TUGAS KELOMPOK MAKALAH ESU Disusun Oleh : ZAENUR ROHMAN AS’ARI (P27838118040) YUDHI FRASETYA (P27838118041) FITRIA HARYANI (P27838118048) MUCH. NAJIH HASAN (P27838118069) JENDATO SIMATUPANG (P27838118055) BAB I Tinjauan Klinis Elektrosurgery Unit (ESU) Hemostatis merupakan kemampuan tubuh untuk mencegah dan menghentikan perdarahan, mencegah keluarnya darah dari pembuluh darah yang utuh dan juga menghentikan pendarahan dari pembuluh darah yang terluka. Ini adalah tahap pertama penyembuhan luka. Ini melibatkan koagulasi, perubahan darah dari cairan ke gel. Pembuluh darah yang utuh merupakan pusat kecenderungan darah moderat untuk membentuk gumpalan darah. Sel endotel dari pembuluh utuh mencegah pembekuan darah dengan molekul seperti heparin dan trombomodulin dan mencegah agregasi trombosit dengan oksida nitrat dan prostasiklin Seacara fisiologis tubuh mempunyai mekanisme untuk melakukan mencegah/menghentikan pengeluaran darah. pembekuan darah dengan tujuan untuk Proses hemostasis ada empat mekanisme utama, yaitu: Konstriksi pembuluh darah Pembentukan sumbatan platelet/trombosit Pembekuan darah Pembentukan jaringan fibrosa. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeabel sehingga perdarahan dapat dihentikan. Jadi dalam proses hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa vasokontriksi pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan keadaan otot. Pedarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer, treombosit dan koagulasi. Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa klinisi membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre operasi, tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang paling penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dikerjakan jika ada riwayat perdarahan. Proses Mekanisme Hemostasis Konstriksi pembuluh darah terjadi seketika apabila pembuluh darah mengalami cedera akibat trauma. Prosesnya itu terjadi akibat spasme miogenik lokal pembuluh darah, faktor autakoid lokal yang berasal dari jaringan yang mengalami trauma, kemudian akibat refleks saraf terutama saraf-saraf nyeri di sekitar area trauma. Selain itu konstriksi juga terjadi karena trombosit yang pecah melepaskan vasokonstriktor bernama tromboksan A2 pada sekitar area trauma tersebut, sehingga pembuluh darahnya berkonstriksi. Setelah pembuluh darah mulai berkonstriksi, secara bersamaan sebenarnya trombosit di sekitar area yang cedera tersebut akan segera melekat menutupi lubang pada pembuluh darah yang robek tsb. Hal ini bisa terjadi karena di membran trombosit itu terdapat senyawa glikoprotein yang hanya akan melekat pada pembuluh yang mengalami cedera, sedangkan ia nanti malah mencegah trombosit untuk melekat di pembuluh darah yang normal. Nah, ketika trombosit ini bersinggungan dengan epitel pembuluh darah yang cedera tadi, ia kemudian menjadi lengket pada protein yang disebut faktor von Willebrand yang bocor dari plasma menuju jaringan yang cedera tadi. Seketika itu morfologinya berubah drastis. Trombosit yang tadinya berbentuk cakram, tiba-tiba menjadi ireguler dan bengkak. Tonjolan-tonjolan akan mencuat keluar permukaannya dan akhirnya protein kontraktil di membrannya akan berkontraksi dengan kuat sehingga lepaslah granula-granula yang mengandung faktor pembekuan aktif, diantaranya ADP dan tromboksan A2 tadi. Secara umum, proses ini disebut dengan adhesi trombosit. Ketika trombosit melepas ADP dan tromboksan A2, zat-zat ini akan mengaktifkan trombosit lain yang berdekatan. Ia seolah-olah menarik perhatian trombosit lainnya untuk mendekat. Karena itu kerumunan trombosit akan seketika memenuhi area tersebut dan melengket satu sama lain. Semakin lama semakin banyak hingga terbentuklah sumbat trombosit hingga seluruh lobang luka tertutup olehnya. Peristiwa ini disebut agregasi trombosit. Hemostasis terjadi saat darah hadir di luar tubuh atau pembuluh darah. Ini adalah respon naluriah bagi tubuh untuk menghentikan perdarahan dan kehilangan