TATA NASKAH STARKES 6 Juni 2022 dr Ridha Wahyutomo M.Arch, SpMK, FISQua BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM “Tata naskah rumah sakit juga mengacu pada Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) nomor 2 tahun 2014 Tentang Pedoman Tata Naskah Dinas. Peraturan ANRI tersebut diacu oleh Kementerian Kesehatan RI dan dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan bomor 14 tahun 2017. Bagi rumah sakit yang memiliki tata naskah sendiri maka dipersilahkan untuk diatur” MUQADDIMAH Bismillahirrahmaanirrahiim. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kami memujinya, memohon pertolongan dari-Nya dan mohon ampun kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari kejahatan diri dan keburukan perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada orang yang mampu menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada orang yang mampu memberikan petunjuk kapadanya. Saya bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Saya bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Semoga Allah melimpahkan salam dan shalawat kepadanya. Tata naskah merupakan salah satu hal yang penting bagi berjalannya rumah sakit. Alhamdulillah sebuah tulisan sederhana mengenai beberapa hal tentang tata naskah telah tersusun untuk memberikan pengertian tentang pentingnya ketertiban terhadap peraturan perundangan, juga memberikan pemahaman, serta sebagai bekal bagi para pejuang mutu yang niat hidupnya untuk pelayanan dan keselamatan pasien. PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan sebuah bentuk organisasi instansi yang dalam perjalananya membutuhkan regulasi dengan tujuan menata seluruh proses kerja dengan baik dan benar sesuai peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dalam proses menjalankan rumah sakit tidak hanya berbicara masalah keuntungan saja, namun harus melibatkan aspek keilmuan dan aspek ketertiban hokum. Regulasi yang disusun harus berpijak pada peraturan perundang-undangan yang terbaru dan masih berlaku. Hal yang paling penting dalam pembahasan regulasi adalah kepatuhan implementasi terhadap regulasi. Seringkali rumah sakit, terutama manajemen mengejar “kelengkapan” regulasi dengan pamrih atas nama akreditasi, sehingga proses akreditasi yang dilaksanakan hanya sebatas seremonial bahkan sandiwara belaka, tanpa meninggalkan jejak sebagai sebuah sistem dan budaya pelayanan rumah sakit. Menyadari hal tersebut maka dalam akreditasi KARS tidak hanya melacak akreditasi dalam bentuk ketersediaan regulasi semata namun dikupas juga persoalan dokumen, observasi, wawancara, simulasi, dan konfirmasi. Hal inilah yang dikemas dalam sistem REDOWSKO. Berangkat dari konsep REDOWSKO tersebut, maka rumah sakit melakukan standar proses suatu aktifitas di rumah sakit baik terkait pelayanan maupun non pelayanan pasien. Standar proses sendiri merujuk pada proses membangun sistem. Contoh standar proses misalnya asesmen pasien, kerja sama dengan laboratorium, merujuk pasien, dan contoh-contoh lainnya. Dengan terbangunnya standar proses maka akan tercipta tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis yang baik. Pemenuhan terhadap standar pun telah ditata oleh KARS dengan mengacu SEMILA (Standar, Elemen penilaian, Maksud dan tujuan, Instrumen, Link, dan Acuan peraturan perundang-undangan) Dalam akreditasi, teknik yang dilakukan adalah Tracking atau Telusur, bukan Tracing (Mengusut). DASAR TATA NASKAH Tata naskah didefinisikan sebagai pengaturan informasi tertulis (naskah) yang mencakup pengaturan segala hal terkait naskah misalnya pengaturan jenis