Uploaded by michaelsteven313

WORD Tugas 3 Despon II Kelompok 11 (Pondasi Bore Pile)

advertisement
TUGAS 3
DESAIN PONDASI 2
Oleh
GUSNIARTA KELIAT
20 0404 071
LOUISE CAVIN SIDABUTAR
20 0404 077
MICHAEL STEVEN
20 0404 081
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
Definisi Bore Pile
Bor pile atau bored pile adalah teknik membangun pondasi yang memanfaatkan bantuan
mesin bor. Tanah akan dikeruk menggunakan mesin tersebut hingga kedalaman tertentu,
kemudian diisi dengan tulang besi dan cor beton.
Biasanya jenis bor pile banyak digunakan pada area sempit yang sisi kanan kirinya sudah
banyak terisi oleh bangunan lain. Meski begitu, bor pile punya kualitas ketahanan baik
khususnya untuk pemakaian dalam jangka waktu lama.
Pemasangan pondasi bored pile ke dalam tanah dilakukan dengan cara mengebor tanah
terlebih dahulu, yang kemudian diisi tulangan yang telah dirangkai dan dicor beton. Apabila
tanah mengandung air, maka dibutuhkan pipa besi atau yang biasa disebut dengan temporary
casing untuk menahan dinding lubang agar tidak terjadi kelongsoran, dan pipa ini akan
dikeluarkan pada waktu pengecoran beton.
Fungsi dan Kegunaan Bore Pile
ada dasarnya, fungsi pondasi bored pile adalah sebagai dasar tapak satu gedung. Namun,
karakteristiknya memungkinkan pilar pondasi ini untuk menopang beban yang lebih berat
jika dibandingkan jenis lainnya.
Terlebih jika proyek bangunan berdiri di atas tanah lempung atau berair, bored pile adalah
pilar pondasi yang cocok untuk menahan agar tiang tidak bergeser ke samping. Bukan hanya
itu, rangkanya juga akan meminimalisir kemunculan gelombang pada tanah saat
pembangunan mulai dilakukan.
Tipe Bore Pile Menurut Bentuk
Pondasi bored pile yang dapat disesuaikan berdasarkan kondisi tanah di area pembangunan,
antara lain:

Bored pile berbentuk lurus untuk diaplikasikan pada kondisi tanah keras.

Bored pile dengan ujung membesar yang menyerupai bentuk bel.

Bored pile dengan bentuk ujung membesar yang menyerupai trapezium.

Bored pile berbentuk lurus yang ditujukan untuk konstruksi di lokasi tanah bebatuan.
Tipe Bore Pile Menurut Alat dan Teknik Pengerjaan
Untuk jenis bored pile yang dibedakan menurut alat serta teknik yang digunakan dalam
pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Bored Pile Manual (Strauss Pile)
Jenis bored pile ini disebut teknik manual karena dalam pengerjaannya menggunakan tenaga
manusia. Pengeboran dilakukan dengan kondisi tanah yang masih kering atau disebut juga
teknik bor kering. Oleh karena itu, dalam proses pengerjaannya tidak membutuhkan banyak
air.
Walaupun menguras tenaga manusia, namun jenis bored pile yang satu ini lebih praktis dan
sederhana. Selain itu, teknik strauss pile tidak menimbulkan suara bising sehingga tidak
mengganggu sekitarnya.
2. Bored Pile Mini Crane
Bored pile yang menggunakan alat mini crane ini dinilai efektif apabila dilakukan di kawasan
permukiman. Pasalnya, jenis bored pile mini crane tidak menimbulkan getaran yang
berpotensi mengganggu bangunan sekitarnya.
Pengeboran menggunakan alat mini crane dilakukan dengan menggunakan metode bor basah.
Oleh sebab itu, metode ini memerlukan sirkulasi air yang cukup pada saat proses
pengeborannya.
3. Bored Pile Gawangan
Mirip dengan mini crane, jenis bored pile gawangan memiliki cara kerja yang juga
menggunakan teknik bor basah. Hanya saja terdapat perbedaan pada tiang gearbox-nya yang
harus dilengkapi dengan tambang pada bagian sisi kiri dan kanan.
Penggunaan tambang yang dikaitkan pada tempat lain ini bermanfaat untuk menjaga alat
pengeboran agar tidak melenceng. Jadi, hasil bor tetap rata dan tidak merusak struktur tanah
yang ada di sekitarnya.
Keunggulan dan Kekurangan Bore Pile
Tidak hanya bored pile, semua jenis pondasi tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan.
Untuk pondasi bored pile sendiri, berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan yang bisa
menjadi pertimbangan sebelum membangun.
Kelebihan Bored Pile