darah. Selama hemostasis tiga langkah terjadi dalam urutan yang cepat. Kejang vaskular adalah respons pertama karena pembuluh darah menyempit sehingga kurang darah hilang. Pada tahap kedua, pembentukan steker trombosit, trombosit tetap menempel membentuk segel sementara untuk menutupi jeda di dinding kapal. Langkah ketiga dan terakhir disebut koagulasi atau pembekuan darah. Koagulasi memperkuat sumbat trombosit dengan benang fibrin yang bertindak sebagai “lem molekuler”. Trombosit adalah faktor besar dalam proses hemostatik. Mereka memungkinkan terciptanya “steker trombosit” yang terbentuk hampir secara langsung setelah pembuluh darah pecah. Dalam beberapa detik dinding epitel pembuluh darah yang terganggu platelet mulai menempel pada permukaan sub-endotelium. Diperlukan kira-kira enam puluh detik sampai helai fibrin pertama mulai melintang di antara luka. Setelah beberapa menit sumbat trombosit benarbenar terbentuk oleh fibrin. Hemostasis dipertahankan dalam tubuh melalui tiga mekanisme: Kejang vaskular (Vasokonstriksi) Vasokonstriksi diproduksi oleh sel otot polos vaskular dan merupakan respons awal pembuluh darah terhadap cedera. Sel otot polos dikendalikan oleh endotel vaskular, yang melepaskan sinyal intravaskular untuk mengendalikan sifat kontraksi. Ketika pembuluh darah rusak, ada refleks langsung, diprakarsai oleh reseptor rasa sakit simpatik setempat, yang membantu meningkatkan vasokonstriksi. Kapal yang rusak akan menyempitkan (vasokonstriksi) yang mengurangi jumlah aliran darah melalui area dan membatasi jumlah kehilangan darah. Kolagen terpapar di lokasi luka, kolagen meningkatkan platelet untuk menempel pada lokasi luka. Trombosit melepaskan butiran sitoplasma yang mengandung serotonin, ADP dan tromboksan A2, yang kesemuanya meningkatkan efek vasokonstriksi. Respons spasm menjadi lebih efektif karena jumlah kerusakan meningkat. Kejang vaskular jauh lebih efektif pada pembuluh darah yang lebih kecil. Pembentukan Steker Trombosit Trombosit menempel pada endotel yang rusak untuk membentuk sumbatan trombosit (hemostasis primer) dan kemudian merosot. Proses ini diatur melalui thromboregulasi. Formasi plug diaktifkan oleh glikoprotein yang disebut Von Willebrand factor (VWF), yang ditemukan dalam plasma. Trombosit memainkan salah satu peran utama dalam proses hemostatik. Ketika trombosit menemukan sel endothelium yang terluka, mereka berubah bentuk, melepaskan butiran dan akhirnya menjadi ‘lengket’. Trombosit mengekspresikan reseptor tertentu, beberapa di antaranya digunakan untuk adhesi platelet ke kolagen. Ketika platelet diaktifkan, mereka mengekspresikan reseptor glikoprotein yang berinteraksi dengan platelet lain, menghasilkan agregasi dan adhesi. Trombosit melepaskan butiran sitoplasma seperti adenosine difosfat (ADP), serotonin dan tromboksan A2. Adenosin difosfat (ADP) menarik lebih banyak trombosit ke daerah yang terkena, serotonin adalah vasokonstriktor dan tromboksan A2 membantu dalam agregasi trombosit, vasokonstriksi dan degranulasi. Karena lebih banyak bahan kimia dilepaskan lebih banyak platelet dan melepaskan bahan kimia mereka; membuat steker trombosit dan meneruskan proses dalam umpan balik positif. Trombosit saja bertanggung jawab untuk menghentikan pendarahan tanpa disadari dan keausan kulit kita setiap hari. Ini disebut sebagai hemostasis primer. Pembentukan Bekuan Setelah steker trombosit terbentuk oleh trombosit, faktor pembekuan (selusin protein yang berjalan di sepanjang plasma darah dalam keadaan tidak aktif) diaktifkan dalam rangkaian kejadian yang dikenal sebagai ‘koagulasi kaskade’ yang mengarah pada pembentukan Fibrin dari protein plasma fibrinogen yang tidak aktif. Dengan demikian, mesh Fibrin diproduksi di sekitar steker trombosit untuk menahannya pada tempatnya, langkah ini disebut “Secondary Hemostasis”. Selama proses ini beberapa sel darah merah dan putih terjebak dalam jala yang menyebabkan sumbat hemostasis utama menjadi lebih keras: steker resultan disebut ‘trombus’ atau ‘Clot’. Oleh karena itu ‘bekuan darah’ mengandung steker hemostasis sekunder dengan sel darah yang terjebak di dalamnya. Meskipun ini sering merupakan langkah bagus untuk penyembuhan luka, namun memiliki kemampuan untuk menyebabkan masalah kesehatan yang parah jika trombus terlepas dari dinding pembuluh dan berjalan melalui sistem peredaran darah. Jika mencapai otak, jantung atau paru-paru bisa menyebabkan stroke, serangan jantung, atau emboli paru masing-masing. Namun, tanpa proses ini penyembuhan luka tidak akan mungkin dilakukan. Electrosurgery merupakan tindakan pembedahan dengan mengalirkan arus listrik bolak balik (alternating current) dengan densitas tertentu yang akan menimbulkan panas dalam sel dan merusak jaringan. Di sini terdapat pengalihan elektron pada jaringan tubuh. Elektrosurgery adalah aplikasi dari arus listrik berfrekuensi tinggi pada jaringan manusia (atau pada binatang) dengan tujuan mengangkat lesi, menghentikan perdarahan dan memotong jaringan. Elektrosurgery dapat digunakan untuk memotong, mengkoagulasi dan memfulgurasi jaringan. Keuntungannya termasuk kemampuannya untuk memotong secara persisi dengan hilangnya darah yang terbatas. Sumber dari energi ini berasal dari generator elektro memasok sumber arus listrik yang memindahkan energi (elektron) ke jaringan. Pertama kali penggunaan kauter untuk terapeutik didokumentasikan pada daun papyrus di Mesir pada 3000 B.C. Edwin Smith mendeskripsikan isi papyrus pada tahun 1862. Pada saat itu Imhotep (Egypt physician) menggunakan besi panas yang disebut dengan fire drill digunakan sebagai kauter. Albucasis pada 980 BC memakai besi panas untuk menghentikan perdarahan, dan cara ini merupakan awal dari kauterisasi yang sesungguhnya. Arsenne d‟Arsonval pada tahun 1893, adalah orang yang petama kali memakai aliran listrik dengan frekuensi tinggi untuk terapi medis. Pada 1925, Ward menunjukkan bahwa gelombang sinus yang terus menerus dari tabung vakum osilator adalah cara yang paling efektif untuk memotong, dan bahwa bentuk sinusoidal yang „dump‟ dari osilator spark-gap (percikan bunga api yang terputus-putus), menghasilkan koagulasi yang lebih efektif. Cushing dan Bovie pada tahun 1928 menemukan 3 efek dari elektrosurgery yaitu desikasi (pengeringan), pemotongan dan koagulasi. Istilah elektrosurgery dan elektrokauter sering digunakan dengan arti yang sama, tetapi ini tidak benar dan penting untuk tidak mengacaukan kedua istilah tersebut. Dalam elektrosurgery, arus listrik diterapkan langsung pada jaringan dan pasien merupakan bagian dari rangkaian listrik. Dalam elektrokauter, arus listrik digunakan secara tidak langsung yaitu untuk memanaskan elemen konduktif, yang membakar jaringan. Perbedaan lain adalah unit elektrosurgery menggunakan sumber energi arus bolak-balik sedangkan unit elektrokauter sumber arus searah. Sumber elektrosurgery dapat dengan cepat diidentifikasi di kamar bedah dari elektroda tanah yang dipasang pada pasien. 2 Istilah elektrokauter sering salah penggunaannya dan seolah-olah nama lain dari elektrosurgery. Elektrokauter adalah destruksi jaringan oleh kawat panas yang ditimbulkan aliran listrik pada lengkungan kawat (loop) tersebut tanpa aliran listrik ke dalam jaringan. Jadi, baik mekanisme, efek fisiologik, maupun bahaya yang ditimbulkannya berbeda dari elektrosurgery. Pemakaian istilah elektrokauterisas adalah untuk merusak jaringan superfisial atau menghentikan perdarahan rembes. Hal ini sesungguhnya adalah fulgurasi, baik loncatan listrik dari elektroda maupun percikan listrik ke samping, ke jaringan sekitarnya (lateral spread) 1.1 Jaringan tubuh manusia Tubuh manusia mempunyai suatu tahanan atau resistansi dari elemen-elemen di dalam tubuh yang berbeda-beda, namun besarnya relatif sama dengan kadar air yang dikandung dari masing-masing elemen: otot berkadar air 72%, hingga 75%, otak berkadar air sekitar 68%, lemak 14%, semakin banyak kadar air yang dimiliki