BAB IV TEORI DASAR DAN METODOLOGI 4.1. TEORI DASAR 4.1.1. Karakteristik Reservoir Gas Menurut fasanya, reservoir gas dibedakan secara garis besarnya menjadi tiga kategori, yaitu reservoir gas kering (dry gas reservoir), reservoir gas basah (wet gas reservoir) dan reservoir gas kondensat, dimana klasifikasinya berdasarkan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir dalam hubungannya dengan letaknya didaerah dua fasa (gas atau liquid) didalam sistem diagram fasa tekanan dan temperatur. Berdasarkan data komposisi gas di Lapangan TGA, reservoir Delta20 merupakan jenis reservoir gas kering. Pada Gambar 4.1. menunjukkan suatu contoh diagram fasa untuk reservoir gas kering, dimana baik pada kondisi reservoir maupun pada kondisi permukaan fasa tetap dalam keadaan gas. Karakteristik dari reservoir gas kering adalah sebagai berikut: 1. Pada umumnya terdiri dari methana dengan sejumlah kecil ethana dan kemungkinan propana. 2. Gas liquid ratio (GLR) dapat mencapai lebih dari 100 mscf/stb. 3. Sedikit sekali atau hampir tidak ada cairan yang diperoleh dari separator. 4. Kondisi tekanan dan temperatur separator berada pada daerah fasa gas. 5. Gravity cairan sekitar 54.7 oAPI 26 27 Gambar 4.1.Diagram Fasa Reservoir Gas Kering (After Clark, N.J. Elements of Petroleum Reservoirs, SPE, 1969.) Secara teoritikal, gas kering (dry gas) tidak menghasilkan liquid di permukaan, bila terdapat liquid yang berasosiasi dengan gas pada reservoir jenis ini hanyalah air. 4.1.2. Deliverability Gas Uji deliverability merupakan suatu uji sumur yang umum digunakan untuk menentukan produktivitas sumur gas. Uji ini terdiiri dari tiga atau lebih aliran dengan laju alir dan tekanan serta data-data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu. Pengujian dapat dilakukan pada sumur baru maupun sumur lama secara periodik. 28 Indikator produktivitas yang diperoleh dari uji ini adalah absolute open flow potential (AOFP ), yang didefinisikan seabagai kemampuan suatu sumur gas untuk memproduksi gas ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir dasar sumur (sandface) sebesar 14.7 psia. Hasil uji deliverability sangat berguna sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan berapa besarnya laju produksi maksimum yang diijinkan, juga sebagai dasar pertimbangan untuk program pengembangan lapangan, pembuatan fasilitas pengumpul, pemipaan dan proses plant, serta sebagai pertimbangan negosisasi dengan pihak konsumen Pada awalnya pengujian untuk menentukan kemampuan sutau sumur gas berproduksi dilakukan dengan cara membuka sumur dan menghubungkan dengan tekanan atmosphere dan harga AOFP diukur langsung dengan menggunakan impact gauge yang dipasang di permukaan. Pengujian cara ini hanya efektif untuk digunakan pada sumur yang dangkal, sedangkan untuk sumur gas yang dalam dengan ukuran tubing yang kecil akan memberikan hasil yang tidak akurat. Pembukaan sumur yang relatif lama akan menyebabkan pemborosan gas yang siasia, selain itu juga dapat menimbulkan kerusakan formasi serta dapat menimbulkan bahaya lain yang tidak diinginkan. Berdasarkan alasan tersebut, maka mulai dikembangkan metode uji deliverability yang lebih modern dengan menggunakan laju aliran yang sesuai dan dapat dikontrol. Uji deliverability modern pertama yang terkenal adalah flow after flow test atau biasa disebut dengan conventional back pressure. Metode uji lainnya yang dikembangkan dengan melakukan perbaikan dan modifikasi metode sebelumnya, yaitu isochronal test dan modified isochronal test. Ketiga uji tersebut 29 dilengkapi dengan kurva deliverability untuk menganalisa kemampuan dari sumur gas. Di Lapangan TGA, uji deliverabilitas gas dilakukan dengan menggunakan metode Flow After Flow Test. 4.1.2.1.Flow After Flow Test (Convenstional Back Pressure Test) Metode ini merupakan metode modern yang paling awal digunakan dan diaplikasikan untuk menganalisa kemampuan berproduksi suatu sumur. Variabelvariabel yang diukur adalah tekanan statik atau tekanan rata-rata reservoir, tekanan alir dasar sumur, laju alir dan waktu. Metode ini dilakukan dengan memproduksikan beberapa laju alir produksi hingga mencapai laju alir yang stabil pada setiap aliran dan FBHP pada sandface stabil. Pada setiap laju alir yang berbeda dilakukan dengan atau tanpa periode penutupan yang sangat cepat. Adapun prosedur pelaksanaan pengujian ini adalah sebagai berikut: 1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaaan kesetimbangan statik, tekanan terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata reservoir (Pr). 