Uploaded by Nadia Regita Ayu Cahyani

Gaya Atribusi dengan Prestasi Akademik

advertisement
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Vol. I, No.1, 2008
HUBUNGAN ANTARA GAYA ATRIBUSI
DENGAN TINGKAT PRESTASI AKADEMIK
(Studi Korelasional pada Siswa di Beberapa SMA Negeri di Kota Bandung)
Rosleny Marliani
Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
The goal of this research is to find the crucial factors that influence the level of adolescence’s
academic achievement. The objective of this research is to study the
relationship between
adolescence’s attributional style with their level of academic achievement. This research was carried
out by correlational design.
This research involve adolescence as students of three public senior high school in Bandung City, i.e.
SMAN 4, SMAN 8, and SMAN 11. The sample of this study are 459 students selected through
random from second and third grade. The students at first grade not selected as sample because them
not yet owned the data of achievement. The data of achievement was collected by documentation
study, and data of attribution by questionnaire. The data expressed in ordinal scale and analyzed
statistically by Rank Spearman.
This study has some outcomes related to the relationship between style of attribution with academic
achievement. Students which attributing their academic success with high ability and effort or working
hard and attributed their academic failure with lack of effort and luck, tend to attain high
achievement. While the students that attributing their academic success with easy task and luck, and
attributed their academic failure with lack of ability and difficult task, tend to attain low achievement.
Based on the findings, to increasing the level of student’s academic achievement can be conducted by
train the students to developing the adaptive attribution style, that is to attributing their success
academic with ability and effort factors, and to attributing their failure academic with lack of effort an
luck.
Keywords : attribution, academic achievement
Latar Belakang
Berbagai studi menunjukkan, bahwa
Prestasi akademik (prestasi yang dicapai
siswa yang kurang berhasil di sekolah atau
oleh individu dalam hubungannya dengan
memiliki prestasi belajar rendah seringkali
aktivitas belajar di sekolah) rendah, dan siswa
memperlihatkan
berprestasi rendah merupakan salah satu isu
menyimpang yang
penting dalam bidang pendidikan. Karenanya,
mendorong perkembangannya lebih lanjut.
prestasi belajar rendah memiliki implikasi
Sebab, sebagaimana dinyatakan oleh Conger
penting bagi kajian dalam bidang psikologi
(1977) dan Lindgren (1980) bahwa remaja
perkembangan sebab prestasi belajar rendah
yang mengalami hambatan dalam berprestasi
seringkali berhubungan dengan adanya proses
cenderung memperlihatkan berbagai bentuk
perkembangan yang tidak sehat (hambatan
gangguan psikologis atau problem perilaku
dalam perkembangan).
seperti merasa rendah diri, kurang percaya diri,
berbagai
gejala
tidak kondusif
perilaku
untuk
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46
menarik diri, frustrasi, tak berdaya, cemas,
depresi.
berbagai
Mereka
juga
tindakan
sering
penelitian
ini
tidak
mengungkap seluruh faktor yang memainkan
peran dalam mempengaruhi tingkat prestasi
kenakalan (delinquency), bolos sekolah, dan
akademik di sejumlah sekolah tersebut. Penulis
terlibat dalam penyalahgunaan alkohol dan
hanya memusatkan perhatian pada faktor-
obat-obatan terlarang.
faktor tertentu yang diduga berhubungan
dengan
adaptif
diakui,
seperti
Sejalan
tidak
melakukan
Harus
pandangan
pakar
dengan tingkat prestasi akademik tinggi dan
psikologi pendidikan di atas, pengalaman dan
rendah pada kelompok sampel yang diselidiki,
pengamatan
memperlihatkan
yaitu 1) Hubungan antara gaya atribusi siswa
bahwa, siswa-siswa berprestasi rendah pada
tentang keberhasilan dengan tingkat prestasi
umumnya
akademiknya,
penulis juga
memperlihatkan
perilaku
tidak
2)
Hubungan
antara
gaya
adaptif yang tidak hanya merugikan siswa itu
atribusi kegagalan dengan tingkat prestasi
sendiri, tetapi juga orang lain. Beberapa ahli
akademik.
psikologi
juga
bahwa
Untuk keperluan itu, penulis melakukan
pengalaman keberhasilan dan/atau kegagalan
wawancara terhadap beberapa siswa di empat
di sekolah menjadi salah satu faktor penting
SMAN di kota Bandung tersebut yang
yang
memperlihatkan fenomena dalam pencapaian
turut
telah
menyatakan
mempengaruhi
perkembangan
kesehatan psikologis.
prestasi akademik yang relatif sama, yakni
Melihat kenyataan ini, masalah prestasi
SMAN 1, SMAN 4, SMAN 8, dan SMAN 11.
belajar rendah membutuhkan perhatian yang
Jumlah siswa yang diwawancarai adalah 20
lebih serius lebih dari sekadar melakukan
orang. Ke-20 orang siswa tersebut diambil
inovasi
secara random. Dalam wawancara ini penulis
terhadap
meningkatkan
kurikulum
mutu
pendidikan,
pembelajaran,
me-
menemui siswa secara individual dan meminta
ningkatkan fasilitas belajar, maupun dengan
mereka
memberikan intervensi terhadap siswa.