jaringan maka semakin baik daya hantar listriknya. Apabila tahanan ini dialirkan arus listrik, maka akan ada energi listrik yang hilang dan berubah menjadi panas. Semakin besar arus listrik yang dihasilkan maka semakin besar pula panas yang dihasilkan, serta makin besar juga efek perusakan pada jaringan tubuh Electro Surgery Unit (ESU) mempunyai prinsip kerja memusatkan arus listrik bolak balik (alternating current) berfrekuensi tinggi ke salah satu jaringan pada tubuh pasien. Pengaliran arus listrik frekuensi tinggi melalui jaringan biologi ini bertujuan untuk mencapai efek bedah seperti pemotongan (cutting), penggumpalan (coagulating), atau pengawetan melalui proses pengeringan (dessication). Meskipun secara lengkap tidak dimengerti bagaimana bedah listrik bekerja, namun alat ini sudah digunakan sejak tahun 1920-an untuk memotong jaringan secara efektif dimana pada saat yang sama dapat mengontrol jumlah pendarahan. Pemotongan dicapai dengan gelombang sinusoidal yang terus menerus, sementara koagulasi dicapai dengan sekumpulan paket gelombang sinusoidal. Arus listrik frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh electrosurgery unit yang melewati tubuh pasien memiliki tahanan yang berbeda-beda tergantung jenis jaringan yang dilewati oleh arus tersebut. Berikut nilai tahanan pada masing-masing jaringan ketika dilakukan pembedahan. Tabel 1.1 Nilai Tahanan Jaringan Aplikasi Mode Pemotongan Skala Tahanan (Ω ) Jaringan Prostat 400 – 1700 Kavitas Oral 1000 – 2000 Kantong Empedu 1500 – 2400 Jaringan Kulit 1700 – 2500 Jaringan Usus Besar 2500 – 3000 Mesentery 3000 – 4200 Jaringan Lemak 3500 – 4500 Dalam penggunaan pesawat ESU terdapat beberapa efek yang dapat mempengaruhi jaringanjaringan biologis pada tubuh yang diakibatkan karena frekuensi tinggi. Dampak yang ditimbulkan dari frekuensi tinggi itu antara lain: a. Efek Thermal Efek Thermal yaitu terjadinya panas pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh aliran frekuensi tinggi yang masuk ke dalam tubuh. b. Efek Faradik Efek Faradik ini dapat timbul karena bila suatu otot pada tubuh diberikan arus dengan frekuensi tertentu maka secara refleks otot akan bergerak akibat rangsangan yang diterimanya. Untuk menghindari terjadinya efek faradik itu maka frekuensi yang digunakan sekurang-kurangnya 300KHz, c. Efek Elektrolitik Efek Elektrolitik adalah efek yang ditimbulkan karena mengalirnya arus listrik di dalam jaringan biologis sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan ion-ion dalam tubuh. Bab II Konsep dan Cara Kerja ESU Electro Surgery Unit (ESU) Salah satu alat penunjang alat kesehatan adalah ESU ( electro surgery unit), yang digunakan pada saat tindakan pembedahan. Pada zaman dulu, pembedahan dilakukan dengan cara biasa, yaitu dengan pisau bedah. Pembedahan konvensional ini terkadang menyebabkan pasien banyak mengeluarkan darah. Dengan menggunakan ESU, pendarahan yang terjadi pada saat tindakan pembedahan dapat diminimalisir, karena pembuluh darah yang tebuka disekitar luka dapat langsung menutup. Alat ini memiliki prinsip kerja merusak jaringan tubuh tertentu dengan memanaskan jaringan tersebut. Panas didapat dengan cara pemusatan arus listrik frekuensi tinggi pada jaringan tubuh tertentu dengan menggunakan elektroda sebagai medianya. Adapun jangkauan frekuensi yang biasa dipakai berkisar antara 500 kHz sampai dengan 2,5 MHz. Pengoperasian ESU dibagi menjadi 2 (dua) mode, yaitu bipolar dan monopolar. Mode bipolar biasa digunakan pada bedah minor untuk proses koagulasi (pembekuan). Sebuah elektroda berbentuk pinset digunakan untuk menjepit jaringan yang tidak diinginkan, kemudian arus listrik frekuensi tinggi mengalir dari ujung elektroda melewati jaringan tadi kemudian menuju ujung elektroda yang lain. Pada mode monopolar digunakan dua elektroda terpisah, yaitu elektroda aktif dan elektroda pasif/ netral dengan permukaan yang lebih luas yang ditempatkan dekat dengan lokasi yang akan dibedah. Arus