BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3. Sistem Instrumentasi 3.1. Sistem Instrumentasi Sistem adalah susunan beberapa bagian dalam suatu batasan-batasan tertentu yang bekerja bersama-sama untuk menghasilkan suatu keluaran dari masukanmasukan yang diberikan. Batasan-batasan tersebut memisahkan sistem dari lingkungan dan sistem akan berinteraksi dengan lingkungan melalui sinyal-sinyal yang bekerja melewati batas-batas tersebut baik dari lingkungan menuju sistem maupun sebaliknya.[1] Instrumentasi adalah suatu ilmu mengenai berbagai macam alat yang digunakan di lapangan untuk mengukur dan mengendalikan besaran-besaran seperti suhu (temperature), aliran (flow), tekanan (pressure) dan ketinggian pengukuran (measurement), pengkondisi sinyal (signal conditioning), pengiriman sinyal (signal transmission) dan pengendalian (controller). 3.1.1. Tujuan Instrumentasi Terdapat beberapa tujuan dari instumentasi, yaitu : 1. Sebagai Alat pengukur (Measurement) Sebagai alat ukur yaitu berfungsi untuk mengetahui atau memonitor jalannya suatu kondisi operasi melalui pengukuran besaran dari variable proses yang sedang diukur. Pengukuran yang banyak dilakukan adalah berupa pengukuran tekanan (pressure), suhu (temperature), aliran (flow) dan tinggi permukaan cairan (level) dan lain-lain. 2. Sebagai Alat control (Controller) Sebagai alat kontrol yaitu berfungsi untuk mengendalikan jalannya operasi agar variable proses (PV) yang diukur dapat diatur atau dikendalikan sesuai harga yang diinginkan. 3. Sebagai Safety Sistem Sebagai alat pengaman yaitu berfungsi untuk mencegah kerusakan pada peralatan, mencegah terjadinya bahaya kecelakaan pada orang yang bekerja dan mencegah kerusakan lingkungan. Sistem pengaman ini mempunyai tahap-tahap yaitu memberi peringatan berupa alam dan melakukan shutdown terhadap proses yang ada. 4. Sebagai Alat Analisa (Analyzer) Sebagai alat analisa peralatan instrumen berfungsi untuk menganalisis kualitas kandungan dari suatu produk yang dikelola. Kemudian dapat juga dipergunakan sebagai alat analisa untuk pencegahan polusi dari hasil buangan industri agar tidak membahayakan dan merusak lingkungan. Sehingga dari 4 tujuan diatas, instrumentasi sangat dibutuhkan dalam dunia industri untuk menghilangkan kerugian-kerugian yang dapat terjadi seperti losses (kerugian yang dikarenakan salah perhitungan), hasil yang terbuang atau tidak memenuhi syarat dan alat produk yang dapat rusak karena tidak sesuai dengan persyaratan alat. 3.1.2. Jenis Sinyal Instrumentasi Dalam dunia Instrumentasi dan Kontrol terdapat dua jenis sinyal, yaitu : 1. Sinyal Analog Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang mempunyai nilai kontinyu (tidak terputus) dimana besarannya berubah terhadap waktu atau ruang, dan mempunyai semua nilai untuk setiap nilai waktu (dan atau setiap ruang), yang membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Dalam instrumentasi, sinyal pneumatic dan sinyal electric merupakan sinyal analog. Sinyal pneumatic yang dipakai dalam dunia industri antara lain 3-15 psig, 20100 kPa dan 6-30 psig. Utuk sinyal electric yaitu sebesar 4-20 mA, 840 mA dan 10-50 mA. 2. Sinyal Digital Sinyal digital adalah sinyal data dalam bentuk pulsa yang mengalami perubahan yang tiba-tiba dan mempunyai besaan 0 dan 1. Sinyal digital hanya memiliki dua keadaan yaitu 0 dan 1 (bilangan biner), sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh derau/noise. Dalam instrumentasi sinyal tersebut terdapat pada Hart Protocol, SMAR Protocol, Fieldbus dan berbagai komunikasi tanpa kabel (wireless communications) 3.1.3. Pemilihan Sinyal Instrumentasi Pemilihan bentuk sinyal pengukuran (sinyal instrumen) sangat ditentukan oleh jenis controller yang akan dipakai (Analog ; pneumatik/elektronik atau