Cocok dan aman diaplikasikan di kawasan yang sempit dan padat bangunan.

Tidak menimbulkan getaran yang terlalu keras sehingga tidak mengganggu bangunan
di sekitarnya.

Diameter dan kedalaman tiang cukup bervariasi sesuai dengan jenis yang digunakan.

Tidak menimbulkan pergeseran tiang ataupun gelombang pada tanah saat proses
pengeboran.

Pondasi bored pile dapat didirikan sebelum penyelesaian tahapan selanjutnya dan
mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.

Permukaan di atas di mana dasar bored pile didirikan dapat diperiksa secara langsung.

Pada bagian dasar pondasi bisa dibuat lebih lebar untuk meningkatkan ketahanannya.
Kekurangan Bored Pile

Proses pengeboran sangat tergantung cuaca. Keadaan cuaca yang kurang mendukung
dapat mempersulit pengeboran dan pengecoran.

Kepadatan tanah pada saat pengeboran akan mengalami penurunan.

Pada tanah dengan komposisi pasir tinggi, tidak bisa dibuat pembesaran ujung
pondasi.

Bisa menimbulkan tanah longsor jika proses pemasangan tidak menggunakan casing.

Saat lubang bor kemasukan air, maka kondisi tanah akan terganggu sehingga
mengurangi kekuatan tanah dalam menahan tiang.

Rentan terkena timbunan lumpur pada dasar lubang yang berakibat kedalamannya
tidak maksimal.
Metode Bore Pile
Terdapat serangkaian proses dalam metode pelaksanaan bored pile yang akan digunakan pada
suatu konstruksi. Secara prinsip, tidak ada perbedaan signifikan dengan pembuatan pondasi
yang menggunakan teknik lain.
Secara garis besar langkah dalam metode pelaksanaan bored pile yang harus dilalui adalah
persiapan, penggalian, instalasi, dan penuangan cor. Simak penjelasannya sebagai berikut.
Terdapat serangkaian proses dalam metode pelaksanaan bored pile yang akan digunakan pada
suatu konstruksi. Secara prinsip, tidak ada perbedaan signifikan dengan pembuatan pondasi
yang menggunakan teknik lain.
Secara garis besar langkah dalam metode pelaksanaan bored pile yang harus dilalui adalah
persiapan, penggalian, instalasi, dan penuangan cor. Simak penjelasannya sebagai berikut.
Metode Bored Pile: Tahap Persiapan
Persiapan pelaksanaan bored pile diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak sesuai
dengan rencana. Tahap persiapan meliputi:
1. Mempersiapkan tempat dan lokasi agar aman dilakukan proses pembuatan pondasi.
2. Memastikan akses jalan keluar masuk pada proses pelaksanaan.
3. Memastikan letak titik-titik bored pile di lapangan.
4. Membuat time schedule pelakasanaan pondasi.
5. Mempersiapkan report dan monitoring.
Metode Bored Pile: Penggalian
Pelaksanaan bored pile selanjutnya adalah menggali titik tanah yang sudah direncanakan.
Pada bagian ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1. Set alat pada posisi titik yang akan dibor.
2. Melakukan pengaturan mesin bor sesuai penggunaan.
3. Proses pengeboran pada kedalaman 6 meter dan memasang casing 6 meter.
4. Gunakan full casing ketika proses pengeboran untuk mengatasi tanah longsor pada
kondisi lapisan tanah yang tidak baik.
5. Proses pengeboran sesuai kedalaman yang dikehendaki.
6. Gunakan bucket cleaning untuk membersihkan lumpur pada lubang bor.
7. Catat kedalaman, jenis, ketebalan lapisan tanah, dan muka air tanah.
Terdapat 3 jenis penggalian pada metode pelaksanaan bored pile, yaitu:
1. Metode kering
Tepat digunakan pada tanah di atas muka air tanah yang apabila pada proses pengeboran
tidak akan terjadi longsor pada dinding lubangnya.
2. Metode basah
Metode ini digunakan ketika proses bor melewati muka air tanah sehingga lubang bor akan
longsor jika dindingnya tidak ditahan.
3. Metode casing
Metode casing cocok digunakan apabila lubang bor sangat rentan longsor.
Metode Bored Pile: Instalasi/Pemasangan Tulang
Selesai tahap penggalian, pengerjaan bored pile selanjutnya adalah instalasi atau pemasangan
tulang. Langkah-langkah yang dilakukan, antara lain:
1. Pekerjaan penulangan tiang bor dapat dilakukan bersamaan pada saat proses
persiapan.
2. Letak tulangan harus berdekatan dengan alat berat untuk kemudahan
3. Melakukan instalasi tulangan.
Metode Bored Pile: Pengecoran
Tahapan terakhir dari metode bored pile adalah pengecoran atau menuangkan material beton.
Yang dilakukan pada tahap ini di antaranya:
1. Melakukan pengecoran material.
2. Menutup lubang bekas pengecoran.
Metode Bored Pile: Spesifikasi Alat
Alat-alat untuk pembuatan pondasi bored pile terdiri dari beberapa spesifikasi untuk
membedakan beberapa bagiannya. Spesifikasi alat antara lain:

Kerangka mesin

Alat penggerak bor

Pipa bor

Ujung mata bor

Diesel winch atau katrol

Pompa

Corong untuk menuangkan cor

Pipa premi

Perakit baja berupa tulangan besi
Konsep Perencanaan Pondasi Bor ( Bore Pile)
Pondasi bor memiliki konsep dasar yang sama dengan tiang pancang , dengan kata lain
memiliki komponen kapasitas daya dukung yang sama , yaitu
a) Daya dukung ujung (end bearing capacity) = Qp
Merupakan kapasitas daya dukung yang berasal dari tekanan ujung tiang
b) Daya dukung gesek selimut (friction bearing capacity) = Qs
Merupakan kapasitas daya dukung yang berasal dari daya dukung gesek atau gaya
adhesi antara bore pile dengan tanah disekelilingnya.
Contohnya saat tidak ditemukan tanah keras sampai kedalaman tertentu, maka digunakan
gesekan antara tanah dengan material pondasi sebagai penahan
c) Kombinasi end bearing dan friction
Qu = Qp + Qs
Contohnya saat dilapangan kita berhasil mencapai tanah keras dan adanya bantuan dari
friction maka dapat digunakan kombinasi keduanya dan sistem ini lazim digunakan di
lapangan
Kita bebas memilih menggunakan yang mana , jika mampu mencapai lapisan tanah keras
end bearing dapat digunakan, jika tidak maka kita dapat menggunakan friction, dan dapat
menggunakan kkombinasi jika kedua kondisi dapat terpenuhi.
Persamaan Daya Dukung Pondasi Bor
a. DATA SONDIR / CPT
1) Metode Aoko & De Alencar
Dalam metode ini, perhitungan kapasitas pondasi bor dengan sondir
tidakmemperhitungkan kuat dukung selimutpondasi bor. Hal ini dikarenakan perlawanan
geser tanah yang terjadi pada pondasi bor dianggap sangat kecil sehingga dianggap tidak ada.
𝑸𝒖 = 𝒒 × 𝑨
Dimana :
𝑸𝒖 =Kapasitas ultimate tiang bor (kg)
𝒒 = Tahanan ujung sondir (kg/cm²)
𝑨 = Luas penampang ujung tiang bor (cm²)
Kapasitas dukung ujung persatuan luas (𝒒 ):
𝒒 = 𝒒 ×𝑭
Dimana :
𝒒 = Perlawanan konus rata-rata 1,5d di atas ujung tiang dan 1,5d di bawah ujung tiang
𝑭 = Faktor empirik yang tergantung tipe tanah, untuk bored pile diambil 3,5
d = diameter tiang (m)
Kapasitas ijin tiang (𝑸
aman (SF) tertentu.


