Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. I, No.1, 2008 HUBUNGAN ANTARA GAYA ATRIBUSI DENGAN TINGKAT PRESTASI AKADEMIK (Studi Korelasional pada Siswa di Beberapa SMA Negeri di Kota Bandung) Rosleny Marliani Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung The goal of this research is to find the crucial factors that influence the level of adolescence’s academic achievement. The objective of this research is to study the relationship between adolescence’s attributional style with their level of academic achievement. This research was carried out by correlational design. This research involve adolescence as students of three public senior high school in Bandung City, i.e. SMAN 4, SMAN 8, and SMAN 11. The sample of this study are 459 students selected through random from second and third grade. The students at first grade not selected as sample because them not yet owned the data of achievement. The data of achievement was collected by documentation study, and data of attribution by questionnaire. The data expressed in ordinal scale and analyzed statistically by Rank Spearman. This study has some outcomes related to the relationship between style of attribution with academic achievement. Students which attributing their academic success with high ability and effort or working hard and attributed their academic failure with lack of effort and luck, tend to attain high achievement. While the students that attributing their academic success with easy task and luck, and attributed their academic failure with lack of ability and difficult task, tend to attain low achievement. Based on the findings, to increasing the level of student’s academic achievement can be conducted by train the students to developing the adaptive attribution style, that is to attributing their success academic with ability and effort factors, and to attributing their failure academic with lack of effort an luck. Keywords : attribution, academic achievement Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan, bahwa Prestasi akademik (prestasi yang dicapai siswa yang kurang berhasil di sekolah atau oleh individu dalam hubungannya dengan memiliki prestasi belajar rendah seringkali aktivitas belajar di sekolah) rendah, dan siswa memperlihatkan berprestasi rendah merupakan salah satu isu menyimpang yang penting dalam bidang pendidikan. Karenanya, mendorong perkembangannya lebih lanjut. prestasi belajar rendah memiliki implikasi Sebab, sebagaimana dinyatakan oleh Conger penting bagi kajian dalam bidang psikologi (1977) dan Lindgren (1980) bahwa remaja perkembangan sebab prestasi belajar rendah yang mengalami hambatan dalam berprestasi seringkali berhubungan dengan adanya proses cenderung memperlihatkan berbagai bentuk perkembangan yang tidak sehat (hambatan gangguan psikologis atau problem perilaku dalam perkembangan). seperti merasa rendah diri, kurang percaya diri, berbagai gejala tidak kondusif perilaku untuk Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46 menarik diri, frustrasi, tak berdaya, cemas, depresi. berbagai Mereka juga tindakan sering penelitian ini tidak mengungkap seluruh faktor yang memainkan peran dalam mempengaruhi tingkat prestasi kenakalan (delinquency), bolos sekolah, dan akademik di sejumlah sekolah tersebut. Penulis terlibat dalam penyalahgunaan alkohol dan hanya memusatkan perhatian pada faktor- obat-obatan terlarang. faktor tertentu yang diduga berhubungan dengan adaptif diakui, seperti Sejalan tidak melakukan Harus pandangan pakar dengan tingkat prestasi akademik tinggi dan psikologi pendidikan di atas, pengalaman dan rendah pada kelompok sampel yang diselidiki, pengamatan memperlihatkan yaitu 1) Hubungan antara gaya atribusi siswa bahwa, siswa-siswa berprestasi rendah pada tentang keberhasilan dengan tingkat prestasi umumnya akademiknya, penulis juga memperlihatkan perilaku tidak 2) Hubungan antara gaya adaptif yang tidak hanya merugikan siswa itu atribusi kegagalan dengan tingkat prestasi sendiri, tetapi juga orang lain. Beberapa ahli akademik. psikologi juga bahwa Untuk keperluan itu, penulis melakukan pengalaman keberhasilan dan/atau kegagalan wawancara terhadap beberapa siswa di empat di sekolah menjadi salah satu faktor penting SMAN di kota Bandung tersebut yang yang memperlihatkan fenomena dalam pencapaian turut telah menyatakan mempengaruhi perkembangan kesehatan psikologis. prestasi akademik yang relatif