Nama: Ammar Sulthoni Adli NIM: 13321004 How Great Leaders Inspire Action by Simon Sinek Seyogyanya suatu entitas – baik itu individu maupun organisasi, memiliki filosofi baik dalam – menjalani kehidupannya maupun mengelola dan menjalankan organisasinya. Aspek filosofi inilah yang ditekankan oleh Simon Sinek dalam orasinya di TED Talks. Hampir semua entitas mengetahui (what) apa yang mereka lakukan, sebagian dari mereka mengetahui bagaimana (how) mereka melakukan sesuatu, dan sedikit sekali dari mereka yang mengetahui kenapa (why) mereka melakukan hal tersebut. Apa yang membedakan Apple dengan computer company yang lain? Padahal mungkin computer company lain memiliki akses terhadap capital yang sama, human resource yang sama, dan market yang sama? Apa yang membuat mereka sukses? Bagaimana cara mereka mengkomunikasikan produk mereka? Apa yang membuat Wright bersaudara sukses dalam mengembangkan pesawat pertama di dunia, padahal mereka tidak memiliki akses terhadap capital, human resource (mereka berdua dan tim mereka tidak ada yang pernah mengenyam pendidikan tinggi), scientific resource, dan tidak mendapat exposure sama sekali? Sementara pesaing mereka, Samuel Pierpont Lanvey, didanai USD 50.000 oleh War Departement, mempunyai tim engineers dari Harvard University, bekerja sama dengan Smithsonian Institution, dan New York Times mengikutinya ke mana pun ia pergi. Simon mengodifikasi suatu pola, bagaimana pemimpin-pemimpin dan organisasiorganisasi besar dunia mengkomunikasikan ide mereka, menginspirasi, dan menjalankan pekerjaan mereka. Mereka berpikir, bertindak, dan berkomunikasi dengan cara yang tepat sama. Why – how – what. Why, mengapa mereka melakukan sesuatu, how, bagaimana sesuatu itu bekerja, dan what, sesuatu apa yang mereka tawarkan. Sebuah contoh, jika Apple sama dengan yang lain, pesan marketing mereka mungkin akan terdengar seperti ini: ”We make great computers, they’re beautifully designed, simple to use, and user friendly, want to buy one?” Mungkin kita akan berpikir “Meh, tidak tertarik”, dan begitulah kebanyakan dari kita berkomunikasi. Apple melakukan hal yang berbeda. “Everything we do, we believe in challenging the status quo, we believe in thinking differently (why). The way we challenge the status quo is by making our product beautifully designed, simple to use, and user friendly (how). We just happen to make great computers (what). Want to buy one?” Begitu pula dengan Wright bersaudara. Mereka mengembangkan pesawat karena mereka percaya bahwa the flying machine itu mungkin dan bisa diwujudkan. Sementara Samuel mengembangkan pesawat karena ia ingin kaya dan terkenal. Itu yang membuat Wright bersaudara sukses dan Samuel gagal. Mengapa cara tersebut efektif dalam kita mengkomunikasikan dan mengerjakan sesuatu? Ternyata hal tersebut terkait dengan anatomi otak manusia itu sendiri. Jika kita lihat cross-section dari otak manusia, dilihat dari atas ke bawah, otak manusia terdiri dari tiga komponen utama, yang secara sempurna berkorelasi dengan why – how – what. Neocortex berkorespondensi dengan what. Neocortex bertanggung jawab atas rasionalitas, pemikiran analitis, dan bahasa. Dua bagian tengah, yaitu otak limbik, bertanggung jawab atas perasaan, seperti rasa percaya dan loyalitas, dan juga bertanggung jawab atas semua kebiasaan manusia, semua pengambilan keputusan, dan tidak memiliki kapabilitas bahasa. Dengan kata lain, jika kita berkomunikasi dengan pola why – how – what, kita berbicara langsung kepada bagian otak yang bertanggung jawab atas kebiasaan, dan membolehkan merasionalisasikannya dengan kenyataan yang kita katakana dan perbuat. seseorang untuk