) diperoleh dengan membagi kapasitas ultimit (𝑸𝒖) dengan faktor
Dasar tiang yang dibesarkan dengan d < 2 m:
𝑸
=
𝑸𝒖
𝟐, 𝟓
𝑸
=
𝑸𝒖
𝟐, 𝟎
Dasar tiang tanpa pembesaran :
2) Metode Schmertmann & Nottingham (1975)
Kuat daya dukung ultimate (𝑸𝒖) dihitung dengan persamaan:
𝑸𝒖 = 𝑸 + 𝑸𝒔
= 𝒇 . 𝑨 + 𝒇𝒔 . 𝑨𝒔
= 𝒘. 𝒒 . 𝑨 + 𝑲𝒇. 𝒒𝒇. 𝑨𝒔
Dimana :
𝒇 = Tahanan ujung satuan (kg/cm²)
𝑨 = Luas penampang ujung tiang bor (cm²)
𝒇𝒔 =Tahanan gesek satuan (kg/ cm²)
𝑨𝒔 = Luas selimut tiang bor (cm²)
𝒒 =Tahanan konus rata-rata (kg/cm²)
𝒘 =Koefisien korelasi
𝒒𝒇 =Tahanan gesek sisi konus (kg/ cm²)
𝑲𝒇= Koefisien tak berdimensi
Daya dukung ijin tiang bor (𝑸
):
𝑸
=
𝑸𝒖
𝑺𝑭
𝑺𝑭 = angka keamanan (2,5 - 4)
Tahanan ujung satuan (𝒇 ):
𝒇 = 𝒘×𝒒
≤
1,2 kg/cm² (120 kN/m²)
Dimana :
𝒇
= Tahanan ujung satuan (kg/cm²)
𝒘 =Koefisien korelasi bergantung pada OCR (table)
𝒒 = (𝒒
𝟐
+ 𝒒 𝟐 ) (kg/cm²)
𝒒 = 𝒒 rata-rata pada zona 0,7d atau 4d di bawah dasar tiang (kg/cm²)
𝒒 𝟐 = gc rata-rata pada zona 8d di atas dasar tiang (kg/cm²)
Tahanan gesek satuan (𝒇𝒔 ) :
𝒇𝒔 = 𝑲𝒇 × 𝒒𝒇
≤
1,2 kg/cm² (120 kN/m²)
Dimana :
𝒇𝒔 = Tahanan gesek satuan (kg/cm²)
𝒒𝒇 =Tahanan gesek sisi konus (sleeve friction/ cleef)(kg/cm²)
𝑲𝒇 = Koefisien tak berdimensi
Bila tiang dalam pasir, 𝑲𝒇 bergantung pada rasio L/d (L = kedalaman, dan d = diameter
tiang):