sama, yakni Melihat kenyataan ini, masalah prestasi SMAN 1, SMAN 4, SMAN 8, dan SMAN 11. belajar rendah membutuhkan perhatian yang Jumlah siswa yang diwawancarai adalah 20 lebih serius lebih dari sekadar melakukan orang. Ke-20 orang siswa tersebut diambil inovasi secara random. Dalam wawancara ini penulis terhadap meningkatkan kurikulum mutu pendidikan, pembelajaran, me- menemui siswa secara individual dan meminta ningkatkan fasilitas belajar, maupun dengan mereka memberikan intervensi terhadap siswa. tertentu yang mereka yakini sebagai faktor Berdasarkan hal-hal di atas, penulis untuk menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan / atau melakukan sebuah penelitian yang bermaksud kegagalan mengungkap secara empirik hubungan antara memperoleh keyakinan siswa tentang faktor-faktor yang Meskipun terdapat variasi, dari wawancara mempengaruhi atau tersebut secara umum ditemukan adanya akademiknya dengan prestasi perbedaan antara kelompok siswa berprestasi akademik. Studi penelitian ini, penulis lakukan tinggi dan kelompok siswa berprestasi rendah pada beberapa Sekolah Menengah Atas di dalam Kota Bandung, yakni SMAN 1, SMAN 4, mempengaruhi SMAN 8, dan SMAN 11. akademiknya. Siswa berprestasi tinggi pada kegagalan keberhasilan dan / mereka dalam prestasi menyebutkan kinerja mencapai akademik faktor-faktor dan / tinggi. yang keberhasilan umumnya menyebutkan faktor-faktor internal 34 Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani) seperti kemampuan yang tinggi dan ketekunan sebagai faktor keberhasilan, yang dan Atribusi sebagai Landasan Teori mempengaruhi faktor-faktor eksternal Landasan teori yang dipergunakan penulis mengembangkan penelitian tentang seperti keberuntungan dan tugas yang sulit faktor-faktor sebagai penyebab kegagalan. berhubungan dengan tingkat prestasi akademik Sebaliknya, sebagian besar siswa yang memiliki prestasi tertentu yang diduga tinggi dan rendah tersebut adalah teori atribusi. akademik rendah Teori ini sengaja dipilih karena banyak kondisi eksternal digunakan sebagai kerangka kerja dalam seperti keberuntungan, kebaikan guru, mata penelitian-penelitian mutakhir tentang kinerja pelajaran yang tidak sulit sebagai faktor yang dan prestasi akademik (Steinberg, 2002). menyebutkan beberapa menyebabkan keberhasilannya, dan kurangnya Teori ini menekankan pada pentingnya kecakapan yang menyebabkan kegagalannya. keyakinan individu tentang faktor-faktor yang Dari hasil wawancara tersebut tampak bahwa mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan terdapat perbedaan dalam keyakinan yang akademiknya. dipegang oleh siswa berprestasi tinggi dan penelitian mutakhir yang dilakukan oleh siswa berprestasi rendah menyangkut faktor- beberapa peneliti (Harter et al., 1991; Little et faktor yang al., 1995; MacIver et al., 1991; Marsh, 1990; dan/atau Pintrich et al., 1994) seperti dilaporkan oleh internal mempengaruhi dan eksternal keberhasilan Sebagai beberapa kegagalan akademiknya. Namun, informasi Steinberg yang diperoleh dari wawancara tersebut belum keyakinan siswa tentang faktor-faktor tertentu dapat digunakan atau diperlakukan sebagai yang data yang valid untuk tujuan membuat kegagalannya generalisasi. Untuk memperoleh data yang terhadap motivasi dan ketekunan mereka valid perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam secara sistematis. Penelitian ini dilaksanakan mempengaruhi kinerja skolastik mereka. Teori untuk maksud tersebut. atribusi Dari seluruh siswa yang diamati, yakni (2002), contoh, menyatakan menyebabkan bahwa keberhasilan memberikan belajar, dan memberikan dan/atau pengaruh ini kuat selanjutnya penjelasan tentang hubungan antara tingkat prestasi dengan sebanyak 507 siswa, ditemukan sebanyak 47% keyakinan di antaranya memperlihatkan prestasi belajar tersebut. Menurut para ahli dalam teori atribusi rendah (dibawah rata-rata). Persentase tersebut (Dweck, 1980; dan Weiner. 