Uploaded by rakaokta14

Penentuan kadar asam cuka Laporan 3 Lab

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM LAB.TEKNIK LINGKUNGAN
MODUL 1 – Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Cuka Makan
Disusun Oleh:
Cindy Lanovia (103134727544553)
KELOMPOK 2
Dosen Pembimbing:
Chris Salim, Ph.D
Riana Ayu Kusumadewi, ST, MT
PROGRAM STUDY TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS CLEAN ENERGY AND CLIMATE CHANGE
SURYA UNIVERSITY
2015
Praktikum Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan
(titrasi asam basa)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Memahami prinsip analisa volumetri dan titrasi.
1.2 Menentukan kadar asam asetat di dalam cuka komersil.
2. DASAR TEORI
2.1 Larutan Cuka
Larutan cuka merupakan larutan yang memiliki kandungan asam asetat 3% sampai
8% yang diencerkan bersama air, dan yang merupakan larutan asam yang dibuat dari reaksi
oksidasi etanol: CH3CH2OH. Larutan cuka umumnya dipakai untuk keperluan rumah tangga
seperti pelengkap masakan dan lain – lain. Komponen kimia utama cuka adalah asam asetat
atau disebut juga asam etanoat (CH3COOH).
Asam asetat atau asam etanoat adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka ataupun asam asetat memiliki
rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH,
atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat juga merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COOH. . Asam asetat digunakan dalam
produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai
6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh
dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Asam asetat tidak hanya berguna sebagai bahan penyedap masakan saja, tetapi juga
diproduksi dalam jumlah besar untuk berbagai kegunaan lain. Asam organik ini bisa
diproduksi dalam berbagai konsentrasi. Dalam bentuk murni, asam asetat dikenal sebagai
asam asetat glasial karena mengkristal dalam suhu dingin. Bentuk asam ini sangat korosif dan
1|Page
bisa berbahaya jika mengenai kulit sehingga orang yang bekerja menggunakan senyawa ini
harus menggunakan alat pelindung.
Terdapat beberapa cara pembuatan asam asetat. Salah satu metode adalah fermentasi
bakteri, teknik yang digunakan untuk membuat cuka, di mana asam asetat dihasilkan sebagai
produk sampingan dari penguraian bakteri. Teknik lain melibatkan reaksi kimia yang
menghasilkan asam ini, seperti yang dilakukan dalam pembuatan untuk penggunaan industri.
Ketika digunakan untuk keperluan makanan, asam asetat biasanya diproduksi secara biologis
karena memerlukan label keamanan makanan. Senyawa berwarna bening ini memiliki rasa
asam yang khas, meskipun mencicipi langsung tidak dianjurkan kecuali jika secara jelas
diperuntukkan bagi konsumsi manusia. Asam asetat juga memiliki bau yang kuat dan tajam.
Selain sebagai penyedap makanan, asam ini juga digunakan sebagai pengawet. Kondisi asam
akan menghambat pertumbuhan bakteri, menjaga makanan aman dari kontaminasi. Dalam
industri, asam asetat digunakan dalam berbagai proses.
2.2. Analisa Volumetri
Analisa volumetri adalah suatu teknik yang melibatkan pengukuran volume suatu
larutan untuk menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain secara kuantitatif. Metode
analisis kuantitatif volumetric ini menggunakan titrasi. Proses penambahan volemu tertentu
suatu larutan terhadap larutan yamg lain disebut titrasi. Larutan yang sudah di ketahui
konsentrasinya adalah larutan standar. Analit adalah larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya.
Prinsip Dasar Volumetri:
1. Pencapaian reaksi titik akhir ekivalen harus berlangsung secara stoikiometri.
Apabila konsentrasi salah satu larutan diketahui, maka konsentrasi larutan lainnya dapat
ditentukan dari volume larutan yang digunakan. Misalnya, dalam percobaan ini kadar asam
asetat ditentukan melalui reaksi dengan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya:
CH3COOH (aq) + NaOH (aq)  H2O (l) + CH3CO2Na (aq)
Untuk menentukan konsentrasi CH3COOH, ke dalam sejumlah tertentu larutan CH3COOH,
ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH, sampai seluruh CH3COOH habis bereaksi.