kertas, format halaman, pengamanan naskah, distribusi, penyimpanan, dan media komunikasi. Dalam penyusunan tata naskah juga berpijak pada peraturan perundangan yaitu Undang-undang nomor 15 tahun 2019 yang merupakan pembaruan Undang-undang nomor 12 tahun 2011. Selain mengacu pada Undang-undang tersebut, tata naskah rumah sakit juga mengacu pada Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) nomor 2 tahun 2014 Tentang Pedoman Tata Naskah Dinas. Peraturan ANRI tersebut diacu oleh Kementerian Kesehatan RI dan dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan bomor 14 tahun 2017. Sehingga tampak pula bahwa peraturan perundang-undangan memiliki hierarki yang tersusun urut dari tertinggi sampai rendah, meliputi: 1. UUD Tahun 1945 5. Perpres 2. TAP MPR 6. Perda Provinsi 3. UU/PERPU 7. Perda Kabupaten/Kota 4. PP Tata naskah yang ada di rumah sakit ada dua macam, yaitu yang merupakan produk hukum dan bukan merupakan produk hukum. Tata naskah yang merupakan produk hukum contohnya, Peraturan Direktur, Keputusan Direktur, Instruksi Direktur, Surat Edaran Direktur, SPO, Perjanjian, dan lain-lain. Adapun yang bukan merupakan produk hukum misalnya, Surat Keterangan, Surat Perintah, Surat Izin, Surat Kuasa, Surat Undangan, Surat Panggilan, Memo, Pengumuman, dan sebagainya. Penetapan regulasi di rumah sakit hanya menggunakan Peraturan ataupun Keputusan. Peraturan merupakan naskah dinas yang berlaku dan mengikat secara umum. Sifat dari peraturan adalah mengatur sebuah proses yang secara spesifik mengatur Pedoman dan Panduan. Misalnya, Peraturan Panduan Antibiotik dan Peraturan Pedoman Antibiotik. Sedangkan Keputusan merupakan naskah dinas yang bersifat menetapkan suatu hal tanpa bersifat mengatur. Misalnya Keputusan Tentang Penetapan Tim Ponek. Regulasi di rumah sakit harus dipastikan formatnya sesuai tata naskah, tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, dan memiliki referensi. Regulasi di rumah sakit bisa berbentuk Kebijakan saja, Kebijakan dan Pedoman/Panduan yang diletakkan sebagai lampiran, maupun bentuk lengkap (ada Kebijakan, Pedoman, Panduan, dan Stadar Prosedur Operasional/SPO ). Regulasi tersebut ada yang merupakan Regulasi Organisasi RS, Regulasi Unit Kerja, dan Regulasi Lintas Unit. Setiap regulasi ini memiliki ketentuan masing-masing. Regulasi RS merupakan regulasi yang berlaku secara umum di rumah sakit. Regulasi Organisasi RS meliputi: 1. Organisasi Pemilik (TKRS 1 EP 2), tertuang dalam AD/ART 2. Organisasi RS (TKRS 1 EP3, TKRS 8 EP1), dimana pemilik menentukan dalam bentuk SOTK (Struktur Organisasi dan Tata Kerja) yang ditetapkan dalam Corporate By Laws. Regulasi structural terkait jabatan manajerial ada di SOTK. 3. Organisasi unit kerja (TKRS 9 EP 1) 4. Organisasi komite/tim Regulasi unit kerja harus ada sesuai TKRS (Tata Kelola Rumah Sakit) Standar 9 mengenai pedoman pengorganisasian, Standar 10 mengenai pedoman pelayanan, dan Standar 11 mengenai pemilihan indikator mutu unit. Adapun Regulasi Lintas Unit melibatkan beberapa unit misalnya hal tentang rujukan yang melibatkan IGD, Rawat Inap, dan Rawat Jalan. KEBIJAKAN Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak. Di dalam kebijakan ini termuat pasal-pasal. Kebijakan merupakan penetapan pimpinan RS pada tingkat strategis/garis besar yang mengikat. Untuk penjabarannya perlu disusun pedoman atau panduan dan standar prosedur operasional. Ditetapkan dengan keputusan direktur RS. Format Kebijakan tersusun atas: 1. Pembukaan 2. Diktum 3. Batang tubuh 4. Kaki 1. Pembukaan tersusun atas a. Judul : Peraturan/Keputusan Direktur RS tentang