1979, 1986), siswa dapat yang memiliki motivasi berprestasi dan tingkat dikatakan tinggi karena hampir individu prestasi sampel yang diselidiki. menyebutkan (mengatribusikan) kemampuan ketekunan mempengaruhi tinggi faktor-faktor mendekati lima puluh persen dari seluruh dan akademik tentang sebagai keberhasilan cenderung faktor mereka, yang dan menyebutkan kurangnya kerja keras sebagai 35 Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46 faktor yang menyebabkan kegagalan mereka. ke dalam praktek satu bidang pendidikan Sedangkan para siswa yang kurang memiliki (Woolfolk, 1995). motivasi berprestasi prestasi akademik dan yang rendah memiliki cenderung Menurut teori atribusi Weiner (1986), perilaku prestasi (achievement menyebutkan faktor-faktor eksternal sebagai sangat penyebab keberhasilan mereka, dan kurangnya menginterpretasikan kemampuan sebagai faktor yang menyebabkan kegagalannya, dan pada apakah ia memiliki kegagalan. keyakinan bahwa ia dapat mengendalikan Beberapa hasil penelitian menyatakan tergantung (mengontrol) pada behavior) cara individu keberhasilan keberhasilan dan dan kegagalan bahwa beberapa bentuk gaya atribusi yang tersebut. Weiner memiliki asumsi bahwa adaptif (facilitative attributional patterns) manusia dapat meningkatkan komitmen dan ketekunan informasi yang aktif, yang berusaha untuk untuk berhasil baik dalam menyelesaikan tugas menemukan atau mencari penjelasan tentang (bar-Tal, 1978; Marsh et al., 1984; Weiner, faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan 1979, dalam Vispoel & Austin, 1995). Yang atau kegagalan yang dialaminya (hubungan dimaksud dengan gaya atribusi adaptif dalam kausalitas), dan pemahaman ini pada akhirnya konteks ini adalah suatu bentuk atribusi akan tentang keberhasilan dan kegagalan dengan perilakunya (Luzo & Luna, 1996; Perlman & faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh Cosby, 1983; Shafer, 1992; Weiner, 1986). individu. Berdasarkan pada pemikiran dan hasil-hasil Teori atribusi pada dasarnya merupakan merupakan mempengaruhi makhluk kognisi, pemroses emosi dan penelitiannya, Weiner (1986) faktor-faktor suatu pendekatan kognitif untuk membuat yang penjelasan tentang berbagai bentuk atau gejala keberhasilan dan/atau kegagalan akademiknya perlaku (Sullivan & Howe, 1996), termasuk di dapat diidentifikasikan dari tiga dimensi sebab, dalamnya dan yaitu: (1) lokus kausalitas (locus of causality), keberhasilan dalam mencapai prestasi di (2) stabilitas (stability), dan (3) kontrol sekolah (prestasi akademik). Teori atribusi (controllability). perilaku berprestasi diatribusikan oleh siswa dengan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Menurut Weiner (1986) ketiga dimensi teori atribusi dari Bernard Weiner (1986), yang faktor tersebut memiliki implikasi penting juga sering disebut sebagai attributional theory pada motivasi dan tingkat prestasi akademik. of achievement (Shaver, 1992; Perlman & Lokus kausalitas memiliki hubungan langsung Cozby, 1983). Di kalangan para ahli psikologi, dengan motivasi berprestasi. Jika keberhasilan khususnya psikologi pendidikan, Weiner telah atau kegagalan diatribusikan dengan sebab diakui sebagai salah seorang tokoh yang internal, pertama kali menerapkan teori atribusi umum meningkatkan motivasi, dan pada akhirnya maka keberhasilan akan prestasi. Sebaliknya, kegagalan akan merusak 36 Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani) motivasi dan prestasi. Dimensi stabilitas dan harapan, memainkan peran penting dalam berhubungan membentuk dengan harapan akan kesediaan (motivasi) untuk keberhasilan dan kegagalan di masa depan. melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan Jika dengan prestasi. siswa mengatribusikan keberhasilan dan/atau kegagalan dengan faktor yang bersifat Berdasarkan teori atribusi relatif permanen atau tak dapat berubah, tersebut dapat mereka akan mengembangkan harapan untuk atribusi individu berhasil (atau gagal) pada mata pelajaran atau kausalitas, tes yang sama pada waktu berikutnya. Tetapi mempengaruhi tingkat motivasi dan hasil-hasil jika mereka mengatribusikan keberhasilan yang berhubungan dengan prestasi. Dengan dan/atau kegagalan dengan faktor yang tidak kata lain, tingkat motivasi dan hasil-hasil stabil (misalnya mood atau keberuntungan), perilaku (kinerja) yang berkaitan dengan mereka memiliki harapan untuk mencapai hasil prestasi akan berkorelasi dengan gaya atribusi yang berbeda (mungkin berhasil, mungkin individu dalam dimensi kausalitas, stabilitas, gagal) pada tugas atau tes yang sama pada dan waktu berikutnya. pemikiran ini disajikan dalam bagan di bawah Dimensi kontrol berkaitan dengan emosi, disimpulkan Weiner dalam stabilitas, kontrol. Secara dan bahwa dimensi kontrol skematis, gaya lokus akan kerangka ini: seperti marah, malu, atau perasaan bersyukur. ISU Jika siswa gagal dalam suatu tugas yang ia yakin ia dapat mengontrolnya (dapat berhasil), Keberhasilan