Titik ini disebut titik ekuivalen, yaitu titik dimana jumlah mol CH3COOH yang ditambahkan
sama dengan jumlah mol NaOH yang ada dalam larutan semula. Proses penambahan sedikit
demi sedikit larutan CH3COOH ini disebut: titrasi.
2|Page
2. Titik ekivalen adalah titik pada saat senyawa yang ditambahkan (indikator) telah tepat
mencukupi untuk bereaksi dengan analit.
Kita membutuhkan suatu metode untuk menentukan letak titik ekuivalen, kapan kedua
pereaksi tersebut tepat habis bereaksi. Pada titrasi asam basa, perubahan warna dari indikator
pH umumnya digunakan untuk mendekati letak titik ekuivalen. Pada saat indikator pH mulai
berubah warna, proses titrasi dihentikan. Titik ini dinamakan titik akhir reaksi. Indikator yang
tepat untuk suatu sistem titrasi adalah indikator yang dapat memberikan titik akhir titrasi
sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. Indikator pH pada umumnya adalah asam lemah
yang memiliki warna yang kuat, sehingga mereka akan memberikan perubahan warna yang
dramatis ketika bereaksi dengan basa. Karena indikator adalah asam, tentu mereka akan
bereaksi dengan basa, dengan kata lain mereka akan berkompetisi dengan asam yang hendak
kita tentukan kadarnya (CH3COOH). Hal ini memang benar, namun demikian oleh karena
warna indikator sangatlah kuat, kita hanya membutuhkannya dalam konsentrasi yang sangat
kecil. Dengan demikian, gangguan yang ditimbulkannya dalam perhitungan konsentrasi
CH3COOH kita dapat diabaikan. Ingatlah selalu untuk menggunakan indikator dalam
konsentrasi yang sangat rendah. Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan indikator
fenolftalein, yang akan mengalami perubahan warna dari tak berwarna pada larutan asam
menjadi merah muda pada larutan basa. Titik tengah perubahan warna indikator ini terjadi
pada pH = 9.5 (sedikit basa). Ini merupakan indikator yang sangat baik sekali untuk sistem
titrasi asam asetat dengan NaOH, sebab titik ekuivalen titrasi ini terjadi pada pH yang sedikit
basa (bukan pada pH = 7).
Dasar perhitungan Analisis Volumetri :
Penentuan kadar Asam asetat :
% kadar asam asetat = M x Mr/ Rapat massa CH3COOH %
Keterangan :
V= Volume Larutan (mL)
M = Molaritas (M)
Mr = Massa Relativ (gr/mol)
3|Page
2.3.Larutan Standar Primer
Larutan titran haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya. Idealnya kita harus
memulai dengan larutan standar primer. Larutan standar primer dibuat dengan melarutkan zat
dengan kemurnian yang tinggi (standar primer) yang diketahui dengan tepat beratnya dalam
suatu larutan yang diketahui dengan tepat volumnya. Apabila titran tidak cukup murni, maka
perlu distandardisasi dengan standar primer.