2. Sumur diproduksi dengan laju alir tertentu (q1) hingga mencapai tekanan stabil dan catat laju alir serta tekanan alir sebagai q1 dan Pwf1. 3. Kemudian ubah laju aliran menjadi q2 hingga tercapai stabil dan catat laju alir serta tekanan alir dasar sebagai q2 dan Pwf2. 4. Ulangi langkah 2 dan 3, umumnya hingga 4 kali. 5. Setelah diperoleh sejumlah perubahan aliran, sumur kemudian ditutup. Gambar 4.2. menunjukkan diagram tekanan dan laju alir terhadap waktu untuk flow after flow test. Sumur dibuka dengan laju aliran tertentu hingga 30 mencapai tekanan stabil sebelum diganti laju aliran berikutnya. Proses ini dilakukan secara berulang hinga dilakukan penutupan sumur atau shut in. Gambar 4.2. Flow After Flow Test (Lee, John., 1982) Pada pengujian flow after flow tidak terdapat periode penutupan sumur di antara dua perubahan harga laju alir. Hal terpenting dari pengujian ini adalah 31 kestabilan. Waktu yang diperlukan suatu sumur untuk mencapai kondisi stabil dapat ditentukan berdasarkan teori tekanan transient yang dirumuskan sebagai berikut: t s 1000 S g g re 2 k Pr ........................................................................... (3-1) Keterangan: ts = waktu untuk mencapai kondisi stabil, jam = porositas, fraksi g = viskositas gas pada Pr, cp Sg = saturasi gas, fraksi re = jari-jari pengurasan sumur, ft k = permeabilitas efektif, md Pr = tekanan rata-rata reservoir, psia Persamaan di atas diterapkan pada reservoir dengan volume pengurasan berbentuk silindris dan sumur terletak ditengahnya. Sedangkan untuk volume pengurasan dengan bentuk lain akan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai kondisi stabil. Flow after flow test sangat baik dilakukan pada formasi dengan harga permeabilitas tinggi. Sedangkan untuk formasi dengan harga permeabilitas yang rendah membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai kondisi stabil. 32 Rawlins dan Schellhardt merumuskan suatu persamaan yang menghubungkan antara laju aliran dengan tekanan sebagai berikut: qsc=C(PR2 - Pwf2)n ......................................................................... (3-2) Keterangan: qsc = laju alir gas, Mscf/d C = koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva deliverability yang stabil, Mscfd/psia2. n = bilangan eksponen yang merupakan inverse slope dari garis kurva deliverability yang stabil dan mencerminkan derajad pengaruh faktor inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5 – 1. Pr = tekanan rata-rata reservoir, psia. Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia. Persamaan 3-28 di atas dapat juga dituliskan sebagai berikut: 2 log Pr Pwf Plot log-log 2 1n logq P r 2 Pwf 2 sc logC .............................................. (3-3) vs q sc akan menghasilkan suatu garis lurus dengan kemiringan garis = 1/n seperti pada Gambar 4.3. 33 Gambar 4.3. ɅP2 vs qsc Flow After Flow Test (Amanat, Chaudri., 2003) Persamaan 3-2 dan 3-3 dirumuskan dengan mengambil asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Kondisi isothermal berlaku di seluruh reservoir. 2. Pengaruh gravitasi diabaikan. 3. Aliran fluida satu fasa. 4. Media homogen dan isotropik. 5. Permeabilitas tidak tergantung pada tekanan. 6. Viskositas dan kompresibilitas fluida konstan. 7. Gradient tekanan dan kompresibilitas kecil. 8. Model aliran radial silindris dapat dipakai. Dengan mengasumsikan bahwa pada setiap periode aliran kondisi stabil terpenuhi, maka kurva hasil flow after flow test merupakan kurva deliverability 34 yang stabil (stabilized deliverability) yang dapat digunakan secara langsung untuk perhitungan AOFP . 4.1.3. Simulasi Reservoar Simulasi reservoar didefinisikan sebagai proses pemanfaatan model buatan (GGRP) yang menggambarkan kelakuan reservoar yang sebenarnya, sehingga dapat digunakan untuk mempelajari, mengetahui ataupun memperkirakan kinerja aliran fluida pada sistem reservoar tersebut. Sifat-sifat suatu model diasumsikan menggambarkan keadaan reservoar. Model yang digunakan dapat berupa model fisik atau matematik. Simulasi reservoar secara umum digunakan sebagai acuan dalam perencanaan manajemen reservoar, antara lain sebagai berikut : Memperkirakan kinerja reservoar pada berbagai tahapan dan metode produksi yang akan diterapkan. - sembur alam (primary recovery) - pemeliharaan tekanan (pressure maintenance) - secondary recovery - enhanced oil recovery (EOR) Mempelajari pengaruh laju alir terhadap perolehan minyak dengan menentukan laju alir maksimum (maximum efficient rate/MER) Menentukan jumlah dan lokasi sumur untuk mendapatkan perolehan minyak yang optimum. Menentukan pola sumur injeksi dan produksi untuk mengoptimalkan pola penyapuan. Memperhitungkan adanya indikasi coning dalam menentukan interval komplesi yang optimum serta pemilihan jenis sumur, vertikal atau horisontal. Menganalisa akuifer dan pergerakan air pada proses pendorongan. Pemilihan model simulasi reservoar didasarkan pada kebutuhan atau hasil yang diinginkan sebagai keluaran, karena dengan penggunaan simulasi yang tepat akan menjadikan simulasi yang dilakukan efektif dan efisien. Beberapa tujuan akhir simulasi reservoar dapat dilihat pada Gambar 4.4. 