Uploaded by annisalula3

224-Article Text-976-2-2-20220624 (1)

advertisement
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PSAK 73 TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN
Oleh:
Annisa Firdausi Nuzulla
Eka Febriyani
Fandy Ahmad Fajri
Octa Enri Putra
Falikhatun
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email:
annisalula9@gmail.com
fandy16ahmad@gmail.com
octapvtra@gmail.com
falie.feuns17@gmail.com
Abstrak: Untuk mencapai manajemen aset yang optimal, perusahaan cenderung
memilih opsi sewa (leasing) untuk menambah aset perusahaan. Opsi sewa dipilih
untuk menekan modal dan biaya-biaya lain yang terjadi apabila perusahaan
melakukan pembelian aset. Sewa dianggap lebih menguntungkan ketika
penambahan aset perusahaan diharapkan mampu meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Aktivitas sewa (leasing) di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya.
Pertumbuhan aktivitas sewa mendorong DSAK IAI untuk memperbaharui standar
regulasi akuntansi atas sewa untuk menjaga reliabilitas informasi laporan keuangan
terlebih untuk pengambilan keputusan. Lahirnya PSAK 73 atas sewa
mempengaruhi rasio kinerja keuangan perusahaan. Tim peneliti melakukan analis
untuk mengetahui bagaimana penerapan PSAK 73 mempengaruhi rasio
profitabilitas dan solvabilitas perusahaan manufaktur subsektor makanan dan
minuman. Tulisan ini bersifat analisis komparatif yang membandingkan kinerja
keuangan sebelum penerapan PSAK 73 dengan kinerja keuangan setelah PSAK 73
(post PSAK)
Abstract: In achieving an optimal asset management, companies tend to choose
leasing over buying in increasing their assets. Leasing is preferable to reduce
capital and other costs that may occur if the company purchases assets. Leasing is
considered more profitable when the profitability grows as the assets increase. In
Indonesia, leasing continues to grow time to time. The growth of Leasing
encouraged DSAK IAI to amend the accounting standards on leases in order to
maintain the reliability of information stated in financial statements that are used
for decision-making. The issuance of PSAK 73 on rent affected the company's
financial performance. The research team conducted analysis to find out how the
application of PSAK 73 affects the profitability and solvency ratio of manufacturing
companies in the food and beverage subsector. This paper contains a comparative
analysis that compares financial performance before the implementation of PSAK
73 and after PSAK 73 (post PSAK),
Kata Kunci: PSAK 73, sewa pembiayaan, kapitalisasi sewa, kinerja keuangan,
profitabilitas, solvabilitas
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Manajemen aset yang optimal menjadi yang penting dalam keberlangsungan
operasional perusahaan ketika penambahan jumlah aset diharapkan dapat
membantu meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Dalam
pengadaan aset, perusahaan memiliki opsi untuk membeli atau melakukan sewa
(leasing) suatu aset. Dengan pertimbangan biaya yang dibebankan, beberapa
perusahaan seperti perusahaan manufaktur memilih opsi sewa aset untuk menekan
beban-beban seperti beban instalasi, depresiasi, perawatan, dan beban lainnya. Opsi
sewa dipilih untuk menekan modal yang seharusnya digunakan untuk membeli aset,
mengurangi beban depresiasi, menghindari kerugian keusangan aset, dan hal
lainnya.
Aktivitas sewa (leasing) di Indonesia meningkat selama 6 tahun terakhir
(Otoritas Jasa Keuangan, 2020). Pada 2015, total aset dari jasa pembiayaan di
Indonesia mencapai Rp 425,7 triliun dan ekuitas mencapai Rp 96 triliun.