listrik akan terpusat pada elektroda aktif dan elektroda netral didesain untuk mendistribusikan arus listrik dengan tujuan mencegah kerusakan jaringan. Mode monopolar lazimnya digunakan pada bedah mayor dengan metode pemotongan/ cutting. Oleh karena itu, mode bipolar lebih banyak digunakan untuk melakukan pembedahan minor. Pada umumnya, pesawat electrosurgery unit bisa menghasilkan berbagai bentuk gelombang listrik. Perubahan dari bentuk gelombang tersebut akan menghasilkan efek yang berbeda terhadap jaringan. Penggunaan suatu bentuk gelombang yang kontinyu menyebabkan terjadinya penguapan atau pemotongan jaringan. Bentuk gelombang kontinyu menyebabkan terjadinya pemanasan yang sangat cepat. Dengan menggunakan suatu bentuk gelombang intermitten (terpotongpotong) maka akan dihasilkan panas lebih sedikit. Karena hal tersebut maka pada jaringan akan terjadi pengentalan atau koagulasi. Bentuk gelombang campuran (blend 1,2 dan 3) bukanlah pencampuran dari gelombang kontinyu dan intermitten, melainkan modifikasi pada siklus tugas dari gelombang utama. Dari blend 1 sampai blend 3 siklus tugasnya semakin dikurangi. Semakin rendah siklus tugasnya maka panas yang dihasilkan juga semakin berkurang. Pada blend 1 memiliki efek pemanasan yang tinggi dengan efek hemostasis yang rendah. Sedangkan pada Blend 3 memiliki efek pemanasan yang rendah dengan efek hemostasis tinggi. Tubuh manusia mempunyai suatu tahanan atau resistansi dari elemen-elemen di dalam tubuh yang berbeda-beda, namun besarnya relatif sama dengan kadar air yang dikandung dari masingmasing elemen: otot berkadar air 72%, hingga 75%, otak berkadar air sekitar 68%, lemak 14%, semakin banyak kadar air yang dimiliki jaringan maka semakin baik daya hantar listriknya. Apabila tahanan ini dialirkan arus listrik, maka akan ada energi listrik yang hilang dan berubah menjadi panas. Semakin besar arus listrik yang dihasilkan maka semakin besar pula panas yang dihasilkan, serta makin besar juga efek perusakan pada jaringan tubuh Dalam penggunaan pesawat ESU terdapat beberapa efek yang dapat mempengaruhi jaringan-jaringan biologis pada tubuh yang diakibatkan karena frekuensi tinggi. Dampak yang ditimbulkan dari frekuensi tinggi itu antara lain : 1)Efek Thermal Efek Thermal yaitu terjadinya panas pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh aliran frekuensi tinggi yang masuk ke dalam tubuh. 2)Efek Faradik Efek Faradik ini dapat timbul karena bila suatu otot pada tubuh diberikan arus dengan frekuensi tertentu maka secara refleks otot akan bergerak akibat rangsangan yang diterimanya. Untuk menghindari terjadinya efek faradik itu maka frekuensi yang digunakan sekurang-kurangnya 300KHz, 3)Efek Elektrolitik Efek Elektrolitik adalah efek yang ditimbulkan karena mengalirnya arus listrik di dalam jaringan biologis sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan ion-ion dalam tubuh. GAMBAR ALAT DATA SPESIFIKASI Nama alat : Electrosurgical generator HV 300 A Frekuensi kosumsi : 500KHz Buatan : Beijing Tegangan : 220 VAC , 50/60 HZ Layar : Touchscreen JENIS ELEKTRODA ESU ELEKTRODA AKTIF BLOK DIAGRAM Cara kerja : Power supply mendapat inputan dari jala – jala PLN, kemudian power supply akan memberikan tegangan kesemua rangkaian, pada rangkaian osilator sebagai pembangkit frekwensi dan akan diatur penggunaannya oleh rangkaian kontrol yang kemudian akan masuk ke rangkaian modulator untuk dimodulasikan dan akan dikuatkan oleh pre amp dan kemudian dikuatkan lagi oleh rangkaian power amp yang akan menghasilkan frekwensi tinggi dan akan dikeluarkan melalui patient plate (elektroda pasif). Sedangkan untuk arus dari supply yang masuk ke HF generator akan diisolasikan, sehingga mengahasilkan frekwensi tinggi dengan pulsa yang berbeda untuk cutting, berbentuk sinus yang terendam. Setelah itu rangkaian akan mengendalikan dalam penggunaannya, bentuk dapat dipilih sesuai kebutuhan baik untuk cutting maupun untuk coagulasi. Output dari HF generator akan dikeluarkan melalui elektroda aktif. CARA PENGOPERASIAN ALAT 1. Hubungkan kabel power dengan jala-jala PLN 2. Hidupkan alat dengan menekan tombol power 3. Setelah lampu indikatorESU menyala, berarti ESU siap dioperasikan. 