35 Gambar 4.4.Tujuan Simulasi Reservoar (Chirclow, H.B., 1977) Simulasi reservoar dalam perkembangannya terdapat tiga jenis : a. Black Oil Simulation Simulasi reservoar jenis ini digunakan untuk kondisi isothermal, aliran simultan dari minyak, gas dan air yang berhubungan dengan viscositas, gaya gravitasi dan gaya kapiler. Black oil disini digunakan untuk menunjukkan bahwa jenis cairan homogen, tidak ditinjau komposisi kimianya walaupun kelarutan gas dalam minyak dan air diperhitungkan. b. Thermal Simulation Simulasi ini banyak digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan panas maupun reaksi kimia. Simulasi thermal banyak digunakan untuk studi injeksi uap panas dan pada proses perolehan minyak tahap lanjut (in situ combusion). c. Compositional Simulation Simulasi ini digunakan jika komposisi cairan atau gas diperhitungkan terhadap perubahan tekanan. Simulasi jenis ini banyak digunakan untuk studi perilaku reservoar yang berisi volatile-oil dan gas condensate. Langkah-langkah pekerjaan simulasi reservoar meliputi: 1. Persiapan data 2. Pembuatan model geologi & geofisika. 3. Inisialisasi. 4. Run Simulasi Basecase. 36 5. history matching. 6. PI Matching 7. Pembuatan skenario 8. Prediksi 4.1.3.1. Persiapan Data Persiapan data bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai kebutuhan didasarkan pada tujuan dan prioritas simulasi. Prosentase keakuratan hasil simulasi yang dilakukan, ditentukan oleh validitas data yang digunakan, sehingga tanpa data yang memadai gambaran yang diharapkan tidak akan tercipta atau bahkan akan memberikan informasi yang menyesatkan. Data yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi dapat diperoleh dari berbagai sumber data yang memungkinkan. Data tersebut tidak dapat langsung dipakai, tetapi memerlukan proses pengolahan sehingga dihasilkan data yang siap pakai. Pemilihan sumber data serta pengolahan juga sangat berpengaruh terhadap kesiapan data itu sendiri, yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap hasil simulasi secara keseluruhan. Data yang diperlukan dalam simulasi berdasarkan jenis dapat dikelompokkan sebagai berikut : Data Geofisika (Data lintasan, interpretasi seismik, Picking Horison, pola struktur, pola patahan, welltie, inversi.) Data Geologi (lingkungan pengendapan, facies, patahan (sealing dan non sealing), peta top struktur, bottom struktur, peta gross isopach, net sand isopach, net oil sand isopach, isoporositas, isopermeabilitas, isosaturasi) Data Sifat Batuan Reservoar (porositas,wettabilitas, tekanan kapiler, saturasi fluida, permeabilitas, kompresibilitas) Data Sifat Fisik Fluida Reservoar ( Bo, Bg, Bw, o, g, w, Rssebagai fungsi tekanan) Data Geometri reservoir (h, D, Re, Rw, Vb (A x h)) Data Produktifitas reservoir ( PI, IPR, Qoptimum) Data Produksi ( qo, qg, qw, NP, WP, GP, GOR, WOR, GLR, WC) 37 Data Tekanan& Temperatur Data Teknis sumur 4.1.3.1.1. Data Geofisika Data yang dibutuhkan meliputi data lintasan, interpretasi seismik, Picking Horison, pola struktur, pola patahan, welltie, inversi. 4.1.3.1.2. Data Geologi Data geologi diperoleh dari data eksplorasi, interpretasiseismik, analisa cutting dan data logging.Data geologi lapangan sangat penting untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas tentang struktur, ketebalan, lithologi, luas dan ketebalan rata-rata dari reservoir yang disajikan dalam bentuk peta-peta. Petapeta tersebut dapat berupa peta kontur, peta isopach, peta isopermeabilitas, peta isoporositas, dan peta isosaturasi.Selain itu juga perlu diketahui mengenai lingkungan pengendapan, facies, patahan (sealing dan non sealing). 