Kedalaman 8d pertama dari permukaan tanah, 𝑲𝒇 diinterpolasi dari nilai 0 di
permukaan tanah sampai nilai 2,5 di kedalaman 8d.
Lebih dari kedalaman 8d ini, nilai 𝑲𝒇 berkurang dari 2,5 sampai 0,891 pada
kedalaman 20d, atau, boleh dianggap secara keseluruhan nilai 𝑲𝒇 = 0,9.
3) Metode Mayerhoff
𝑸𝒖 = 𝑸 + 𝑸𝒔
= 𝒇 . 𝑨 + 𝒇𝒔 . 𝑨𝒔
Dimana :
𝑸𝒖 =Kapasitas ultimate tiang bor (kg)
𝒇 = Tahanan ujung satuan (kg/cm²)
𝑨 = Luas penampang ujung tiang bor (cm²)
𝒇𝒔 =Tahanan gesek satuan (kg/ cm²)
𝑨𝒔 = Luas selimut tiang bor (cm²)
Daya dukung ijin tiang bor (𝑸
):
𝑸
=
𝑸𝒖
𝑺𝑭
𝑺𝑭 = angka keamanan (2,5 - 4)
Tahanan ujung satuan (𝒇 ):
𝒇 = 𝒘 . 𝒘𝟐 . 𝒒
Dimana :
𝒇 = Tahanan ujung satuan , untuk tiang bor diambil 70% atau 50% nya
𝒒 =Tahanan konus rata-rata (kg/cm²) pada zona 1d di bawah ujung tiang dan 4d di atasnya
𝒘 = [
𝟎,𝟓
𝟐
]
koefisien modifikasi pengaruh skala, jika d < 0,5 m →𝒘 = 1
𝒘𝟐 =L/10d : koefisien modifikasi untuk penetrasi tiang dalam lap. pasir padat saat L<10d,
Jika L>10d → 𝒘𝟐 = 1
d = Diameter tiang (m)
L = Kedalaman penetrasi tiang di dalam lap. pasir padat (m)
n = Nilai eksponensial :



1 untuk pasir longgar (gc < 5 MPa),
2 untuk pasir kepadatan sedang (5 MPa < gc < 12 MPa),
3 untuk pasir padat (gc > 12 MPa).
Tahanan gesek satuan (𝒇𝒔 ) :