Kebijakan pelayanan X b. Nomor : sesuai dengan nomor surat peraturan/keputusan di RS. c. Jabatan pembuat peraturan/keputusan ditulis simetris, diletakkan di tengah margin serta ditulis dengan huruf kapital. d. Konsiderans ▪ Konsiderans Menimbang: uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan peraturan/keputusan. ▪ Konsiderans Mengingat: memuat dasar kewenangan dan peraturan perundang-undangan yang peraturan/keputusan tersebut. memerintahkan pembuatan 2. Diktum a. Diktum Memutuskan b. Diktum Menetapkan c. Nama peraturan/keputusan sesuai dengan judul (kepala) 3. Batang Tubuh a. Memuat semua substansi peraturan/keputusan yang dirumuskan dalam diktum-diktum, misalnya : i. KESATU : ii. KEDUA : iii. dst b. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan, perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya. c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran peraturan/keputusan, dan pada halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan/keputusan. 4. Kaki Bagian akhir substansi peraturan/keputusan yang memuat penanda tangan penetapan peraturan/keputusan, pengundangan peraturan/keputusan yang terdiri atas: • tempat dan tanggal penetapan • nama jabatan • tanda tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat yang menandatangani PEDOMAN dan PANDUAN Pedoman merupakan naskah dinas yang memuat acuan bersifat umum, yang perlu dijabarkan dalam petunjuk operasional atau teknis. Selain itu Pedoman didahului oleh sebuah Kebijakan. Pemberlakuan sebuah Pedoman dituangkan dalam bentuk Peraturan dan dituliskan sebagai Lampiran. Walaupun ada proses pemberlakuan, namun jangan menuliskan kata PEMBERLAKUAN dalam Peraturan yang memberlakukan sebuah Pedoman. Bila ada pedoman dari kemenkes, maka rumah sakit wajib mengacu kepada pedoman tersebut. Pedoman harus dilakukan evaluasi minimal 2-3 tahun sekali. Hal yang harus diingat setiap unit tak perlu membuat Pedoman Pelayanan, namun semua unit kerja memiliki Pedoman Pengorganisasian. Format Pedoman Organisasi Unit Kerja BAB I : Pendahuluan BAB II : Gambaran Umum RS BAB III : Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan RS BAB IV : Struktur Organisasi RS BAB V : Struktur Organisasi Unit Kerja BAB VI : Uraian Jabatan BAB VII : Tata Hubungan Kerja BAB VIII : Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil BAB IX : Kegiatan Orientasi BAB X : Pertemuan/rapat BAB XI : Pelaporan • Laporan Harian • Laporan Bulanan • Laporan Tahunan Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja BAB I : Pendahuluan a. Latar Belakang b. Tujuan c. Ruang Lingkup Pelayanan d. Batasan Operasional e. Landasan Hukum BAB II : Standar Ketenagaan a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia b. Distribusi Ketenagaan c. Pengaturan Jaga BAB III : Standar Fasilitas a. Denah Ruang b. Standar Fasilitas BAB IV : Tata Laksana Pelayanan BAB V : Logistik BAB VI : Keselamatan Pasien BAB VII : Keselamatan Kerja BAB VIII : Peningkatan Mutu BAB IX : Penutup Format Pedoman Pelayanan Unit Pelayanan BAB I : Pendahuluan BAB II : Standar Ketenagaan BAB III : Standar Fasilitas BAB IV : Tata Laksana Pelayanan BAB V : Logistik BAB VI : Keselamatan Pasien BAB VII : Keselamatan Kerja BAB VIII : Pengendalian Mutu BAB IX : Penutup Untuk Pedoman Kerja format bisa dilihat di Lampiran II PMK 27 Tahun 2017 Tentang PPI. Panduan didefinisikan sebagai petunjuk melakukan suatu kegiatan dan mengatur satu jenis kegiatan. Bila ada panduan dari kemenkes, maka rumah sakit wajib mengacu kepada panduan tersebut. Panduan harus dilakukan evaluasi minimal 2-3 tahun sekali. Format