Pertumbuhan aktivitas leasing dibuktikan dengan kenaikan total aset pada tahun
2020 sebesar 6% dan peningkatan ekuitas sebesar 39%. Seiring dengan
pertumbuhan tingkat aktivitas sewa, urgensi pengaturan dan standar regulasi
akuntansi atas sewa juga ikut meningkat. Pada tahun 2017 DSAK IAI
mengestimasikan adanya $3.3 triliun atau 85% perjanjian sewa yang tidak muncul
dalam laporan posisi keuangan, sehingga menyulitkan pengguna laporan dalam
pengambilan keputusan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 73 tentang Akuntansi Sewa pada tahun 2017
yang secara penuh mengadopsi International Financial Reporting Standard – IFRS
16: Accounting for Lease.
PSAK 73 atas sewa dibuat karena pengungkapan laporan keuangan di bawah
aturan standar terdahulunya tidak selalu menyajikan transaksi sewa secara akurat.
Pemberlakuan standar akuntansi sewa di Indonesia menyebabkan peningkatan
komposisi aset dan liabilitas pada perusahaan yang memiliki kontrak sewa.
Perusahaan harus mengkapitalisasi kontrak sewa yang sebelumnya diakui sebagai
beban dan diungkapkan dalam laporan laba rugi menjadi liabilitas yang
diungkapkan dalam laporan posisi keuangan. Peningkatan nilai aset dan liabilitas
perusahaan juga mempengaruhi beberapa ukuran kinerja keuangan perusahaan dan
struktur utang.
Saing dan Firmansyah (2021) mengemukakan bahwa peningkatan aset dan
liabilitas akibat penerapan PSAK 73 akan mendorong peningkatan rasio keuangan
yang berhubungan dengan kinerja operasional dan struktur utang. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa perusahaan harus memitigasi risiko-risiko yang berkaitan
dengan PSAK 73, khususnya peningkatan pada struktur utang. Peningkatan rasio
utang juga akan memicu peningkatan biaya modal perusahaan, meskipun
profitabilitas
perusahaan
meningkat.
Branswijck
&
Longueville
(2011)
mengusulkan bahwa rasio utang (DER), rasio profitabilitas (ROA), dan rasio
likuiditas (current ratio) secara signifikan dipengaruhi oleh kapitalisasi sewa
operasional. Safitri (2019) menyimpulkan bahwa hampir seluruh industri jasa
mengalami kenaikan pada rasio solvabilitas dan penurunan signifikan pada rata-rata
rasio profitabilitas, diikuti dengan industri tambang dan manufaktur. Morales-Diaz
dan Zamora-Ramirez (2018) menyimpulkan bahwa penerapan akuntansi sewa
IFRS 16 secara signifikan akan mempengaruhi neraca, leverage, dan rasio
solvabilitas pada perusahaan-perusahaan di Eropa. Kloko dan Bayunitri (2020)
mengungkapkan bahwa penerapan PSAK 73 pada PT Telekomunikasi Indonesia
menunjukkan bahwa Telkom memiliki kinerja laporan keuangan yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang belum menerapkan PSAK 73 sewa. Hal ini
dibuktikan dengan kualitas rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio turnover.
Review penelitian sebelumnya menghasilkan kesimpulan yang berbeda,
penguji ingin melengkapi literatur mengenai dampak PSAK 73 terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis ingin melihat
bagaimana penerapan PSAK 73 atas sewa secara spesifik mempengaruhi kinerja
keuangan pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di
BEI. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur penelitian
mengenai analisis dampak penerapan PSAK 73 atas sewa terhadap kinerja pada
industri manufaktur.
1.2 Rumusan Permasalahan
a. Bagaimana dampak kapitalisasi sewa pada laporan keuangan perusahaan
industri manufaktur subsektor makanan dan minuman??
b. Apakah penerapan PSAK 73 berdampak pada kinerja keuangan perusahaan
industri manufaktur subsektor makanan dan minuman?