4.1.3.1.3. Data Sifat Fisik Batuan Reservoar Data batuan reservoir atau data petrofisik digunakan untuk mengetahui sampai dimana pengembangan dari reservoar dan untuk menentukan karakteristik bentuk aliran fluida di reservoar yang meliputi : volume reservoar, gas in place, batas gas-air, transmisibilitas, batas reservoar dan lain-lain. Data batuan diperoleh dari analisa sampel core dilaboratorium. Analisa core yang dilakukan di laboratorium meliputi analisa core rutin dan analisa core spesial. Analisa core rutin merupakan analisa core yang sering dilakukan di laboratorium. Parameter yang diukur pada analisa rutin meliputi pengukuran porositas, permeabilitas, dan saturasi fluida. Sedangkan analisa core spesial pengukurannya membutuhkan waktu yang lebih lama daripada analisa core rutin dan membutuhkan peralatan yang khusus. Parameter yang diukur dalam analisa core spesial yaitu permeabilitas relatif, tekanan kapiler, wettabilitas, kompresibilitas, reseistivity test, dan resistivity true. 38 Dari semua data batuan, yang dibutuhkan dalam proses simulasi reservoir yaitu data : porositas, wettabilitas batuan, tekanan kapiler, saturasi fluida, permeabilitas batuan (permeabilitas absolut, permeabilitas efektif, permeabilitas relatif batuan), kompresibilitas batuan. a. Permeabilitas Relatif Persiapan data permeabilitas relatif dimaksudkan supaya mendapatkan data yang representatif atau mewakili keseluruhan reservoar untuk diinput kedalam simulator, sehingga mendapatkan hasil yang akurat. Fungsi permeabilitas relatif adalah untuk mendapatkan faktor perolehan suatu reservoar dan perilaku aliran pada media berpori suatu reservoar. Normalisasi Permeabilitas Relatif Prosedur normalisasi data permeabilitas relatif adalah sebagai berikut. 1. Siapkan data-data core hasil analisa permeabilitas relatif. 2. Menentukan harga Sw* masing-masing core, dengan persamaan : ............................................................................. (3-4) 𝑆𝑤 ∗= 3. Menentukan normalisasi permeabilitas relatif fasa minyak pada saturasi yang berbeda-beda. 𝑘 ∗ 𝑟𝑔 = ( ) .............................................................................. (3-5) Dimana (krg)Swc adalah permebilitas relatif gas pada saturasi water connate. 4. Menentukan normalisasi permeabilitas relatif fasa air pada data yang telah tersedia. 𝑘 ∗ 𝑟𝑤 = ( ) .............................................................................. (3-6) Dimana (krw)Sor adalah permebilitas relatif air pada residual oil saturation. 5. Plot k*rg dan k*rw versus saturasi untuk semua sampel core batuan seperti pada Gambar 4.5. 39 Gambar 4.5. Normalisasi k*rg dan k*ro versus Saturasi (Mattax, C.C. and Dalton, L.R. 1990) 6. Menghitung rata-rata normalisasi permeabilitas relatif air dan minyak sebagai fungsi dari saturasi. (𝑘 ∗ 𝑟𝑔)𝑎𝑣𝑔 = (𝑘 ∗ 𝑟𝑤)𝑎𝑣𝑔 = ( . . ∗ ∑ ∑ ( . . ∗ ∑ ∑ ) ............................................................ (3-7) ( . ) ( . ) ) ........................................................... (3-8) 7. Langkah terakhir adalah proses de-normalisasi data permeabilitas relatif. Sebelum melakukan proses de-normalisasi permeabilitas relatif terlebih dahulu menentukan 𝑘𝑟𝑔 𝑆𝑤𝑐 dan 𝑘𝑟𝑤 𝑆𝑜𝑟g. b. Tekanan Kapiler Prosedur pengolahan data tekanan kapiler adalah sebagai berikut : 40 1. Siapkan data Pc dan Sw, porositas dan permeabilitas masing-masing sampel hasil pengukuran laboratorium. 2. Menghitung harga J(Sw), kemudian plot hasil J(Sw) versus Sw, dengan persamaan : 𝐽(𝑆𝑤) = 0.21645 ∅ .............................................................................. (3-11) Keterangan : J(Sw) = Leverett J-Function Pc = Tekanan Kapiler, Psi IFT = Interfacial Tension, Dynes/cm k = Permeabilitas, Darcy = Porositas, Fraksi 3. Menghitung normalisasi harga Pc dengan menggunakan harga permeabilitas absolut dan prositas rata-rata. 𝑃𝑐 = 𝑓{𝐽(𝑆𝑤)}.............................................................................................. (3-12) 4. Plot hasil normalisasi tekanan kapiler seperti ditunjukkan pada Gambar 4.6. Gambar 4.6. Normalisasi Tekanan Kapiler versus Saturasi (Mattax, C.C. and Dalton, L.R. 1990) 41 4.1.3.1.4. Data Sifat Fisik Fluida Reservoar Data PVTreservoar dapat diperoleh dari hasil pengukuran di laboratorium dengan menggunakan sampel fluida. Data Sifat fisik fluida reservoir yang dibutuhkan meliputi: 1. faktor volume formasi minyak versus tekanan (Bo vs P), faktor volume formasi gas versus tekanan (Bg vs P), faktor volume formasi air (Bw) Contoh data faktor volume formasi ditunjukkan pada Gambar 4.7. 