MAKALAH SERIKAT PEKERJA OLEH: i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari beberapa sumber. Kami telah berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang Serikat Pekerja Di Indonesia. Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca. Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih. Hormat Kami PENYUSUN ii DAFTAR ISI MAKALAH ......................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah .............................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3 2.1 Serikat Pekerja .................................................................................................... 3 2.1.1 Pengertian Serikat Pekerja .......................................................................... 3 2.1.2 Asas, Sifat dan Tujuan ................................................................................ 4 2.1.3 Fungsi Serikat Pekerja ................................................................................ 5 2.2 Pembentukan Serikat Pekerja.............................................................................. 5 2.2.1 Dasar Pembentukan Serikat Pekerja ........................................................... 5 2.2.2 Prosedur Mendirikan Serikat Pekerja.......................................................... 6 2.3.3 Tujuan Didirikannya Serikat Pekerja ........................................................ 10 2.3 Keanggotaan Serikat Kerja ............................................................................... 11 2.3.1 Hak-Hak Anggota : ................................................................................... 12 2.3.2 Kewajiban Anggota : ................................................................................ 12 2.4 Perkembangan Serikat Pekerja Di Indonesia .................................................... 13 2.4.1 Perkembangan Sebelum Kemerdekaan ..................................................... 13 2.4.2 Perkembangan Setelah Kemerdekaan. ...................................................... 13 2.4.3 Perkembangan Dalam Era Demokrasi Terpimpin. ................................... 14 2.4.4 Perkembangan Setelah Pemerintah Orde Baru. ........................................ 14 2.5 Kebijakan Publik Dan Organisasi Industri, Mengatasi Hambatan Dalam Menciptakan Hubungan Industrial Yang Harmonis ..................................................... 14 2.6 Tinjauan Tentang Buruh atau Serikat Pekerja .................................................. 16 2.7 Dasar Hukum Serikat Buruh atau Serikat Pekerja ............................................ 19 2.8 Fungsi Serikat Buruh atau Serikat Pekerja........................................................ 20 2.9 Hak dan Kewajiban Serikat Buruh.................................................................... 20 BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27 iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serikat pekerja di indonesia erat hubunganya dengan Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia. Dan semua ini juga hasil dari kemerdekaan negara Republik Indonesia. Pada 15 September 1945 lahir sebuah organisasi massa buruh yang bernama BBI (Barisan Buruh Indonesia). BBI mengutamakan barisan buruh untuk memudahkan mobilisasi oleh serikat sekerja dan Partai Buruh. Dalam kongresnya pada bulan September 1945 yang dihadiri oleh kaum buruh dan tani, tercetuslah Partai Buruh Indonesia. BBI juga sepakat untuk menuntaskan revolusi nasional. Untuk mempertahankan tanah air dari serangan musuh, BBI membentuk Laskar Buruh bersenjata di pabrik pabrik. Untuk kaum perempuan dibentuk Barisan Buruh Wanita (BBW). BBI dilebur menjadi GASBI (Gabungan Serikat Buruh Indonesia) pada 1946. Serikat buruh yang tidak sepakat dengan struktur GASBI keluar dan membentuk GASBV (Gabungan Serikat Buruh Vertikal). Tetapi pada bulan November, tahun yang sama, atas usaha Alimin dan Harjono, GASBI dan GASBV berhasil dilebur menjadi SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia). SOBSI sempat mengalami perpecahan akibat perbedaan sikap dalam menanggapi perjanjian Renville pada 1948. Tetapi tidak lama kemudian SOBSI berhasil kembali mengkonsolidasikan pecahan-pecahannya. Bahkan dalam pernyataan politiknya tahun 1948, SOBSI kemudian menegaskan menolak perjanjian Renville. SOBSI kemudian menyatakan keluar dari HISSBI (Himpunan Serikat-serikat buruh Indonesia) karena perbedaan garis politik. Soekarno mengeluarkan dua konsepsi mengenai kabinet karya dan dewan nasional pada tahun 1957. Kabinet karya ini adalah kabinet eksekutif yang menampung orang-orang di parlemen dan partai politik. Buruh sebagai golongan 1 fungsional mendapatkan tempat di Dewan Perancang Nasional. Anggota Dewan ini 77 orang, dan dari 77 itu ada lima wakil angkatan buruh/pegawai yaitu dari SOBSI, SOBRI, RKS dan dua orang dari KBKI. Sementara di Dewan Pertimbangan Agung, duduk dua orang wakil dari buruh yaitu dari SOBSI dan KBKI. Dan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) didirikan sebagai satusatunya serikat buruh yang diakui pemerintah pada 1973. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari serikat kerja? 2. Bagaimana pembentukan serikat kerja? 3. Bagaimana keanggotaan serikat kerja? 4. Bagaimana perkembangan serikat kerja di Indonesia? 5. Bagaimana public dan organisasi industri? 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah 1. Mengetahui pengertian dari serikat kerja. 2. Mengetahui bagaimana pembentukan serikat kerja. 3. Mengetahui keanggotaan serikat kerja. 4. Mengetahui perkembangan serikat kerja di Indonesia. 5. Mengetahui public dan organisasi industri. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Serikat Pekerja 2.1.1 Pengertian Serikat Pekerja Henry Simamora (1999: 678) menyatakan bahwa “Serikat Pekerja adalah sebuah organisasi yang berunding bagi karyawan tentang upah-upah, jam-jam kerja, dan syarat-syarat dan kondisi-kondisi pekerjaan lainnya”. Dari pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa serikat pekerja merupakan organisasi berunding bagi para pekerja. Dengan kehadiran Serikat Pekerja para pekerja dapat melakukan negosiasi dengan pengusaha dalam hal kebijakan perusahaan, sebab ketika ada serikat pekerja maka menjadi sebuah kewajiban bagi pengusaha untuk menegosiasikan segala sesuatu dengan serikat pekerja Pengertian Serikat Pekerja menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang serikat pekerja adalah adalah sebagai berikut: Serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan, pekerja/buruh dan keluarganya. Serikat pekerja merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari oleh perusahaan. Serikat pekerja dapat digunakan oleh pekerja sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Suatu kenyataan penetapan besarnya upah dan syarat-syarat kerja yang lain diserahkan kepada perusahaan dan pekerja sebagai pribadi. Kedudukan pekerja adalah sangat lemah. Menyadari akan kelemahannya dalam menghadapi perusahaan itu, mereka merasa perlu adanya persatuan. Dengan adanya persatuan mereka akan mempunyai kekuatan dalam menghadapi perusahaan. Salah satu fungsi Serikat Pekerja menurut Undang-Undang No 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja adalah sebagai sarana menciptakan hubungan 3 industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu Serikat Pekerja harus menjalankan perannya dengan baik agar tercipta hubungan industrial yang harmonis sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Kehadiran serikat kerja mengubah secara signifikan beberapa aktivitas sumber daya manusia. Proses perekrutan, prosedur seleksi, tingkat upah, kenaikan gaji, paket tunjangan, system keluhan, dan prosedur disiplin dapat berubah secara drastis disebabkan oleh ketentuan perjanjian perundingan kerja bersama (collective bargaining agreement). Tanpa kehadiran serikat pekerja, perusahaan leluasa mengambil keputusan unilateral menyangkut gaji, jam kerja, dan kondisi kerja. Keputusan ini dilakukan oleh perusahaan tanpa masukan atau persetujuan dari kalangan pekerja. Pekerja-pekerja yang tidak menjadi anggota serikat pekerja harus menerima persyaratan manajemen, menegosiasikannya dengan serikat pekerja dalam hal pengambilan keputusan bilateral (bilateral decision making) mengenai tingkat gaji, jam kerja, kondisi kerja, dan masalah keamanan kerja lainnya. Alih-alih menghadapi setiap pekerja secara satu per satu, perusahaan harus berunding dengan serikat pekerja yang mewakili kalangan pekerja. Serikat pekerja biasanya mencoba memperluas pengaruhnya ke dalam wilayah lain manajemen seperti penjadwalan kerja, penyusunan standar kerja, desain ulang pekerjaan, dan pengenalan peralatan dan metode baru. Perusahaan umumnya juga menolak pelanggaran batas ke dalam wilayah pengambilan keputusan ini dengan mengklaim bahwa persoalan tersebut merupakan hak prerogatif manajemen. 2.1.2 Asas, Sifat dan Tujuan 1. Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat pekerja mempunyai asas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. 2. Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat pekerja mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. 4 3. Serikat Pekerja, Federasi serikat pekerja dan Konfederasi serikat pekerja bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan keluarganya. 2.1.3 Fungsi Serikat Pekerja Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan pekerja. Lembaga perunding mewakili pekerja. Melindungi dan membela hak – hak dan kepentingan kerja. Wadah pembinaan dan wahana peningkatan pengetahuan pekerja. Wahana peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan. Wakil pekerja dalam lembaga – lembaga ketenagakerjaan Wakil untuk dan atas nama anggota baik di dalam maupun di luar pengadilan. 2.2 Pembentukan Serikat Pekerja Para pekerja bebas membentuk Serikat Pekerja, karena berserikat merupakan hak pekerja. Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja yang tertuang dalam Pasal 5, setiap pekerja/buruh berhak membentuk Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Serikat Pekerja dapat dibentuk oleh sekurang-kurangnya sepuluh orang pekerja. Serikat Pekerja yang teleh terbentuk harus mencatatkan ke Lembaga yang terkait, kemudian lembaga yang terkait tersebut memberikan nomor bukti pencatatan. 2.2.1 Dasar Pembentukan Serikat Pekerja Dan serikat pekerja atau buruh itu sendiri dibentuk berdasarkan: Undang-undang Dasar Negara RI Th. 1945 Piagam PBB tentang Hak-hak asasi manusia Pasal 20 (ayat 1) dan pasal 23 (ayat 4) 5 UU No. 18 th. 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98 mengenai Hak berorganisasi dan Berunding bersama KePres No. 23 th. 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO NO. 87 tentang kebabasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi KeMenaker No. PER-201/MEN/1999 tentang Pendaftaran Serikat Pekerja KepMenaker No. PER-16/MEN/2000 tentang tata cara Pendaftaran Serikat Pekerja UU No. 21 th. 2000 tentang Serikat Pekerja (SP) UU No. 13 th. 2003 tentang Ketenagakerjaan UU No. 2 th. 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Serikat Pekerja yg bersangkutan 2.2.2 Prosedur Mendirikan Serikat Pekerja Berdasarkan Pasal 104 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 jo Pasal 5 ayat (1) UU No. 21 Tahun 2000 maka setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja. Serikat pekerja ini dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh. Pada saat pembentukannya, suatu serikat pekerja/serikat buruh (SP) harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Hal ini berdasarkan Pasal 11 Serikat Kerja/Serikat Buruh, yang berbunyi: (1) Setiap serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja harus memiliki ad/art. (2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat: a. nama dan lambang; b. dasar negara, asas, dan tujuan; c. tanggal pendirian; d. tempat kedudukan; e. keanggotaan dan kepengurusan; 6 f. sumber dan pertanggungjawaban keuangan; dan g. ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga. Setelah proses pembentukannya selesai, maka tahapan yang harus dilakukan berikutnya adalah memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan (Dinas Tenaga Kerja dari pemerintah Kabupaten atau wali kotamadya di mana perusahaan berdomisili) untuk dilakukan pencatatan atas pembentukan SP tersebut. Hal ini diatur di dalam Pasal 18 UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh, yang berbunyi: (1) Serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan dilampiri: a. daftar nama anggota pembentuk; b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; c. susunan dan nama pengurus. Selain itu, ditentukan pula bahwa nama dan lambang serikat pekerja tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja yang telah tercatat terlebih dahulu berdasarkan Pasal 19 UU Serikat Pekerja. Dalam proses pembentukannya, tidak boleh ada pihak yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja untuk membentuk serikat pekerja dengan cara melakukan pemutusan hubungan kerja. Barangsiapa menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk SP, dikenakan sanksi pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp500 juta berdasarkan Pasal 28 jo. Pasal 43 ayat (1) UU Serikat Pekerja. Setelah seluruh proses pembentukan SP ini selesai, pengurus serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada pihak perusahaan (manajemen perusahaan). Hal ini diatur dalam Pasal 23 UU Serikat Pekerja/yang berbunyi: “Pengurus serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada mitra kerjanya sesuai 7 dengan tingkatannya.” Hal ini sesuai dengan penjelasan umum UU Serikat Pekerja yang menyebutkan bahwa pekerja merupakan mitra kerja pengusaha. Jadi, disimpulkan bahwa syarat dan prosedur pendirian SP adalah: Bila Anda ingin membentuk serikat pekerja /serikat buruh di perusahaan, langkahlangkah berikut bisa Anda terapkan. Pertama, baca dan pelajarilah UU No. 21/2000 dan UU No. 13/ 2003, pasal 104 sebelum Anda mendirikan SP/SB. Usahakanlah memahami hal-hal penting tentang serikat pekerja /serikat buruh. Dengan membaca undang-undang tersebut, Anda punya pemahaman tentang SP/SB, tujuannya dan keuntungan dengan hadirnya SP/SB di perusahaan. Kedua, tidak perlu takut mendirikan SP/SB. Banyak orang takut membentuk SP/SB, apalagi menjadi pengurus; takut kalau perusahaan akan memecat atau menekan pekerja/buruh. Itu tidak sepatutnya terjadi. Undang-undang melindungi pekerja dari ancaman-ancaman pimpinan perusahaan. Pasal 28, UU No. 21/2000 berbunyi, "Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja /serikat buruh dengan cara: a. melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi; b. tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh; c. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun; d. melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat buruh." Jadi, Anda tidak perlu takut. Perusahaan Anda akan didenda cukup besar bila Anda sampai dipecat karena Anda menjadi anggota atau menjadi pengurus serikat pekerja/serikat buruh. Pasal 43, UU No. 21/2000 menyebutkan, 1. Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan sanksi pidana penjara 8 paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan. Ketiga, dibutuhkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang untuk membentuk serikat pekerja / serikat buruh. Anda tidak harus menunggu banyak anggota untuk membentuk SP/SB; sepuluh orang cukup. Undanglah sepuluh orang untuk rapat dan ambillah kesepakatan untuk membentuk SP/SB dan tentukan pengurusnya. Catatlah nama-nama yang hadir dalam rapat pendirian SP/SB tersebut, keputusan yang diambil, dan pengurusnya dalam notulen rapat. Ini Anda perlukan ketika mau mendaftarkan SP/SB ke instansi terkait. Keempat, daftarkanlah SP/SB Anda ke instansi terkait untuk mendapatkan bukti nomor pencatatan. SP/SB baru disebut resmi kalau sudah mendapat nomor bukti pencatatan dari instansi terkait (Dinas Tenaga Kerja dari pemerintah Kabupaten atau walikotamadya di mana perusahaan berdomisili.) Buatlah surat permohonan kepada instansi terkait agar SP/SB Anda dicatat di instansi pemerintah. Pasal 18, UU No. 21/2000, menyebutkan, 1. Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat. 2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan dilampiri : a. daftar nama anggota pembentuk; b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; c. susunan dan nama pengurus. Instansi pemerintah akan memberikan nomor bukti pencatatan kepada serikat pekerja Anda paling lambat 21 hari sejak Anda memberitahukannya kepada 9 instansi terkait kecuali ada masalah hukum dengan pengurus SP/SB Anda. Misalnya, pengurus dilarang membentuk serikat pekerja / serikat buruh karena ada kasus yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Kelima, informasikanlah kehadiran SP/SB ke menejemen perusahaan Anda. Anda perlu memberitahukan kepada menejemen perusahaan bahwa karyawan telah membentuk serikat pekerja / serikat buruh. Berikanlah satu salinan anggaran dasar dan anggaran tumah tangga dan juga nomor bukti pencatatan SP/SB sebagai informasi buat menejemen perusahaan. Keenam, komunikasikanlah kehadiran SP/SB kepada karyawan. Berikanlah informasi tentang kehadiran, tujuan dan keuntungan dari kehadiran SP/SB di perusahaan. Informasikanlah bahwa SP/SB adalah mitra menejemen untuk mengelola perusahaan dan ajaklah karyawan untuk ikut menjadi anggota SP/SB. Ketujuh, catatlah daftar anggota SP/SB dalam buku anggota. Sesuai undang-undang, hanya anggota yang tercatat di Buku Anggota yang resmi jadi anggota SP/SB. Jadi, usahakanlah agar karyawan mengisi formulir pendaftaran anggota dan tulislah nama-nama anggota yang telah mendaftar di Buku Anggota. 