2. Landasan Teori
2.1 Sewa
Sewa merupakan kontrak perjanjian antara pihak penyewa yang memperoleh
hak guna suatu aset dalam periode waktu tertentu yang disepakati dengan pihak
yang menyewakan. Sewa diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni (1) sewa
pembiayaan, di mana seluruh risiko dan manfaat terkait kepemilikan aset pihak
yang menyewakan, secara substansial dialihkan kepada pihak penyewa; (2) sewa
operasi, di mana seluruh risiko dan manfaat terkait kepemilikan aset pihak yang
menyewakan, secara substansial tidak dialihkan kepada pihak penyewa.
2.2 PSAK 73
PSAK 73 berlaku efektif mulai 1 Januari 2020, dengan penerapan dini
diperkenankan hanya jika menerapkan PSAK 72 atas Pendapatan dari Kontrak
dengan Pelanggan. Penerapan PSAK 73 menggantikan standar akuntansi sewa
sebelumnya yaitu PSAK 30, ISAK 8 mengenai Penentuan Apakah Suatu Perjanjian
Mengandung Sewa, ISAK 23 mengenai Sewa Operasi-Insentif, ISAK 24 mengenai
Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa
dan ISAK 25 mengenai Hak Atas Tanah. PSAK 73 mengubah model akuntansi
tunggal untuk pengakuan, pencatatan, dan pengungkapan sewa sebagai sewa
pembiayaan (capital lease) dan tidak mengakui adanya sewa operasi.
Perubahan signifikan pada aturan PSAK 73 dikhususkan bagi penyewa
sedangkan bagi pesewa tidak ada perubahan aturan apapun. Penyewa mengakui
kontrak sewa sebagai aset hak guna (right-of-use assets) dan liabilitas sewa dalam
laporan posisi keuangan (on-balance sheet). Terdapat dua opsi pengecualian dalam
perlakuan sewa, yaitu bagi sewa jangka pendek dengan umur kurang dari 12 bulan
dan sewa aset yang nilai pendasarnya (underlying asset) bernilai rendah.
Pada pengakuan awal sewa, penyewa mengakui sewa sebagai aset hak guna dan
liabilitas sewa dengan dasar nilai wajar aset yang disewa atau jika lebih rendah, atas
dasar nilai sekarang (present value) dari pembayaran sewa guna minimum. Aset
hak guna diukur sejak tanggal berlaku kontrak sewa. Sedangkan untuk liabilitas
sewa diukur dengan nilai terkini pembayaran sewa ditambah dengan nilai terkini
pembayaran ekspektasian pada akhir sewa. Tiga poin penting dalam pengukuran
nilai kini pembayaran sewa:
a. Periode sewa tidak dapat dibatalkan (non-cancelable period) termasuk dalam
opsi perpanjangan sewa atau pembatalan.
b. Pembayaran sewa diperoleh dari pembayaran tetap, pembayaran variable,
perkiraan jaminan nilai residu, harga eksekusi opsi beli, dan biaya penalti.
c. Tingkat diskonto yaitu menggunakan suku bunga implisit apabila dapat
ditentukan atau suku bunga pinjaman inkremental apabila tidak dapat
ditentukan
2.3 Kinerja Keuangan
Profitabilitas merupakan kemampuan atau kemungkinan suatu perusahaan
untuk mendatangkan keuntungan (memperoleh laba). Dalam penelitian ini, untuk
mengukur profitabilitas perusahaan, digunakan rasio return on asset (ROA) dan
return on equity (ROE). ROA adalah rasio yang digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan menghasilkan laba melalui penggunaan total aset.
Sedangkan ROE adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan menghasilkan laba melalui penggunaan dana setoran pemegang saham
atau investor.
Solvabilitas merupakan kemampuan atau kemungkinan suatu perusahaan untuk
membayar utang-utangnya. Dalam penelitian ini, untuk mengukur solvabilitas
perusahaan, digunakan rasio debt to equity ratio (DER) dan debt to asset ratio
(DAR). DER adalah rasio yang digunakan untuk menilai kewajiban yang digunakan
dalam operasional perusahaan dibanding nilai ekuitas. Sedangkan DAR adalah
rasio yang digunakan untuk menilai perbandingan total kewajiban terhadap total
aset.