2. viskositas minyak versus tekanan (o vs P), viskositas gas versus tekanan (g vs P) Contoh data viskositas fluidaditunjukkan pada Gambar 4.8. Gambar 4.7. Data Faktor Volume Formasi (Chirclow, H.B., 1977) 42 Gambar 4.8. Data viskositas fluida (Chirclow, H.B., 1977) Selain data sifat fisik fluida yang sudah disebutkan, data fluida lain yang dibutuhkan yaitu data densitas fluida, data komponen mol fluida, data Tekanan saturasi yang semua data tersebut diperoleh melalui tes PVT. 4.1.3.2.1.5. Data Produktifitas Reservoar Data produktifitas untuk setiap sumur diperlukan dalam proses history matching.Parameter produktifitas yang lazim diketahui yaitu Productivity Index. Productivity Index Data yang diperlukan untuk menentukan Produktifitas Reservoar yaitu laju alir fluida, data tekanan reservoar, data tekanan alir dasar sumur. Dari data-data tersebut dapat diketahui Productivity Index seperti ditunjukkan pada persamaan 𝑃𝐼 = Dimana : .................................................................................... 43 PI = Productivity Index Qo = Laju Alir Minyak, Bbl Ps = Tekanan Reservoar, psi Pwf = Tekanan Alir Dasar Sumur, psi. 4.1.3.1.5. Data Tekanan dan Temperatur Data tekanan diperoleh dari analisa test tekanan (Pressure Build-Up dan Pressure Draw-Down). Test tekanan dilakukan pada kedalaman tertentu dari reservoar dan dicatat tanggal, bulan, dan tahun pengukurannya. 4.1.3.1.6. Geometri Reservoir Data geometri reservoir yang dibutuhkan berupa data kedalaman reservoir, data tebal reservoir, volume bulk batuan, dan jari-jari pengurasan. 4.1.3.1.7.Data Produksi Reservoir Data yang dibutuhkan dalam menghitung kapasitas produksi sumur: Qwterhadap waktu Qgterhadap waktu kumulatif air, kumulatif gas Gas-Water Ratio (GWR) 4.1.3.2. Pembuatan Model Geofisika dan Geologi Setelah semua data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah pembuatan model. Pembuatan model dilakukan berdasarkan hasil dari studi geologi, geofisika, reservoar dan produksi (GGRP).Model yang dihasilkan meliputi peta top struktur, peta bottom struktur,peta gross sand, peta net sand, peta net oil sand, peta isoporosity, peta isopermeability, dan peta isosaturasi. Pemilihan model dilakukan secara sistematik yang disertai dengan analisa terhadap parameter-parameter terkait, sehingga didapatkan model yang optimum untuk mensimulasikan reservoar sesuai dengan tujuan dan prioritas simulasi. Pembuatan model meliputi pembuatan grid dan dimensi dari model. 44 4.1.3.2.1. Pemilihan Grid (Gridding) Desain grid harus memperhatikan batas antara gas dan air pada reservoar, juga luas reservoar (batas-batas reservoar) atau batas dimana ketebalan pasir bernilai nol. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan sel adalah sebagai berikut : a. Perbedaan panjang sumbu x maupun y sel yang berdampingan tidak boleh melebihi 3x. b. Ukuran sel tidak harus seragam. c. Tiap sumur harus dipisahkan minimum oleh satu sel. d. Perubahan maksimum saturasi sel tidak boleh melebihi 5%. e. Perubahan maksimum tekanan sel tidak boleh melebihi 200 psi. Pembuatan Grid dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Posisi Grid Penempatan grid pada simulasi reservoar yang menjadi pedoman adalah bahwa reservoar yang disimulasikan harus terlingkupi oleh grid. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat grid reservoar adalah : 1. Grid harus melingkupi seluruh bagian reservoar 2. Grid harus melingkupi semua sumur yang aktif 3. Grid sejajar dengan ketebalan lapisan produktif 2. Ukuran Grid Ukuran grid sangat mempengaruhi tingkat ketelitian perhitungan cadangan dan pergerakan fluida reservoar yang dilakukan simulator. Ukuran sel yang semakin kecil akan menghasilkan perhitungan yang dilakukan simulator semakin teliti dan juga akan menambah jumlah sel keseluruhan sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama pada saat dijalankan karena kerja simulator semakin berat. Penentuan ukuran grid yang baik perlu memperhatikan: 1. Dapat mengidentifikasikan saturasi dan tekanan pada suatu posisi yang spesifik sesuai kebutuhan studi. 2. Dapat menggambarkan geometri, geologi dan properti reservoar mulamula dengan jelas. 45 3. Dapat menggambarkan saturasi dinamis dan profil tekanan cukup detail untuk mendapatkan hasil yang obyektif. 4. Pergerakan fluida pada model cukup pantas. 5. Dapat cocok dengan penyelesaian matematis simulator sehingga hasil aliran fluida akurat dan stabil. 3. Sel Pasif Pengertian sel pasif adalah dalam sel mempunyai harga ketebalan lapisan nol, maka sel tersebut harus dinonaktifkan, sehingga simulator secara otomatis tidak akan melakukan perhitungan apapun terhadap sel tersebut. 4. Tipe Grid Grid pada model simulasi digunakan untuk menterjemahkan bentuk discrette pada persamaan finite difference. Jenis grid yang digunakan pada pemodelan ditentukan berdasarkan tujuan dari simulasi. Sistem grid yang dapat digunakan pada model simulasi adalah sebagai berikut : 1. Block Centered, parameter yang saling bergantung dihitung pada tengah-tengah sel atau blok (tidak ada titik pada boundary). 