2.3.3 Tujuan Didirikannya Serikat Pekerja Anda bisa juga membuat Kartu Anggota SP/SB sebaga bukti anggota SP/SB. Adapun tujuan pendirian serikat pekerja/buruh, federasi maupun konfederasi tidak lain adalah sebagai berikut : a. Pihak dalam pembuatan perjanjian kerja b. Wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja c. Sarana menciptakan hubungan industri d. Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya 10 e. Perencana, pelaksana dan penanggungjawab pemogokan pekerja/ buruh. f. Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan. 2.3 Keanggotaan Serikat Kerja Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2000 Tentang Serikat pekerja/serikat buruh, bab IV tentang keanggotaan, terdapat enam pasal yang menjelaskan secara ringkas kebijakan-kebijakan yang telah di susun dalam perundang-undangan, antara lain: Pasal 12 Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus terbuka untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku bangsa,dan jenis kelamin. Pasal 13 Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Pasal 14 1. Seorang pekerja /buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat pekerja/serikat Buruh disatu perusahaan. 2. Dalam hal seorang pekerja/buruh dalam satu perusahaan ternyata tercatat pada lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang bersangkutan harus menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja/serikat buruh yang dipilihnya. Pasal 15 Pekerja/buruh yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu perusahaan dan jabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak pengusaha dan pekerja/buruh, tidak boleh menjadi pengurus serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan yang bersangkutan. Pasal 16 1. Setiap serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari satu federasi serikat pekerja/serikat buruh. 2. Setiap federasi serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari satu konfederasi serikat pekerja/serikat buruh. 11 Pasal 17 1. Pekerja/buruh dapat berhenti menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh dengan pernyataan tertulis. 2. Pekerja/buruh dapat diberhentikan dari serikat pekerja/serikat buruh sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan. 3. Pekerja/buruh, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota serikat pekerja/serikat buruh yang berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tetap bertanggungjawab atas kewajiban yang belum di penuhinya terhadap serikat pekerja/serikatburuh. 2.3.1 Hak-Hak Anggota : Hak berbicara dan berpendapat atau mengeluarkan pendapat. Hak mencalonkan, memilih dan dipilih. Hak usul dan menyokong usul perubahan terhadap kebijaksanaan organisasi didalam forum musyawarah atau rapat. Hak memperoleh informasi, bimbingan, pendidikan, perlindungan dan pembelaan dari organisasi (Serikat Pekerja). Hak mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi (Serikat Pekerja). Hak membela diri. Hak-hak lain yang ditentukan dalam peraturan atau keputusan-keputusan oraganisasi (Serikat Pekerja). 2.3.2 Kewajiban Anggota : Mentaati Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART), peraturanperaturan dan keputusan organisasi (Serikat Pekerja). Membela dan menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan organisasi (Serikat Pekerja). 12 Mengamankan dan melaksanakan keputusan-keputusan dalam programprogram organisasi serta membantu pimpinan dan pengurus dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi (Serikat Pekerja). 2.4 Mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi (Serikat Pekerja). Perkembangan Serikat Pekerja Di Indonesia 2.4.1 Perkembangan Sebelum Kemerdekaan • Sebenarnya di Indonesia serikat pekerja sudah dikenal sejak akhir abad ke 19 dimna guru – guru Belanda di sekolah Belanda mendirikan organisasi yang bertindak sebagai serikat pekerja. • Organisasi pekerja yang pertama terbentuk bersamaan dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 yaitu berdirnya Persatuan Pekerja Kereta Ap dan Term (Vereniging Van Spoor en Tramweg Personeel). • Pada tahun 1912 dari serikat – serikat pekerja yang ada, Serikat Islam mendirikan Gabungan Serikat Pekerja maka lahirlah Gabungan Serikat Islam yang pertama di Indonesia. 2.4.2 Perkembangan Setelah Kemerdekaan. a. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, belanda dengan membonceng tentara sekutu ingin kembali ke indonesia untuk melanjutkan penjajahannya, maka sejak itu mulailah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. b. Karena dalam barisan buruh indonesia ini semua aliran tergabung didalamnya maka akhirnya timbul (golongan) didalam barisan buruh indonesia. c. Dalam rangka perjuangan merebut iriran barat dan diputuskannya secara pihak perjanjian KMB oleh indonesia maka banyak perusahaan-perusahaan belanda diambil alih oleh indonesia. 13 2.4.3 Perkembangan Dalam Era Demokrasi Terpimpin. a. Pada tamggal 5 juli 1959 presiden mengeluarkan dekrit tentang kembali digunakannya UUD’45 dan sejak itu mulailah dikembangkan demokrasi terpimpin. b. Untuk mendorong keberhasilan perjuangan pengembalian irian barat yang di kenal dengan perjuangan trikora maka pada tahun 1961pembentukan sekretariat bersama ini sebenarnya juga dalam rangka upaya menyatukan gerakan pekerja dalam satu wadah. 