3. Metode Penelitian
Penelitian bersifat komparatif, dimana fokus penelitian adalah membandingkan
perbedaan kinerja keuangan perusahaan dibawah perlakuan PSAK 30 dan dibawah
perlakuan PSAK 73. Tujuan penelitian adalah untuk melihat adanya pengaruh
Penerapan PSAK 73 terhadap kinerja keuangan pada perusahaan subsektor
makanan dan minuman dan memaparkan dampak adanya penerapan PSAK 73 atas
sewa terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan analisis rasio keuangan.
Berdasarkan analisis diatas, kerangka konsep penelitian ini ditunjukkan pada
gambar 1.1
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan
dari laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit (audited financial statements)
selama periode 2019 – 2020 yang diperoleh dari website BEI (www.idx.co.id).
Populasi data seluruh perusahaan industri manufaktur subsektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019-2020. Penelitian
ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan cross sectional.
Mengingat objek penelitian memerlukan pertimbangan tertentu, pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling pada pengambilan sampel.
Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang memenuhi
kriteria:
1. Perusahaan di sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2019 – 2020
2. Perusahaan yang memiliki kontrak sewa dan mengungkapkan kontrak sewa
dalam laporan keuangannya
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, perusahaan yang menjadi sampel
penelitian ini adalah sebagai berikut:
No.
Keterangan
Jumlah
1.
Perusahaan di sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
25
2.
Perusahaan yang memiliki kontrak sewa dan mengungkapkan
kontrak sewa dalam laporan keuangannya
(9)
Total perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan
sampel
16
Sumber: data diolah (2022)
Tabel 3.1 Eliminasi Kriteria Sampel
Berdasarkan eliminasi kriteria, perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel
penelitian antara lain:
No
Kode Saham
Nama Emiten
1
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT
2
CAMP
Campina Ice Cream Industry Tbk., PT
3
CLEO
Sariguna Primatirta Tbk., PT
4
DMND
Diamond Food Indonesia Tbk., PT
5
FOOD
Sentra Food Indonesia Tbk., PT
6
GOOD
Garudafood Putra Putri Jaya Tbk., PT
7
HOKI
Buyung Poetra Sembada Tbk, PT
8
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
9
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk, PT
10
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk, PT
11
MYOR
Mayora Indah Tbk, PT
12
PSDN
Prashida Aneka Niaga Tbk, PT
13
PSGO
Palma Serasih Tbk., PT
14
SKBM
Sekar Bumi Tbk, PT
15
SKLT
Sekar Laut Tbk, PT
Ultrajaya Milk Industry and Trading
16
ULTJ
Sumber: data diolah (2022)
Company Tbk, PT
Tabel 3.2 Perusahaan Sampel Penelitian
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Dampak Kapitalisasi Sewa pada Laporan Posisi Keuangan
Dampak kapitalisasi sewa dapat dilihat berdasarkan total aset, total liabilitas,