2. Lattice atau Corner Point, parameter yang saling bergantung dihitung pada titik perpotongan garis grid. Ada beberapa titik pada batas grid. Gambar 4.9. menunjukan contoh dari tipe Block Centered dan Lattice atau Corner Point. Gambar 4.9. Sistem Grid pada Model Simulasi (a) Block Centered Grid, (b) Lattice Grid 46 (Chirclow, H.B., 1977) Gambar 4.10. Jenis Ukuran Grid pada Model Simulasi (a) coarse grid, (b) fine grid (Chirclow, H.B., 1977) Ukuran grid dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu coarse grid (grid kasar) dan fine grid (grid halus) seperti yang terlihat pada Gambar 4.10. Coarse grid biasanya digunakan pada simulasi sederhana ataupun digunakan pada tahap awal untuk menguji model konsep yang akan digunakan. Fine grid digunakan setelah konsep model sesuai, serta pada simulasi reservoar berlapis. Berdasarkan bentuknya, jenis grid dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu cartesian grid, curvilinear grid, radial grid dan locally-refined cartesian grid. a. Cartesian Grid Grid jenis ini dibentuk oleh garis-garis horizontal dan vertikal yang membentuk bujur sangkar, dan merupakan jenis grid yang paling umum digunakan dalam pemodelan reservoar, dapat dilihat pada Gambar 4.11. b. Curvilinear Grid Grid ini digunakan untuk menyesuaikan model dengan batas reservoar, adanya patahan serta untuk mengikuti arah pola aliran fluida, terutama pada reservoar miring, atau adanya perbedaan kedalaman antara sumur injeksi dan produksi, dapat dilihat pada Gambar 4.11. 47 Gambar 4.11. Cartesian Grid dan Curvlinear Grid (Chirclow, H.B., 1977) c. Radial Grid Grid jenis ini biasanya digunakan pada simulasi single-well, untuk memperkirakan kinerja sumur, terjadinya coning, mengetahui pengaruh komplesi serta memperkirakan karakteristik permeabilitas ditempat dengan pressure build-up, dapat dilihat pada Gambar 4.12. d. Locally-refined Cartesian Grid Grid jenis ini di bentuk dengan membuat fine grid pada bagian-bagian tertentu dari coarse grid. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses simulasi yaitu dengan memperkecil jumlah sel yang disimulasikan, dapat dilihat pada Gambar 4.13. wellbore Gambar 4.12. Radial Grid 48 Gambar 4.13. Locally-refinement Cartesian Grid Pembuatan grid juga memperhatikan penentuan arah grid. Penentuan arah grid dipengaruhi oleh distribusi permeabilitas vertikal dan horizontal (pada reservoar anisotropi), serta arah aliran fluida yang dominan. 4.1.3.2.2. Pemilihan Model Parameter-parameter yang berpengaruh dalam pemilihan model adalah sebagai berikut : Jenis reservoar. Geometri dan dimensi reservoar. Data yang tersedia. Jenis proses secondary atau tertiary recovery yang akan dimodelkan. Pemilihan model selain keempat parameter diatas, juga mempertimbangkan sumber daya manusia, kemampuan teknologi (komputer) serta pertimbangan besarnya investasi biaya yang digunakan. 4.1.3.3. Input Data Pemasukan data ke simulator bisa dilakukan dengan tiga cara: 1. Typing yaitu dengan mengetikkan data yang ada ke kolom isian yang sudah tersedia. 2. Digitizing yaitu proses perekaman koordinat x dan y dari peta geologi yang sudah ada sebanyak mungkin dengan interval sekecil mungkin agar dapat membentuk garis batas peta yang baik. Langkah yang dilakukan adalah: 49 - Menempel peta pada suatu kertas besar. - Memplot koordinat garis masing-masing peta (top struktur, isoporositas, isopermeabilitas , ketebalan vertikal). - Memplot koordinat sumur yang menembus lapisan batuan yang sama. - Menulis dan menyimpan data tersebut ke file digitasi. 3. Importing yaitu memasukkan data dalam bentuk file yang sudah diatur dari program lain, sehingga akan mempermudah dalam usaha memasukkan data. Pemasukan data yang sangat banyak dapat diolah dengan program lain sesuai dengan format masukan data pada simulator, dan setelah selesai dapat diambil sekaligus tanpa mengisi satu persatu. 4.1.3.4. Inisialisasi Inisialisasi merupakan pengkajian ulang model yangakan digunakan untuk simulasi. Proses ini dilakukan dengan cara menyamakan OGIP hasil simulasi dengan OGIP hasil perhitungan volumetrik. Model simulasi akan menghasilkan besarnya OGIP, untuk itu perlu dibandingkan dengan kondisi aktualnya yang dihitung dengan metode volumetrik. Berikut akan dijelaskan mengenai perhitungan OGIP secara volumetrik: ...................................................................... (3-16) Perhitungan volume bulk memakai persamaan : Persamaan pyramidal ( V b h An An 1 3 Sehingga Vb An 1 0,5 ) An ................................ (3-17) in Vb i 0 Persamaan trapezoidal ( Vb 1 An An 1 , acre ft An 1 0,5 ) An h An An 1 , acre ft ................................................... .(3-18) 2 50 Volume puncak dapat dihitung melalui persamaan berikut : Vb2 h An , 3 sehingga akan in i n i0 i 0 didapat volume bulk reservoir Vb Vb1 Vb2 Keterangan : OGIP = jumlah cadangan Gas mula-mula, cuft 43560 = factor konversi dari acre-ft ke cuft Vb = volume bulk batuan, acre-ft A = luasreservoir, acre h = ketebalanlapisan, ft Ф = porositasrata-rata, fraksi Sw = saturasi air rata-rata, fraksi Bgi = faktor volume formasi gas awal, Cuft/Scf An = luasyangdibatasiolehgarisisopachdibawahnya, acre An+1 = luasyangdibatasiolehgarisisopachdiatasnya, acre 4.1.3.5. History Matching History matching merupakan proses penyelarasan data produksi dan tekanan hasil simulasi dengan data produksi dan tekanan aktual.Tahap ini sangat menentukan dalam simulasi reservoar. Proses ini dilakukan untuk membuat kondisi dan kinerja model reservoar hasil simulasi menyerupai kondisi dan kinerja reservoar sesungguhnya. Parameter yang diselaraskan dalam history matching yaitu tekanan dan laju produksi. Penyelarasan Tekanan 51 Penyelarasan tekanan antara tekanan hasil simulasi dengan tekanan aktual tercapai apabila garis grafiknya memilki kesejajaran yang sama atau mendekati dengan data aktual. Gambar 4.14. menunjukan tahapan penyelarasan tekanan dalam simulasi reservoar. Gambar 4.14. Proses Penyelarasan Tekanan dalam Simulasi Reservoar (4) Penyelarasan Laju Produksi (Mattax, C.C. and Dalton, L.R. 1990) Penyelarasan data produksi ditunjukkan dengan grafik antara laju alir minyak terhadap waktu yang dihasilkan dari simulasi dengan laju alir minyak aktual terhadap waktu, .Begitu pula dengan laju alir air, laju alir gas, NP, Wp, Gp, WC, GLR, GOR, WOR yang ditunjukkan dengan grafik antara parameter tersebut terhadap waktu. Jika penyelarasan laju alir minyak (Qo), air (Qw), gas (Qg), Np, Wp, Gp, WC, GLR, GOR, WOR, terhadap sejarah laju alir Qo, Qw, Qg, Np, Wp, Gp, WC, GLR, GOR, WOR aktualbelum selaras, ada beberapa parameter yang dapat ditinjauulang untuk memperkecil perbedaan antara model simulasi dengan kondisi aktual. Peninjauan ulang data tersebut meliputi : a) Review normalisasi data permeabilitas relatif batuan b) Review data Fluida reservoir seperti data Bo vs P c) Re-studi pemodelan geologi, seperti studi facies dan studi sealing non sealing 52 Contoh Gambar 4.15. merupakan hasil history matching antara Qo vs time, dan Qw vs time yang disajikan dalam satu gambar. Gambar 4.15. Hasil history matching antara Qo, Qw simulasi dengan Qo, Qw aktual terhadap waktu (7) 4.1.3.6. Pembuatan Skenario Pembuatan Skenario disesuaikan dengan kondisi lapangan. Misalnya : Skenario I = Basecase Skenario II = Skenario I + Optimasi Produksi Skenario III = Skenario II + Workover Skenario IV = Skenario III + Infill Drilling Skenario V = Skenario IV + Water Flooding 4.1.3.7. Prediksi (Forecast) Prediksi atau peramalan merupakan tahap akhir dalam melakukan simulasi reservoar setelah proses production history macth selesai. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui atau melihat perilaku reservoar yang disimulasi pada masa yang akan datang berdasarkan kondisi yang diharapkan. 53 Model reservoar yang telah selaras dengan keadaan reservoar sebenarnya dapat digunakan untuk peramalan perilaku reservoar untuk skenario produksi seperti yang dapat diterapkan pada reservoar yang sebenarnya di lapangan. Ketetapan hasil peramalan melalui model sangat dipengaruhi oleh kualitas keselarasan yang dihasilkan. Peramalan yang dapat dilakukan melalui model simulasi reservoar antara lain: Hubungan tekanan reservoar dengan produksi kumulatif fluida. Hubungan tekanan reservoar dengan laju produksi fluida Hubungan laju produksi dengan waktu Hubungan laju produksi terhadap produksi kumulatif Besarnya ultimate recovery untuk berbagai skenario dan cara produksi. Jumlah dan penyebaran titik serap yang optimum. Berikut merupakan contoh gambar prediksi profil produksi setelah dilakukannya proses history matching yang disajikan pada Gambar 4.16. 