Uploaded by Ayu Wulan Anggraini

MAKALAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DALAM AKHLAK ISLAM

advertisement
MAKALAH
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DALAM
AKHLAK ISLAM
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
Akhlak Tasawuf dan Pendidikan Karakter
Dosen Pengampu : Hasmiza, S.Pd.I
Disusun oleh kelompok 5 :
Ayu Wulan Anggraini
Mardiana
Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Natuna
Ranai, 20 Oktober 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya dengan sangat sederhana. Semoha makalah ini dapat dipergunakan sebagai satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi Pendidikan dan profesi keguruan.
Kami merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik secara teknis
maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan setimpal kepada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan itu sebagai ibadah. Amin
Ya Rabbal Alamin.
Ranai, 20 Oktober 2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
A. PENGERTIAN AKHLAK................................................................................................... 5
B. SUMBER-SUMBER AKHLAK ......................................................................................... 6
C. POKOK-POKOK AKHLAK ............................................................................................... 7
D. GARIS BESAR PERKEMBANGAN PEMIKIRAN AKHLAK ........................................ 9
1.
AKHLAK FASE YUNANI ............................................................................................. 9
2.
AKLAK FASE ARAB PRA ISLAM ............................................................................... 9
3.
AKLAK FASE ISLAM .................................................................................................. 10
4.
AKHLAK FASE PERTENGAHAN .............................................................................. 11
5.
AKLAK FASE MODERN ............................................................................................. 12
E. TOKOH-TOKOH SOFISTIK PERKEMBANGAN AKHLAK ....................................... 12
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 14
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 14
B. SARAN .............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Membahas tentang akhlak, tidak pernah lepas dari perilaku manusia. Karena akhlak
sudah ada sejak manusia itu dilahirkan. Mulai dari manusia yang pertama kali, yaitu Nabi
Adam as sampai sekarang ini. Baik buruknya akhlak seseorang akan terliat dari bagaimana
perilaku mereka. Tentunya akhlak seseorang akan mempengaruhi kedudukan mereka
dalam masyarakat luas serta di hadapan Allah Swt.
Akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lain. Karena manusia
tanpa akhlak, akan kehilangan derajatnya sebagai makhluk Allah yang paling mulia.
Karena akhlak sudah ada sejak manusia pertama kali, yaitu Nabi Adam as. Tentu akhlak
memiliki sejarah yang luar biasa. Pertumbuhan dan perkembangannya pun tentu sangat
menarik untuk kita pelajari. Mulai dari ilmu akhlak di luar Islam, akhlak bangsa Ibrani,
akhlak dalam ajaran Islam serta akhlak sebelum Islam. Dimana memiliki pemikir-pemikir
yang berbeda setiap perkembangannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Fase-fase perkembangan pemikiran akhlak
2. Siapa saja filusuf ilmu akhlak?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKHLAK
Kata “akhlak” berasal dari bahasa middle easterner yang secara bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan”, dalam konteks islam, akhlak bermakna perangai, budi
pekerti, tabi’at, adab, atau tingkah laku1. Menurut Imam Al-Ghozali, akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan- perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan. Dari penegertian tersebut dapat
diketahui bahwa akhlak merupaka sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam
dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut
akhlak mulia dan perbuatan buruk disebut akhlak tercela, sesuai dengan pembinaanya.
Menurut profesor doktor Ahmad Amin dalam bukunya yang berjudul "Etika (Ilmu
Akhlak) memberikan pengertian bahwa akhlak itu adalah "kebiasaan kehendak". Berarti
bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya disebut akhlak dan bila
kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan kehendak ini ialah akhlak dermawan.
Dekat dari batas arti (definition) ini, perkataan setengah dari mereka: alat ialah menangnya
keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung berturut-turut. Maka seorang
dermawan ialah seorang yang selalu menguasai keinginan memberi dan keinginan ini
selalu ada padanya bila terdapat keadaan yang menariknya kecuali di dalam keadaan yang
luar biasa dan orang kikir ialah orang yang dikuasai oleh suka harta dan mengutamakannya
lebih dari membelanjakannya.
