Menjadi manusia yang seutuhnya berarti menemukan siapa diri kita. Dan siapa kita? Kita adalah anggota keluarga besar manusia, di mana kita semua bersaudara dari mana pun kita berasal, apa pun budaya kita, apa pun agama kita. Kita dilahirkan dalam kelemahan. Kita akan tumbuh. Dan kita juga akan mati. Jadi kisah kita masing-masing adalah kisah menerima bahwa kita rapuh. Menemukan siapa kita juga berarti menemukan kesatuan antara kepala dan hati kita. Kepala kita dipanggil untuk tumbuh, memahami, dan bekerja melalui berbagai hal. Tapi hati adalah sesuatu yang lain. Ini tentang kepedulian kita dengan orang lain. Kita dilahirkan dalam suatu hubungan. Dan hubungan yang kita semua jalani adalah hubungan dengan ibu kita. Ketika lahir kita sangat kecil. Sangat lemah. Begitu rapuh. Dan kita mendengar kata-kata yang paling penting, dan mungkin kata-kata yang perlu kita dengar sepanjang hidup: Aku mencintaimu apa adanya. Kamu adalah putra atau putri kesayanganku. Dan inilah yang memberikan konsistensi kepada orang-orang. Kita tahu bahwa kita merasa dicintai. Dan itulah yang kita cari, mungkin selama sisa hidup kita. Jadi ada kepala, di mana kita dipanggil untuk memahami dan memperdalam hukum dunia, alam, dan seterusnya. Tapi ada juga hati. Hati adalah bagian yang sangat rapuh dari kita. Dan sangat rapuh pada anak kecil. Jika anak kecil tidak dicintai pada saat kelahirannya atau beberapa bulan setelahnya ada luka batin yang dalam. Dan dari luka itu muncul derita, dari derita muncul perjuangan dan keinginan untuk menang, dan untuk membuktikan bahwa kita adalah seorang manusia. Pada dasarnya, mengembangkan hati adalah melihat bahwa pada setiap orang itu cantik. Kita lihat, semua hal dengan manusia adalah belajar untuk mencintai. Dan mencintai bukanlah melakukan sesuatu untuk orang lain. Bukan untuk memberitahu orang apa yang harus dilakukan. Ini untuk mengungkapkan. Apa yang diungkapkan? "Kamu penting." Kita mungkin penting dalam hal-hal yang kita lakukan. Tapi ada sesuatu yang lebih penting dari apa yang kita lakukan. Ini adalah siapa kita. Dan siapa kita adalah sesuatu tentang hati kita dengan bersikap terbuka kepada orang lain. Hati yang tidak dipenuhi rasa takut. Masalahnya saat ini banyak orang diliputi rasa takut. Mereka takut pada orang lain, takut kehilangan. Dan karena orang-orang dipenuhi rasa takut, mereka tidak bisa lagi terbuka kepada orang lain. Mereka melindungi diri mereka sendiri, melindungi kelas mereka, melindungi kelompok mereka, melindungi agama mereka. Kita semua dalam keadaan terlindungi. Menjadi manusia seutuhnya berarti melepaskan hambatan, membuka diri. Dan untuk mengetahui bahwa setiap orang itu cantik. Di bawah semua pekerjaan yang mereka lakukan, tanggung jawab mereka, ada kita. Dan kita, hati dari diri kita sendiri, kita adalah seseorang yang juga berseru, "Apakah seseorang mencintai kita bukan hanya karena apa yang bisa kita lakukan, tetapi karena siapa kita?" Jadi untuk menjadi manusia yang seutuhnya adalah mensinergikan jasad (badan), hati (ruh) dan kepala (akal) untuk menjadi satu dalam diri kita. Memerankan 3 unsur tersebut dalam diri kita, sedikit demi sedikit agar bisa menurunkan ego, kebutuhan untuk membuktikan bahwa kita lebih baik dari siapapun. Dan kemudian kita dapat mulai melihat pada orang lain, kelompok lain, agama lain, budaya lain, bahwa orang-orang itu luar biasa. Dan kemudian kita bisa datang dan kita bisa bekerja untuk perdamaian bersama.