Dalam praktikum ini, larutan NaOH bereaksi dengan gas karbon dioksida (CO2) yang
ada di udara. Meskipun reaksi ini tergolong lambat, ia akan mempengaruhi konsentrasi
larutan NaOH yang kita buat. Konsentrasi larutan NaOH cenderung menjadi tidak stabil,
dapat berubah setiap saat karena reaksi dengan udara. Oleh karena itu, sebelum digunakan
untuk titrasi, larutan NaOH perlu ditentukan konsentrasi tepatnya terlebih dahulu. Proses ini
disebut standarisasi. Hal ini dilakukan melalui titrasi NaOH dengan suatu larutan asam lain
yang stabil dan dapat diperoleh dalam keadaan yang murni, sehingga konsentrasinya dapat
ditentukan secara akurat. Larutan yang demikian disebut standar primer, sedangkan NaOH
dalam hal ini disebut standar sekunder.Standar yang tidak termasuk standar primer
dikelompokkan sebagai standar sekunder, contohnya NaOH; karena NaOH tidak cukup
murni (mengandung air, natrium karbonat dan logam-logam tertentu) untuk digunakan
sebagai larutan standar secara langsung, maka perlu distandardisai dengan asam yang
merupakan standar primer .
Persyaratan standar primer
Kemurnian tinggi, stabil terhadap udara, bukan kelompok hidrat, tersedia dengan mudah,
cukup mudah larut, berat molekul cukup besar
Contoh standar primer yakni Kalium hydrogen ftalat.
Kalium hidrogen ftalat merupakan larutan yang digunakan untuk men-standarisasi
larutan NaOH. Reaksinya adalah sebagai berikut:
KC8H5O4 (aq) + NaOH (aq)  KNaC8H4O4 (aq) + H2O(l)
Dalam praktikum ini, kita akan melakukan sederetan reaksi titrasi asam-basa.
4|Page
3. ALAT DAN BAHAN
ALAT
JUMLAH
BAHAN
JUMLAH
Gelas Kimia
3 buah
Larutan NaOH
Disesuaikan
Pipet ukur 25 mL
1 buah
Kalium Hidrogen Ftalat
Disesuaikan
Labu ukur
1 buah
Indikator Fenolftalein
Disesuaikan
Gelas ukur 100 mL
1 buah
Akuades
Disesuaikan
Batang pengaduk gelas
1 buah
1 buah
Sampel Cuka
Disesuaikan
Corong Kaca
Neraca Analitik
1 buah
Statif, Klem and Boss 2 pasang
Head
1 buah
Buret
Berikut ini contoh alat dan bahan yang digunakan :
Indikator
Fenoftalein
Klem and Boss
Head
5|Page
Larutan Cuka
Dapur
pH Meter
Larutan Kalium
Hidrogen Ftalat
Larutan NaOH
0,1 M
Gelas Ukur,
Pengaduk dan pH
meter
4. CARA KERJA
No
Cara Kerja
Gambar
A.
Standarisasi NaOH 0.1 M dengan Larutan Standar KC8H15O4
1. Tuangkan kira-kira 40 mL larutan NaOH 1 M ke dalam
gelas kimia 100 mL, kemudian lakukan pengenceran
(10x) dengan cara: pipet 25 mL larutan NaOH tersebut
ke dalam labu ukur 250 mL. Tera dengan akuades
hingga tanda batas dan aduk larutan dengan baik.
Tandai larutan ini dengan label: Larutan NaOH 0.1 M.
2. Timbang 4 gram KC8H15O4 ke dalam gelas kimia 100 mL
dan larutkan dengan 70 mL akuades. Aduk sampai
seluruh KC8H15O4 larut (zat ini memang agak sukar
larut). Pindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
tambahkan dengan akuades hingga tanda batas.
Hitung konsentrasi dari larutan KC8H15O4 yang Anda
buat. Tandai larutan ini dengan label: Larutan
KC8H15O4.
3. a. Pipet 10 mL larutan KC8H15O4 Anda ke dalam gelas
ukur
100 mL dan tambahkan dua tetes indikator
fenolftalein, aduk hingga indikator larut dengan baik.
b. Lakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH
0.1 M hingga terjadi perubahan warna. Catat volume
larutan NaOH 0.1 M yang diperlukan dan pH. Lakukan
percobaan ini tiga kali, yaitu: satu kali titrasi kasar
(untuk memperkirakan volume titran dan untuk
berlatih menentukan titik akhir titrasi) dan dua kali
titrasi teliti (duplo; untuk menentukan volume titran
yang sebenarnya).