Dengan keterangan ini nyata bahwa orang yang baik ialah orang yang menguasai
keinginan baik dengan langsung berturut-turut dan sebaliknya orang yang jahat atau
durhaka2. Oleh karena itu akhlak sebagai ciri khas perbuatan suci yakni perbuatan yang
keluar dari lubuk hati yang didalamnya kekuatannya sangat hebat hal ini disebabkan
akhlak dalam pandangan syariat Islam adalah suatu sikap mental dan laku perbuatan yang
luhur yang mempunyai dengan zat yang maha esa.
1
2
H.A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997, hal.11.
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975. Hal. 62.
B. SUMBER-SUMBER AKHLAK
Setelah kita mengetahui pengertian tentang akhlak, kemudian apakah yang menjadi
sumber akhlak itu. Sebagaimana pedoman hidup dalam agama Islam yang telah dijelaskan
bahwa kriteria baik dan buruk suatu perbuatan dalam Alquran dan Sunnah Rasul
shallallahu alaihi wasallam keduanya adalah merupakan sumber yang merupakan landasan
ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dalam menetapkan mana yang baik
dan mana yang buruk.
Al-qura’nul Karim bukanlah hasil renungan manusia melainkan firman Allah yang
maha pandai dan maha bijaksana titik oleh sebab itu setiap muslim berkeyakinan bahwa
ajaran kebenaran ini terkandung dalam kitab-kitab Allah Alquran yang tidak dapat
ditandingi oleh pikiran manusia3.
Dikemukakan dalam Alquran :
‫ّللا نُور َّو ِك ٰتب ُّم ِبين‬
ِ ٰ ‫ب ويعفُوا عن كثِي ٍرەۗ قد ج ۤاءكُم ِ ِّمن‬
ِ ‫ب قد ج ۤاءكُم رسُولُنا يُب ِيِّ ُن لكُم كثِي ًرا ِ ِّم َّما كُنتُم تُخفُون مِ ن ال ِك ٰت‬
ِ ‫ٰ ٰٓياهل ال ِك ٰت‬
ُّ ‫ّللاُ م ِن ات َّبع ِرضوانه سُبُل الس َّٰل ِم ويُخ ِر ُج ُهم ِ ِّمن ال‬
‫صراطٍ ُّمستقِي ٍم‬
ِ ٰ‫ظلُم‬
ٰ ‫يَّهدِي بِ ِه‬
ِ ‫ت اِلى النُّو ِر بِاِذنِه ويهدِي ِهم ا ِٰلى‬
Artinya
: “Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu,
menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu
sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah
datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.
“Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang
mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu
pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya
dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus. (Q.S. AlMa’idah : 15-16)”
3
Hamzah Ya’qub, op.Cit, Hal. 49.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa yang menjadi sumber akhlak adalah Al-quran
dan Hadist Rasulullah karena keduanya merupakan perdoman hidup bagi kaum muslimin.
Dalam firman Allah dan sunah rasul adalah merupakan ajaran yang paling mulia.
C. POKOK-POKOK AKHLAK
Pokok-pokok atau dasar ahalak ada empat, yaitu:
1. Kearifan (Hikmah)
Yang dimaksud dengan hikmah adalah keadaan jiwa seseorang
yang dengannya ia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah
dalam setiap perbuatan titik jika sifat hikmah digunakan secara gabah dan
berlebihan dalam tujuan-tujuan yang buruk, hal itu disebut perbuatan dosa
dan kejahatan sedangkan jika digunakan secara berkekurangan maka hal itu
disebut kedunguan pada hakikatnya posisi yang di tengah-tengah itulah
yang layak dan khusus disebut hikmah.
2. Keberanian
Sedangkan yang dimaksud dengan keberanian adalah dipatuhinya
akal oleh kekuatan emosi baik dalam tindakan maupun keengganannya
untuk bertindak dan manakala kekuatan emosional menyimpang dari sifat
moderatnya dan lebih cenderung ke arah yang ekstrim atau berlebihan, hal
itu disebut dengan kedekatan titik sebaliknya jika ia lebih cenderung ke arah
kekurangan, hal itu disebut kepengecutan.
