Uploaded by P3D Zulkhairi Tala

F5 screening mantoux

advertisement
22 November 2022
F5
Puskesmas Pagelaran, Pringsewu
November 2021 – November 2022
Screening TB dengan Mantoux pada anak balita gizi kurang di Puskesmas Pagelaran
dr. Mega Rukmana Dewi
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan basil
Mycobacterium tuberculosis (M.TB) dan merupakan salah satu
penyebab kematian dan kesakitan di negara berkembang.Tuberkulosis
menduduki peringkat kedua sebagai penyebab utama kematian dari
penyakit menular di seluruh dunia. Terdapat 9 juta penderita TB di
seluruh dunia pada tahun 2011 dan menyebabkan 1.4 juta kematian.
Indonesia menempati urutan keempat setelah India, Cina dan Afrika
Selatan sebagai negara penyumbang insidens TB terbanyak di seluruh
dunia.
Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 289 per 100 000
dengan insidens TB sebesar 189 per 100 000 penduduk dan angka
kematian sebesar 27 per 100 000 penduduk. Penderita TB baru di
Indonesia selama tahun 2011 sebanyak 316 562 dan 18 553 kasus
terdapat di Sumatera Utara. Proporsi TB anak di Indonesia sebesar 9%
dari kasus TB dewasa dan proporsi TB anak di Sumatera Utara berkisar
2%. Beberapa faktor risiko yang mempermudah infeksi TB anak antara
lain; kontak dengan TB dewasa, daerah endemis TB, kemiskinan dan
lingkungan yang tidak sehat serta status gizi.
Status gizi merupakan satu diantara banyak faktor utama dalam menjaga
imunitas tubuh terhadap penularan TB. Jika seseorang dikatakan dalam
kategori terkena gizi buruk, maka akan terjadi penurunan imunitas
tubuh dan mengakibatkan fungsi dalam membentengi diri terhadap
infeksi menjadi menurun.
Prevalensi infeksi TB pada anak kontak dengan TB dewasa lebih tinggi
dibandingkan populasi umum. Risiko makin meningkat bila kontak
dengan TB dewasa dengan sputum mengandung basil tahan asam
(BTA) positif. Infeksi dan sakit TB juga dapat terjadi pada anak yang
kontak dengan penderita TB dewasa dengan BTA negatif. Infeksi TB
pada anak terjadi 26% pada anak yang kontak dengan penderita TB
dewasa BTA negatif.
Uji tuberkulin digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi MTB,
mempunyai nilai diagnostik tinggi pada anak, dengan sensitivitas lebih
dari 90%. Uji Tuberkulin mempunyai peran yang sangat penting dalam
penegakan diagnosis tuberkulosis anak. Uji Tuberkulin dilakukan
berdasarkan respons imun seluler. Uji Tuberkulin merupakan salah satu
dari delapan komponen yang diperlukan dalam sistem penilaian (scoring
system)
penegakan diagnosis tuberkulosis paru pada anak. Uji
Tuberkulin kurang berperan pada penegakan diagnosis tuberkulosis
dewasa karena prevalensi tuberkulosis di Indonesia tinggi. Uji
Tuberkulin harus dilakukan pada setiap pasien, kecuali pada bayi
kurang dari dua bulan dan pasien yang diketahui Uji Tuberkulinnya
positif.
Permasalahan
Adanya laporan sekitar ± 15 balita diwilayah kerja puskesmas pagelaran
yang memiliki gizi kurang dengan skoring TB mendekati nilai cut off
sehingga test mantoux ini dapat dijadikan sebagai dasar apakah anak
anak tersebut terdiagnosa TB dan mendapatkan tatalaksan OAT
Perencanaan dan
Kegiatan ini akan diikuti oleh anak balita dengan gizi kurang diwilayah
Pemilihan
kerja puskesmas pagelaran yang telah di screening dengan hasil skoring
Intervensi
mendekati nilai cut off (≤6). Setelah itu anak akan dilakukan test
mantoux dan akan dilihat hasilnya dalam 48-72 jam.
Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Balai Pekon Panutan yang diikuti sekitar 15 anak
balita yang didampingi oleh orang tua. Kegiatan berlangsung ulai pukul
09.00-10.30
Pada awalnya kegiatan dengan memberikan informasi mengenai apakah
itu test mantoux hingga bagaimana hasil interpretasinya nanti. Setelah
memberikan informai, anak-anak lalu dilakukan test mantous dengan
disuntikkan 0,1 ml PPD (purified protein derivative) yang mengandung
5 unit tuberkulin yang diinjeksikan secara intrakutan pada area volar
lengan bawah setelah itu diberi tanda bulat dengan jari-jari 1 cm.
Setelah dilakukan test tuberkulin, orang tua pasien diminta untuk
membawa anaknya 48-72 setelah dilakukan test untuk melihat
bagaimana hasil interpretasinya.
Monitoring dan
Kegiatan terlaksana dengan baik, akan tetapi karna bersifat intervensi
Evaluasi
dengan menyuntik area lengan bawah masih banyak anak-anak yang
menangis akan tetapi kegiatan berlangsung kondusif. Setelah 48-72 jam
dilakukan test mantoux, anak akan dilihat hasil interpretasinya, apabila
terdapat indurasi atau benjolannya ≥10 mm (anak normal) dan ≥5 mm
pada anak dengan immunokompromise maka dinyatakan hasil positif
dan akan diberikan terapi OAT.
Dokumentasi :
Komentar / saran pendamping :
Pringsewu, Desember 2021
Peserta
Pendamping
dr. Mega Rukmana Dewi
dr. Destiapin Sofyaningrum
Download