document last updated: 8/3/2011. www.Durhamcollege.ca/sals. Internet https://egsean.com/prinsip-kerja-pltg-sebagai-sumber-energi/ https://rohmattullah.student.telkomuniversity.ac.id/siklus-prinsip-kerja-pltg/ https://artikel-teknologi.com/prinsip-kerja-turbin-gas/ http://bmj.co.id/tentang-genset/pembangkit-listrik-tenaga-diesel/ https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Gas_dan_Uap