Panduan Pelayanan Rumah Sakit BAB I : Definisi BAB II : Ruang Lingkup BAB III : Tata Laksana BAB IV : Dokumentasi STANDAR PROSEDUR OPERASI Merupakan perangkat instruksi atau langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu. Istilah lain: SOP, SPO, Protap, IK, prosedur kerja, prosedur tindakan, prosedur penatalaksanaan, dan juknis. Jika ditilik sesuai UU No 44/2009 tentang RS disebut sebagai SPO. Format SPO merupakan format minimal, dapat diberi tambahan materi misalnya nama penyusun SPO, unit yang memeriksa SPO, dll, namun tidak boleh mengurangi itemitem yang ada di SPO. Format SPO Nama RS dan Logo No. Dokumen Tanggal Terbit SPO Judul SPO No. Revisi Halaman Ditetapkan: Direktur RS Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur Unit Terkait Pada kolom “Penjelasan” atau “definisi” dijelaskan tentang istilah yang mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah pengertian. Kolom “Tujuan” berisi tujuan pelaksanaan SPO secara spesifik. Perlu dicantumkan kata kunci yaitu ”Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk ............” Sedangkan kolom “Kebijakan” berisi kebijakan Direktur/Pimpinan RS yang menjadi dasar dibuatnya SPO tersebut, kemudian diikuti dengan peraturan/keputusan dari kebijakan terkait. Uraian langkah-langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu dituliskan pada kolom “Prosedur”. Adapun kolom “Unit terkait” berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait dalam proses kerja tersebut. Syarat penyusunan sebuah SPO: • Mengidentifikasi kebutuhan • SPO harus ditulis oleh mereka yang melakukan pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja tersebut • SPO harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan • Harus dapat dikenali dengan jelas siapa melakukan apa, dimana, kapan dan mengapa. • Subyek, predikat dan obyek harus jelas. • SPO harus menggunakan kalimat perintah/instruksi dengan bahasa yang dikenal pemakai. • SPO harus jelas ringkas dan mudah dilaksanakan. • Semua SPO harus ditandatangani oleh Direktur/Pimpinan RS. • Untuk SPO pelayanan dan SPO administrasi, sebagian memerlukan uji coba • Sosialisasi dan pelatihan khusus Evaluasi SPO dilaksanakan sesuai kebutuhan dan maksimal 3 tahun sekali, evaluasinya dilakukan oleh masing-masing unit kerja. Perbaikan/revisi perlu dilakukan bila : • Alur di SPO sudah tidak sesuai dengan keadaan yang ada • Adanya perkembangan IPTEK • Adanya perubahan organisasi atau kebijakan baru. • Adanya perubahan fasilitas PROGRAM KERJA dan RENCANA KEGIATAN Adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Harus ada kejelasan langkah pelaksanaan kegiatan, kejelasan siapa pelaksana kegiatan, dan kejelasan sasaran, tujuan dan waktu pelaksanaan kegiatan. Format penulisan minimal, boleh ditambah tetapi tidak boleh dikurangi. Program disusun dalam bentuk kerangka acuan kerja (TOR: term of reference, adalah sebuah dokumen yang wajib dimuat oleh tim project management sebelum berjalannya sebuah projek). Program ditanda tangani oleh kepala unit kerja dan direktur RS, namun tanpa disertai Keputusan. Format Program Kerja 1. Pendahuluan ➢ Berisi hal-hal yang bersifat umum yang masih terkait dengan program. 2. Latar belakang ➢ Merupakan justifikasi atau alasan mengapaprogram tersebut disusun. ➢ Sebaiknya dilengkapi dengan data-data sehingga alasan diperlukan program tersebut dapat lebih kuat. 3. Tujuan umum dan tujuan khusus ➢ Tujuan umum adalah tujuan program secara garis besar, sedangkan tujuan khusus adalah tujuan secara rinci. 4. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan ➢ Merupakan langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan sehingga tercapainya program tersebut. 5. Cara melaksanakan legiatan ➢ Merupakan metode untuk melaksanakan kegiatan pokok dan rincian kegiatan. 6. Sasaran ➢ Sasaran program adalah target per tahun yang spesifik dan terukur untuk mencapai tujuan-tujuan program 7. Skedul (Jadwal) pelaksanaan kegiatan ➢ Merupakan perencanaan waktu pelaksanaan langkah-langkah kegiatan program. 8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan ➢ Skedul (jadwal) tersebut akan dievaluasi dalam kurun waktu tertentu, sehingga ditulis dalam kerangka acuan adalah kapan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan dan siapa yang melakukan. ➢ Pelaporannya adalah bagaimana membuat laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut dan kapan laporan tersebut harus dibuat 9. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan ➢ Pencatatan adalah catatan kegiatan, karena itu yang ditulis di dalam kerangka acuan adalah bagaimana melakukan pencatatan kegiatan atau membuat dokumentasi kegiatan ➢ Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan program dan kurun waktu (kapan) laporan harus diserahkan sera kepada siapa saja laporan tersebut harus ditujukan. ➢ Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan program secara menyeluruh. Jadi yang ditulis di dalam kerangka acuan bagaimana melakukan evaluasi dan kapan evaluasi harus dilakukan. Format Rencana Kegiatan Unit Pelayanan A. SDM • Kebutuhan SDM • Orientasi • Pendidikan dan Pelatihan • Evaluasi kinerja SDM B. Fasilitas • Pemeliharaan • Penggantian/penambahan/investasi C. Mutu D. Upaya Keselamatan E. Pengembangan Pelayanan F. Monitoring Dan Evaluasi G. Rapat H. Laporan REGULASI KOMITE/TIM Komite atau tim yang ada di rumah sakit memiliki beberapa regulasi, yaitu: 1. Penetapan Komite atau Tim, yang ditetapkan dengan keputusan direktur 2. Pedoman Kerja Komite atau Tim, yang ditetapkan dengan peraturan. 3. Program Kerja Komite atau Tim, yang ditetapkan oleh direktur tanpa keputusan. Dokumen Komite atau Tim meliputi: Penetapan Komite atau Tim, Pedoman Kerja, Program, dan Laporan. Contoh Pedoman Kerja Komite atau Tim bisa dilihat dalam Lampiran ke-2 dari PMK nomor 27 tahun 2017 mengenai Pedoman Manajerial Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Komite atau Tim tidak perlu membuat Pedoman Pengorganisasian. Akan tetapi sebuah Komite atau Tim harus memiliki Program Komite atau Tim. Format Program Komite atau Tim A. Monitoring Dan Evaluasi B. Rapat C. Pelatihan: • Anggota Komite/Tim • Staf Rs D. Orientasi • Karyawan Baru • Peserta Didik E. Supervisi F. Evaluasi Dan Usul Regulasi G. Evaluasi Capaian Mutu H. Sosialisasi/Diseminasi I. Laporan DOKUMEN BUKTI Bukti pelaksanaan pelatihan meliputi TOR, Undangan, daftar hadir, materi, laporan, evaluasi, dan sertifikat. Bukti pelaksanaan orientasi khusus meliputi TOR, daftar hadir, evaluasi peserta, laporan pelaksanaan orientasi. Bukti pelaksanaan orientasi umum meliputi TOR, daftar hadir, materi dan narasumber meliputi perumahsakitan, mutu, keselamatan pasien, PPI, serta evaluasi peserta, laporan pelaksanaan orientasi. Format Tabel Orientasi Staf Baru HARI KE PROGRAM ORIENTASI PEGAWAI BARU METODA MATERI WAKTU PENANGGUNG JAWAB Dikenal juga Bukti Langsung yang meliputi Bukti Supervisi dan Bukti Rapat. Kegiatan supervise dibuktikan dengan Bukti Pelaksanaan Supervisi dan Bukti Check List. Adapun Bukti Rapat dibuktikan dengan Undangan, Daftar Hadir, dan Notulen. Format Tabel Notulen Rapat NO. NOTULEN RAPAT HARI, TANGGAL BULAN TAHUN POKOK BAHASAN KEPUTUSAN KETERANGAN