3. Penahanan nafsu (iffah)
Adapun yang dimaksud dengan penahanan nafsu ('iffah) adalah
terdidiknya kekuatan ambisi (syahwah, hasrat) oleh didikan akal dan
syariat. Dan jika kekuatan ambisi lebih cenderung ke arah berlebihan maka
hal itu disebut kebekuan atau kejumudan.
4. Keadilan atau keseimbangan
Dan yang dimaksud dengan keadilan atau keseimbangan adalah
keadaan jiwa seseorang yang mampu memberi gerak kedua kekuatannya:
emosi dan ambisi, serta mengendalikannya dalam keaktifan atau ketidak
aktifkannya, agar sejalan dengan nilai-nilai hikmah titik jika sifat
keseimbangan atau keadilan telah hilang maka tak ada lagi ujung yang
berlebihan ataupun yang berkekurangan yang ada hanyalah sifat yang sama
sekali berlawanan dengannya, yaitu: kezaliman. Dari sifat moderat dan
keseimbangan pokok-pokok inilah timbul semua unsur akhlak yang baik.
Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan Bahasa
sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan istilah
adat istiadat yang sangat dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.
Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah
membangun “kerajaan filsafat“, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai
macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli sematasemata berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama. Selain
itu juga masih terdapat ahli-ahli fikir lain di zaman sebelum islam, pertengahan dan zaman
modern.
Dari filsuf – filsuf Yunani terjadilah persoalan antara baik dan buruk. Yang mana
persoalan ini menjadi permbicaraan utama dalam kajian ilmu akhlak dan ilmu estetika. Di
antara pembicaraan baik dan buruk penting karena terdapat dua alasan, ini juga berkaitan
dengan ilmu akhlak, dan dapat mengetahui pandangan islam tentang persoalan akibat
munculnya berbagai aliran.
D. GARIS BESAR PERKEMBANGAN PEMIKIRAN AKHLAK
1. AKHLAK FASE YUNANI
Pertumbuhan ilmu akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya
orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa
Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian
mereka tercurah pada penyelidikannya mengenai alam4.
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak
adalah pemikiran filsafat tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa ilmu akhlak yang
mereka bangun lebih bersifat filosofis. Pandangan dan pemikiran filsafat yang
dikemukakan para filosof Yunani berbeda-beda. Tetapi substansi dan tujuannya sama,
yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalis yang baik,
merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya5.
2. AKLAK FASE ARAB PRA ISLAM
Bangsa Arab pada masa Jahiliyah tidak menonjol dalam segi filsafat sebagai
mana bangsa Yunani (zeno, Plato dan Aristotels). Hal ini karena penyelidikan terhadap
ilmu terjadi hanya pada bangsa yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun
demikian, bangsa Arab pada waktu itu mempunyai ahli-ahli hikmah dan syair-syair
yang hikmah dan syairnya mengandung nilai-nilai akhlak, seperti Lukman Al-Hakim,
Aktsam bin Shaifi, Zuhair bin Abi Sulma, dan Hatim Ath-Tha’i.
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum islam telah memiliki pemikiran
yang minimal dalam bidang akhlak, dan belum sebanding dengan kata-kata hikmah
dari filosof-filosof Yunani kuno. Memang pada saat itu dari kalangan bangsa Arab
belum diketahui adanya para ahli filsafat dan aliran-alirannya. Hanya ada orang-orang
arif bijaksana dan ahli-ahli syair yang menganjurkan untuk berbuat kebaikan dan
melarang berbuat keburukan.
4
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), 2010. Hal. 56-57
5
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), 2010. Hal. 57-60
Setelah agama islam datang, munculah keyakinan bahwa Allah adalah sumber
dari sagala sesuatu yang ada di dunia ini. Semua yang ada dilangit dan di bumi adalah
ciptaan sang Khalikul Alam.
3. AKLAK FASE ISLAM
Dalam islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad saw. Adalah guru
terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan, keterutusannya ke muka bumi ini adalah untuk
menyempurmakan akhlak. Akan tetapi, tokoh yang pertama kali menggagas atau
menulis ilmu akhlak dalam islam, masih diperbincangkan. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa teori.
