Uploaded by Hoemam Abd2

Buletin. T8N1V1. Bertawakkal, Berbahagia

advertisement
4
..............................................................................................................
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan
urusan
(yang
dikehendaki)-Nya.
Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.” [Q. S. Ath
Thalaq:3]
Nyatanya
bagaimana?
Terkadang, kita merasa rezeki belum
tercukupi. Ilmu yang dicari seakan
bertemu dinding tebal sehingga kita
kesulitan
untuk
mempelajari.
Hafalan yang sudah sebegitu
susahnya, amat cepat hilangnya. Apa
yang terjadi sesungguhnya?
Barangkali nilai tawakal kita
yang masih rendah. Bisa saja ikhtiar
kita yang terlalu lemah. Atau
mungkin tafsir dari ahli tafsir abad
ini, Syaikh As Sa’di, bisa memberikan
pencerahan. Terkait ayat di atas,
beliau mengatakan, “Hanya saja, bisa
jadi karena hikmah ilahi, membuat
jaminan kecukupan itu ditangguhkan
waktunya yang justru lebih tepat
untuknya.
Oleh sebab itu Allah berfirman
yang artinya, ‘Sesungguhnya Allah
melaksanakan
urusan
(yang
dikehendaki)-Nya.’ Artinya, qadha
dan qadar-Nya pasti terlaksana.
Akan tetapi, ‘Sesungguhnya Allah
telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.’ Artinya, waktu dan
kadarnya tidak akan meleset atau
terlambat”
Sungguh luar biasa pengaruh
tawakal dalam kehidupan seorang
hamba! Benar-benar menyenangkan
dan menjaminkan ketenteraman. Oleh
sebab itu, marilah belajar tentang
tawakal untuk kemudian praktik nyata
dalam keseharian kita.
Wallahul muwaffiq
Sumber:
https://tashfiyah.com/bertawakkalberbahagia/
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anh
mengatakan,
“Yakin adalah engkau tidak
mencari keridhaaan manusia dengan
kemurkaan Allah subhanahu wa ta’la,
engkau tidak memuji seorang pun
atas rezeki dari-Nya, engkau tidak
pula mencela orang lain atas sesuatu
yang tidak Dia berikan untukmu.
Sesungguhnya, rezeki itu tidak ditarik
oleh semangat seseorang, tidak pula
bisa ditolak oleh ketidaksukaan
seseorang. Allah subhanahu wa ta’la—
dengan keadilan, ilmu, dan hikmahNya—menjadikan kelapangan dan
kesenangan ada bersama keyakinan
dan keridhaan. Dia juga menjadikan
kegundahan dan kesedihan ada
bersama
keraguan
dan
ketidakridhaan.”
(Jami’ul Ulum wal Hikam hlm.
392)
Sumber: https://asysyariah.com/hakikatyakin/
Mohon tidak dibaca ketika khotbah berlangsung
BULETIN JUM’AT
Telaah
Ditulis oleh Ustadz Mukhtar Hafidzahullahu ta’ala
Bertawakal memang perintah Allah. Karena
BULETIN JUMAT
Media Dakwah Islam
perintah,
sebagai
hamba
kita
harus
Ahlussunnah-wal-jama’ah
melaksanakannya. Bukan karena terpaksa atau
___________________
karena tidak ada pilihan yang lain. Namun, perintah
Diterbitkan oleh :
Media Dakwah
RSU Siaga Medika Group
Penasihat :
Allah harus dilaksanakan dengan dilandaskan pada
Al-Ustadz
Abdurrahman Luki
Akan tetapi, jika kita agak sedikit cerdas saja
Al-Ustadz
Qomarudin
raja’, mahabbah dan khauf. Harapan, cinta dan rasa
takut.
atau menambah ketelitian terkait perintah-perintah
Allah (apalagi sampai lebih dalam lagi), kesimpulan
___________________
yang diperoleh dari tiap-tiap ibadah; ternyata
Dapatkan info kajian Ahlussunah di
kota Anda :
https://t.me/infokajiansalafy
Purwokerto :
https://t.me/InfoSalafyPwkt
Cilacap :
https://t.me/AlmanshurohCilacap
Kebumen :
https://t.me/KajianIslamKebumen
Purbalingga :
https://t.me/ForumSalafyPurbalingga
Banyumas :
https://t.me/infosalafyBMS
___________________
manfaat dan maslahatnya kembali untuk kita sendiri.
Buletin Jum’at (selembar kertas) ini mudah
tercecer
sehingga tidak memuat lafadz Al Qur’an
dan Lafdzul Jalaalah untuk menjaga
kesucian dan keagungan-Nya
___________________
_ _ _ _Tahun
_ _ _ _ke-8
_ _ Volume
_ _ _ _ _1_ _ _ _
Subhanallah!
Bertawakal itu sangat menyenangkan. Sebab,
semua aktivitas dan kegiatan dalam keseharian kita
yang dilaksanakan dengan pondasi tawakal, tidak
akan mungkin berujung dengan kesedihan, sesal,
kecewa atau sakit hati. Apa pun yang ia jalani, ia
hadapi, ia rasakan dan ia peroleh, diyakini secara
penuh sebagai ketentuan Allah, Zat yang Maha
Bijaksana.
Hamba
yang
bertawakal
pasti
tentram
hidupnya. Akan tenang sikap dan pikirannya, dalam
keadaan genting sekalipun.
Mohon tidak dibaca ketika khotbah berlangsung 1
disebut ditambah lagi dengan wibawa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
tangan orang itu bergetar sehingga
pedang yang dalam genggamannya
terjatuh.