tertentu yang mereka yakini sebagai faktor
Berdasarkan hal-hal di atas, penulis
untuk
menyebutkan
faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dan / atau
melakukan sebuah penelitian yang bermaksud
kegagalan
mengungkap secara empirik hubungan antara
memperoleh
keyakinan siswa tentang faktor-faktor yang
Meskipun terdapat variasi, dari wawancara
mempengaruhi
atau
tersebut secara umum ditemukan adanya
akademiknya dengan prestasi
perbedaan antara kelompok siswa berprestasi
akademik. Studi penelitian ini, penulis lakukan
tinggi dan kelompok siswa berprestasi rendah
pada beberapa Sekolah Menengah Atas di
dalam
Kota Bandung, yakni SMAN 1, SMAN 4,
mempengaruhi
SMAN 8, dan SMAN 11.
akademiknya. Siswa berprestasi tinggi pada
kegagalan
keberhasilan
dan
/
mereka
dalam
prestasi
menyebutkan
kinerja
mencapai
akademik
faktor-faktor
dan
/
tinggi.
yang
keberhasilan
umumnya menyebutkan faktor-faktor internal
34
Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani)
seperti kemampuan yang tinggi dan ketekunan
sebagai
faktor
keberhasilan,
yang
dan
Atribusi sebagai Landasan Teori
mempengaruhi
faktor-faktor
eksternal
Landasan
teori
yang
dipergunakan
penulis mengembangkan penelitian tentang
seperti keberuntungan dan tugas yang sulit
faktor-faktor
sebagai penyebab kegagalan.
berhubungan dengan tingkat prestasi akademik
Sebaliknya, sebagian besar siswa yang
memiliki
prestasi
tertentu
yang
diduga
tinggi dan rendah tersebut adalah teori atribusi.
akademik
rendah
Teori ini sengaja dipilih karena banyak
kondisi
eksternal
digunakan sebagai kerangka kerja dalam
seperti keberuntungan, kebaikan guru, mata
penelitian-penelitian mutakhir tentang kinerja
pelajaran yang tidak sulit sebagai faktor yang
dan prestasi akademik (Steinberg, 2002).
menyebutkan
beberapa
menyebabkan keberhasilannya, dan kurangnya
Teori ini menekankan pada pentingnya
kecakapan yang menyebabkan kegagalannya.
keyakinan individu tentang faktor-faktor yang
Dari hasil wawancara tersebut tampak bahwa
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
terdapat perbedaan dalam keyakinan yang
akademiknya.
dipegang oleh siswa berprestasi tinggi dan
penelitian mutakhir yang dilakukan oleh
siswa berprestasi rendah menyangkut faktor-
beberapa peneliti (Harter et al., 1991; Little et
faktor
yang
al., 1995; MacIver et al., 1991; Marsh, 1990;
dan/atau
Pintrich et al., 1994) seperti dilaporkan oleh
internal
mempengaruhi
dan
eksternal
keberhasilan
Sebagai
beberapa
kegagalan akademiknya. Namun, informasi
Steinberg
yang diperoleh dari wawancara tersebut belum
keyakinan siswa tentang faktor-faktor tertentu
dapat digunakan atau diperlakukan sebagai
yang
data yang valid untuk tujuan membuat
kegagalannya
generalisasi. Untuk memperoleh data yang
terhadap motivasi dan ketekunan mereka
valid perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dalam
secara sistematis. Penelitian ini dilaksanakan
mempengaruhi kinerja skolastik mereka. Teori
untuk maksud tersebut.
atribusi
Dari seluruh siswa yang diamati, yakni
(2002),
contoh,
menyatakan
menyebabkan
bahwa
keberhasilan
memberikan
belajar,
dan
memberikan
dan/atau
pengaruh
ini
kuat
selanjutnya
penjelasan
tentang
hubungan antara tingkat prestasi dengan
sebanyak 507 siswa, ditemukan sebanyak 47%
keyakinan
di antaranya memperlihatkan prestasi belajar
tersebut. Menurut para ahli dalam teori atribusi
rendah (dibawah rata-rata). Persentase tersebut
(Dweck, 1980; dan Weiner. 1979, 1986), siswa
dapat
yang memiliki motivasi berprestasi dan tingkat
dikatakan
tinggi
karena
hampir
individu
prestasi
sampel yang diselidiki.
menyebutkan (mengatribusikan) kemampuan
ketekunan
mempengaruhi
tinggi
faktor-faktor
mendekati lima puluh persen dari seluruh
dan
akademik
tentang
sebagai
keberhasilan
cenderung
faktor
mereka,
yang
dan
menyebutkan kurangnya kerja keras sebagai
35
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46
faktor yang menyebabkan kegagalan mereka.
ke dalam praktek satu bidang pendidikan
Sedangkan para siswa yang kurang memiliki
(Woolfolk, 1995).
motivasi
berprestasi
prestasi
akademik
dan
yang
rendah
memiliki
cenderung
Menurut teori atribusi Weiner (1986),
perilaku
prestasi
(achievement
menyebutkan faktor-faktor eksternal sebagai
sangat
penyebab keberhasilan mereka, dan kurangnya
menginterpretasikan
kemampuan sebagai faktor yang menyebabkan
kegagalannya, dan pada apakah ia memiliki
kegagalan.