Pertama, tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak adalah Ali bin Abi
Thalib ini berdasarkan sebuah risalah yang ditulisnya untuk putranya, Al-Hasan
setelah kepulangannya dari perang shiffin di dalam risalah tersebut terdapat banyak
pelajar tentang akhlak dan berbagai keutamaan. Kandungan risalah ini tercermin pula
dalam kitab Nahj Al-Balagah yang banyak dikutip oleh ulama sunni, seperti Abu
Ahmad bin Abdillah Al-‘Asykari dalam kitabnya Az-Zawajir wa Al-Mawa’izh.
Kedua, tokoh islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak adalah Ismail bin
Mahran Abu An-Nasr As-Saukuni, ulama abad kedua H. Ia menulis kitab Al-Mu’min
wa Al-Fajr, kitab akhlak yang pertama kali dikenal dalam islam. Selain itu dikenal
tokoh-tokoh akhlak walaupun mereka tidak menulis kitab tentangnya, seperti Abu
Dzar Al-Gifhari, Amr bin Yasir , Nauval Al_Bakali, dan Muhammad bin Abu Bakar.
Ketiga, pada abad ketiga H, Ja’far bin Ahmad Al-Qumi Menulis kitab AlMani’at min Dukhul Al-Jannah. Tokoh lainnya yang secara khusus berbicara dalam
bidang akhlak adalah:
1. Ar-Razi (250-313H) walaupun masih ada filusuf lain, seperti Al-Kindi
dan Ibnu Sina. Ar-Razi telah menulis karya dalam bidang akhlak
berjudul Ath-Thibb Ar-Ruhani (kesehatan ruhani). Buku ini
menjelaskan kesehatan ruhani dan penjagaannya. Kitab ini merupsksn
filsafat akhlak terpenting yang bertujuan memperbaiki moral-moral
manusia.
2. Pada abad ke empat H, Ali bin ahmad Al-Kufi menulis kitab Al- Adab
dan Makarim Al-akhlak. Pada abad ini dikenal pula tokoh Abu Nasar
Al-Farabi yang melakukan penyelidikan tentang akhlak. Demikian juga
ikhwan Ash-Shafa dalam Rasa’ilnya, dan Ibnu Sina (370-428H).
3. Pada abad ke lima H, Ibnu Maskawaih (w. 421 H) menulis kitab
Tahdzib Al-Akhlak wa Tath-hir Al-A’araq dan Adab Al-‘Arab wa AlFurs. Kitab ini merupakan uraian suatu aliran akhlak yang sebagai
materinya berasal dsari konsep-konsep akhlak dari Plato dan Aristoteles
yang diramu dengan ajaran dan hukum islam serta diperkaya dengan
pengalaman hidup penulis dan situasi zamannya.
4. Pada abad ke enam H, Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab
Tanbih Al-Khatir wa Nuzhah An-Nazhir.
5. Pada abad ke tujuh H, Syekh Khawajah Natsir Ath-Thusi menulis kitab
Al-Akhlak An-Nashiriyyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab AlMuta’alimin.
Pada abad-abad sesudahnya dikenal bebera kitab, seperti Irsyad Ad-Dailami
Ashabih Al-Qulub karya Syairazi, Makarim Al-Akhlak karya Hasan bin Amin AdDin Al-Adab, Ad-Dhiniyah karya amin Ad-Din Ath-Thabarsi, dan Bihar Al-Anwar.
4. AKHLAK FASE PERTENGAHAN
Kehidupan masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja.
Pada waktu itu, gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran
ilmu dan kedudayaan kuno gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah
diterima dari wahyu. Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu itu tentu benar. Oleh
karena itu, tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan penelitian. Mempergunakan
filsafat boleh saja asal tidak bertentangan dengan doktrin yang dikeluarkan oleh
gereja, atau memiliki perasaan dan menguatkan pendapat geraja. Diluar ketentuan
seperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
Inilah yang menciptakan suasana dimana filsafat akhlak yang lahir pada masa
itu merupakan perpaduan antara ajaran Yunani dengan ajaran Nasrani. Pemuka-
pemukanya yang termasyhur adalah Abelard (1079-1142) dan Thomas Aquinas
(1226-1274). Kemudian datang Shakespeare dan Hetzenner yang menyatakan adanya
perasaan naluri pada manusia dapat digunakan untuk membedakan baik dan buruk.