4. Setting ESU yang akan digunakan 5. Pasang electrode pasif/ground dan aktifnya 6. Lakukan operasi dengan menekan hand swich/ foot swich 7. Setelah penggunaan selesai, sterilkan cutternya dan semua badan alat. 8. Rapikan alat ke tempatnya semula. BAB III PERENCANAAN DAN PENGADAAN 1. Tujuan Pimpinan telah menetapkan sasaran mutu yang terukur dan konsisten dalam perencanaan. Tujuan : Pimpinan memastikan bahwa alat kesehatan ESU termasuk yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan dan ditetapkan pada tiap fungsi dan tingkat yang terkait dapat diukur konsisten dengan usulan Perencanaan Sistem Mutu Perencanaan dilaksanakan menurut persyaratan umum, meliputi : a) Identifikasi proses penentuan rantai dan interaksi antara proses-proses, penentuan kriteria dan metode b) Ketersediaan sumber daya Manusia di masing masing unit c) Pemantauan, jumlah kasus, dan analisa proses d) Perbaikan berkelanjutan Integritas mutu harus dipelihara. e) Memperhitungkan Rencana bisnis (business plan) Anggaran/Budgeting 2. Tempat / Ruangan Mengidentifikasi tingkat kebutuhan alat kesehatan ESU di ruangan apa saja yang membutuhkan. Melalui cara : No 1 Ruangan IGD /Instalasi Gawat Darurat Alasan dibutuhkan Ruangan ini terdapat fasilitas bedah minor. Sehingga diperlukan unit ESU 2 OK Kebidanan Ruangan khusus bedah untuk operasi melahirkan sehingga diperlukan unit ESU 3 Instalasi Bedah Sentral Ruangan Khusus Bedah /Operasi Minor maupun Mayor 4 Klinik Bedah Ruangan pelayanan rawat jalan mungkin perlu diperlukan alat kesehatan menunjang pelayanan bedah ESU kecil untuk yang mungkin saja dilakukan saat pengobatan rawat jalan yang tidak banyak memerlukan personil dan dan persiapan khusus. 3.Spesifikasi Alat Pengajuan Alat yang dilakukan harus lah mempertimbangkan usulan user dan spesifikasi yang diinginkan oleh pengguna dan disusun sedemikian rupa guna memperoleh output yang di inginkan. Dengan memperhatikan : SpSesifikasi Alat Nama Alat :- Merk :- No. Seri :- Ruang :- Type :- Lebar :- Panjang :- Tinggi :- Berat :- Kelembaban :- Volt :- Frekuensi 4. Fasilitas penunjang a) Pendingin ruangan untuk alat yang digunakan sekurang kurangnya adalah Air Conditional / AC. Memastikan ruangan sudah terpasang atau belum, supaya bisa di rencanakan juga. Pemeriksaan suhu lingkungan secara lengkap. b) Sistem saluran air limbah bahan habis pakai harus didesain sedemikian rupa sehingga mencegah terjadinya pelepasan bahan-bahan yang tidak diinginkan. 5. Sumber Dana Dalam sebuah perencanaan yang akan diputuskan harus lah memperhatikan kemampuan keuangan sebuah organisasi. Dana yang akan di gunakan sumbernya dari mana : 1. APBN 2. DAK 3. APBD Provinsi 4. APBD Kota 5. Dana DBHCHT 6. Hibah Pihak ketiga BAB IV PENGADAAN Kegiatan penyusunan rencana pengadaan meliputi : 1. Identifikasi Kebutuhan 2. Penyusunan dan penetapan rencana penganggaran 3. Penyusunan Kerangka Acuan Identifikasi Kebutuhan Dalam mengidentifikasi alat ayang akan di adakan terlebih dahulu menelaah kelayakan alat yang telah ada sebelumya (jika sudah ada), riawat penggunaan selama periode, untuk memperoleh kebutuhan riil. Penyusunan dan penetapan rencana penganggaran Untuk menetapkan rencana anggaran pengadaan ESU, biaya pendukung pra intalasi/Instalasi biaya administrasi selama pengadaan berlangsung, sesuai dengan peraturan dan perundang – undangan yang berlaku. Penyusunan Kerangka Acuan Guna mendukung kegiatan pengadaan sekurang kurangnya memuat : 1. Uraian kegiatan, meliputi latar belakang lokasi / ruangan yang membutuhkan. 