Cerita belum berakhir. Pedang itu
lalu diambil oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam lalu balik diarahkan
kepada orang tersebut.
Beliau ganti bertanya, “Sekarang,
siapakah
gerangan
yang
akan
membantumu untuk menghadapi
masa seperti ini?” Orang itu lantas
menyampaikan permohonannya untuk
diampuni.
Rasulullah
shallallahu
‘alaihi
wasallam sempat mengajaknya masuk
Islam. Walaupun menolak masuk
Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam
membiarkannya
pergi.
Sebab, orang itu berjanji tidak akan
memusuhi Rasulullah juga berjanji
tidak akan membantu orang-orang
yang memusuhi beliau. Setelah
bertemu kembali dengan temantemannya, orang itu menyimpulkan,
“Aku baru saja menemui orang paling
baik sebelum bertemu kalian”
Masya Allah, buah dari keyakinan.
Hasil indah dari sikap tawakal. Sangat
menyenangkan,
bukan?
Masalah
serumit apa pun dapat terselesaikan.
Tanpa meninggalkan permusuhan atau
kebencian. Bahkan dengan tawakal
yang tinggi, seorang hamba akan
dicintai dan disayangi orang lain.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Pelajarilah ilmu (agama) sebelum berkata dan berbuat !
sebagai contohnya.
Bertawakal juga menjadi faktor
kuat untuk memperoleh limpahan
rezeki. Bukan sekadar rezeki yang
kita bayangkan atau dipikirkan.
Tidak menutup kemungkinan, hasil
yang diperoleh akan jauh lebih baik
dari yang telah direncanakan.
Katakanlah gagal, kurang atau tidak
sesuai dengan harapan, bukankah
Allah menjanjikan barakah dan
rahmah untuk mereka yang berusaha
dengan landasan tawakal?
Jangan mau kalah dengan
burung! Manusia jauh lebih baik dari
burung. Manusia mempunyai banyak
kelebihan
dibandingkan
seekor
burung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam secara khusus menyebut
burung sebagai objek analog dan
proyek
percontohan.
Beliau
bersabda:
“Andai
kalian
benar-benar
bertawakal kepada Allah, kalian pasti
diberi limpahan rezeki sebagaimana
seekor
burung
memperolehnya.
Burung itu terbang di kala pagi dalam
laparnya, lalu kembali pulang di sore
hari dalam keadaan kenyang.” [H. R.
Tirmidzi (2344)]
Tawakal bukan berarti diam
menunggu tanpa usaha. Lihatlah
betapa burung yang digambarkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga berusaha. Usaha apa yang
ia lakukan? Terbang sejak pagi,
berkeliling mencari makan untuknya
......................................................... .......................................................
2
............................................................... ................................................
Sebuah kisah dibawakan oleh
sahabat Jabir bin Abdillah untuk kita.
Kisah itu diriwayatkan oleh Al
Bukhari (no. 2910) dan Muslim (no.
843). Salah satu cerita yang terekam
dalam perang Dzatur Riqa’. Seperti
biasa, jika dalam perjalanan, lalu
beliau memutuskan untuk berhenti
dan beristirahat, para sahabat akan
mencari pohon yang paling rindang
agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam
dapat
berteduh
di
bawahnya.
Setelah
itu,
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam diberi
kesempatan untuk beristirahat. Para
sahabat akan menjauh agar tidak
mengganggu ketenangan beliau. Nah,
hari itu, ada satu orang musyrik
mengambil pedang Rasulullah yang
tergantung di salah satu dahan
pohon. Setelah terbangun, orang itu
mengancam Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dengan menghardik,
“Apakah
engkau
tidak
takut
kepadaku?”
“Tidak takut,” jawab Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang
itu bertanya lagi, “Jika demikian,
siapa
gerangan
yang
akan
membantumu
menghadapiku.”
Dengan penuh ketenangan, sebagai
pancaran tawakalnya, Rasulullah
shallallahu
‘alaihi
wasallam
menjawab,
“Allah.”
Mendengar
jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, mendengar nama Allah
juga untuk anak-anaknya. Ia tidak
kenal lelah untuk mengitari angkasa,
mencari di sela-sela pepohonan atau
rerumputan, menemukan rezekinya
di atas bumi Allah. Terbangnya
adalah usaha.
Jangan sampai Pembaca yang
budiman ada yang bertanya, “Loh,
burung kan bisa mengambil makanan
dari mana saja. Bahkan tanaman
petani pun diambilnya?”
Ingatlah bahwa burung bukan
makhluk mukallaf, yang dibebani
hukum syariat. Lalu, bukankah
manusia lebih tinggi derajatnya
dibandingkan burung? Dengan akal
dan kemampuannya, manusia diberi
banyak jalan dan banyak pilihan oleh
Allah. Yang penting adalah berusaha
dengan cara-cara yang dihalalkan
Allah.
Bertawakal
akan
mendapat
jaminan dari Allah. Apa yang dijamin
dan yang terjamin? Semua hal dan
seluruh yang ia lakukan dengan
berlandaskan tawakal! Jika ia mencari
rezeki, Allah akan mencukupinya. Jika
ia menuntut ilmu, Allah akan
memberikan
kecukupan
ilmu
untuknya. Jika ia menghafal Al Quran,
ia akan diberi hafalan yang cukup.
Dan seterusnya.
Mengenai hal ini, Allah berfirman
dalam surat At Thalaq ayat 3 yang
artinya, “Dan barang siapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan
Pelajarilah ilmu (agama) sebelum berkata dan berbuat !
3
Download