6|Page
B.
Titrasi Cuka dengan Larutan NaOH Standar
1. Encerkan cuka (20x) dengan cara: pipet 5 mL cuka ke
dalam labu ukur 100 mL, kemudian tera dengan
akuades hingga tanda batas. Tandai larutan Anda ini
dengan label: Larutan CH3COOH.
2. Pipet 10 mL larutan cuka Anda ke dalam gelas ukur
100 mL, tambahkan dua tetes indikator fenolftalein,
kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0.1 M, hingga
terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi
merah muda. Lakukan titrasi ini tiga kali, yaitu satu
kali titrasi kasar (untuk memperkirakan volume titran)
dan dua kali titrasi teliti (untuk menentukan volume
titran yang sesungguhnya).
7|Page
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Percobaan
Tabel 5.1.1 Percobaan Standarisasi NAOH dengan Larutan Standar KC8H5O4
Percobaan
Kasar
mL (NaOH)
0
1
2.5
4.5
6
7
8
9.3
10
11
12
13
15
17
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
8|Page
Perubahan
Warna
PH
3.2
3.22
3.41
3.59
3.74
3.82
3.92
4.03
4.1
4.17
4.26
4.36
4.85
5.42
5.6
9.77
10.65
10.96
11.1
11.22
11.29
11.35
11.39
11.43
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Percobaan Teliti 1
mL (NaOH)
0
2
4
6.1
8
10
12
15
15.5
16
16.5
17
17.5
18
18.1
18.2
18.3
18.4
18.5
18.6
18.7
18.8
18.9
19.1
19.9
20
20.5
21
21.5
22
22.5
23
23.5
Perubahan
Warna
PH
3.27
3.37
3.59
3.79
3.95
4.11
4.28
4.59
4.62
4.7
4.79
4.86
4.9
5.12
5.16
5.2
5.24
5.28
5.34
5.39
5.45
5.52
5.6
5.68
9.33
9.78
10.41
10.59
10.75
10.88
10.94
11.02
11.08
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
24
24.5
25
11.13
11.17
11.2
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Berikut merupakan grafik yang menunjukkan hubungan hasil titrasi pada percobaan
standarisasi NaOH:
pH
pH
mL NaOH
mL NaOH
Grafik 5.1.1.Titrasi Kasar NaOH 0.1 M dengan
Larutan Standar KC8H5O4
Grafik 5.1.2.Titrasi Teliti NaOH 0.1 M dengan
Larutan Standar KC8H5O4
Pada percobaan standarisasi NaOH 0,1 M dengan Larutan Standar KC8H5O4, kita
menggunakan fenolftalein sebagai indikator. Kondisi larutan awalnya mempunyai pH asam,
sehingga larutan KC8H5O4 tidak dapat bereaksi dengan indikator fenolftalein. Saat NaOH 0,1
M mulai ditambahkan ke dalam larutan KC8H5O4, maka indikator fenolftalein mulai bereaksi
dengan larutan tersebut karena pH larutan menjadi semakin basa.
Berdasarkan hasil percobaan diatas, dapat kita lihat pada titrasi kasar standarisasi NaOH
dengan larutan KC8H5O4 membutuhkan 20 mL NaOH untuk medapatkan titik ekuivalen yang
ditandai dengan terjadinya perubahan warna dalam larutan menjadi merah muda, pH
meningkat dari 5.6 menjadi 9.77 dan bersifat basa. Kemudian saat kita memperkecil jumlah
mL NaOH pada titrasi teliti, maka didapatkan angka 19.9 mL NaOH untuk medapatkan titik
ekuivalennya dimana pH nya juga meningkat dari 5.68 menjadi 9.33. Selain itu juga pada
titrasi kasar maupun teliti, perubahan pH sudah tidak berubah terlalu drastis atau bisa
dikatakan sudah stabil setelah titik ekuivalen didapatkan.