5. AKLAK FASE MODERN
Pada pertengahan akhir abad ke-15, Eropa mulai bangkit. Para ilmuan mulai
menghidup-suburkan filsafat Yunani Kuno. Akal mulai dibangunkan dari tidurnya.
Sebagian ajaran klasik dikritik sehingga tegaklah kemerdekaan akal. Diantara ajaran
yang dikritik sekaligus diselidiki adalah ajaran akhlak yang dibawa bangsa Yunani
dan bangsa-bangsa setelahnya
E. TOKOH-TOKOH SOFISTIK PERKEMBANGAN AKHLAK
Para filusuf Yunani kuno tidak banyak memperhatikan akhlak, mereka lebih
banyak menaruh perhatian terhadap alam. Hal itu terjadi sebelum kemunculan tokoh-tokoh
sofistik (bijaksana). Pandangan para tokoh sofistik mengenai kewajiban ini memunculkan
pandangan mengenai prinsip-prinsip akhlak yang di ikuti dengan berbagai kecaman
terhadap sebagian tradisi lama dan pelajaran-pelajaran yang diberikan generasi
sebelumnya. Hal ini tentu membangkitkan kemarahan kaum konservatif.
Plato kemudian muncul. Ia menentang tokoh-tokoh sofistik, Plato menyebut
mereka sebagai “sofistry” yang artinya “memutar lidah dalam penyelidikan dan perdebatan
mereka.”
Tokoh filsuf fase Yunani kuno :
1) Socrates (469-399 SM)
2) Cynics dan Cyrenics (444-370 SM
3) Plato (427-347 SM)
4) Aristoteles (394-322 SM)
Tokoh filsuf fase islam :
1) Ar-Razi (250-313H)
2) Abu Nasar Al-Farabi
3) ikhwan Ash-Shafa
4) Ibnu Sina (370-428H)
5) H, Ibnu Maskawaih
6) Warram bin Abi Al-Fawaris
7) Syekh Khawajah Natsir Ath-Thusi
Tokoh filsuf fase modern :
1) John Stuart Mill (1806-1873)
2) Herbert Spencer (1820-1903)
3) Descartes (1596-1650)
4) Thomas Hill Green (1836-1882) dan Herbert Spencer (1820-1903)
5) Victor Cousin (1792-1867) dan August Comte (1798-1857)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani Socrates dipandang sebagai
perintis Ilmu Akhlak. Dia berpendapat akhlak dan bentuk perhubungan itu, tidak menjadi
benar kecuali bila didasarkan ilmu pengetahuan. Lalu datang Plato (427-347 SM). Ia
seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikirannya
dalam Etika berdasarkan ‘teori contoh’. Dia berpendapat alam lain adalah alam rohani.
Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato. Pengukutnya
disebut Peripatetis karena ia memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan
yang teduh.
Pada saat islam masuk lahirlah seorang guru besar dalam bidang akhlak yaitu Nabi
Muhammad saw. Bahkan diutusnya beliau ke muka bumi tiada lain untuk
menyempurnakan akhlak, namun yang pertama kali menggagas atau menulisnya masih
terus diperbincangkan. Seiring berjalannya waktu bangsa Eropa pun bangkit dan mulai
merngkaji ilmu tentang akhlak dengan mengkritik sebagian ajaran klasik dan menyelidiki
ajaran akhlak tersebut.
Begitu banyak pendapat-pendapat tentang ajaran akhlak namun masih terdapat dan
di temui kekurangan-kekurangan yang menjadikannya kurang sempurna dan ditemui
celah, hanya satu yang kebenarannya mutlak dan absolut yaitu akhlak yang di ajarkan oleh
Nabi Muhammad saw. Dengan panduannya yaitu Al-Qur’anul Karim yang diwahyukan
oleh Allah swt. Kepadanya
B. SARAN
Di zaman yang serba modern ini, kita di hadapkan pada perkembangan teknologi
yang begitu canggih yang dapat memberi pengaruh baik maupun buruk pada akhlak kita,
oleh karena itu kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus pandai-pandai memilahmilah mana hal yang baik dan yang buruk untuk diri kita
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin.2007. Study Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta: Amzah.
Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia.
Nata, Abuddin. 2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Press.
Download