Tahanan gesek satuan diambil salah satu dari :
𝒇𝒔 = 𝑲𝒇 × 𝒒𝒇 ; dengan Kf = 1 atau,
Bila tidak dilakukan pengukuran tahanan gesek sisi konus :
𝒇𝒔 = 𝑲 × 𝒒 ; dengan Kc = 0,005
Dimana :
𝒇𝒔 = Tahanan gesek satuan (kg/cm²)
𝑲𝒇 = Koefisien modifikasi tahanan gesek sisi konus
𝑲 = Koefisien modifikasi tahanan konus
Untuk tiang bor, Meyerhoff menyarankan menggunakan faktor reduksi 70% dan 50% dalam
menghitung tahanan gesek tiang.
b. DATA N-SPT
1. Metode O’Neil & Reese (1989)
𝑄𝑢 = 𝑄𝑏 + 𝑄𝑠
= 𝑓𝑏 ∙ 𝐴𝑏 + 𝑓𝑠 ∙ 𝐴𝑠
Qu = Kapasitas Ultimate tiang bor (kN)
𝑓 = Tahanan ujung satuan (kN/𝑚 )
𝐴𝑏 = Luas penampang ujung tiang bor (𝑚 )
𝑓 = Tahanan gesek satuan (kN/𝑚 )
𝐴 = Luas selimut tiang bor (𝑚 )
Tahanan ujung satuan (𝒇 ) :
O'Neil dan Reese merekomendasikan tahanan ujung tiang bor pada penurunan 5%
dari diameter dasar tiang pada pasir :
𝑓𝑏 = 0,6 ∙ 𝜎𝑟 ∙ 𝑁
𝑓
≤ 4500 𝑘𝑃𝑎
= Tahanan ujung netto per satuan luas (kN/𝑚 )
= Nilai N-SPT rata-rata antara ujung bawah tiang bor sampai 𝟐
bawahnya, dan tidak perlu dikoreksi terhadap overburden
di
= Diameter ujung bawah tiang bor (m)
= Tegangan referensi = 100 kPa = 100 kN/𝑚
Jika tiang bor dasarnya berdiameter > 120 cm, maka besarnya 𝑓 dapat
mengakibatkan penurunan > 25 mm (1 inci). Maka disarankan nilai 𝑓 direduksi
menjadi 𝑓 dengan :
𝑓𝑏𝑟 = 4,17
𝑑𝑟
𝑑𝑏
∙ 𝑓𝑏
Bila 𝑑𝑏 ≥ 1200 𝑚𝑚
= Lebar referensi = 300 mm
= Lebar ujung bawah tiang bor
Tahanan ujung satuan (𝒇𝒔 ) :
𝑓𝑠 = 𝛽 ∙ 𝜎𝑟′
𝛽 = 𝐾. tan 𝛿
𝑓 = Tahanan gesek satuan (kN/𝑚 )
= Tekanan overburden di tengah-tengah lapisan tanah (kN/𝑚 )
= Sudut gerak antara tanah dan tiang (derajat)
Metode ini disebut juga dengan metode . Nilai K/Ko dan rasio ⁄
dalam tabel dibawah.
Koefisien
ditunjukkan
juga dapat dihitung dengan persamaan:
𝛽 = 1,5 − 0,135 (𝑧⁄𝑑𝑟)
Dengan 0,25 ≤
≤ 1,2
dr = lebar referensi = 300 mm
z = Kedalaman di tengah-tengah lapisan tanah (m)
Jika
≤ 15, maka
𝛽=
dalam persamaan menjadi :
𝑁
1,5
15
= N-SPT yang tidak dikoreksi terhadap overburden dan hanya dikoreksi oleh
prosedur (alat) di lapangan.
Beberapa nilai
1) Untuk pasir:
𝑧
− 0,135
untuk
tanah non-kohesif yang disarankan oleh Reese dkk (2006) :
𝑑𝑟
= 0,25, jika z > 26,14 m
2) Untuk pasir yang banyak mengandung kerikil:
≤ ≤ 1,8
3) Untuk pasir berkerikil atau kerikil :
= 2 – 0,15( )
= 0,25, jika z > 26,5 m
,
dengan 0,25
2. Metode Luciano Decourt (1987)
𝑄𝑢 = 𝑄𝑏 + 𝑄𝑠
= 𝛼 [𝑘. 𝑁𝑏. 𝐴𝑏] + 𝛽
𝑁𝑠
3 + 1 . 𝐴𝑠
Qu = Kapasitas Ultimate tiang bor (ton)
k
= Koefisien dari jenis tanah
= Nilai N-SPT terkoreksi pada elevasi dasar tiang (4d ke bawah dan 4d ke atas
dari ujung tiang)
𝐴𝑏 = Luas penampang ujung tiang bor (𝑚 )
= Nilai N-SPT rata-rata sepanjang tiang (3 < N < 50)
𝐴 = Luas selimut tiang bor (𝑚 )
= koefiesien dasar tiang,
Daya dukung ijin tiang bor (
𝑄𝑎𝑙𝑙 =
𝑄𝑢
𝑆𝐹
= koefisien selimut tiang
)
; SF = angka keamanan (2,5 – 4)
Efisiensi Kelompok Pondasi Bore Pile
Perhitungan jumlah kebutuhan tiang pada suatu kelompok tiang dalam mengakomodir
gaya aksial yang bekerja secara sentris (V) dapat dinyatakan dengan persamaan di bawah.
𝑁𝑝 =
𝑉
𝑄𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔
Np
= Jumlah tiang
V
= Gaya aksial yang terjadi