9|Page
Setalah mendapatkan hasil akhir titrasi, kita dapat menghitung konsentrasi NaOH yang sudah
di standarisasi yakni sebagai berikut :
Tabel 5.1.2.Hasil titrasi NaOH 0.1 M dengan larutan standar KC8H5O4
Parameter
Titrasi Kasar
Titrasi Teliti
Rata-Rata
mL NaOH
20
19.9
19.95
pH
9.77
9.33
9.55
 Perhitungan Konsentrasi KC8H5O4
m = V x M x Mr
4.035 gr = 0.1 L x M x 214
M = 4.035 / (0.1 x 214)
M = 0.188 M
 Perhitungan Konsentrasi NaOH
Mol KC8H5O4 = Mol NaOH
M1. V1
= M2. V2
0.188 x 10 mL = M2 x 19.95 mL
M2 = 0.094 M
Dari hasil perhitungan diatas, kita mendapatkan konsentrasi NaOH yang baru yakni
sebesar M= 0.094 M. Hasil tersebut mendekati konsentrasi NaOH sebelum di standarisasi
yakni 0.1 M.
Tabel 5.1.3. Percobaan Titrasi NaOH Standar dengan Larutan Cuka
Percobaan Kasar
ml NaOH
0
1
2
3
4
5
6
7
10 | P a g e
pH
2.5
3.3
3.79
4.3
4.89
10.77
11.82
12.08
Perubahan
Warrna
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Percobaan Teliti
ml NaOH
0
1.5
3
3.1
3.2
3.4
3.5
3.6
Perubahan
Warna
pH
2.54
3.49
4.29
4.35
4.41
4.48
4.54
4.61
8
9
10
11
12
12.2
12.29
12.35
12.39
12.43
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
3.8
3.9
4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
5.2
5.5
6
6.5
7
7.5
8
9
10
11
12
4.75
4.83
4.92
5.01
5.09
5.24
5.41
5.61
6.08
9.84
10.68
10.99
11.17
11.38
11.65
11.75
11.88
11.92
11.99
12.07
12.12
12.18
12.21
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Terjadi
Berikut merupakan grafik yang menunjukkan hubungan hasil titrasi cuka dengan larutan
NaOH standar.
pH
pH
mL NaOH
Grafik 5.1.3.Titrasi Kasar Cuka dengan
Larutan NaOH Standar
11 | P a g e
mL NaOH
Grafik 5.1.4. Titrasi Teliti Cuka dengan
Larutan NaOH Standar
Pada percobaan Titrasi Cuka dengan Larutan NaOH standar, kita masih menggunakan
fenolftalein sebagai indikator. Berdasarkan tabel 5.1.3 dan grafik 5.1.3 dapat kita lihat, pH
awal larutan cuka sebesar 2.5(asam) dan naik cukup significant yakni sebesar 10.77 (basa)
pada saat terjadi penambahan 5 mL NaOH. Perubahan warna terjadi pada saat 5 mL NaOH
ditambahkan kedalam larutan.
Selanjutnya pH tidak lagi meningkat dan relative konstan setelah penambahan >5 mL NaOH.
Kemudian saat kita memperkecil jumlah mL NaOH pada titrasi teliti, maka didapatkan angka
4.7 mL NaOH untuk medapatkan titik ekuivalennya dimana pH nya juga meningkat dari 6.08
menjadi 9.84. Sama halnya dengan titrasi kasar, pada titrasi teliti pun pH relative konstan
setelah penambahan >4.7 mL NaOH.