dan total ekuitas berdasarkan laporan posisi keuangan perusahaan, sebagai berikut:
Kode
Total Aset
Total Liabilitas Total Ekuitas
Perusahaan
Sebelum Kapitalisasi Sewa (Penerapan PSAK 30)
AISA
1.868.966
3.526.819
(1.657.853)
CAMP
1.057.529
122.137
935.392
CLEO
1.245.144
478.844
766.299
DMND
5.570.651
2.287.060
3.283.591
FOOD
118.587
44.535
74.052
GOOD
5.063.068
2.297.547
2.765.520
HOKI
848.676
207.108
641.567
ICBP
38.709.314
12.038.210
26.671.314
INDF
96.198
41.996
54.202
MLBI
2.896.950
1.750.943
1.146.007
MYOR
19.037.919
9.125.979
9.911.940
PSDN
763.492
587.529
175.963
PSGO
3.255.607
2.078.486
1.177.120
SKBM
1.820.383
784.563
1.035.820
SKLT
790.846
410.464
380.382
ULTJ
6.608.422
953.283
5.655.139
Setelah Kapitalisasi Sewa (Penerapan PSAK 73)
AISA
2.011.577
1.183.300
828.257
CAMP
1.086.873
125.161
961.712
CLEO
1.310.940
416.194
894.746
DMND
5.680.638
1.025.042
4.560.232
FOOD
113.192
56.951
56.241
GOOD
6.570.970
3.676.533
2.894.436
HOKI
906.924
244.363
662.560
ICBP
103.588.325
53.270.272
50.318.053
INDF
163.136
83.998
79.138
MLBI
2.907.425
1.474.019
1.433.406
MYOR
19.777.501
8.506.032
11.271.468
PSDN
765.376
645.224
120.152
PSGO
3.401.723
2.191.495
1.210.227
SKBM
1.768.660
806.679
961.981
SKLT
773.863
366.908
406.955
ULTJ
8.754.116
3.972.379
4.781.737
Perubahan Nilai
AISA
142.611
(2.343.519)
2.486.110
CAMP
29.344
3.024
26.320
CLEO
65.796
(62.650)
128.447
DMND
109.987
(1.262.018)
1.276.641
FOOD
(5.395)
12.416
(17.811)
GOOD
1.507.902
1.378.986
128.916
HOKI
58.248
37.255
20.993
ICBP
64.879.011
41.232.062
23.646.739
INDF
66.938
42.002
24.936
MLBI
10.475
(276.924)
287.399
MYOR
739.582
(619.947)
1.359.528
PSDN
1.884
57.695
(55.811)
PSGO
146.116
113.009
33.107
SKBM
(51.723)
22.116
(73.839)
SKLT
(16.983)
(43.556)
26.573
ULTJ
2.145.694
3.019.096
(873.402)
Perubahan Nilai (%)
AISA
7,63%
(66,45%)
(149,96%)
CAMP
2,77%
2,48%
2,81%
CLEO
5,28%
(13,08%)
16,76%
DMND
1,97%
(55,18%)
38,88%
FOOD
(4,55%)
27,88%
(24,05%)
GOOD
29,78%
60,02%
4,66%
HOKI
6,86%
17,99%
3,27%
ICBP
167,61%
342,51%
88,66%
INDF
69,58%
100,01%
46,01%
MLBI
0,36%
(15,82%)
25,08%
MYOR
3,88%
(6,79%)
13,72%
PSDN
0,25%
9,82%
(31,72%)
PSGO
4,49%
5,44%
2,81%
SKBM
(2,84%)
2,82%
(7,13%)
SKLT
(2,15%)
(10,61%)
6,99%
ULTJ
32,47%
316,71%
(15,44%)
Sumber: data diolah (2022)
Tabel 4.1 Data Total Aset, Total Liabilitas, dan Total Ekuitas
Tabel perhitungan 4.1 menunjukkan informasi bahwa dari total keseluruhan
sampel 15 perusahaan, kapitalisasi sewa berdampak signifikan terhadap 9
perusahaan yang dibuktikan dengan penambahan total sewa ≥1%. Pertumbuhan
liabilitas paling signifikan terjadi pada ICBP, ULTJ, dan INDF dengan kenaikan
masing-masing 343%, 317%, dan 100%. Meskipun kenaikan signifikan liabilitas
berasal dari pertumbuhan komponen liabilitas lain seperti liabilitas jangka pendek
dan liabilitas imbalan kerja, namun kapitalisasi sewa ICBP, ULTJ, dan INDF
memunculkan utang sewa masing-masing sebesar Rp 127,2 milyar, Rp 26,8 milyar,
dan Rp 99,8 milyar.