2. Spesifikasi alat ESU yang akan dibeli Uji Fungsi Alat : Setelah alat ESU telah diadakan sebelum serahterima dengan pengguna, perlu diadakan uji fungsi alat, sekurang kurang nya meliputi : 1. Spesifikasi alat 2. Aksesoris telah lengkap dan tersedia (tidak ada istilah nanti menyusul lgi dalam perjalanan, masih pesan import, terkendala bea cukai) 3. Mengakan simulasi alat tersebut dengan objek lain (disesuaikan) 4. Uji Keselamatan dari bahaya kejutan listrik 5. Uji Parameter ( cutting, coagulation) BAB V TROUBLESHOOTING Jadwal pemeliharaan ESU : 6 bulan sekali A. Alat dan bahan yang digunakan : 1. Multimeter 2. Tool set 3. Satu set cairan semprot (contact cleaner / CRC, pelumas semprot, dan cairan pembersih semprot khusus alat elektronik) 4. Alat pengaman ( hand scone, masker ) 5. Kain untuk membersihkan 6. Sticker Maintenance Prosedur Pemeeliharaan : A. Berkomunikasi dengan user atau penanggung jawab ruangan sebelum melakukan tindakan pemeliharaan. B. Tindakan pemeliharaan ESU dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Cek dan bersihkan bagian – bagian alat menggunakan kain dan cairan pembersih semprot khusus alat elektrik. 2. Cek kabel power dan kontak supply dengan multimeter, kemudian bersihkan jack kabel power dengan contact cleaner ( CRC ) 3. Cek tombol On – Off dan fuse power. 4. Cek semua accessoris. 5. Cek kondisi fisik tombol. 6. Test fungsi elektroda netral 7. Test fungsi elektroda aktif 8. Test fungsi mode operasi CUT 9. Test fungsi mode operasi COAG 10. Tes fungsi mode operasi bipolar C. Tempel sticker maintenance D. Dalam Pemeriksaan Alat bila ditemukan : 1. Rusak Ringan : dapat di selesaikan di tempat. 2. Rusak Sedang : dibawa ke workshop IPSRS 3. Rusak Berat : Berkoordinasi dengan Pejabat Pengadaan / PPTK E. Isi lembar checklist maintenance lalu mintalah tanda tangan user sebagai bukti bahwa alat selesai di maintenance. Tabel Troubleshooting ESU ACOMA ACUTOR SR-II Periksa Item Daya tidak dapat dihidupkan Penyebab Tindakan 1) Kabel daya tidak 1-1) Periksa, hubungkan tersambung,tidak 1-2) Ganti terputus 2) Setelah mengidentifikasi 2) pemutus sirkuit aktif penyebabnya, atur "Saklar daya" 3) Pemutus sirkuit tidak ke ON (Jika pemutus masih berfungsi, cacat 4) Papan utama / front printed circuit (PCB) berlanjut untuk mengaktifkan, menggantikannya) 3) Ganti rusak 4) Ganti Monopolar Pemotongan (atau Koagulasi) 1) Penahan elektroda 1) Ganti saja tidak tersedia (Tidak ada dengan saklar jari suara aktivasi, tidak ada cacat tampilan pada indikator) 2-1) Periksa 2-2) Ganti 2) Saklar kaki 3) Ganti monopolar rusak 4) Ganti 3) PCB utama cacat 4) DC / DC PCB cacat Tidak ada masalah dengan suara 5) OUT1 PCB cacat 5) Ganti aktivasi dan tampilan indikator, 6) Aksesoris rusak 6) Ganti 1) Pemegang elektroda 1) Ganti tetapi output tidak tersedia Baik pemotongan dan pembekuan output tidak tersedia (Tidak ada suara aktivasi, tidak ada tampilan pada indikator) w / saklar jari cacat 2) Saklar kaki 2-1) Periksa 2-2) Ganti monopolar cacat 3) Ganti 3) PCB utama cacat 4) DC / DC PCB cacat Tidak ada masalah dengan suara 5) OUT1 PCB cacat 4) Ganti 5) Ganti aktivasi dan tampilan indikator, 6) OUT2 PCB cacat 6) Ganti tetapi output tidak tersedia 7) Pengemudi PCB 7) Ganti cacat 8) Ganti 8) Aksesoris rusak Semprot Coag. Output hanya tidak tersedia 1) PCB utama cacat 1) Ganti 2) OUT2 PCB cacat 2) Ganti 3) Pengemudi PCB 3) Ganti cacat 4) Ganti 4) Aksesoris rusak Pasien elektroda suara alarm 1) Kabel elektroda pasien tidak terhubung 1) Memeriksa koneksi 2-1 ) Periksa 2-2) Ganti 2) Pasien kabel 3-1) Periksa koneksi elektroda terputusputus 3) Pasien kabel elektroda koneksi port (bagian dalam) 3-2) Ganti 4) Ganti kontak kegagalan 4) Aksesoris rusak Periksa Item Penyebab Tindakan Pasien elektroda alarm tidak 1) PCB utama cacat 1) Ganti mengaktifkan 2) DC / DC PCB cacat 2) Ganti 3) Aksesoris rusak 3) Ganti 1) Kabel elektroda 1-1) Periksa koneksi pasien cacat 1-2) Ganti (Terputus, terkikis, 2) Minta perbaikan ternoda) 3) Minta perbaikan Pasien elektroda alarm tidak akan berhenti 2) PCB utama cacat 3) DC / DC PCB cacat Suaraberlebihan bebanMuat terlalu banyak untuk Alarm grounding tidak aktif Alarm pembumian berbunyi