NAMA : A ZAENAL MUFAQIH NIM : 143210040 KELAS : EP-B UAS EKO MAKRO 1. Amati pergerakan data M1, M2, dan e-money di Indonesia selama 5 tahun terakhir, gunakan data tahunan. Berikan analisis yang memadai berdasarkan data tersebut! Jawaban: Data M1 dan M2 tahun 2017(DATA BI) Data M1 dan M2 tahun 2018(DATA BI) Data M1 dan M2 tahun 2019(DATA BI) Data M1 dan M2 tahun 2020(DATA BI) Data M1 dan M2 tahun 2021(DATA BI) Dari gambar diatas terlihat perkembangan M1 dan M2 terus meningkat dari tahun 2017 - 2021. Berdasarkan data diatas bahwa jumlah (M1) yaitu Uang Kartal dan Uang Giral serta jumlah (M2) yaitu Uang Kartal dan Surat Berharga Selain Saham. Pada tahun 2017 jumlah (M1) mengalami peningkatan sebesar Rp. 118.307,26 (Milyar Rupiah) dan jumlah (M2) sebesar Rp.474.283,06 (Milyar Rupiah) Hal tersebut dihitung berdasarkan peningkatan dari januari hingga desember atau perbandingan jumlah (M1) dan (M2) pada januari dengan desember. Pada tahun 2018 jumlah (M1) mengalami peningkatan sebesar Rp.130.407,69 (Milyar Rupiah) dan jumlah (M2) sebesar Rp.408.361,54 (Milyar Rupiah) Hal tersebut dihitung berdasarkan peningkatan dari januari hingga desember atau perbandingan jumlah (M1) dan (M2) pada januari dengan desember. Pada tahun 2019 jumlah (M1) mengalami peningkatan sebesar Rp.189.222 (Milyar Rupiah) dan jumlah (M2) sebesar Rp.491.567 (Milyar Rupiah). Hal tersebut dihitung berdasarkan peningkatan dari januari hingga desember atau perbandingan jumlah (M1) dan (M2) pada januari dengan desember. Pada tahun 2020 jumlah (M1) mengalami peningkatan sebesar Rp.371.221,8 (Milyar Rupiah). dan jumlah (M2) sebesar Rp.854.398,49 (Milyar Rupiah) . Hal tersebut dihitung berdasarkan peningkatan dari januari hingga desember atau perbandingan jumlah (M1) dan (M2) pada januari dengan desember. Pada tahun 2021 jumlah (M1) mengalami peningkatan sebesar Rp.519.904,55 (Milyar Rupiah) dan jumlah (M2) sebesar Rp.1.103.045,2 (Milyar Rupiah). Hal tersebut dihitung berdasarkan peningkatan dari januari hingga desember atau perbandingan jumlah (M1) dan (M2) pada januari dengan desember. Sehingga dari semua data yang ada dari 2017 hingga 2021, maka dapat disimpulkan bahwa data jumlah (M1) mengalami peningkatan terus menerus tiap tahunnya yang dialami oleh Uang Kartal dan Uang Giral disebabkan oleh pertama, kebijakan bank sentral berupa kebijakan moneter yang meliputi kebijakan diskonto, operasi pasar terbuka, giro wajib minimum, kredit selektif dalam mencetak dan mengedarkan uang kartal. Kedua, bank umum dapat menciptakan uang giral melalui pembelian saham dan surat berharga. Ketiga, tingkat pendapatan masyarakat. Jika pendapatan masyarakat naik maka ada kecenderungan konsumsi juga meningkat sehingga mendorong JUB melonjak. Sedangkan jumlah (M2) sempat mengalami penurunan pada tahun 2018 dibandingkan dengan 2017 dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2018 dan seterusnya selalu mengalami peningkatan. Meningkatnya pertumbuhan M2 tersebut terutama dipengaruhi oleh akselerasi penyaluran kredit perbankan yang tumbuh lebih tinggi. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah M1 dan M2 relatif stabil baik pada tahun 2017 maupun 2018 . Baik dari sisi uang kartal maupun uang giral yang relatif sama menandakan bahwa masyarakat belum menggunakan uang giral secara sepenuhnya tidak seperti pada tahun-tahun berikutnya . Jumlah uang kuasi yang meningkat pun menandakan masuknya investasi kedalam negara indonesia yang terus meningkat sepanjang tahunnya . Pertumbuhan jumlah (M1) dan (M2) pada tahun 2019 mengalami peningkatan dikarenakan Hal ini dipicu oleh naiknya harga pangan yang membuat masyarakat harus mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk mencukupi kebutuhannya . Namun pada sisi positifnya, jumlah M2 terus mengalami kenaikan sepanjang tahun, hal ini menandakan meningkatnya investasi kedalam negara Indonesia . Pertumbuhan jumlah (M1) dan (M2) pada tahun 2020 mengalami peningkatan dikarenakan pada tahun 2020 awal mula pandemi covid-19 pada akhir tahun 2020 dan saat itulah dibutuhkan banyak anggaran atau jumlah uang beredar yang dikeluarkan untuk mengatasi permasalahan covid-19 seperti untuk pembelian obat bagi yang terkena covid-19, membuat tempat untuk isolasi bagi yang terkena covid-19, semua persiapan yang dijalankan sehingga membuat banyaknya pengeluaran pemerintah. Adanya perintah pembatasan jarak oleh pemerintah (social distancing), Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah, dan kebijakah untuk bekerja di rumah atau Work From Home (WFH) membuat masyarakat melakukan segala aktivitasnya di rumah saja. Mulai dari kegiatan bekerja, sekolah, bahkan berbelanja sekalipun dapat dilakukan di rumah saja. Sekalipun hanya berada di rumah, pengeluaran dapat meningkat. Sehingga semua hal itu mulai berdampak pada perekonomian Indonesia seperti berkurangnya permintaan suatu barang pada usaha yang dijalankan masyarakat Jika diliat kembali maka pertumbuhan jumlah (M1) dan (M2) yang paling tinggi adalah pada tahun 2021 yaitu sebesar 519.904,55 dan 1.103.045,2 pertumbuhan M1 pada tahun 2021 pandemi covid-19 sudah mulai mereda dikarenakan sudah adanya vaksin covid-19 dan juga membaiknya konsumsi masyarakat karena pada tahun 2021 masyarakat sudah mengalami adaptasi tentang perekonomian pada masa pandemi tahun 2021 seperti para pengusaha sudah mulai bisa terbiasa dengan covid-19, banyak pengusaha juga yang berinovasi dengan keadaan yang ada pada saat ini, tetapi pemerintah harus mengeluarkan pengeluaran untuk membeli vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat indonesia.pertumbuhan M2 pada tahun 2021 dipengaruhi oleh ekspansi keuangan pemerintah dan penyaluran kredit. -Data jumlah uang elektronik yang beredar di Indonesia 5 tahun terakhir(DATA BI) Data e-money tahun 2017,2018,2019 Data e-money tahun 2020 Data e-money tahun 2021 Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa Sejak beberapa tahun terakhir, penggunaan transaksi nontunai melalui uang elektronik berkembang pesat. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada 2019, penggunaan uang elektronik mencapai 5,2 miliar transaksi meningkat jauh dibandingkan dengan posisi 2016 yang hanya 683 juta. Dalam kondisi pandemi Covid-19, jumlah uang elektronik di Indonesia tetap meningkat signifikan. Pada Juli 2020, jumlah uang elektronik beredar mencapai 359 juta instrumen. Pada akhir 2019 jumlah uang elektronik 292 juta instrumen. Sedangkan, pada akhir 2016 hanya 51 juta instrumen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan penggunaan uang digital oleh masyarakat baik secara sukarela maupun terpaksa . Secara sukarela berupa pemberian keuntungan oleh pihak bank maupun perkembangan teknologi digital dan transaksi . Secara terpaksa karena menyebarnya wabahnya covid-19 yang melarang kontak langsung . Akhirnya digunakan lah uang elektronik yang dapat digunakan tanpa kontak langsung dan dari jarak jauh . Hal ini terbukti dengan data Bank Indonesia per Februari 2021 mencatat transaksi uang elektronik naik 20,1% secara year on year (yoy) menjadi Rp 2,8 triliun. Posisi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Januari 2021 yang