digital). Untuk menerjemahkan sinyal sistem pengukuran dari sensing element menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh controller dibutuhkan sebuah unit yang disebut transmitter. Sebagai strandarisasi sinyal keluar dari transmitter, baik analog (pneumatic atau electric) maupun digital (HART Protocol, SMAR Protocol atau Fieldbus) dibuat hanya bekerja pada standart skala tertentu seperti diperlihatkan pada point jenis sinyal instrumen. Untuk aplikasi di dalam industri proses, sinyal pneumatik yang digunakan secara umum adalah dengan skala kerja 3 -15 psig atau 0.2 – 1 kg/ dan untuk sinyal elektrik skala kerja 4 – 20 mA (sinyal arus) atau 1 – 5 V DC (sinyal tegangan). Pada umumnya sinyal yang keluar dari transmitter elektronik hampir selalu dalam bentuk 4 – 20 mA. 3.2. Kalibrasi (PT PLN, 2013) Kalibrasi adalah perbandingan peralatan ukur terhadap alat standar yang akurasinya lebih tinggi. Kalibrasi dilakukan menurut prosedur dengan membandingkan nilai pengukuran suatu instrumen yang sedang diuji terhadap instrumen yang lebih akurat untuk mendeteksi kesalahan /error pada instrumen yang sedang diuji. Kesalahan /error bisa diterima jika masih dalam batas yang diizinkan. Kalibrasi merupakan aktivitas yang penting dalam pemeliharaan . Kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa ketelitian / akurasi peralatan dalam sistem pengontrolan terkendali secara keseluruhan. Umumnya pengkalibrasian ini dilakukan pada ruangan yang didalamnya terdapat kalibrator dan perlengkapannya. Kualitas dari hasil kalibrasi tergantung kepada ketelitian peralatan yang digunakan untuk mengkalibrasi / kalibrator dan pengarsipan data kalibrasi untuk semua peralatan merupakan hal yang penting dalam aktivitas kalibrasi. 3.2.1. Manfaat Kalibrasi Kalibrasi memiliki beberapa manfaat, yaitu: 1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki. 2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur. 3. Secara umum menjaga kondisi instrumen ukur/bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya. 3.2.2. Istilah-istilah Dalam Pengukuran dan Kalibrasi Instrumen Beberapa istilah yang lazim dipakai dalam sistem pengukuran adalah proses variable, range, zero, span, error, linearitas dan akurasi. Berikut merupakan penjelasannya : 1. Proses Variable Proses variable adalah besaran phisik atau besaran kimia karena berbagai pengaruh proses. Tekanan, temperature, flow dan level adalah variabel phisik sedangkan kandungan oksigen dan nilai pH adalah variabel-variabel kimia. 2. Range Range adalah mengambarkan batasan sinyal yang berhubungan dengan instrument input ataupun instrumen output. Batasan sinyal terendah dari suatu sinyal input adalah kuantitas instrumen terendah yang diukur, sedang batasan maksimumnya adalah nilai tertinggi. Sebagai contoh, suatu proses mempunyai batas atau range tekanan dari 100 kPa sampai 500 kPa. Maka alat instrumenasi proses ini tidak dapat digunakan untuk mengukur nilai dibawah 100 kPa atau diatas 500 kPa. 3. Zero Nilai terendah suatu sinyal input atau sinyal output disebut zero, meskipun nilainya tidak nol. Sebagi contoh, range input transmiter tekanan mungkin 0 – 1000 kPa sedang range outputnya 20 sampai 100 kPa. Dari sini, nilai zero sinyal output digambarkan dengan 20 kPa. Transmiter temperatur dapat mengukur temperature anatara 50 C dan 120 C, sedang nilai outputnya bervariasi dari 20 sampai 100 kPa. Dalam hal ini, nilai zero pada range input dan output masing-masing adalah 50 C dan 20 kPa. 4. Span Span input dan output dari suatu instrumen berhubungan langsung dengan range input ataupun range outputnya. Span adalah selisih aljabar antara nilai range teratas dengan nilai range terendah. 