= Daya dukung ijin tiang
Jumlah kebutuhan tiang tersebut perlu dilakukan koreksi akibat efisiensi kelompok tiang.
Efisiensi Kelompok Tiang (Eg) Converse-Labarre Formula:
𝜃 (𝑛 − 1)𝑚 + (𝑚 − 1)𝑛
𝐸𝑔 = 1 −
90
𝑚𝑛
m = Jumlah baris tiang
n = Jumlah tiang dalam satu baris
𝜃 = arc.tg (d/s), dalam derajat (°)
s = jarak pusat ke pusat tiang (m)
d = diameter tiang (m)
Penurunan Pondasi Bore Pile
Pada perhitungan besarnya penurunan juga perlu melihat jenis tanah dibawah, serta
pada proses penurunan yaitu penuruan segera, penurunan konsolidasi dan penurunan
sekunder. Suatu konstruksi pondasi dapat dihitung besarnya Penurunan total adalah
jumlah dari ketiga komponen tersebut, yang ditunjukkan pada Persamaan di bawah
ini:
S = Se(1) + Se(2) + Se(3)
S = Penurunan Total
Se(1) = Penurunan elastis dari tiang
Se(2) = Penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di ujung tiang
Se(3) = Penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di sepanjang batang tiang
Se(1) =
Se(2) =
Se(3) =
𝑄𝑤𝑝 𝜉 𝑄𝑤𝑠 .𝐿
𝐴𝑝.𝐸𝑝
𝑄𝑤𝑝.𝐶𝑝
𝑑.𝑞𝑝
𝑄𝑤𝑝.𝐶𝑝
𝐿.𝑞𝑝
…….
……………….
…………......
Qwp = Daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya dukung fricition
(kN)
Qws = Daya dukung friction
Ap = Luas penampang tiang
L
= Panjang tiang (m)
d = Diameter Tiang (m)
Ep = Modulus Elastisitas dari bahan tiang (kN/𝑚 )
𝜉
= Koefisien dari skin friction = 0,67
qp = Daya Dukung Ultimate (Kn)
Cp = Koefisien Empiris
Cs = Konstanta Empiris
Cs = 0,93 + 0,16 𝐿 𝐷 . 𝐶𝑝
Contoh Perhitungan Pondasi Bore Pile Berdasarkan Data
Sondir & N-SPT
a. Contoh Perhitungan dengan Data Sondir
Dari data Laboratorium Mekanika Tanah, direncanakan akan digunakan pondasi bored pile
dari beton precast dengan mutu beton K-350 pada kedalaman 12,2 m dan diameter diketahui
60 cm.
Hitung Beban yang diizinkan bekerja pada tiang pancang tunggal tersebut?, dan efisiensi
kelompok pondasinya
Data dari Tes Laboratorim Mekanika Tanah
Penyelesaian
Menggunakan metode Schmertmann & Nottingham
a. Tahanan Ujung Per Satuan Luas (𝒇 )
𝒇 = 𝝎𝒙𝒒
10 + 5 + 5 + 32 + 36 + 48 + 37 + 51 + 50 + 53 + 20
11
𝐾𝑔
= 31,54
𝑐𝑚
𝑞 ( 8 𝐷 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠) =
𝑞 ( 4 𝐷 𝑘𝑒 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) =
𝑞
=
𝑞
+ 𝑞
20 + 7 + 15 + 8 + 94 + 175
𝐾𝑔
= 53,17
𝑐𝑚
6
= ½ (31,54 + 53,17)
= 42,355
𝐾𝑔
𝑐𝑚
= 4235,5 𝐾
𝑓 = 𝜔𝑥𝑞
𝑚
≤ 150
𝐾𝑔
𝑐𝑚
(15000 𝐾
𝑚 )
Asumsi pasir terkonsolidasi normal ( OCR = 1), nilai factor 𝜔 = 1
𝑓 = 1 𝑥 42,355
𝐾𝑔
𝑐𝑚 = 42,355
𝐾𝑔
𝑐𝑚
≤ 150
𝐾𝑔
𝑐𝑚
b. Tahanan Ujung
𝑸 = 𝑨 𝒙𝒇
= ¼ 𝜋 (60) 𝑥 42,355
=2826 𝑐𝑚 𝑥 42,355
𝐾𝑔
𝑐𝑚
𝐾𝑔
𝑐𝑚
= 119.695,23 Kg = 1196,95 KN
c. Tahanan Gesek
𝑸𝒔 = 𝑨𝒔 𝒙 𝒇𝒔
𝐴 = 𝜋 . 𝐷 . 𝐿 ( 𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝐿 = 12,2 𝑚 )
= 𝜋 . (0,6) . 12,2
= 22,98 𝑚
𝑓 = 𝑘 𝑥 𝑞 ( nilai 𝑘 = 0,9 dan 𝑞 = 0,368 )
= 0,9 x 0,368 = 0,3312
𝐾𝑔⁄
𝐾
𝑐𝑚 = 33,12
𝑚
= 𝐴 𝑥𝑓
= 22,98 𝑚 x 33,12 𝐾
𝑚
= 761,0976 KN
d. Kuat Dukung Ultimate
𝑸𝒖 = 𝑸 + 𝑸𝒔
= (1196,95 + 761,0976) KN = 1958,048 KN = 195,9 ton
b. Contoh Perhitungan dengan Data N-SPT
Sebagai Contoh Perhitungan Digunakan nilai N-SPT, dimana telah dijelaskan pada
Pondasi Tiang Pancang dalam menentukannya.