keyakinan bahwa ia dapat mengendalikan
Beberapa hasil penelitian menyatakan
tergantung
(mengontrol)
pada
behavior)
cara
individu
keberhasilan
keberhasilan
dan
dan
kegagalan
bahwa beberapa bentuk gaya atribusi yang
tersebut. Weiner memiliki asumsi bahwa
adaptif (facilitative attributional patterns)
manusia
dapat meningkatkan komitmen dan ketekunan
informasi yang aktif, yang berusaha untuk
untuk berhasil baik dalam menyelesaikan tugas
menemukan atau mencari penjelasan tentang
(bar-Tal, 1978; Marsh et al., 1984; Weiner,
faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan
1979, dalam Vispoel & Austin, 1995). Yang
atau kegagalan yang dialaminya (hubungan
dimaksud dengan gaya atribusi adaptif dalam
kausalitas), dan pemahaman ini pada akhirnya
konteks ini adalah suatu bentuk atribusi
akan
tentang keberhasilan dan kegagalan dengan
perilakunya (Luzo & Luna, 1996; Perlman &
faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh
Cosby, 1983; Shafer, 1992; Weiner, 1986).
individu.
Berdasarkan pada pemikiran dan hasil-hasil
Teori atribusi pada dasarnya merupakan
merupakan
mempengaruhi
makhluk
kognisi,
pemroses
emosi
dan
penelitiannya, Weiner (1986) faktor-faktor
suatu pendekatan kognitif untuk membuat
yang
penjelasan tentang berbagai bentuk atau gejala
keberhasilan dan/atau kegagalan akademiknya
perlaku (Sullivan & Howe, 1996), termasuk di
dapat diidentifikasikan dari tiga dimensi sebab,
dalamnya
dan
yaitu: (1) lokus kausalitas (locus of causality),
keberhasilan dalam mencapai prestasi di
(2) stabilitas (stability), dan (3) kontrol
sekolah (prestasi akademik). Teori atribusi
(controllability).
perilaku
berprestasi
diatribusikan
oleh
siswa
dengan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Menurut Weiner (1986) ketiga dimensi
teori atribusi dari Bernard Weiner (1986), yang
faktor tersebut memiliki implikasi penting
juga sering disebut sebagai attributional theory
pada motivasi dan tingkat prestasi akademik.
of achievement (Shaver, 1992; Perlman &
Lokus kausalitas memiliki hubungan langsung
Cozby, 1983). Di kalangan para ahli psikologi,
dengan motivasi berprestasi. Jika keberhasilan
khususnya psikologi pendidikan, Weiner telah
atau kegagalan diatribusikan dengan sebab
diakui sebagai salah seorang tokoh yang
internal,
pertama kali menerapkan teori atribusi umum
meningkatkan motivasi, dan pada akhirnya
maka
keberhasilan
akan
prestasi. Sebaliknya, kegagalan akan merusak
36
Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani)
motivasi dan prestasi. Dimensi stabilitas
dan harapan, memainkan peran penting dalam
berhubungan
membentuk
dengan
harapan
akan
kesediaan
(motivasi)
untuk
keberhasilan dan kegagalan di masa depan.
melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan
Jika
dengan prestasi.
siswa
mengatribusikan
keberhasilan
dan/atau kegagalan dengan faktor yang bersifat
Berdasarkan
teori
atribusi
relatif permanen atau tak dapat berubah,
tersebut
dapat
mereka akan mengembangkan harapan untuk
atribusi
individu
berhasil (atau gagal) pada mata pelajaran atau
kausalitas,
tes yang sama pada waktu berikutnya. Tetapi
mempengaruhi tingkat motivasi dan hasil-hasil
jika mereka mengatribusikan keberhasilan
yang berhubungan dengan prestasi. Dengan
dan/atau kegagalan dengan faktor yang tidak
kata lain, tingkat motivasi dan hasil-hasil
stabil (misalnya mood atau keberuntungan),
perilaku (kinerja) yang berkaitan dengan
mereka memiliki harapan untuk mencapai hasil
prestasi akan berkorelasi dengan gaya atribusi
yang berbeda (mungkin berhasil, mungkin
individu dalam dimensi kausalitas, stabilitas,
gagal) pada tugas atau tes yang sama pada
dan
waktu berikutnya.
pemikiran ini disajikan dalam bagan di bawah
Dimensi kontrol berkaitan dengan emosi,
disimpulkan
Weiner
dalam
stabilitas,
kontrol.
Secara
dan
bahwa
dimensi
kontrol
skematis,
gaya
lokus
akan
kerangka
ini:
seperti marah, malu, atau perasaan bersyukur.
ISU
Jika siswa gagal dalam suatu tugas yang ia
yakin ia dapat mengontrolnya (dapat berhasil),
Keberhasilan
mereka mungkin akan merasa malu atau
IUC
ESU
bersalah; sedangkan jika berhasil, mereka
Prestasi
Tinggi
merasa bangga dan berharga. Individu yang
berhasil dalam suatu tugas yang tak dapat
EUU
GAYA
ATRIBUSI
dikendalikannya akan merasa beruntung, dan
marah
jika
mengalami
kegagalan.