mereka mungkin akan merasa malu atau IUC ESU bersalah; sedangkan jika berhasil, mereka Prestasi Tinggi merasa bangga dan berharga. Individu yang berhasil dalam suatu tugas yang tak dapat EUU GAYA ATRIBUSI dikendalikannya akan merasa beruntung, dan marah jika mengalami kegagalan. Jadi, keyakinan siswa tentang lokus kausalitas akan mempengaruhi penilaian siswa tersebut Prestasi Rendah ISU Kegagalan tentang keberhasilan dan kegagalannya, dan IUC ESU keyakinan siswa tentang stabilitas dari faktor yang menyebabkan keberhasilan EUU dan/atau kegagalannya, dan keyakinan siswa tentang apakah ia dapat mengendalikan faktor-faktor Keterangan: tersebut akan mempengaruhi harapannya di ISU: atribusi dengan faktor-faktor dalam masa depan. Menurut Weiner (1986), dua dimensi internal-stable-uncontrolable bentuk pertimbangan tersebut, yakni penilaian 37 Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46 IUC: atribusi dengan faktor-faktor dalam prestasi akademiknya. dimensi internal-unstable-controllable dijabarkan ESU: atribusi dengan faktor-faktor dalam hipotesis sebagai berikut: dimensi external-stable-uncontrollable (a) Terdapat lagi Hipotesis menjadi hubungan kegagalan ini empat anak antara gaya EUU: atribusi dengan faktor-faktor dalam atribusi pada dimensi dimensi external-unstable-uncontrollable internal-stable-uncontrollable (ISU) dengan prestasi akademik. Dengan kerangka pemikiran di atas, (b) Terdapat hubungan positif antara gaya penulis mengajukan dua hipotesis: “Terdapat atribusi hubungan positif antara gaya atribusi siswa external-stable-uncontrollable (ESU) dengan dengan prestasi akademik. tingkat prestasi akademiknya.” Hipotesis tersebut dijabarkan ke dalam dua kegagalan pada dimensi (c) Terdapat hubungan positif antara gaya anak hipotesis sebagai berikut: atribusi 1) Terdapat hubungan antara gaya atribusi external-stable-uncontrollable (ESU) siswa tentang keberhasilan dengan prestasi akademiknya. Hipotesisi ini dijabarkan kegagalan pada dimensi dengan prestasi akademik. (d) Terdapat hubungan atribusi berikut: external-unstable-uncontrollable (ISU) hubungan antara gaya pada gaya lagi kedalam empat anak hipotesis sebagai (a) Terdapat kegagalan antara dimensi dengan prestasi akademik. atribusi keberhasilan pada dimensi internal-stable-uncontrollable (ISU) Pembahasan Hasil Penelitian dengan prestasi akademik. (b) Terdapat hubungan Dari hasil pengujian hipotesis pertama antara gaya diperoleh kesimpulan bahwa: (1) terdapat atribusi keberhasilan pada dimensi hubungan positif yang signifikan antara gaya internal-unstable-controllable atribusi keberhasilan pada dimensi ISU dengan (IUC) dengan prestasi akademik. (c) Terdapat hubungan antara prestasi akademik; (2) terdapat hubungan gaya atribusi keberhasilan pada dimensi keberhasilan external-stable-uncontrollable (ESU) prestasi akademik; (3) terdapat hubungan dengan prestasi akademik. negatif yang signifikan antara gaya atribusi (d) Terdapat hubungan antara gaya keberhasilan pada pada dimensi dimensi IUC ESU dengan dengan atribusi keberhasilan pada dimensi prestasi akademik; dan (4) terdapat hubungan external-unstable-uncontrollable negatif yang signifikan antara gaya atribusi (EUU) dengan prestasi akademik. keberhasilan pada dimensi EUU dengan 2) Terdapat hubungan antara gaya atribusi siswa tentang kegagalan dengan tingkat 38 positif yang signifikan antara gaya atribusi prestasi akademik. Terhadap hasil-hasil Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani) tersebut dapat diberikan pembahasan sebagai dengan faktor-faktor berikut: internal – unstable – controllabe (IUC) 1) Adanya hubungan positif antara gaya seperti ketekunan atau kerja keras dalam belajar, dengan meng- pelajaran, sikap positif terhadap belajar indikasikan bahwa siswa yang meng- dan mata pelajaran, luasnya pengetahuan atribusikan yang dimiliki, motivasi berprestasi yang dengan akademik keberhasilan faktor-faktor akademiknya dalam yang tinggi dimensi atribusi keberhasilan pada dimensi ISU prestasi minat dalam terhadap dimensi tinggi, dan mood untuk belajar cenderung internal – stable – uncontrolable (ISU) mencapai keberhasilan akademik. Dengan cenderung mencapai prestasi akademik kata lain, siswa yang memiliki keyakinan tinggi, sedangkan siswa yang kurang atau bahwa tidak keberhasilan berhubungan dengan faktor-faktor dalam akademiknya dengan faktor-faktor dalam dimensi IUC tersebut cenderung mencapai dimensi ISU