Cari Nilai Tahanan Ujung Tiang (Qb)
Diketahui :
N-SPT ujung tiang (
), dengan :
D
= 45 cm
L
= 15 m
8D (elevasi 11,4)
12,5 m)
= 8,22 ( didapat dari Interpolasi nilai SPT pada jarak 10,5-
Lokasi ujung tiang = 60
4D
= > 60 (coba 70)
N-SPT rata-rata
= 46.073
Cu
= 60 × 2/3 × 10
Cu
= 60 × 2/3 × 10
= 400
= 40 kN/𝑚
N-spt rata-rata = 46.073
Ab
= ¼ phi 𝐷
Ab
= ¼ (3,14)(0,45 )
Ab
= 0,16 𝑚
Untuk tanah kohesif
Qb
= 9 × Cu × Ap
Qb
= 9 × 40 × 0,16
Qb
= 57,6 T

Daya Dukung Selimut Tiang (Qs)
Nspt = 60
D = 0,45 m
L = 2 m (diasumsikan)
Koefisien α Menurut Reese dan O’Neil adalah 0,55
Qs = α × Cu × Parimeter x Li
Qs = 0,55 × 40 × ( 3,14 × 0,45) × 2
Qs = 62, 172 T
•
Kapasitas Daya Dukung Ultimate Tiang (Qu)
Qult
= Qb +Qs
Qult
= 57,6 + 62,172
= 119,772 T
•
Kapasitas Daya Dukung Izin (Qall)
Qall
= Qult/SF
Qall
=
Qall
= 39,924 T
Qall
= 39,994
,
( SF diambil 3)
c. Efisiensi Kelompok Tiang Bore Pile
Asumsikan Uk
= 60 cm
Q tiang
= 195,9 t
V
= DL + LL
= 769 ton (diasumsikan)
Kebutuhan jumlah tiang
NP
= v/ Qtiang
= 760/ 195,9
= 3,87 ≈ 4 buah
Asumsikan jarak antar tiang :
S
= 3D
= 3× 60
= 180 cm
Efisiensi kelompok tiang
Ɵ
= arc tan D/S
= arc tan (60/180)
= 1,91˚
Asumsikan
m
=2
n
=2
Sehingga Eg = 1- (1,91/90) × { ((2-1)2 +(2-1)2)/(2 × 2)}
= 0,98
Daya dukung kelompok tiang :
= Eg. 4. Qtiang
= 0,98.4.195,4
= 767,928> 760 ton (Aman)
KESIMPULAN
Pondasi bored pile adalah jenis pondasi dalam yang umum digunakan pada bangunan
vertikal dengan lapisan lantai yang jumlahnya cukup banyak. Bored pile merupakan sebuah
pondasi yang berbentuk layaknya tabung panjang dan ditancapkan ke dalam tanah.
Pondasi bored pile bisa dijadikan alternatif apabila area sekitar konstruksi tidak
memungkinkan untuk digunakan pondasi tiang pancang, karena pemilihan bored pile sebagai
pondasi sebuah bangunan kerap dilakukan atas dasar pertimbangan lingkungan.
REFERENSI
https://www.youtube.com/watch?v=3e8iHLskr54&t=12s
https://www.youtube.com/watch?v=RdTbvEcc1OM
1. Das, B.M. 2008. Principles of Foundation Engineering Edisi 8. Boston: Cengage
Learning.
2. Bowles, J. E. 1997. Analisis dan Desain Pondasi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
3. Bowles, J. E. 1999. Analisis dan Desain Pondasi Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
4. Hardiyatmo, H.C. 1996. Teknik Fondasi I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
5. Hardiyatmo, H.C. 2008. Teknik Fondasi II. Yogyakarta: Beta Offset.
6. Sulistyowati, Tri. 2014. Materi Kuliah: Teknik Pondasi
Download