Jadi,
keyakinan siswa tentang lokus kausalitas akan
mempengaruhi
penilaian
siswa
tersebut
Prestasi
Rendah
ISU
Kegagalan
tentang keberhasilan dan kegagalannya, dan
IUC
ESU
keyakinan siswa tentang stabilitas dari faktor
yang
menyebabkan
keberhasilan
EUU
dan/atau
kegagalannya, dan keyakinan siswa tentang
apakah ia dapat mengendalikan faktor-faktor
Keterangan:
tersebut akan mempengaruhi harapannya di
ISU: atribusi dengan faktor-faktor dalam
masa depan. Menurut Weiner (1986), dua
dimensi internal-stable-uncontrolable
bentuk pertimbangan tersebut, yakni penilaian
37
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46
IUC: atribusi dengan faktor-faktor dalam
prestasi
akademiknya.
dimensi internal-unstable-controllable
dijabarkan
ESU: atribusi dengan faktor-faktor dalam
hipotesis sebagai berikut:
dimensi external-stable-uncontrollable
(a) Terdapat
lagi
Hipotesis
menjadi
hubungan
kegagalan
ini
empat
anak
antara
gaya
EUU: atribusi dengan faktor-faktor dalam
atribusi
pada
dimensi
dimensi external-unstable-uncontrollable
internal-stable-uncontrollable
(ISU)
dengan prestasi akademik.
Dengan kerangka pemikiran di atas,
(b) Terdapat hubungan positif antara gaya
penulis mengajukan dua hipotesis: “Terdapat
atribusi
hubungan positif antara gaya atribusi siswa
external-stable-uncontrollable (ESU)
dengan
dengan prestasi akademik.
tingkat
prestasi
akademiknya.”
Hipotesis tersebut dijabarkan ke dalam dua
kegagalan
pada
dimensi
(c) Terdapat hubungan positif antara gaya
anak hipotesis sebagai berikut:
atribusi
1) Terdapat hubungan antara gaya atribusi
external-stable-uncontrollable (ESU)
siswa tentang keberhasilan dengan prestasi
akademiknya.
Hipotesisi ini dijabarkan
kegagalan
pada
dimensi
dengan prestasi akademik.
(d) Terdapat
hubungan
atribusi
berikut:
external-unstable-uncontrollable (ISU)
hubungan
antara
gaya
pada
gaya
lagi kedalam empat anak hipotesis sebagai
(a) Terdapat
kegagalan
antara
dimensi
dengan prestasi akademik.
atribusi keberhasilan pada dimensi
internal-stable-uncontrollable
(ISU)
Pembahasan Hasil Penelitian
dengan prestasi akademik.
(b) Terdapat
hubungan
Dari hasil pengujian hipotesis pertama
antara
gaya
diperoleh kesimpulan bahwa: (1) terdapat
atribusi keberhasilan pada dimensi
hubungan positif yang signifikan antara gaya
internal-unstable-controllable
atribusi keberhasilan pada dimensi ISU dengan
(IUC)
dengan prestasi akademik.
(c) Terdapat
hubungan
antara
prestasi akademik; (2) terdapat hubungan
gaya
atribusi keberhasilan pada dimensi
keberhasilan
external-stable-uncontrollable (ESU)
prestasi akademik; (3) terdapat hubungan
dengan prestasi akademik.
negatif yang signifikan antara gaya atribusi
(d) Terdapat
hubungan
antara
gaya
keberhasilan
pada
pada
dimensi
dimensi
IUC
ESU
dengan
dengan
atribusi keberhasilan pada dimensi
prestasi akademik; dan (4) terdapat hubungan
external-unstable-uncontrollable
negatif yang signifikan antara gaya atribusi
(EUU) dengan prestasi akademik.
keberhasilan pada dimensi EUU dengan
2) Terdapat hubungan antara gaya atribusi
siswa tentang kegagalan dengan tingkat
38
positif yang signifikan antara gaya atribusi
prestasi
akademik.
Terhadap
hasil-hasil
Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani)
tersebut dapat diberikan pembahasan sebagai
dengan
faktor-faktor
berikut:
internal – unstable – controllabe (IUC)
1) Adanya hubungan positif antara gaya
seperti ketekunan atau kerja keras dalam
belajar,
dengan
meng-
pelajaran, sikap positif terhadap belajar
indikasikan bahwa siswa yang meng-
dan mata pelajaran, luasnya pengetahuan
atribusikan
yang dimiliki, motivasi berprestasi yang
dengan
akademik
keberhasilan
faktor-faktor
akademiknya
dalam
yang
tinggi
dimensi
atribusi keberhasilan pada dimensi ISU
prestasi
minat
dalam
terhadap
dimensi
tinggi, dan mood untuk belajar cenderung
internal – stable – uncontrolable (ISU)
mencapai keberhasilan akademik. Dengan
cenderung mencapai prestasi akademik
kata lain, siswa yang memiliki keyakinan
tinggi, sedangkan siswa yang kurang atau
bahwa
tidak
keberhasilan
berhubungan dengan faktor-faktor dalam
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
dimensi IUC tersebut cenderung mencapai
dimensi ISU cenderung mencapai prestasi
prestasi akademik yang tinggi. Sedangkan
akademik rendah. Dengan kata lain, siswa
siswa
yang
bahwa
keberhasilan akademiknya dengan faktor-
keberhasilan akademiknya ditentukan oleh
faktor dalam dimensi IUC, atau siswa yang
adanya faktor-faktor ISU seperti adanya
kurang memiliki kayakinan akan adanya
kemampuan yang tinggi, memiliki sifat
hubungan
rajin,
keberhasilan
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
cenderung memiliki (mencapai) prestasi
dimensi IUC, cenderung kurang berhasil
akademik tinggi. Sebaliknya, siswa yang
secara akademik atau cenderung mencapai
kurang atau tidak memiliki keyakinan akan
prestasi akademik yang rendah. Jika dilihat
adanya
dari
mengatribusikan
memiliki
dan
keyakinan
menghargai
hubungan
kausal
antara
prestasi
yang
akademiknya
kurang
kausal
besaran
tinggi
mengatribusikan
antara
koefisien
keberhasilan
korelasinya,
keberhasilan akademiknya dengan dengan
hubungan antara kedua variabel termasuk
faktor-faktor
kurang erat.