cenderung mencapai prestasi prestasi akademik yang tinggi. Sedangkan akademik rendah. Dengan kata lain, siswa siswa yang bahwa keberhasilan akademiknya dengan faktor- keberhasilan akademiknya ditentukan oleh faktor dalam dimensi IUC, atau siswa yang adanya faktor-faktor ISU seperti adanya kurang memiliki kayakinan akan adanya kemampuan yang tinggi, memiliki sifat hubungan rajin, keberhasilan akademiknya dengan faktor-faktor dalam cenderung memiliki (mencapai) prestasi dimensi IUC, cenderung kurang berhasil akademik tinggi. Sebaliknya, siswa yang secara akademik atau cenderung mencapai kurang atau tidak memiliki keyakinan akan prestasi akademik yang rendah. Jika dilihat adanya dari mengatribusikan memiliki dan keyakinan menghargai hubungan kausal antara prestasi yang akademiknya kurang kausal besaran tinggi mengatribusikan antara koefisien keberhasilan korelasinya, keberhasilan akademiknya dengan dengan hubungan antara kedua variabel termasuk faktor-faktor kurang erat. dalam dimensi ISU cenderung memiliki prestasi akademik 3) Adanya hubungan negatif antara gaya rendah. Jika dilihat dari besaran koefisien atribusi keberhasilan pada dimensi ESU korelasinya dengan berdasarkan kriteria dari prestasi akademik meng- Guilford, hubungan antara kedua variabel indikasikan bahwa siswa yang meng- tersebut termasuk kurang erat. atribusikan keberhasilan akademik dengan 2) Adanya hubungan positif antara gaya faktor-faktor dalam dimensi ESU atribusi keberhasilan pada dimensi IUC cenderung memiliki prestasi akademik dengan meng- rendah, sedangkan siswa lain yang kurang indikasikan bahwa siswa yang meng- atau tidak mengatribusikan keberhasilan atribusikan akademiknya dengan faktor-faktor dalam prestasi akademik keberhasilan akademiknya 39 Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46 dimensi ESU cenderung memiliki prestasi rendah. Sedangkan siswa yang kurang atau akademik tinggi. Dengan kata lain, siswa- tidak siswa yang memiliki keyakinan bahwa keberhasilan akademiknya berhubungan keberhasilan akademiknya lebih banyak dengan faktor-faktor dalam dimensi EUU ditentukan oleh adanya karakteristik mata tersebut pelajaran yang mudah, karakteristik guru akademik tinggi. Jika dilihat dari besaran yang baik hati, atau karakteristik guru koefisien korelasinya, hubungan antara yang pandai dalam mengajar cenderung kedua variabel termasuk cukup erat. mencapai prestasi cenderung bahwa mencapai prestasi Dari hasil pengujian hipotesis kedua Sedangkan siswa yang kurang atau tidak diperoleh kesimpulan bahwa: (1) terdapat memiliki keyakinan bahwa keberhasilan hubungan negatif yang signifikan antara gaya akademiknya dipengaruhi oleh faktor- atribusi kegagalan pada dimensi ISU dengan faktor tersebut prestasi akademik; (2) terdapat hubungan cenderung mencapai prestasi akademik positif yang signifikan antara gaya atribusi yang tinggi. Jika dilihat dari besaran kegagalan pada dimensi IUC dengan prestasi koefisien korelasinya, hubungan antara akademik; (3) terdapat hubungan negatif yang kedua variabel termasuk kurang erat. signifikan antara gaya atribusi kegagalan pada dimensi ESU 4) Adanya hubungan negatif antara gaya dimensi ESU dengan prestasi akademik; dan (4) atribusi keberhasilan pada dimensi EUU terdapat hubungan positif yang signifikan dengan meng- antara gaya atribusi kegagalan pada dimensi indikasikan bahwa siswa yang meng- EUU dengan prestasi akademik. Terhadap atribusikan hasil-hasil prestasi akademik keberhasilan akademiknya tersebut dapat diberikan dengan faktor-faktor dalam dimensi EUU pembahasan sebagai berikut: cenderung memiliki prestasi akademik 1) Adanya hubungan negatif yang signifikan rendah, sedangkan siswa yang kurang atau antara tidak dimensi ISU dengan prestasi akademik mengatribusikan keberhasilan gaya atribusi kegagalan mengindikasikan dimensi EUU cenderung mencapai prestasi mengatribusikan kegagalan akademiknya akademik tinggi. Dengan kata lain, siswa dengan faktor-faktor dalam dimensi ISU yang bahwa cenderung mencapai prestasi akademik dipengaruhi rendah, sedangkan siswa yang kurang atau memiliki keyakinan akademiknya bahwa yang oleh faktor-faktor seperti adanya campur tidak tangan atau bantuan dari orang lain, akademiknya dengan faktor-faktor dalam adanya keberuntungan, adanya kesempatan dimensi ISU cenderung mencapai prestasi untuk menyontek akademik tinggi. Dengan kata lain, siswa cenderung memiliki prestasi akademik yang memiliki