Resume Fisioterapi pada Acute Myocard Infark Nama: M. Dimas Rakha Arkananta NIM: J120180026 Kelas A A. Definisi Kematian jaringan miokard yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat dari sumbatan akut arteri koroner. Keadaan dimana adanya bukti nekrosis atau kematian jaringan miokardium pada kondisi klinis yang konsisten dengan iskemia miokard akut. B. Faktor Resiko Faktor eisiko yang dapat menyebabkan miokard infark akut yaitu: 1. Merokok 2. Obesitas 3. Hipertensi 4. Kurang Aktivitas Fisik 5. Tingkat Lemak darah yang tinggi 6. Diabetes 7. Riwayat Penyakit Keluarga 8. Dan lain-lain C. Penyebab Myocard Infark Ada beberapa penyebab dari Myocard Infark yaitu: 1. Plak aterosklerotik koroner tetap Dalam kombinasi dengan non-koroner menyebabkan ketidakseimbangan pasokan permintaan oksigen 2. Penyakit non-aterosklerotik arteri coroner Spasme/SVD, vasculitis, pembedahan, emboli, kelainan konginetal, dysplasia fibromuscular, iatrogenik (sten atau cangkok restenosis), PCI terkait no-reflow 3. Jantung non-koroner ketidakseimbangan kebutuhan oksigen Takiaritmia, bradiaritmia, LV hipertropi dan dilatasi. 4. Ketidakseimbangan suplai kebutuhan oksigen berlebih Gagal jantung, sindrom anaemia, hypovolemic shock D. Patofisiologi Sebagian besar pasien MI mempunyai aterosklerosis coroner, pembentukan thrombus paling sering terjadi dilokasi lesi aterosklerotik menyebabkan terhalangnya aliran darah ke myokard, rupturnya plak sebagai mekanisme pemicu perkembangan thrombus, Ketika plak pecah maka thrombus terbentuk di tempat yang dapat menyumbat aliran darah sehingga terjadi myokard infark. Kerusakan myocardium irreversible dapat dimulai sejak 20 sampai 40 menit setelah gangguan aliran darah. Nekrosis terjadi dalam beberapa jam dengan proses dinamis yang berurutan Reimer et al menyebutkan kematian seluler terjadi pertama kali di lapisan subendocardial dan menyebar seperti gelombang ke seluruh dinding jantung. Semakin pendek waktu antara oklusi coroner dan reperfusi coroner, semakin besar jumlah jaringan myokard yang dapat diselamatkan (≤ 6 jam). MI paling sering meenyebabkan perubahaan fungsi ventrikel kiri. E. Gejala Umum 1. Nyeri dada, Namun demikian terdapat sekitar 20-60% serangan infark yang tidak fatal bersifat asimptomatik atau tanpa gejala. 2. Peningkatan kadar enzim jantung (kreatin fosfokinase (CK atau CPK), glutamat oksaloasetat transmise (SGOT atau GOT), laktatdehidrogenase (LDH), mioglobin, troponin T atau I. 3. Perubahan gambaran EKG. Gambaran EKG khas yang muncul selama serangan infark antara lain gelombang Q patologis,, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik (inversi). F. Gejala 1. 2. 3. 4. 5. Nyeri: tekanan, burning (hot), dada/lengan/rahang/punggung Sympathetic response: bekeringat, takikardia, dingin, kulit lembab Parasympathetic response: nausea, muntah, lemas Inflammatory response: demam Other: dyspnea, asimtomatik G. Pemeriksaan Fisioterapi a. Anamnesis Nyeri dada retrosternum seperti tertekan atau tertindih beban berat, nyeri menjalar ke dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrum. Paling sering dikeluhkan nyeri menjalar ke tangan kiri. Gejala tambahan yang sering muncul adalah sesak, mual, muntah, nyeri epigantrium, keringat dingin, dan cemas b. Pemeriksaan Vital Sign Ditemukan adanya hipotensi atau hipertensi pada pasien. c. Inspeksi Pasien biasanya tampak gelisah dan pucat d. Palpasi e. Auskultasi Terdengar suara murmur dan gallop S3 Dapat ditemukan aritmia f. Pemeriksaan daya tahan jantung paru g. Pemeriksaan nyeri h. Pemeriksaan tekanan vena jugularis H. Pemeriksaan penunjang a. EKG Pada ST elevation myocardial infarc (STEMI) terdapat elevasi ST segmen yang diikuti dengan gelombang I inversi, kemudian muncul peningkatan gelombang Q minimal di 2 sadapan. Pada Non ST elevation myocardial infarc (NSTEMI) dapat ditemukan depresi ST segmen dan inversi gelombang T, atau EKG normal b. Lab enzim jantung c. Lab darah dan urin I. Penetapan diagnose disioterapi sesuai ICF Nyeri menjalar ke dagu, leher, tangan, punggung, dan epigastrum . Gejala tambahan yang sering muncul adalah sesak, dengan problem endurance dan aktifitas fungsional yanhg terkait dengan MCI. J. Intervensi a. Fase 1 - Breathing exercise - Mobilisasi - Ambulasi - Physical exercise Frekuensi: untuk mobilisasi dini: 3 -4 x/hari (hari pertama sd ketiga). Untuk mobilisasi lanjut : 2 x/hari (mulai hari ke4) Intensitas: Borg scale RPE < 13, Post AMI : HR < 120 bpm atau HR istirahat + 20 bpm (batas bawah), Pasca operasi : HR istirahat + 30 bpm (batas atas), Intensitas meningkat sesuai toleransi jika tidak muncul gejala. Time: Latihan Intermitten 3-5 menit, Periode istirahat : 1 sd 2 menit (sesuai kondisi pasien), periode istirahat harus lebih singkat drpd periode latihan, durasi total latihan 20 menit. Progression: Pada awalnya Exercise secara perlahan ditingkatkan durasinya 10 sd 15 menit, dan kemudian ditingkatkan juga intensitasnya b. Fase 2 Breathing Exercise Aerobic Exercise c. Fase 3 Breathing exercise Aerobic exercise d. Reevaluasi 1. 6MWT 2. Modified Borg Scale 3. BP 4. HR (Pasien boleh discharge apabila sudah dapat melakukan aktivitas berjalan 240 meter dalam 3 menit tanpa keluhan (> 3 METs) e. Edukasi Penjelasan perjalanan penyakit dan Komplikasi yang dapat muncul Penjelasan Teknik latihan nafas yang dilakukan di rumah Penjelasan tentang latihan aerobic yang dilakukan di rumah, dosis dan kriteria menghentikan latihan