dalam
dimensi
ISU
cenderung memiliki prestasi akademik
3) Adanya hubungan negatif antara gaya
rendah. Jika dilihat dari besaran koefisien
atribusi keberhasilan pada dimensi ESU
korelasinya
dengan
berdasarkan
kriteria
dari
prestasi
akademik
meng-
Guilford, hubungan antara kedua variabel
indikasikan bahwa siswa yang meng-
tersebut termasuk kurang erat.
atribusikan keberhasilan akademik dengan
2) Adanya hubungan positif antara gaya
faktor-faktor
dalam
dimensi
ESU
atribusi keberhasilan pada dimensi IUC
cenderung memiliki prestasi akademik
dengan
meng-
rendah, sedangkan siswa lain yang kurang
indikasikan bahwa siswa yang meng-
atau tidak mengatribusikan keberhasilan
atribusikan
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
prestasi
akademik
keberhasilan
akademiknya
39
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46
dimensi ESU cenderung memiliki prestasi
rendah. Sedangkan siswa yang kurang atau
akademik tinggi. Dengan kata lain, siswa-
tidak
siswa yang memiliki keyakinan bahwa
keberhasilan akademiknya berhubungan
keberhasilan akademiknya lebih banyak
dengan faktor-faktor dalam dimensi EUU
ditentukan oleh adanya karakteristik mata
tersebut
pelajaran yang mudah, karakteristik guru
akademik tinggi. Jika dilihat dari besaran
yang baik hati, atau karakteristik guru
koefisien korelasinya, hubungan antara
yang pandai dalam mengajar cenderung
kedua variabel termasuk cukup erat.
mencapai
prestasi
cenderung
bahwa
mencapai
prestasi
Dari hasil pengujian hipotesis kedua
Sedangkan siswa yang kurang atau tidak
diperoleh kesimpulan bahwa: (1) terdapat
memiliki keyakinan bahwa keberhasilan
hubungan negatif yang signifikan antara gaya
akademiknya dipengaruhi oleh faktor-
atribusi kegagalan pada dimensi ISU dengan
faktor
tersebut
prestasi akademik; (2) terdapat hubungan
cenderung mencapai prestasi akademik
positif yang signifikan antara gaya atribusi
yang tinggi. Jika dilihat dari besaran
kegagalan pada dimensi IUC dengan prestasi
koefisien korelasinya, hubungan antara
akademik; (3) terdapat hubungan negatif yang
kedua variabel termasuk kurang erat.
signifikan antara gaya atribusi kegagalan pada
dimensi
ESU
4) Adanya hubungan negatif antara gaya
dimensi ESU dengan prestasi akademik; dan (4)
atribusi keberhasilan pada dimensi EUU
terdapat hubungan positif yang signifikan
dengan
meng-
antara gaya atribusi kegagalan pada dimensi
indikasikan bahwa siswa yang meng-
EUU dengan prestasi akademik. Terhadap
atribusikan
hasil-hasil
prestasi
akademik
keberhasilan
akademiknya
tersebut
dapat
diberikan
dengan faktor-faktor dalam dimensi EUU
pembahasan sebagai berikut:
cenderung memiliki prestasi akademik
1) Adanya hubungan negatif yang signifikan
rendah, sedangkan siswa yang kurang atau
antara
tidak
dimensi ISU dengan prestasi akademik
mengatribusikan
keberhasilan
gaya
atribusi
kegagalan
mengindikasikan
dimensi EUU cenderung mencapai prestasi
mengatribusikan kegagalan akademiknya
akademik tinggi. Dengan kata lain, siswa
dengan faktor-faktor dalam dimensi ISU
yang
bahwa
cenderung mencapai prestasi akademik
dipengaruhi
rendah, sedangkan siswa yang kurang atau
memiliki
keyakinan
akademiknya
bahwa
yang
oleh faktor-faktor seperti adanya campur
tidak
tangan atau bantuan dari orang lain,
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
adanya keberuntungan, adanya kesempatan
dimensi ISU cenderung mencapai prestasi
untuk
menyontek
akademik tinggi. Dengan kata lain, siswa
cenderung memiliki prestasi akademik
yang memiliki keyakinan bahwa terdapat
mencontoh
atau
mengatribusikan
siswa
pada
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
keberhasilan
40
keyakinan
rendah.