keyakinan bahwa terdapat mencontoh atau mengatribusikan siswa pada akademiknya dengan faktor-faktor dalam keberhasilan 40 keyakinan rendah. dalam akademik memiliki kegagalan Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani) hubungan kausal antara kegagalan akademiknya dengan faktor-faktor dalam akademiknya dengan faktor-faktor dalam dimensi IUC tersebut cenderung memiliki dimensi seperti kurangnya kemampuan, prestasi akademik rendah. Jika dilihat dari sifat malas belajar dan tak menghargai besaran koefisien korelasinya, hubungan keberhasilan cenderung mencapai prestasi antara kedua varaibel termasuk cukup erat. akademik rendah, sedangkan siswa yang 3) Adanya hubungan negatif yang signifikan kurang atau tidak memiliki keyakinan antara bahwa dimensi ESU dengan prestasi akademik kegagalan akademiknya gaya atribusi kegagalan berhubungan dengan faktor-faktor dalam mengindikasikan dimensi ISU cenderung memiliki prestasi mengatribusikan kegagalan akademiknya akademik tinggi. Jika dilihat dari besaran dengan faktor-faktor dalam dimensi ESU koefisien korelasinya, hubungan antara cenderung mencapai prestasi akademik kedua variabel termasuk erat. rendah, sedangkan siswa yang kurang atau 2) Adanya hubungan positif yang signifikan antara gaya atribusi kegagalan tidak bahwa siswa pada mengatribusikan yang kegagalan pada akademiknya dengan faktor-faktor dalam dimensi IUC dengan prestasi akademik dimensi ESU cenderung mencapai prestasi mengindikasikan yang akademik tinggi. Dengan kata lain, siswa mengatribusikan kegagalan akademiknya yang memiliki keyakinan bahwa kegagalan dengan faktor-faktor dalam dimensi IUC akademiknya dengan faktor-faktor dalam cenderung memiliki prestasi akademik dimensi seperti Tugas atau mata pelajaran tinggi, sedangkan siwa yang kurang atau yang sulit, guru yang tidak baik, guru yang tidak tidak cakap dalam mengajar cenderung bahwa siswa mengatribusikan kegagalan akademikinya dengan faktor-faktor dalam mencapai dimensi IUC cenderung memiliki prestasi sedangkan siswa yang kurang atau tidak akademik rendah. Dengan kata lain, siswa memiliki keyakinan bahwa kegagalan yang memiliki keyakinan akan adanya akademiknya berhubungan dengan faktor- hubungan faktor kausal antara kegagalan prestasi dalam akademik dimensi ISU rendah, tersebut akademiknya dengan faktor-faktor seperti cenderung memiliki prestasi akademik kurangnya upaya atau tinggi. Jika dilihat dari besaran koefisien kurangnya minat terhadap kerja keras, pelajaran, kurangnya sikap positif terhadap belajar, dan badan yang kurang sehat cenderung memiliki prestasi akademik tinggi. korelasinya, hubungan antara kedua variabel termasuk erat. 4) Adanya hubungan positif yang signifikan antara gaya atribusi kegagalan pada Sedangkan siswa yang kurang ataun tidak dimensi EUU dengan prestasi akademik memiliki keyakinan mengindikasikan hubungan kausal akan antara adanya kegagalan bahwa siswa yang mengatribusikan kegagalan akademiknya 41 Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46 dengan faktor-faktor dalam dimensi EUU mudah, guru yang baik, guru yang cakap cenderung memiliki prestasi akademik dalam mengajar, keberuntungan, dan adanya tinggi, sedangkan siswa yang kurang atau campur tangan atau bantuan orang lain baik tidak kegagalan dalam menyelesaikan tugas maupun soal-soal akademikinya dengan faktor-faktor dalam ujian cenderung memiliki prestasi akademik dimensi EUU cenderung memiliki prestasi yang rendah. mengatribusikan akademik rendah. Dengan kata lain, siswa Dalam hubungannya dengan kegagalan yang memiliki keyakinan akan adanya akademik, hubungan kegagalan kausal antara kegagalan siswa yang akademiknya mengatribusikan dengan beberapa akademiknya dengan faktor-faktor seperti faktor kurangnya kerja keras atau ketekunan kurangnya keberuntungan, penilaian yang dalam belajar, kurangnya minat terhadap tidak obyektif, materi tes yang meyimpang, belajar dan salah dalam memahami petunjuk pengetahuan, kurangnya dorongan berprestasi, cenderung memiliki prestasi akademik kurangnya tinggi. Sedangkan siswa yang kurang atau keberuntungan, dan pemberian nilai yang tidak memiliki keyakinan akan adanya kurang obyektif cenderung mencapai prestasi hubungan akademik yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang kausal antara kegagalan dan mata pelajaran, kegairahan kurangnya belajar, kurangnya akademiknya dengan faktor-faktor dalam mengatribusikan kegagalan