54 Gambar 4.16. Hasil prediksi dengan menggunakan skenario setelah proses history matching (Mattax, C.C. and Dalton, L.R. 1990) 4.2. METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan melalui dua tahap. Tahap Pertama yaitu mengolah dan menganalisa data. Data-data tersebut yaitu model geologi dan geofisika (G&G), data reservoir, data produksi, jumah cadangan volumetris, data welltest / uji sumur, dan perilaku reservoir. Tahap kedua yaitu melakukan history matching dan dilanjutkan peramalan produksi dengan menggunakan skenario pengembangan. Secara rinci berikut diagram alir pelaksanaan penelitian : Metodologi dalam pengerjaan simulasi reservoar dibantu dengan simulator Eclipse 100. Langkah kerja studi pengembangan Upper Sand Delta20 ini meliputi: 1. Pengumpulan data. 55 1.1. Hasil pemodelan Geofisika & Geologi, berupa peta top struktur, peta bottom struktur, peta gross isopach, peta net sand isopach, peta net oil isopach, peta distribusi porositas, peta distribusi permeabilitas, danpeta distribusi saturasi 1.2. Data Batuan Reservoir : Porositas batuan, permeabilitas absolut dan permeabilitas relatif batuan, saturasi fluida, tekanan kapiler, kompresibilitas batuan. 1.3. Data Fluida Reservoir Data faktor volume formasi minyak terhadap tekanan, data kelarutan gas dalam minyak terhadap tekanan, data viskositas minyak terhadap tekanan. 1.4. Data Kondisi Reservoir Tekanan awal reservoar, sejarah tekanan lapangan “TGA”, temperatur reservoar. 1.5. Data Produksi Sejarah laju alir gas (Qg), PI, IPR, Qoptimum, sejarah Qair (Qw), metode produksi, kumulatif air (Wp), kumulatif gas (Gp), GWR. 1.6. Data penunjang 1.6.1. Data geometri reservoir : kedalaman reservoir, data tebal reservoir, volumebulk batuan, jari-jari pengurasan dan jari-jari sumur. 1.6.2. Data Sumur :Data Status sumur, Data perforasi, Data mekanik sumur. 1.6.3. Asumsi data keekonomian. 2. Pengolahan data. 2.1. Data Produksi dan tekanan. 2.2. Normalisasi Data permeabilitas relatif batuan. 2.3. Normalisasi Data tekanan kapiler. 2.4. Pemodelan Diagram Fasa Fluida menggunakan software PVTi. 2.5. Perhitungan Drive Index. 3. Input data hasil pengolahan pada langkah (2) ke dalam model reservoir 56 4. Inisialisasi Menyamakan OGIP model reservoir dengan OGIP hasil perhitungan volumetrik. Jika perbedaan antara OGIP model reservoir dengan OGIP hasil volumetrik lebih dari 5%, maka dilakukan peninjauan ulang terhadap parameter statis dari model, seperti Pc, NTG, ketebalan lapisan, dll. Jika perbedaan kurang dari 5%, maka hasil inisialisasi sudah baik. 5. Melakukan penyelarasan (History Matching) antara hasil run simulasi dengan produksi aktual. Parameter yang diselaraskan yaitu tekanan dan produksi. Parameter produksi yang diselaraskan antara lain laju alir gas (Qg), air (Qw), kumulatif gas (GP), dan kumulatif air (WP) antara model dengan aktual. Jika hasil penyelarasan antara data produksi simulasi dengan data produksi actual sudah sama (perbedaan< 1% untuk laju alir likuid, perbedaan < 5% untuk laju alir minyak, dan< 10% untuk laju alir air). 6. Membuat skenario-skenario pengembangan lapangan “TGA”. 7. Melakukan prediksi tiap skenario. 8. Membuat kesimpulan. Untuk memperjelas pemahaman terhadap metodologi ini, disajikan pada Gambar 4.17. berikut ini : 57 Perhitungan Reserves Gas RF sudah/mendekati maksimal Perhitungan RF Maintain produksi dengan sumur existing RF masih dapat di maksimalkan Potensi untuk dikembangkan Karakterisasi Reservoir Geofisika & Geologi Analisa Data Reservoir Data Produksi Geofisika Geologi Data lintasan Interpretasi seismik Struktur, patahan, welltie, inversi Lithologi, struktur, faults, stratigafi, fractures, facies, sealing non sealing, Open hole Logging Core : Por.absolut , K, Sw Spesial Core :Pc, Krg vs Krw vs Sw PVT analysis viskositas gas, densitas gas, komposisi gas Well test Qq, PI, IPR, Qoptimum, metode produksi, Qw, Qg, Wp, Gp, GWR, Pi reservoir, m, Perm. eff, Skin, Re, T Model Reservoir Pemodelan Geologi Model Produksi Simulasi Reservoir Mereview data : porositas, Pc, ketebalan lapisan Mereview parameter yang bersifat dinamis 1. Normalisasi permeabilitas relatif 2. studi sealing dan nonsealing, facies 3. Rock Property : K, por, NTG Validasi Model Simulasi Jika OGIP Simulasi belum sesuai dengan OGIP hasil perhitungan volumetrik Tidak Inisialisasi Jika OGIP Simulasi sudah sesuai dengan OGIP hasil perhitungan volumetrik Ya History Matching Jika hasil penyelarasan data produksi dan tekanan simulasi sudah selaras dengan data produksi dan P aktual. TIDAK SELARAS SELARAS Model Simulasi Reservoir yang valid Membuat Skenario-skenario Pengembangan lapangan Prediksi Produksi Lapangan Mengusulkan Skenario terbaik Kesimpulan Gambar 4.17. Diagram Alur Pengerjaan Tesis Jika hasil penyelarasan data produksi dan tekanan simulasi belum selaras dengan data produksi dan P aktual.