dalam
akademik
memiliki
kegagalan
Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani)
hubungan
kausal
antara
kegagalan
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
dimensi IUC tersebut cenderung memiliki
dimensi seperti kurangnya kemampuan,
prestasi akademik rendah. Jika dilihat dari
sifat malas belajar dan tak menghargai
besaran koefisien korelasinya, hubungan
keberhasilan cenderung mencapai prestasi
antara kedua varaibel termasuk cukup erat.
akademik rendah, sedangkan siswa yang
3) Adanya hubungan negatif yang signifikan
kurang atau tidak memiliki keyakinan
antara
bahwa
dimensi ESU dengan prestasi akademik
kegagalan
akademiknya
gaya
atribusi
kegagalan
berhubungan dengan faktor-faktor dalam
mengindikasikan
dimensi ISU cenderung memiliki prestasi
mengatribusikan kegagalan akademiknya
akademik tinggi. Jika dilihat dari besaran
dengan faktor-faktor dalam dimensi ESU
koefisien korelasinya, hubungan antara
cenderung mencapai prestasi akademik
kedua variabel termasuk erat.
rendah, sedangkan siswa yang kurang atau
2) Adanya hubungan positif yang signifikan
antara
gaya
atribusi
kegagalan
tidak
bahwa
siswa
pada
mengatribusikan
yang
kegagalan
pada
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
dimensi IUC dengan prestasi akademik
dimensi ESU cenderung mencapai prestasi
mengindikasikan
yang
akademik tinggi. Dengan kata lain, siswa
mengatribusikan kegagalan akademiknya
yang memiliki keyakinan bahwa kegagalan
dengan faktor-faktor dalam dimensi IUC
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
cenderung memiliki prestasi akademik
dimensi seperti Tugas atau mata pelajaran
tinggi, sedangkan siwa yang kurang atau
yang sulit, guru yang tidak baik, guru yang
tidak
tidak cakap dalam mengajar cenderung
bahwa
siswa
mengatribusikan
kegagalan
akademikinya dengan faktor-faktor dalam
mencapai
dimensi IUC cenderung memiliki prestasi
sedangkan siswa yang kurang atau tidak
akademik rendah. Dengan kata lain, siswa
memiliki keyakinan bahwa kegagalan
yang memiliki keyakinan akan adanya
akademiknya berhubungan dengan faktor-
hubungan
faktor
kausal
antara
kegagalan
prestasi
dalam
akademik
dimensi
ISU
rendah,
tersebut
akademiknya dengan faktor-faktor seperti
cenderung memiliki prestasi akademik
kurangnya
upaya
atau
tinggi. Jika dilihat dari besaran koefisien
kurangnya
minat
terhadap
kerja
keras,
pelajaran,
kurangnya sikap positif terhadap belajar,
dan badan yang kurang sehat cenderung
memiliki
prestasi
akademik
tinggi.
korelasinya,
hubungan
antara
kedua
variabel termasuk erat.
4) Adanya hubungan positif yang signifikan
antara
gaya
atribusi
kegagalan
pada
Sedangkan siswa yang kurang ataun tidak
dimensi EUU dengan prestasi akademik
memiliki
keyakinan
mengindikasikan
hubungan
kausal
akan
antara
adanya
kegagalan
bahwa
siswa
yang
mengatribusikan kegagalan akademiknya
41
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46
dengan faktor-faktor dalam dimensi EUU
mudah, guru yang baik, guru yang cakap
cenderung memiliki prestasi akademik
dalam mengajar, keberuntungan, dan adanya
tinggi, sedangkan siswa yang kurang atau
campur tangan atau bantuan orang lain baik
tidak
kegagalan
dalam menyelesaikan tugas maupun soal-soal
akademikinya dengan faktor-faktor dalam
ujian cenderung memiliki prestasi akademik
dimensi EUU cenderung memiliki prestasi
yang rendah.
mengatribusikan
akademik rendah. Dengan kata lain, siswa
Dalam hubungannya dengan kegagalan
yang memiliki keyakinan akan adanya
akademik,
hubungan
kegagalan
kausal
antara
kegagalan
siswa
yang
akademiknya
mengatribusikan
dengan
beberapa
akademiknya dengan faktor-faktor seperti
faktor kurangnya kerja keras atau ketekunan
kurangnya keberuntungan, penilaian yang
dalam belajar, kurangnya minat terhadap
tidak obyektif, materi tes yang meyimpang,
belajar
dan salah dalam memahami petunjuk
pengetahuan, kurangnya dorongan berprestasi,
cenderung memiliki prestasi akademik
kurangnya
tinggi. Sedangkan siswa yang kurang atau
keberuntungan, dan pemberian nilai yang
tidak memiliki keyakinan akan adanya
kurang obyektif cenderung mencapai prestasi
hubungan
akademik yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang
kausal
antara
kegagalan
dan
mata
pelajaran,
kegairahan
kurangnya
belajar,
kurangnya
akademiknya dengan faktor-faktor dalam
mengatribusikan
kegagalan
akademiknya
dimensi EUU tersebut cenderung memiliki
dengan
kurangnya
kemampuan,
prestasi akademik rendah. Jika dilihat dari
karakteristik tugas atau mata pelajaran yang
besaran koefisien korelasinya, hubungan
sulit, guru yang tidak baik, guru yang tidak
antara kedua variabel termasuk tidak erat.