akademiknya dimensi EUU tersebut cenderung memiliki dengan kurangnya kemampuan, prestasi akademik rendah. Jika dilihat dari karakteristik tugas atau mata pelajaran yang besaran koefisien korelasinya, hubungan sulit, guru yang tidak baik, guru yang tidak antara kedua variabel termasuk tidak erat. bisa mengajar, dan tidak adanya bantuan faktor Secara keseluruhan, dalam hubungannya cenderung mencapai prestasi akademik rendah. dengan keberhasilan akademik, hasil-hasil Hasil-hasil tersebut di atas memberikan tersebut di atas menyatakan bahwa para siswa konfirmasi lebih lanjut yang mendukung hasil- yang keberhasilan hasil penelitian terdahulu dan teori-teori akademiknya dengan kemampuan yang tinggi, atribusi pada umumnya dan teori atribusi karakteristik kepribadian yang positif, kerja Weiner pada khususnya seperti telah diuraikan keras, luasnya pengetahuan yang dimiliki, pada Bab II. Meskipun peran motivasi kuatnya minat terhadap belajar dan mata berprestasi tidak diteliti dalam penelitian ini, pelajaran, kuatnya dorongan untuk berprestasi, terjadinya perbedaan dalam prestasi akademik dan kondisi fisik yang mendukung cenderung antara siswa yang memiliki gaya atribusi mencapai prestasi akademik yang tinggi. keberhasilan dan atribusi kegagalan akademik Sedangkan yang berbeda diduga disebabkan oleh karena mengatribusikan keberhasilan siswa yang mengatribusikan akademiknya dengan karakteristik tugas atau mata pelajaran yang 42 setiap bentuk gaya atribusi memiliki pengaruh langsung pada harapan dan motivasi Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani) berprestasi. Siswa yang mengatribusikan Simpulan keberhasilan akademiknya dengan faktor- Berdasarkan pada hasil analisis yang faktor dalam dimensi ISU dan dengan faktor- telah dilakukan diperoleh kesimpulan umum faktor serta bahwa gaya atribusi siswa tentang keberhasilan akademiknya dan kegagalan akademik berkorelasi dengan dalam dimensi mengatribusikan kegagalan IUC, dengan faktor-faktor dalam dimensi IUC dan prestasi EUU diduga lebih memiliki harapan dan keberhasilan akademik dengan faktor-faktor motivasi untuk berhasil pada kinerja akademik internal yang bersifat stabil dan tak dapat selanjutnya. Sebab, jika mereka percaya bahwa dikendalikan (ISU) dan dengan faktor internal dirinya memiliki kemampuan yang tinggi tak stabil yang dapat dikendalikan (IUC) dalam bidang yang ditekuni, dan percaya berkorelasi positif dengan prestasi akademik bahwa keberhasilan dipengaruhi oleh jumlah siswa. Gaya atribusi keberhasilan dengan usaha yang dikeluarkan, dan kegagalan yang faktor-faktor dalam dimensi eksternal yang tak dialaminya berhubungan dengan kurangnya dapat dikendalikan, baik yang bersifat stabil upaya, karena sedang kurang beruntung, atau (ESU) maupun tak stabil (EUU) berkorelasi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal tidak negatif dengan tingkat prestasi akademik siswa. stabil/dapat berubah, mereka lebih mungkin Gaya atribusi kegagalan akademik dengan untuk dapat mencapai hasil yang berbeda pada faktor-faktor dalam dimensi IUC dan EUU kinerja akdemik selanjutnya. Sebaliknya, jika berkorelasi positif dengan tingkat prestasi siswa akademik, dan memiliki keberhasilannya dalam keyakinan bahwa memperoleh nilai akademiknya. akademik dengan faktor-faktor dalam dimensi ISU dan faktor-faktor prestasi akademik. yang tak dapat atribusi gaya atribusi kegagalan tinggi lebih disebabkan adanya dukungan eksternal Gaya ESU berkorelasi negatif tingkat dikendalikan, baik yang bersifat stabil maupun Secara tidak stabil, seperti tugas atau mata pelajaran kesimpulan. yang mudah, guru yang baik hati, guru yang keberhasilan akademik, pandai mengajar, keberuntungan, dan adanya mengatribusi keberhasilan bantuan, serta memiliki keyakinan bahwa dengan faktor-faktor internal yang tidak stabil prestasi akademiknya yang rendah disebabkan dan oleh karena ia kurang memiliki kemampuan ketekunan atau kerja keras dalam belajar, atau karena sifat mata pelajaran yang sulit, minat yang tinggi dan sikap positif terhadap maka siswa tersebut cenderung untuk kurang belajar memiliki harapan dan motivasi untuk berhasil pengetahuan, serta kondisi fisik dan suasanan pada kinerja akademik selanjutnya. Pada hati yang mendukung cenderung mencapai gilirannya prestasi akademik siswa tersebut prestasi akademik tinggi. Sedangkan siswa cenderung rendah. mengatribusikan keberhasilan akademiknya yang khusus Dalam dapat dan