2.4.4 a. Perkembangan Setelah Pemerintah Orde Baru. Sebagaimana diketahui pemerintah orde baru bertekad untuk melaksanakan pancasila secara murni dan konsekuen dan disamping itu juga bertekad untuk mengembangkan program pembangunan yang berencana dan berkelanjutan. b. Dalam rangka penyatuan dan penyederhanaan organisasi pekerja maka pada tanggal 1 november 1969 terbentuklah MPBI.Pada bulan mei tahum 1972 sebagai tindak lanjut dari seminar yang lalu MPBI mengadakan rapat pleno yang membahas secara mendalam tentang pembaharuan dan penyederhanaan eksistensi SPSI. Dari sidang itu terbentuklah “ikrar bersama” yang intinya adalah sebagai berikut: - Melakukan pembaharuan struktur gerakan buruh sehingga serikat buruh tetap berfungsi sosial ekonomis dan berorientasi kepada pembangunan. c. Dari ikrar MPBI ini pada 20-02-1973 lahirlah “deklarasi persatuan buruh seluruh indonesia” d. Ada dua hal yang sangat bersejarah dengan lahirnya FBSI tersebut yaitu, : Pertama, serikat pekerja telah berhasil disatukan dalam satu wadah yang selama ini telah menjadi obsesi setiap pimpinan serikat pekerja. Kedua, serikat pekerja telah berhasil melepaskan diri dari kegiatan politik dan menjadi serikat pekerja yang profesional dan mandiri. 2.5 Kebijakan Publik Dan Organisasi Industri, Mengatasi Hambatan Dalam Menciptakan Hubungan Industrial Yang Harmonis 14 Dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis tentunya tidak luput dari hambatan. Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis. Kendala itu masih muncul karena perilaku pemilik modal yang kurang menerima kehadiran Serikat Pekerja di perusahaan sebab dianggap momok, dan mayoritas keterampilan dan penidikan pekerja rendah, membuat posisi tawar menawar lemah serta kecenderungan pembentukan Serikat Pekerja oleh manajemen, bukan pekerja. Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis diperlukan upaya dari masing-masing pihak. Diantaranya adalah: 1) Upaya pengusaha, meliputi: a) Memulai atau meningkatkan sikap keterbukaan pengusaha kepada serikat pekerja/buruh tentang kondisi perusahaan b) Memberikan jaminan penuh kepada pekerja/buruh untuk menggunakan hak berorganisasi dan berunding bersama c) Melaksanakan hak-hak normatif pekerja/buruh d) Menghindari sikap-sikap diskriminasi terhadap pekerja/buruh e) Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/buruh untuk meningkatkan karier dan prestasi f) Memberikan kesempatan kepada pekerja/buruh untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing 2) Upaya pekerja/buruh, yaitu: a) Melaksanakan dengan penuh tanggung jawab peleksanaan HI yang harmonis dan dinamis dengan mempertahankan dan menghormati asas musyawarah dan mufakat b) Mengoptimalkan kinerja, menjaga dan selalu meningkatkan produktivitas dan motivasi kerja c) Menjaga dan meningkatkan tanggung jawab, disiplin dan etos kerja, serta manghormati hak pengusaha d) Melaksanakan kewajiban sebagai pekerja/buruh dan sebagai pemimpin ataupun sebagai anggota SP/SB dengan penuh tanggung jawab 15 e) Memegang prinsip bahwa mogok kerja atau unjuk rasa merupakan upaya terakhir dalam penyelesaian perselisihan industrial f) Bila terpaksa mogok kerja atau unjuk rasa tidak merusak aset perusahaan dan tidak mengganggu ketertiban umum 3) Upaya pemerintah, antara lain: a) Melaksanakan pengawasan pelaksanaan peraturan perundangan dengan penuh tanggung jawab, cepat, obyektif, adil dan tidak memihak b) Melaksanakan pembaharuan peraturan perundangan yang sudah tidak sesuai dengan era reformasi c) Mencegah campur tangan pihak lain dalam masalah hubungan industrial Perjuangan serikat pekerja di Indonesia harus didasarkan pada persamaan kepentingan pengusaha dan pekerja, kemitraan dan komitmen bersama menciptakan hubungan industrial yang aman dan harmonis. Selain itu untuk mengatasi hambatan dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis adalah dengan pendidikan dan pelatihan bagi anggota serikat pekerja. 2.6 Tinjauan Tentang Buruh atau Serikat Pekerja Zaman feodal atau zaman penjajahan Belanda dahulu yang dimaksud dengan buruh adalah orang-orang pekerja kasar seperti kuli, mandor, tukang dan lain-lain. Orang-orang ini oleh pemerintah Belanda dahulu disebut dengan blue collar (berkerah biru), sedangkan orang-orang yang mengerjakan pekerjaan “halus” seperti pegawai administrasi yang biasa duduk di meja disebut dengan “white collar” (berkerah putih).10 Pemerintah Hindia Belanda membedakan antara blue collar dengan white collar dengan memberikan kedudukan dan status yang berbeda untuk memecah belah golongan Bumiputra. Orang-orang white collar dikatakan adalah orang-orang yang pantang melakukan pekerjaanpekerjaan kasar, sedangkan orang-orang blue collar adalah kuli kasar yang hampir sama kedudukan dengan “budak” yang harus tunduk dan patuh, hormat kepada orangorang white collar. Telah dikemukakan bahwa hubungan hukum tercermin pada hak dan kewajiban yang diberikan oleh hukum. Hukum harus dibedakan dari hak dan 16 kewajiban, yang timbul kalau hukum itu diterapkan terhadap peristiwa konkret. Tetapi kedua-duanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tatanan yang diciptakan oleh hukum itu baru menjadi kenyataan apabila kepada subyek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Pekerja atau buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang bekerja didalam hubungan kerja, dibawah perintah pemberi kerja (perseorangan, pengusaha, badan hukum) dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lainnya. Tenaga kerja disebut sebagai pekerja atau buruh bila melakukan pekerjaan didalam hubungan kerja dan dibawah perintah orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja yang bekerja dibawah pimpinan orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain tetapi tidak dalam hubungan kerja misalnya tukang semir sepatu atau tukang potong rambut, bukan merupakan pekerja atau buruh. Tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku (aktor) dalam pelaksanaan pembangunan, kiranya perlu meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia dan kontribusinya dalam pembangunan serta melindungi hak dan kepentingannya sesuai harkat dan martabat kemanusiaan. Istilah pekerja dan buruh secara yuridis sebenarnya adalah sama dan tidak ada perbedaan diantara keduanya. Kedua kata tersebut dipergunakan dan digabungkan menjadi ‘pekerja atau buruh” dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan untuk menyesuaikan dengan istilah “serikat pekerja atau serikat buruh” yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau Serikat Buruh. UndangUndang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 3 pengertian pekerja atau buruh adalah “Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Undang Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak membedakan antara pekerja atau buruh halus (white collar) dengan pekerja atau buruh kasar (blue collar). Pembedaan pekerja atau buruh dalam Undang-undang ini hanya didasarkan pada jenis kelamin (pekerja atau buruh perempuan dan laki-laki) dan usia (pekerja atau buruh anak). Pembedaan ini dilakukan bukan dalam rangka diskriminatif tetapi 17 untuk melindungi pekerja atau buruh yang lemah daya tahan tubuhnya dan untuk menjaga norma-norma kesusilaan. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pekerja/buruh adalah Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengusaha adalah orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri. Pengusaha juga orang perseorangan, persekutuan atau badan hokum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya. Dan pengusaha juga diartikan perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia. Demikian pula menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, definisi Serikat Pekerja/Serikat Buruh memiliki pengertian yang sama dengan apa yang disebutkan dalam UndangUndang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Ketenagakerjaan. Ini menunjukkan bahwa kedua UndangUndang ini memiliki pemahaman yang sama tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Dari pengertian Serikat Pekerja dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja atau buruh memuat beberapa prinsip dasar yakni12: a. Jaminan bahwa setiap pekerja atau buruhberhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/buruh; b. Serikat buruh dibentuk atas kehendak bebas pekerja atau buruh tanpa tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah, dan pihak manapun; c. Serikat pekerja atau buruh dapat dibentuk berdasarkan sector usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lisan sesuai dengan kehendak pekerja/buruh; d. Basis utama serikat pekerja atau buruhada di tingkat perusahaan, serikat buruh yang ada dapat menggabungkan diri dalam Federasi Serikat Pekerja atau buruh. Demikian halnya dengan Federasi Serikat Pekerja atau buruh dapat menggabungkan diri dalam Konfederasi Serikat Pekerja atau buruh; e. Serikat pekerja atau buruh, federasi dan Konfederasi serikat pekerja atau buruhmyang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada kantor Depnaker setempat, untuk dicatat; 18 f. Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja atau buruhuntuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja atau buruh. 2.7 Dasar Hukum Serikat Buruh atau Serikat Pekerja Pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan untuk turut serta melindungi pihak yang lemah pekerja/buruh) dari kekuasaan pengusaha, guna menempatkan pada kedudukan yang layak sesuai harkat martabat manusia. Pada hakikatnya hukum kerja dengan semua peraturan perundangudnangan bertujuan melaksanakan keadilan sosial dengan memberikan perlindungan kepada buruh terhadap kekuasaan pengusaha, dengan sifat pertauran yang memaksa dan memberikan sanksi tegas kepada pengusaha yang melanggar. Dengan sifatnya yang memaksa ikut campur pemerintah, membuat hukum kerja menjadi hukum publik dan privat sekaligus. 13 Ada beberapa dasar hukum, yang menjadikan seseorang dapat aktif berserikat tanpa perasaan takut atau dibatasi oleh pihak manajemen atau pihak-pihak lain. Dasar Hukum Serikat Pekerja yakni: a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28. Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 ini (khususnya pasal 28, 28C, dan 28F) memberikan hak kepada seluruh warga Negara untuk berserikat dan berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini banyak dipakai sebagai dasar oleh para buruh untuk mendirikan buruh/pekerja; b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh; c. Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial; e. Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi; f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep 16/Men/2001 tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/ Serikat Buruh. 19 g. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 201/Men/2001 tentang Keterwakilan dalam Kelembagaan Hubungan Industrial; h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per06/Men/IV/2005 tentang Pedoman Verifikasi Keanggotaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh. 2.8 Fungsi Serikat Buruh atau Serikat Pekerja Fungsi Serikat Pekerja/Buruh selalu dikaitkan dengan keadaan hubungan industrial. Hubungan industrial diartikan sebagai suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi dan jasa yang meliputi pengusaha, pekerja dan pemerintah. Sebagai perwakilan buruh/pekerja maka serikat pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi: a. sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial; b. wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya; c. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraaturan perundang undangan yang berlaku; d. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya; e. sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham dalam perusahaan 2.9 Hak dan Kewajiban Serikat Buruh Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir, bahkan dari dalam kandungan sekalipun. Hakhak pekerja/buruh selalu melekat pada setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji. Karena pekerjaannya dibawah perintah orang pemberi kerja maka seorang pekerja perlu memperoleh jaminan perlindungan dari tindakan yang sewenangwenang dari orang yang membayar gajinya. Hak pekerja/buruh tersebut muncul secara bersamaan ketika sipekerja/buruh mengikat dirinya pada si majikan untuk 20 melakukan suatu pekerjaan. Beberapa hak-hak pekerja sebagai berikut: Hak atas upah, Hak untuk mendapatkan cuti tahunan dan dapat dijalankan sesuai dengan aturan yang berlaku, Hak untuk mendapatkan kesamaan derajat dimuka hukum, Hak utuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, dan Hak untuk mengemukakan pendapat. Hak–hak pekerja ini hanya ada sewaktu seseorang menjadi pekerja, hak ini melekat pada mereka yang bekerja. 1) membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha; 2) mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial; 3) mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan; 4) membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh; 5) melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 6) Dapat berafiliasi dan atau bekerja sama dengan Serikat Pekerja/Serikat Buruh internasional atau organisasi internasionalnya lainnya. Ketika si pekerja sudah tidak menjadi pekerja/buruh lagi, hak-hak yang pernah ada padanya secara otomatis menjadi hilang. b. Kewajiban Serikat Pekerja/Serikat Buruh Timbulnya kewajiban bagi seorang adalah ketika seorang melakukan suatu kesepakatan dan didalamnya termuat hak dan kewajiban, ketika hak itu sudah menjadi keharusan yang diperoleh, begitu juga dengan kewajiban. Kewajiban adalah keharusan yang wajib dan harus ditaati tanpa kecuali, karena saling keterikatannya antara hak dan kewajiban itulah yang mendasari mengapa setiap kita menuntut hak, kitapun jangan sampai lalai terhadap kewajiban. Kewajiban sebagai pekerja telah terbagi dalam tiga bagian penting, yaitu: 1) Kewajiban ketaatan adalah kewajiban yang dibebankan kepada pekerja/buruh untuk mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan atau telah disepakati oleh pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha; 21 2) Kewajiban konfidensialitas adalah merupakan salah satu bentuk kewajiban yang diberikan kepada pekerja, dalam artian pekerja mempunyai kewajiban dalam hal untuk dapat menjaga rahasia perusahaan; 3) Kewajiban loyalitas, loyalitas pekerja terhadap organisasi memiliki makna kesediaan pekerja untuk melanggengkan hubungan dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan ppribadinya tanpa mengharapkan apapun. Kesediaan pekerja/buruh untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen pekerja terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat diupayakan bila pekerja merasakan adanya keamanan dan kepuasan didalam organisasi tempat si pekerja bergabung untuk bekerja. 4) Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan kepentingannya; 5) Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya; 6) Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 5. Hak Serikat Buruh atau Serikat Pekerja Yang di PHK Setiap pekerja/buruh memiliki hak-hak pada saat mereka di PHK oleh pengusaha baik yang tertera dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) maupun menurut Undang-Undang terkait. Pekerja/buruh mempunyai hak-haknya diantaranya: Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang Ganti Kerugian. Uang Pesangon adalah pembayaran dalam bentuk uang dari pengusaha kepada pekerja sebagai akibat adanya PHK yang jumlahnya 33 disesuaikan dengan masa kerja pekerja. Uang Penghargaan Masa Kerja adalah uang penghargaan pengusaha kepada pekerja yang besarnya dikaitkan dengan lamanya masa kerja. Uang Ganti Kerugian adalah pemberian berupa uang dari pengusaha 22 kepada pekerja sebagai pengganti dari hak-hak yang belum diambil seperti istirahat tahunan, istirahat panjang, biaya perjalanan ketempat dimana pekerja diterima bekerja, fasilitas pengobatan, fasilitas perumahan. Hal lain yang ditetapkan oleh panitia daerah atau panitia pusat sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja untuk keperluan pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang ganti kerugian yang terdiri dari: Upah pokok, Segala macam tunjangan yang diberikan buruh secara berkala dan secara teratur, Harga pembelian dari catu yang diberikan kepada pekerja dengan cumacuma apabila catu harus dibayar oleh pekerja dengan subsidi maka sebagai upah dianggap selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh pekerja, Penggantian perumahan secara cumacuma yang besarnya ditetapkan 10% dari upah berupa uang, Penggantian untuk pengobatan dan perawatan yang diberikan secara cuma-cuma yang besarnya ditetapkan 5% dari upah pekerja berupa uang. Alasan yang menyebabkan pekerja/buruh yang di PHK tidak mendapatkan haknya diantaranya: a. bagi pekerja kontrak yang mengundurkan diri karena masa kontrak berakhir, maka pekerja tersebt tidak mendapatkan uang pesangon sesuai dengan ketentuan Pasal 154 Ayat 2 dan uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal 156 Ayat 3 juga uang pisah tetapi berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat 4. b. Pekerja melakukan kesalahan berat, misalnya: 1) Pekerja telah melakukan penipuan, pencurian, penggelapan barang dan atau uang milik perusahaan; 2) Pekerja memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan c. Pekerja mabuk, minum-minuman keras, memakai atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat aktif lainnya dilingkungan kerja; 23 3) Melakukan perbuatan asusila atau perjudian dilingkungan kerja; 4) Menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi temen sekerja atau perusahaan dilingkungan kerja; 5) Membujuk teman sekerja atau perusahaan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang; 6) Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan; 7) Dengan cerobah atau sengaja membiarkan teman sekerja atau perusahaan dalam keadaan bahaya ditempat kerja; 8) Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; Pekerja yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan kesalahan berat hanya dapat memperoleh uang pengganti hak yang besarnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dan atau perjanjian kerja bersama. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan serikat pekerja/buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh dan keluarganya (UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 angka 17). Kehadiran organisasi pekerja dimaksudkan untuk memperjuangkan hak dan kepentingan pekerja, sehingga tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak pengusaha. Keberhasilan dimaksud sangat tergantungdari kesadaran para pekerja untuk mengorganisasikan dirinya, semakin baik organisasi itu, maka akan semakin kuat. Sebaliknya semakin lemah, maka semakin tidak berdaya dalam melakukan tugasnya. Karena itulah kaum pekerja/buruh di Indonesia harus menghimpun dirinya dalam suatu wadah atau organisasi. Dengan demikian jelaslah bahwa keberadaan serikat pekerja/buruh sangat penting dalam rangka memperjuangkan, membela dan melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan 24 kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang serikat pekerja/buruh memuat beberapa prinsip dasar yaitu: a. Serikat buruh, dibentuk atas kehendak bebas/pekerja tanpa tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah dan pihak manapun; b. Jaminan bahawa setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/buruh; c. Basis utama serikat pekerja/buruh ada di tingkat perusahaan, serikat buruh yang ada dapat mengembangkan diri dalam Federasi Serikat Pekerja/Buruh. Demikian halnya dengan Fede rasi Serikat Pekerja/Buruh dapat menggabungkan diri dalam Konfederasi Serikat Pekerja/Buruh; d. Serikat pekerja/buruh dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh; e. Serikat pekerja/buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada kantor DEPNAKER setempat untuk dicatat; f. Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi atau tidak menjadi anggota dan atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/buruh. Tugas yang diemban oleh serikat pekerja/buruh menjadi semakin berat seiring dengan kebebasan pekerja/buruh untuk mengorganisasikan dirinya, yakni tidak saja memperjuangkan hak-hak normatif pekerja/buruh tetapi juga memberikan perlindungan, pembelaan, dan mengupayakan peningkatan kesejahteraannya 25 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan ketenagakerjaan itu sendiri adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Jadi hukum ketenagakerjaan dapat diartikan sebagai peraturan-peraturan yang mengatur tenaga kerja pada waktu sebelum selama dan sesudah masa kerja. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk oleh pekerja dan mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab. Adapun tujuan dari serikat pekerja adalah memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. 3.2 1. Saran Untuk peningkatan relevansi, kualitas, dan efisiensi penyelenggaraan kerja maka pemerintah dapat melakukan pembinaan dan pelatihan kerja. 2. Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi.. 3. Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.. 4. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.. 5. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundangundangan ketenagakerjaan. 26 DAFTAR PUSTAKA Serikat Pekerja http://allopowae.blogspot.com/2009/12/serikat-peker-ja-bab-ipendahuluan.html Definisi Serikat Pekerja https://wikisopo.files.wordpress.com/2011/08/1-definisiserikat-pekerja.doc. Peran Serikat Pekerja Dalam Suatu Perusahaan https://ulielambry.wordpress.com/selayang-pandang/peran-serikat-pekerjadalam-suatu-perusahaan/ Langkah-Langkah Membentuk Serikat Pekerja /Serikat Buruh http://www.putraputri-indonesia.com/membentuk-serikat-pekerja.html BAB V Serikat Pekerja http://riniayu.blogspot.com/2010/04/bab-v-serikatpekerja.html Dasar Hukum dan Tata Cara Pembentukan Serikat Pekerja/Serikat Buruh http://isnaldiutih.blogspot.com/2013/04/dasar-hukum-dan-tata-carapembentukan.html Serikat Pekerja PSI_IND_14 http://widhadyah.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/PSI_IND_14.pdf Undang – Undang 1. UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja 2. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 3. UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja 4. UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 5. UU No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Buku: 1. Pedoman Perjanjian Kerja Bersama, Ahmad Rizki Sridadi, penerbit : Empat Dua Media 2. Mekansisme Perselisihan di Pengadilan Hubungan Industrial, Dr. Judiantoro, SH.MH, penerbit : Jalur 27 3. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Juanda Pangaribuan, SH.MH, penerbit : PT. Bumi Intitama Sejahterah 4. Ketenagakerjaan dan Pengupahan, Juanda Pangaribuan, SH.MH, penerbit PT. Tatanusa. 5. Hak Pekerja Bila di PHK, Libertus Jehani, Penerbit : Visimedia 6. Tindak Pidana dibidang Ketenagakerjaan oleh Sahala Aritonang 7. Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, oleh Mita Noveria, Aswatini, Fitranita, Dian Wahyu Utami, Rahmat Saleh. 8. Perlindungan Hak Pekerja Migran Indonesia oleh Dr. Devi Rahayu, SH.M.Hum, Prof. Dr. Nunuk Nuswardani, SH.MH., Prof. Zuhairah Ariff Abd Ghadas. ------- 28