5. Error Error adalah selisih antara nilai yang diukur dengan nilai yang sebenarnya. Sebagai contoh, jika pressure gauge menunjukkan 216 kPa ketika tekananya nyatanya 220 kPa, maka errornya adalah – 4kPa. 6. Linieritas Linieritas menggambarkan kedekatan hubungan antara input dengan output dari suatu instrumen yang digambarkan seperti sebuah garis lurus. Hal tersebut adalah sebuah garis lurus dari 0% input dan 0% output sampai 100% input dan 100% output. Jika hubungan ini menyimpang maka timbul ketidaklinieran. Ketidaklinieran output biasanya dinyatakan dalam persentase skala penuh atau full skala output. 7. Akurasi Akurasi dari sebuah instrumen dapat didefinisikan sebagai kedekatan antara pengukuran atau output yang menggambarkan nilai nyata. Akurasi biasanya dinyatakan dengan persentase span. 3.3. DCS (Distributed Control System ) Gambar 3. 3 Arsitektur DCS (Sumber : Emerson, n.d) Gambar 3.3 merupakan arsitektur DCS. Distributed control system merupakan suatu sistem yang mendistribusikan berbagai fungsi yang digunakan untuk mengendalikan berbagai variabel proses dan unit operasi proses menjadi suatu pengendalian yang terpusat pada suatu control room dengan berbagai fungsi pengendalian, monitoring dan optimasi. Distributed control system (DCS) adalah sebuah sistem kontrol yang biasanya digunakan pada sistem manufacturing atau proses, dimana elemen controller tidak berada pada sentral sistem (sebagai pusat) tetapi tersebar di sistem dengan komponen subsistem dibawah kendali satu atau lebih controller. Keseluruhan sistem dapat menjadi sebuah jaringan untuk komunikasi dan monitoring. Beberapa fungsi DCS adalah sebagai berikut: a. DCS berfungsi sebagai alat untuk melakukan kontrol suatu loop sistem dimana satu loop bisa terjadi beberapa proses kontrol. b. Berfungsi sebagai pengganti alat-alat kontrol manual dan auto yang terpisahpisah menjadi suatu kesatuan sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan dan penggunaannya. c. Sarana pengumpul data dan pengolah data agar didapat suatu proses yang benar-benar diinginkan. 3.4. Transmitter Transmitter adalah suatu peralatan instrumentasi yang dapat merubah sinyal yang berasal dari insturment ukur (sensor atau detector) menjadi bentuk sinyal yang dapat diterima oleh indicator, recorder dan controller yang kemudian dapat dipantau atau dikendalikan dari suatu tempat yang jauh. Transmitter sendiri ada yang berfungsi sebagai pengirim sinyal saja atau ada juga yang mengkonversi besaran yang diinginkan. Selain ditransmisikan ke controller (control room) transmitter juga memiliki display di lapangan yang digunakan untuk pengecekan secara manual. Biasanya besaran yang ditunjukkan di lapangan adalah berapa persen dari tekanan. Dari situ bisa dikonversikan menjadi berapa flowrate (jika mengukur flow), berapa level (jika mengukur kedalaman) atau berapa pressure (jika mengukur tekanan). 3.4.1. Jenis Transmitter 3.4.1.1. Electronic Transmitter Pada elekctronic transmitter, cara kerjanya lebih simple. Jalur transmisi sudah menggunakan kabel. Dari transmitter dikirim ke control room dengan kabel. Control system yang digunakan pada system electric biasanya DCS. Sebelum masuk DCS, jalur transmisi tersebut masuk ke panel box sebagai interkoneksi antara lapangan dengan control room. Dengan DCS, semua bisa dikontrol melalui layar monitor. Sistemnya sudah terintegrasi dan memiliki respon yang cepat. Jenis-jenis electronic transmitter, yaitu : (a) (b) (c) (d) Gambar 3. 4 Jenis Electronic Transmitter (Sumber : Bimbingan Profesi Sarjana Teknik (BPST), 2007) Tampilan fisik dari jenis-jenis electronic transmitter dapat dilihat pada Gambar 3.5. Pada gambar (a) merupakan jenis Differential Pressure Type Flow Transmitter. Lalu jenis Pressure Transmitter ditunjukkan pada gambar (b). Selanjutnya pada gambar (c) merupakan jenis Liquid Level Transmitter. Dan pada gambar (d) merupakan jenis Temperature Transmitter. 