Setalah mendapatkan hasil akhir titrasi, kita dapat menghitung konsentrasi larutan cuka yakni
sebagai berikut :
Tabel 5.1.4. Hasil Titrasi Cuka dengan larutan NaOH standar
Parameter
Titrasi Kasar
Titrasi Teliti
Rata-Rata
mL NaOH
5
4.7
4.85
pH
10.77
9.84
10.30
 Perhitungan Konsentrasi larutan cuka yang telah diencerkan
Mol CH3COOH = Mol NaOH Standar
M3 x V3
= M2 x V2
M3 x 10 mL
= 0.094 x 4.85 mL
M3
= 0.0456 M
 Perhitungan Konsentrasi Larutan cuka sebelum diencerkan
Mol CH3COOH = Mol CH3COOH sesudah diencerkan
M4 x V4
= M3 x V3
M4 x 5 mL
= 0.0456 x 10 mL
M4
= 0.0912 M
12 | P a g e
 Perhitungan Kadar Asam Asetat dalam cuka ( diketahui, rapat massa asam asetat
murni= 1.049 gr/m3 dan Massa Relatif = 60.05 gr/mol)
% kadar asam asetat = M x Mr/ Rapat massa CH3COOH %
% kadar asam asetat = 0.0912 x 60.05 / 1.049 %
% kadar asam asetat = 5.266 %
Dari hasil perhitungan diatas, kita mendapatkan konsentrasi Larutan cuka sesudah
diencerkan yakni sebesar 0.0456 M, dan larutan cuka awal sebelum diencerkan yakni sebesar
0.0912 M, dan hasil akhir penentuan kadar asam asetat dalam cuka yakni sebesar 5.266%.
Pada percobaan ini, kita menggunakan larutan cuka dapur yang kadar asam asetatnya sudah
diketahui sebesar 25 %. Hal tersebut menjelaskan bahwa ternyata kadar asam asetat dalam
cuka dapur tersebut tidak benar 25%.
Adapun dalam percobaan ini, beberapa kesalahan/eror bisa terjadi. Diantaranya yakni:
1. Kesalahan dalam menentukan titik ekuivalennya.
mL NaOH yang ditambahkan cukup besar sehingga titik ekuivalennya tidak bisa
didapatkan dengan akurat.
2. Kesalahan dalam pembacaan mL NaOH dalam buret. Ketidaktepatan dalam
pembacaan mL NaOH bisa disebabkan oleh posisi mata peneliti yang tidak tepat lurus
dengan buret.
3. Tidak telaten dalam pengadukan saat titrasi sedang berlangsung sehingga larutan tidak
tercampur dengan baik.
6. KESIMPULAN
Prinsip Volumetri dan titrasi dalam percobaan ini yakni penambahan volemu tertentu
suatu larutan terhadap larutan yamg lain melibatkan pengukuran volume suatu larutan untuk
menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain secara kuantitatif. Penentuan konsentrasi
asam cuka dapat dihitung dengan menambahkan larutan NaOH kedalamnya dan dihitung mL
NaOHnya.
Kadar asam asetat dalam cuka komersil yang didapatkan dari percobaan ini yakni sebesar
5.2 %. Kadar asam asetat yang didapatkan dari percobaan ini berbeda dengan kadar asam
cuka yang sudah tertera dilabel cuka komersilnya yakni sebesar 25 %.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Modul Praktikum - Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan. (2015). Tangerang: Teknik
Lingkungan, Surya University.
Amazine. (2015). Apa itu Asam Asetat?Ketahui cara pembuatan dan manfaatnya. Retrieved Mei 17,
2015, from Amazine - Online Popular Knwoledge: http://www.amazine.co/25619/apa-ituasam-asetat-ketahui-cara-pembuatan-manfaatnya/
Mahartika, I. (2015). Volumetri. Retrieved Mei 18, 2015, from Academia.Edu:
http://www.academia.edu/4697730/VOLUMETRI
Megha. (n.d.). Larutan Kimia Cuka. Retrieved Mei 17, 2015, from Indonesia-indonesia:
http://indonesiaindonesia.com/f/89641-larutan-kimia-cuka/
Seya, I. P. (2011, Maret 22). Dasar Analisis Volumetri. Retrieved Mei 17, 2015, from
http://ikaputriseya.blogspot.com/2011/03/dasar-analisis-volumetri.html
14 | P a g e
Download