Atur ulang ke tingkat yang lebih nilai preset rendah 1) OUT2 PCB cacat 1) Mintalah perbaikan 2) Aksesoris rusak 2) Ganti dengan yang baru. 1) Tambahan pr kabel 1) Inspeksi grounding oteksi 2-1) Periksa terpisah Kabel 2-2) Ganti grounding 2-1) Periksa 2) pelindung terputusputus 2-2) Ganti 3) Ganti 3) Pemasangan logam untuk pentanahan, cacat Grounding alarm tidak akan 1) PCB Utama rusak 1) Meminta perbaikan aktif 2) DC / DC PCB cacat 2) Meminta perbaikan Tingkat output tidak 1) PCB utama cacat 1) Ganti disesuaikan 2) Depan PCB cacat 2) Ganti 3) OUT2 PCB cacat 3) Ganti 4) Pengemudi PCB 4) Ganti cacat 5) Ganti 5) Aksesoris rusak Bipolar Bipolar output tidak tersedia 1) Bipolar foot switch 1-1) Memeriksa (Tidak ada suara aktivasi, tidak ada tampilan pada indikator) cacat 1-2) Ganti 2) Utama PCB cacat 2) Ganti 3) DC / DC PCB rusak 3) Ganti Tidak ada masalah dengan suara 4) OUT1 PCB cacat 4) Ganti aktivasi dan tampilan indikator, 5) Ganti tetapi output tidak tersedia 5) Aksesoris rusak BAB VI KALIBRASI Hal hal yang dilakukan dalam kalibrasi : 1. Data Alat 2. Daftar Alat yang digunakan 3. Kondisi Ruang 4. Pemeriksaan Kondisi dan fungsi komponen alat : a. Badan dan Permukaan. b. Kabel dan konector c. Saklar dan Indikator d. Tombol Saklar e. Elektroda Aktif f. Elektroda Pasif g. Foot swith h. Finger Tip Switch i. Alarm 5. Pengukuran keselamatan listrik 6. Pengukuran Kinerja : a. Energy Coating b. Energy Coagulation 7.Telaah Teknis a. KondisiRuangan b. KondisifisikdanKomponenalat c. Keselamatanlistrik d. Kinerja 8.Kesimpulan 9.Saran Contoh Lembar Kerja Kalibrasi ESU Data Alat I. 1. Merk 2. Model / Type 3. Nomor Seri 4. Lokasi Alat II. NO 1 Daftar Alat Yang Digunakan Nama Alat ESU Analyzer Merk Model Nomor Type Seri a. SPL HF400 V2 b. SPL HF400 V2 c. SPL HF400 V2 d. Fluke QA-ES II Biomedical 2 ESA a. Rigel 288+ b. Rigel 288+ c. Rigel 288+ d. Rigel 288 e. Fluke ESA 620 Biomedical ESA 620 f. Fluke Biomedical 3 Thermohygrometer a. BK Precision b. BK Precision c. BK Precision d. BK Precision 720 720 720 720 720 e. BK Precision Kondisi Ruang III. No Parameter Terukur Ambang Batas Yang Diijinkan 1 Tegangan Jala – Jala Volt No ± 10% dari 220 Volt Terukur Parameter Awal Akhir 1 Suhu ◦C ◦C 2 Kelembaban Relatif % % Pemeriksaan Kondisi dan Fungsi Komponen Alat IV. Hasil Pemeriksaan No Bagian Alat Keterangan Fisik 1 Badan dan Permukaan 2 Kabel dan Konektor 3 Saklar dan Indikator 4 Tombol Selektor 5 Elektroda Aktif 6 Elektroda Pasif 7 Foot Switch 8 Finger Tip Switch 9 Alarm Fungsi Pengukuran Keselamatan Listrik V. Klasifikasi Kelas / Tipe Alat : BF No Parameter Hasil Ukur Ambang Batas Yang Diijinkan 1 Tahanan Isolasi Kabel Catu Daya MΩ ≥20MΩ dengan Selungkup 2 Tahanan Hubungan Pentanahan Ω ≤0,2Ω Pembumian µA ≤100µA µA ≤100µA µA ≤100µA (Khusus Kelas 1) 3 Arus Bocor Polaritas kabel Normal dengan Pembumian 4 Arus Bocor Polaritas kabel Pembumian Terbalik dengan pada Selungkup Normal dengan Pembumian 5 Arus Bocor Polaritas Pembumian 6 Arus Bocor pada Selungkup µA ≤500µA µA ≤100µA µA ≤500µA Polaritas Normal tanpa Pembumian 7 Arus Bocor Polaritas pada Selungkup Terbalik dengan pada Selungkup Pembumian 8 Arus Bocor Polaritas Terbalik tanpa Pembumian Hasil Pengukuran Kinerja VI. Hasil Pengukuran No Parameter Setting Toleransi I 1 Energy Terukur Rata - II III IV V Rata ±10% Cutting (Watt) 2 Energy ±10% Coagulation (Watt) 3 Energy Bipolar (Watt) ±10% Telaah Teknis VII. No Kalibrasi Kategori 1 Kondisi Ruang a. Baik Keterangan b. Tidak Baik 2 3 Kondisi Fisik dan Fungsi Komponen a. Baik Alat b. Tidak Baik Keselamatan Listrik a. Aman b. Tidak Aman 4 Kinerja a. Dalam Batas Toleransi b. Perlu Penyetelan Kesimpulan Telaah Teknis VIII. Berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik dan pengukuran LAIK PAKAI kinerja alat kesehatan TIDAK LAIK PAKAI tersebut dinyatakan IX. Saran 1. ….. 2. ….. X. Metode Yang Digunakan 1. Prosedur Pengujian dan atau Kalibrasi Alat Kesehatan (DEPKES RI, DIRJEN YANMED – 2001) 2. …… 3. ……