hanya tumbuh 6,8% secara tahunan. Kemudian Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi dengan uang elektronik sebesar Rp 21,4 (Triliun Rupiah) 2. Pada pembahasan makro ekonomi perekonomian terbuka dikenal istilah “the law of one price” (hukum satu harga). Jelaskan maksud dari hukum tersebut ! Berikan contoh dampak berlakunya hukum tersebut pada perekonomian Indonesia! Jawaban: Hukum Satu Harga menjelaskan tentang hubungan antara nilai tukar, atau kurs dengan harga barang atau komoditi. Menurut hukum ini, komoditas yang sama akan memiliki harga yang sama meski dijual dibeberapa tempat yang berbeda. Contoh dampaknya ialah penetapan satu harga untuk bahan bakar minyak yang membuat tak terjadinya arbitrase(membeli komoditi ditempat yang lebih murah) yang mengakibatkan uang bergerak dari suatu daerah ke daerah lain. Hal tersebut bisa menyebabkan inflasi daerah yang tinggi di satu wilayah. 3. Jelaskan dengan disertai grafik bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap keseimbangan AD-AS di Indonesia. Jelaskan pula bagaimana kebijakan moneter dan fiskal dalam mengatasi dampak Covid-19! Jawaban: Grafik AD-AS dan Kurva Philips pada saat Pandemi Covid-19 Dampak dari pandemi Covid-19 terhadap keseimbangan AD – AS di Indonesia dapat kita lihat pada grafik diatas, dimana kurva AS bergeser ke kiri dari AS1 ke AS2 yang membuat ekulibrium berubah ke titik B, hal tersebut disebabkan karena rantai produksi global terganggu, maka akan berpotensi mengurangi ketersediaan bahan baku di Indonesia. Pada grafik juga diperlihatkan tingkat output yang diproduksi turun dari Y1 ke Y2 sehingga perusahaan hanya butuh lebih sedikit pekerja untuk memproduksi output yang makin sedikit, selain itu adanya kenaikan tingkat harga dimana P1 ke P2 yang memicu stagflasi, dua hal tersebut disebabkan karena berkurangnya ketersediaan bahan baku membuat biaya produksi yang dihadapi perusahaan makin tinggi. Terakhir, pada kurva Phillips jangka pendek terjadi pergeseran dari PC1 ke PC2 yang berarti memicu kenaikan tingkat pengangguran dan inflasi, hal tersebut dapat terjadi apabila terdapat Aggregate Supply Shocks ( AS Shocks) yang membuat perusahaan melakukan PHK karena hanya membutuhkan pekerja dengan jumlah yang sedikit dan tingkat harga yang lebih tinggi. Kebijakan Moneter dan Fiskal mampu mempengaruhi keseimbangan tersebut, Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter dan fiskal untuk meredakan dampak dari Covid – 19 terhadap ekonomi, seperti halnya meningkatkan pengeluaran pemerintah terutama dengan memberikan bantuan agar dapat mendorong kegiatan masyarakat dan perekonomian dapat berangsur pulih. Pemerintah juga dapat membuat kebijakan untuk meminta bantuan impor pasokan dari negara lain sehingga tingkat produksi dalam negeri dapat meningkat dan tingkat harga kembali turun sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat. 4. Berdasarkan data inflasi dan pengangguran di Indonesia selama 5 tahun terakhir, apakah kurva Phillips berlaku di Indonesia pada periode tersebut? Jelaskan! Jawaban: Tingkat inflasi tahun ini mengalami kenaikan 0,14 jika dibandingkan tahun 2018, sedangkan tingkat pengangguran tahun 2018 sebesar 7 juta penduduk. Sedangkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2022 adalah sebesar 8,40 juta penduduk. Hal ini berarti pengangguran mengalami kenaikan 9,8% dari 2018. Oleh karena data tersebut, variabel tingkat inflasi memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan dengan variabel tingkat pengangguran. Oleh Karena itu kurva phillips tidak berlaku di Indonesia.