Mahasiswa kelas AKM 2 UT yang saya banggakan, Saya menghargai partisipasi anda pada forum diskusi 1 sebelumnya. Saya berharap keaktifan pada diskusi, termasuk ketepatan waktu menjawab, tetap dipertahankan dan menjadi lebih baik lagi ke depannya. Minggu ini kita membahas tentang aset sumberdaya salam dan aset tak berwujud. Untuk mendapatkan pemahaman lebih baik, silakan berikan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan diskusi berikut ini: 1. Mengapa biaya eksplorasi dianggap relatif rumit perlakuan akuntansinya, dan bagaimana solusi secara akuntansi yang ditawarkan? Jawab: Biaya eksplorasi adalah biaya yang cukup kompleks untuk dihadapi. Ini karena kegiatan eksplorasi belum tentu membuahkan hasil, atau eksplorasi bisa gagal. Misalnya, jika Anda memiliki hak untuk mengekstraksi minyak mentah di wilayah Kalimantan Timur, maka tentu saja ada kemungkinan besar bahwa minyak akan diekstraksi di area seluas itu yang Anda lihat. Anda menjelajah di Balikpapan, Samarinda, Tarakan dan Bellao. Ada kemungkinan satu atau dua atau bahkan semuanya gagal, atau tidak ada minyak mentah. Solusi secara akuntansi unutk masalah tersebut dikenal 2 buah konsep/pendekatan, yaitu berikut ini. a. Konsep Full Costing (a full-cost approach). Menurut konsep atau pendekatan ini, semua biaya yang dikeluarkan dalam eksplorasi dan pengembangan aset sumber daya alam menjadi beban semua sumber daya yang ada. Biaya eksplorasi untuk sumber daya yang tidak produktif dipertimbangkan dan dibebankan sebagai bagian dari biaya aset sumber daya alam yang ditemukan lainnya. Konsep ini berpandangan bahwa segala upaya yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh sumber daya alam tersebut tidak dapat menghindari biaya eksplorasi dan pengembangannya. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menghindari kenyataan bahwa kegiatan eksplorasi akan menghasilkan sumber daya yang produktif atau non-produktif. b. Konsep successful effort (successful efforts approach). Menurut konsep ini, hanya biaya eksplorasi yang berhasil yang dapat dikapitalisasi relatif terhadap biaya aset sumber daya alam yang terkait. Biaya eksplorasi yang tidak memberikan hasil dibebankan sebagai biaya periodik. Konsep ini menghubungkan biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang akan diperoleh secara akurat dalam kegiatan eksplorasi sumber daya alam. Penangguhan biaya eksplorasi non- produksi tidak diperbolehkan. Konsep ini lebih konservatif daripada konsep full costing. Risiko akan adanya kemungkinan nilai buku aktiva sumber alam yang melampaui nilai kandungan sumber alam tersebut dapat diperkecil. 2. Apa yang anda pahami tentang deplesi, dan bagaimana perhitungan biaya deplesi dilakukan? Jawab: Deplesi adalah istilah penyusutan untuk aset sumber daya alam. Penyusutan adalah proses dimana aset tetap mengurangi manfaat ekonominya selama digunakan. Deplesi juga dapat didefinisikan sebagai proses pengalokasian biaya perolehan aset sumber daya alam ke periode akuntansi di mana manfaat dari aset sumber daya alam tersebut dinikmati. Seperti halnya dengan aset tetap berwujud, aset sumber daya alam sebenarnya dapat disusutkan berdasarkan per unit output. Oleh karena itu, pertama-tama Anda akan menghitung tingkat deplesi per unit output dan kemudian menghitung jumlah atau jumlah depresiasi/biaya deplesi. Ada tiga faktor yang menentukan besarnya tarif deplesi, yaitu berikut ini a. Harga perolehan aktiva sumber alam yang bersangkutan. b. Taksiran nilai residu tanah di mana sumber itu berada, bila sumber alam sudah habis dieksploitasi. c. Taksiran kandungan sumber alam yang secara ekonomis dapat dieksploitasi. Bila ketiga faktor tersebut sudah ditentukan maka tarif deplesi dihitung dengan rumus berikut. Tarif deplesi/satuan output = Harga perolehan – Taksiran nilai residu/Taksiran kandungan Besarnya biaya deplesi untuk satu periode akutansi tertentu dihitung dengan rumus: Tarif deplesi/satuan output x kandungan sumber alam yang dieksploitasi untuk periode yang bersangkutan Tingkat deplesi dapat diterapkan pada total biaya aset sumber daya alam atau komponen individual dari harga perolehan, yaitu biaya kepemilikan, biaya eksplorasi dan intangible development costs. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dibawah ini: a. Perhitungan deplesi dengan tarif tunggal Pada cara ini tarif deplesi hanya ada satu, yakni tarif yang dihasilkan dari hasil bagi seluruh harga perolehan aktiva sumber alam (biaya perolehan pemilikan, biaya eksplorasi, dan intangible development costs) dengan taksiran kandungan aktiva sumber alam yang bersangkutan. b. Tarif deplesi yang berbeda-beda untuk setiap komponen harga perolehan aktiva sumber alam. Ada kalanya suatu aktiva sumber alam yang ditaksir mengandung sebesar "X" unit, misalnya 10.000 juta barrel, belum dikembangkan atau disiapkan fasilitasnya secara keseluruhan. Sebagai contoh, dari 10.000 juta barrel minyak mentah yang terkandung baru dikembangkan untuk dieksploitasi 75%-nya karena pengembangan sumber alam tersebut baru mencapai 75%. Maka, intangible development costs yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk eksploitasi juga sampai dengan 75% kandungan (7.500 juta barrel). Oleh sebab itu, deplesi terhadap harga perolehan aktiva sumber alam mempunyai lebih dari satu tarif yakni tarif deplesi untuk biaya perolehan pemilikan dan biaya eksploitasi untuk intangible development costs. 3. Apakah goodwill juga diamortisasi seperlu halnya beberapa jenis aset tak berwujud lainnya? Jawab: Menurut standar US GAAP (United States Generally Accepted Accounting Principles) dan IFRS (International Financial Reporting Standard), nilai daripada goodwill memiliki umur yang tidak terbatas sehingga tidak perlu diamortisasi. Namun, perlu diadakan evaluasi ketika ada penurunan (impairment) atau kenaikan goodwill tiap tahunnya. Biasanya, banyak perusahaan melakukan evaluasi goodwill dengan periode 10 tahun. Amortisasi adalah istilah lain dari penyusutan, sedangkan untuk aktiva tetap memiliki istilah penyusutan dalam aset yang tak berwujud penyusutan tersebut yang dinamakan amortisasi. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) amortisasi adalah alokasi jumlah tersusutkan secara sistematis atas aktiva yang tidak berwujud. Nah, saat amortisasi goodwill dalam akuntansi masih adalah menjadi perdebatan baik IFRS ataupun di IAS. IFRS maupun IAS ini tidak membolehkan penerapan amortisasi goodwill dan menggantinya dengan impairment (revaluasi goodwill). Umumnya goodwill ini sebagian dibebankan kepada perusahaan. Lalu, beban tersebut disusutkan sekian tahun, untuk dialokasikan di setiap periode agar tidak mengganggu laporan laba rugi saat goodwill diperoleh, karena nilainya terbilang cukup baik dan diprediksi dapat mendatangkan manfaat di kemudian hari. Namun, satu yang menjadi kesulitan yaitu cara mengukur goodwill. Lain halnya dengan perusahaan membeli gedung yang secara teknis dapat diperkirakan umurnya. Namun, sekarang Amortisasi goodwill ini tidak lagi diijinkan dimulai sejak tahun 1970. Pada era 2000an FASB mengeluarkan konsesi dimana tidak lagi diperkenankan melakukan amortisasi atas goodwill. Amortisasi goodwill juga dilarang oleh International Accounting Standard (IAS), goodwill hanya diizinkan dengan pendekatan Impairment. 4. Jelaskan klasifikasi aset tak berwujud berdasarkan cara perolehannya, dan berikan contoh jenis asetnya. Jawab: 1. diperoleh dengan pembelian baik secara tunggal maupun kelompok, seperti paten dan hak cipta. 2. diperoleh dengan mengembangkan sendiri melalui riset, contohnya formula rahasia. 3. diperoleh dari penggabungan perusahaan, contohnya goodwill. Sumber: Apa Itu Goodwill? Bagaimana Perannya dalam Perusahaan? - Mekari Jurnal. (n.d.). Diambil 10 Oktober 2022, dari https://www.jurnal.id/id/blog/apa-itu-goodwill/ Halim, A. (2022). EKMA4313 - Akuntansi Keuangan Menengah II (Edisi 2). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. http://bahanajar.ut.ac.id/eReader/pdf/index.php?file_name=EKMA4313_EDISI 2.pdf&book_name=EKMA431302 - Akuntansi Keuangan Menengah 2&userid=954765&book_id=MjY5#sthash.uV4WeBxB.dpbs (Apa Itu Goodwill? Bagaimana Perannya dalam Perusahaan? - Mekari Jurnal, n.d.; Halim, 2022)