bisa mengajar, dan tidak adanya bantuan
faktor
Secara keseluruhan, dalam hubungannya
cenderung mencapai prestasi akademik rendah.
dengan keberhasilan akademik, hasil-hasil
Hasil-hasil tersebut di atas memberikan
tersebut di atas menyatakan bahwa para siswa
konfirmasi lebih lanjut yang mendukung hasil-
yang
keberhasilan
hasil penelitian terdahulu dan teori-teori
akademiknya dengan kemampuan yang tinggi,
atribusi pada umumnya dan teori atribusi
karakteristik kepribadian yang positif, kerja
Weiner pada khususnya seperti telah diuraikan
keras, luasnya pengetahuan yang dimiliki,
pada Bab II. Meskipun peran motivasi
kuatnya minat terhadap belajar dan mata
berprestasi tidak diteliti dalam penelitian ini,
pelajaran, kuatnya dorongan untuk berprestasi,
terjadinya perbedaan dalam prestasi akademik
dan kondisi fisik yang mendukung cenderung
antara siswa yang memiliki gaya atribusi
mencapai prestasi akademik yang tinggi.
keberhasilan dan atribusi kegagalan akademik
Sedangkan
yang berbeda diduga disebabkan oleh karena
mengatribusikan
keberhasilan
siswa
yang
mengatribusikan
akademiknya
dengan
karakteristik tugas atau mata pelajaran yang
42
setiap bentuk gaya atribusi memiliki pengaruh
langsung
pada
harapan
dan
motivasi
Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani)
berprestasi.
Siswa
yang
mengatribusikan
Simpulan
keberhasilan akademiknya dengan faktor-
Berdasarkan pada hasil analisis yang
faktor dalam dimensi ISU dan dengan faktor-
telah dilakukan diperoleh kesimpulan umum
faktor
serta
bahwa gaya atribusi siswa tentang keberhasilan
akademiknya
dan kegagalan akademik berkorelasi dengan
dalam
dimensi
mengatribusikan
kegagalan
IUC,
dengan faktor-faktor dalam dimensi IUC dan
prestasi
EUU diduga lebih memiliki harapan dan
keberhasilan akademik dengan faktor-faktor
motivasi untuk berhasil pada kinerja akademik
internal yang bersifat stabil dan tak dapat
selanjutnya. Sebab, jika mereka percaya bahwa
dikendalikan (ISU) dan dengan faktor internal
dirinya memiliki kemampuan yang tinggi
tak stabil yang dapat dikendalikan (IUC)
dalam bidang yang ditekuni, dan percaya
berkorelasi positif dengan prestasi akademik
bahwa keberhasilan dipengaruhi oleh jumlah
siswa. Gaya atribusi keberhasilan dengan
usaha yang dikeluarkan, dan kegagalan yang
faktor-faktor dalam dimensi eksternal yang tak
dialaminya berhubungan dengan kurangnya
dapat dikendalikan, baik yang bersifat stabil
upaya, karena sedang kurang beruntung, atau
(ESU) maupun tak stabil (EUU) berkorelasi
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal tidak
negatif dengan tingkat prestasi akademik siswa.
stabil/dapat berubah, mereka lebih mungkin
Gaya atribusi kegagalan akademik dengan
untuk dapat mencapai hasil yang berbeda pada
faktor-faktor dalam dimensi IUC dan EUU
kinerja akdemik selanjutnya. Sebaliknya, jika
berkorelasi positif dengan tingkat prestasi
siswa
akademik, dan
memiliki
keberhasilannya
dalam
keyakinan
bahwa
memperoleh
nilai
akademiknya.
akademik dengan faktor-faktor dalam dimensi
ISU dan
faktor-faktor
prestasi akademik.
yang
tak
dapat
atribusi
gaya atribusi kegagalan
tinggi lebih disebabkan adanya dukungan
eksternal
Gaya
ESU berkorelasi negatif tingkat
dikendalikan, baik yang bersifat stabil maupun
Secara
tidak stabil, seperti tugas atau mata pelajaran
kesimpulan.
yang mudah, guru yang baik hati, guru yang
keberhasilan
akademik,
pandai mengajar, keberuntungan, dan adanya
mengatribusi
keberhasilan
bantuan, serta memiliki keyakinan bahwa
dengan faktor-faktor internal yang tidak stabil
prestasi akademiknya yang rendah disebabkan
dan
oleh karena ia kurang memiliki kemampuan
ketekunan atau kerja keras dalam belajar,
atau karena sifat mata pelajaran yang sulit,
minat yang tinggi dan sikap positif terhadap
maka siswa tersebut cenderung untuk kurang
belajar
memiliki harapan dan motivasi untuk berhasil
pengetahuan, serta kondisi fisik dan suasanan
pada kinerja akademik selanjutnya. Pada
hati yang mendukung cenderung mencapai
gilirannya prestasi akademik siswa tersebut
prestasi akademik tinggi. Sedangkan siswa
cenderung rendah.