3.4.1.2. Pneumatic Transmitter Pneumatic transmitter adalah transmitter yang digerakkan oleh tekanan udara. Tekanan standar instrumen pneumatic adalah 3-15 psi. Syarat utama dari transmisi pneumatic adalah sumber udara yang konstan. Gambar dibawah ini merupakan bentuk fisik dari jenis-jenis pneumatic transmitter. Pada gambar (a) merupakan jenis Differential Pressure Type Flow Transmitter. Lalu pada gambar (b) merupakan jenis Pressure Transmitter (Gauge Pressure). Dan yang terakhir pada gambar (c) merupakan jenis Liquid Level Transmitter (Gauge Pressure). Semua gambar dibawah merupakan jenis transmitter pabrikan Faxboro. Berikut merupakan tampilan dari jenis-jenis pneumatic transmitter yang telah dijelaskan pada lembar sebelumnya, yaitu : 3.5. Differential Pressure Transmitter 3.5.1. Pengertian Differential Pressure Transmitter Differential Prsessure adalah pada dasarnya adalah salah satu metode pengukuran tekanan yang tidak mengacu pada referensi tekanan khusus.Transmitter adalah pemancara yang berfungsi mengirimkan signal dari pengukur / sensor ke suatu sistem kontrol monitoring. Jadi, Differential Pressure transmitter adalah salah satu jenis peralatan instrument yang paling banyak digunakan sebagai alat ukur dalam industri, karena transmitter model ini bisa difungsikan dalam banyak aplikasi seperti untuk mengukur tekanan positip, untuk mengukur tekanan vakum, untuk mengukur perbedaan tekanan, untuk mengukur ketinggian permukaan isi tangki (Level) dan untuk pengukuran laju alir (Flow). 3.5.2. Fungsi Differential Pressure Transmitter Kegunaan dari transmitter yang memberikan sinyal standart berupa sinyal pneumatic atau sinyal listrik dari besaran proses (process variable) yang diukur keperalatan lain yang membutuhkanya antara lain: 1) Peralatan lain seperti indicator, recorder yang bekerja dengan standart sinyal yang sama. 2) Memungkinkan pengiriman sinyal kepada jarak yang cukup jauh dan cepat serta aman. 3) Menekan biaya pengoperasian maupun biaya pemeliharaan. 4) Menekan biaya pengoperasian maupun biaya pemeliharaan. 3.5.3. Prinsip Kerja Differential Pressure Transmitter Differential Pressure Transmitter adalah suatu alat untuk mengetahui nilai beda tekanan dengan perinsip kerja menerima tekanan dari benda cair, gas/udara yang akan di ukur. Hasil pengukuran berupa (aliran, tekanan, dan level) tersebut dikonversikan menjadi nilai analog dalam bentuk arus listrik, dengan nilai arus yang sangat kecil yaitu mili Ampere’. Beda tekanan yang diukur Differential Pressure Transmitter akan diubah sebagai perubahan nilai arus yang di hasilkan dan biasanya range antara 4mA s/d 20mA. Hasil dari beda tekanan tersebut berupa arus mA ini kemudian dikirimkan ke alat penerima sinyal yang biasa disebut controller. Controller akan menkoversikan nilai arus 4mA s/d 20mA yang diterima dari sensor Transmitter untuk kemudian diubah menjadi tampilan nilai actual tekanan terukur dalam berbagai satuan, seperti mmH2O, Bar, Psi, Kg/cm2, dan lain sebagainya. Dan akhirnya akan menampilkan hasil pengukuran tersebut pada display controller dalam bentuk angka digital. 3.5.4. Konstruksi Differential Pressure Transmitter Gamba 1 Bagian r 0 DPX a) Bagian Elektronika 1) Supply (+) : Untuk menerima arus positif 2) Supply (-) : Untuk menerima arus negative 3) Grounding : Untuk pengaman bila ada arus berlebih 4) Check : Untuk mengecek arus b) Elemen Sensor Tekanan c) Adjustment 1) Zero Adjustment : Untuk mengadjust output bagian bawah (4mA) d) Port 1) Port “ Low “ : Jalan masuknya supply udara sisi Low 2) Port “ High “ : Jalan masuknya supply udara sisi High [1] “Dasar Instrumentasi dan Proses Kontrol.” https://www.teknisiinstrument.com/2016/11/14/rangkaian-kalibrasi-transmitter/