dapat dibuat hubungannya siswa dengan yang akademiknya dikendalikannya mata dua pelajaran, seperti luasnya 43 Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46 dengan faktor-faktor eksternal yang tak dapat yang tidak baik atau tidak cakap dalam mereka kendalikan seperti karakteristik tugas mengajar. atau mata pelajaran yang mudah, guru yang Gaya atribusi keberhasilan dan baik, dan guru yang cakap dalam mengajar, kegagalan akademik yang dipegang oleh para serta faktor-faktor eksternal yang bersifat tak siswa di SMAN 4, SMAN 8, dan SMAN 11 stabil dan tak dapat dikendalikan seperti berhubungan dengan prestasi akademiknya. keberuntungan, kesempatan menyontek, dan Meskipun demikian perlu diingat bahwa adanya bantuan cenderung memiliki prestasi prestasi akademik merupakan suatu bentuk akademik rendah. ekspresi perilaku yang dipengaruhi oleh Dalam hubungannya dengan kegagalan akademik, siswa yang banyak faktor, atau merupakan fungsi dari mengatribusikan berbagai faktor pengaruh. Dengan kata lain, kegagalan akademiknya dengan faktor-faktor gaya atribusi hendaknya dipahami hanya internal yang tidak stabil dan yang dapat sebagai salah satu faktor dari sejumlah faktor mereka kendalikan seperti kurangnya yang diduga ikut memainkan peran penting belajar, kurangnya dalam mempengaruhi kinerja akademik dan pengetahuan, kurangnya minat, kurangnya tingkat prestasi akademik para siswa di empat kesiapan, dan kurangnya dorongan untuk SMA Negeri yang dijadikan lokasi dalam berprestasi, kondisi badan yang kurang sehat, penelitian ini. ketekunan dalam serta dengan faktor-faktor eksternal yang dapat Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini, berubah dan tak dapat dikendalikan seperti gaya atribusi keberhasilan dan kegagalan yang sedang tidak beruntung, materi tes yang tidak dibuat oleh siswa dalam hubungannya dengan sesuai atau tidak jelas, guru yang tidak kegiatan obyektif, dijadikan sebagai salah satu faktor yang perlu dan memahami adanya petunjuk kesalahan cenderung dalam memiliki akademiknya diperhatikan dalam di sekolah merancang dapat dan/atau prestasi akademik tinggi. Sebaliknya, para mengembangkan suatu program bantuan atau siswa cenderung intervensi. Dengan kata lain, berbagai program mengatribusikan prestasi akademik mereka bantuan atau intervensi psikologis untuk yang rendah dengan faktor-faktor internal yang maksud menangani prestasi akademik rendah relatif permanen dan tak dapat dikendalikan atau untuk meningkatkan prestasi akademik seperti kurangnya kemampuan dan adanya dapat dilakukan antara lain dengan cara karakteristik kepribadian yang negatif, di mendorong siswa untuk membuat atribusi samping dengan faktor-faktor eksternal yang akademik yang adaptif, yakni mengatribusikan relatif permanen dan tak dapat dikendalikan keberhasilan akademiknya dengan faktor- seperti karateristik mata pelajaran yang sulit, faktor internal yang bersifat stabil dan tak mata pelajaran yang tak menarik, dan guru dapat dikendalikan (ISU), dan dengan faktor- berprestasi rendah faktor 44 internal tak stabil yang dapat Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani) dikendalikan (IUC), serta mengatribusikan kegagalan akademiknya dengan faktor-faktor internal tak stabil yang dapat dikendalikan (IUC) dan dengan faktor eksternal tak stabil yang tak dapat dikendalikan (EUU). Daftar Pustaka A.E. Woolfolk, (1995). Educational Psychology. 6th. Ed. Boston: Allyn and Bacon B. Weiner, (1986). An Atribution Theory of Motivation and Emotion. New York: Springer-Verlag. -------------, (1979). A theory of motivation for some classroom experience. Journal of Education Psychology,. D. Perlman & P.C. Cosby, (1983). Social Psychology. New York: Holt, Rinehart and Winston. D.R. Shaffer (1994). Social & Personality Development. 3rd. ed. California: Brooks/Cole Publishing Company. H.C. Lindgren, H.C. (1981). Educational Psychology in the Classroom. New York: Oxford University Press. J.T. O’Sullivan & M.L. Howe, (1996). “Causal Attribution and reading Achievement: Individual Differences in Low-Income Families.” Contemporary Educational Psychology. Article No. 0027. Laurence Steinberg, (1993). Adolescence. International edition. 3rd. ed. New York: McGraw-Hill, Inc. Luzzo, D.A., James, T.J., & Luna, M. (1996). Effects of Attributional Retraining on the Career beliefs and Career Exploration Behavior 45 Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46 46