mengatribusikan keberhasilan akademiknya
yang
khusus
Dalam
dapat
dan
dapat
dibuat
hubungannya
siswa
dengan
yang
akademiknya
dikendalikannya
mata
dua
pelajaran,
seperti
luasnya
43
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46
dengan faktor-faktor eksternal yang tak dapat
yang tidak baik atau tidak cakap dalam
mereka kendalikan seperti karakteristik tugas
mengajar.
atau mata pelajaran yang mudah, guru yang
Gaya
atribusi
keberhasilan
dan
baik, dan guru yang cakap dalam mengajar,
kegagalan akademik yang dipegang oleh para
serta faktor-faktor eksternal yang bersifat tak
siswa di SMAN 4, SMAN 8, dan SMAN 11
stabil dan tak dapat dikendalikan seperti
berhubungan dengan prestasi akademiknya.
keberuntungan, kesempatan menyontek, dan
Meskipun demikian perlu diingat bahwa
adanya bantuan cenderung memiliki prestasi
prestasi akademik merupakan suatu bentuk
akademik rendah.
ekspresi perilaku yang dipengaruhi oleh
Dalam hubungannya dengan kegagalan
akademik,
siswa
yang
banyak faktor,
atau merupakan fungsi dari
mengatribusikan
berbagai faktor pengaruh. Dengan kata lain,
kegagalan akademiknya dengan faktor-faktor
gaya atribusi hendaknya dipahami hanya
internal yang tidak stabil dan yang dapat
sebagai salah satu faktor dari sejumlah faktor
mereka
kendalikan
seperti
kurangnya
yang diduga ikut memainkan peran penting
belajar,
kurangnya
dalam mempengaruhi kinerja akademik dan
pengetahuan, kurangnya minat, kurangnya
tingkat prestasi akademik para siswa di empat
kesiapan, dan kurangnya dorongan untuk
SMA Negeri yang dijadikan lokasi dalam
berprestasi, kondisi badan yang kurang sehat,
penelitian ini.
ketekunan
dalam
serta dengan faktor-faktor eksternal yang dapat
Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini,
berubah dan tak dapat dikendalikan seperti
gaya atribusi keberhasilan dan kegagalan yang
sedang tidak beruntung, materi tes yang tidak
dibuat oleh siswa dalam hubungannya dengan
sesuai atau tidak jelas, guru yang tidak
kegiatan
obyektif,
dijadikan sebagai salah satu faktor yang perlu
dan
memahami
adanya
petunjuk
kesalahan
cenderung
dalam
memiliki
akademiknya
diperhatikan
dalam
di
sekolah
merancang
dapat
dan/atau
prestasi akademik tinggi. Sebaliknya, para
mengembangkan suatu program bantuan atau
siswa
cenderung
intervensi. Dengan kata lain, berbagai program
mengatribusikan prestasi akademik mereka
bantuan atau intervensi psikologis untuk
yang rendah dengan faktor-faktor internal yang
maksud menangani prestasi akademik rendah
relatif permanen dan tak dapat dikendalikan
atau untuk meningkatkan prestasi akademik
seperti kurangnya kemampuan dan adanya
dapat dilakukan antara lain dengan cara
karakteristik kepribadian yang negatif, di
mendorong siswa untuk membuat atribusi
samping dengan faktor-faktor eksternal yang
akademik yang adaptif, yakni mengatribusikan
relatif permanen dan tak dapat dikendalikan
keberhasilan akademiknya dengan faktor-
seperti karateristik mata pelajaran yang sulit,
faktor internal yang bersifat stabil dan tak
mata pelajaran yang tak menarik, dan guru
dapat dikendalikan (ISU), dan dengan faktor-
berprestasi
rendah
faktor
44
internal
tak
stabil
yang
dapat
Hubungan antara Gaya Atribusi dengan Tingkat Prestasi Akademik (Rosleny Marliani)
dikendalikan (IUC), serta mengatribusikan
kegagalan akademiknya dengan faktor-faktor
internal tak stabil yang dapat dikendalikan
(IUC) dan dengan faktor eksternal tak stabil
yang tak dapat dikendalikan (EUU).
Daftar Pustaka
A.E.
Woolfolk,
(1995).
Educational
Psychology. 6th. Ed. Boston: Allyn and
Bacon
B. Weiner, (1986). An Atribution Theory of
Motivation and Emotion. New York:
Springer-Verlag.
-------------, (1979). A theory of motivation for
some classroom experience. Journal of
Education Psychology,.
D. Perlman & P.C. Cosby, (1983). Social
Psychology. New York: Holt, Rinehart
and Winston.
D.R. Shaffer (1994). Social & Personality
Development. 3rd. ed. California:
Brooks/Cole Publishing Company.
H.C. Lindgren, H.C. (1981). Educational
Psychology in the Classroom. New York:
Oxford University Press.
J.T. O’Sullivan & M.L. Howe, (1996).
“Causal Attribution and reading
Achievement: Individual Differences in
Low-Income Families.” Contemporary
Educational Psychology. Article No.
0027.
Laurence Steinberg, (1993). Adolescence.
International edition. 3rd. ed. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Luzzo, D.A., James, T.J., & Luna, M. (1996).
Effects of Attributional Retraining on
the Career beliefs and Career
Exploration Behavior
45
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 33 - 46
46
Download