Seiring dengan pertumbuhan total liabilitas, kapitalisasi sewa juga mendorong
pertumbuhan total aset yang dimiliki perusahaan. Dari total sampel yang diteliti,
tiga perusahaan tercatat melaporkan adanya penurunan total aset setelah kapitalisasi
kontrak sewa. FOOD, SKBM, dan SKLT melaporkan penurunan total aset masingmasing sebesar 4,55%, 2,84%, dam 2,15%. Penurunan total aset FOOD sebesar Rp
5,4 milyar berasal dari penurunan total aset lancar terutama piutang usaha.
Meskipun demikian, penerapan PSAK 73 memunculkan aset hak guna-bersih
FOOD dan SKBM masing-masing sebesar Rp 431,8 juta dan Rp 29,5 milyar.
Sebaliknya, kapitalisasi sewa tidak berdampak terhadap pertumbuhan total aset dan
total liabilitas SKLT sebab pada periode tahun 2020 perusahaan melakukan
pembayaran minimum sewa di masa depan. Meskipun demikian, setelah
kapitalisasi sewa, perusahaan tercatat membukukan adanya pertumbuhan aset hakguna mesin dan kendaraan sebesar Rp 969,5 juta.
4.2 Dampak Kapitalisasi Sewa pada Rasio Keuangan
Dampak kapitalisasi sewa dapat dilihat berdasarkan rasio profitabilitas dan rasio
solvabilitas berdasarkan data ROA, ROE, DAR, dan DER sebagai berikut:
Kode Perusahaan
ROA
ROE
DAR
DER
Sebelum Kapitalisasi Sewa (Penerapan PSAK 30)
AISA
60.72%
-68.45%
188.70%
-212.73%
CAMP
7.09%
8.02%
11.55%
13.06%
CLEO
10.35%
16.82%
38.46%
62.49%
DMND
4.59%
7.78%
41.06%
69.65%
FOOD
1.54%
2.47%
37.55%
60.14%
GOOD
8.61%
15.76%
45.38%
83.08%
HOKI
12.22%
16.17%
24.40%
32.28%
ICBP
13.85%
20.10%
31.10%
45.14%
INDF
6.14%
10.89%
43.66%
77.48%
MLBI
41.67%
105.33%
60.44%
152.79%
MYOR
10.78%
20.70%
47.94%
92.07%
PSDN
-3.37%
-14.64%
76.95%
333.89%
PSGO
-4.94%
-13.68%
63.84%
176.57%
SKBM
0.05%
0.09%
43.10%
75.74%
SKLT
5.68%
11.82%
51.90%
107.91%
ULTJ
15.67%
18.32%
14.43%
16.86%
Setelah Kapitalisasi Sewa (Penerapan PSAK 73)
AISA
59.90%
145.48%
58.82%
142.87%
CAMP
4.11%
4.65%
11.52%
13.01%
CLEO
10.00%
14.66%
31.75%
46.52%
DMND
2.91%
3.62%
18.04%
22.48%
FOOD
-15.37%
-30.93%
50.31%
101.26%
GOOD
3.73%
8.47%
55.95%
127.02%
HOKI
4.19%
5.74%
26.94%
36.88%
ICBP
7.16%
14.74%
51.42%
105.87%
INDF
5.36%
11.06%
51.49%
106.14%
MLBI
9.82%
19.93%
50.70%
102.83%
MYOR
10.61%
18.61%
43.01%
75.47%
PSDN
-6.83%
-43.53%
84.30%
537.01%
PSGO
0.78%
2.19%
64.42%
181.08%
SKBM
0.31%
0.56%
45.61%
83.86%
SKLT
5.49%
10.45%
47.41%
90.16%
ULTJ
12.68%
23.21%
45.38%
83.07%
Perubahan Rasio (%)
AISA
-0.81%
213.93%
-129.88%
355.60%
CAMP
-2.98%
-3.37%
-0.03%
-0.04%
CLEO
-0.35%
-2.16%
-6.71%
-15.97%
DMND
-1.68%
-4.16%
-23.01%
-47.17%
FOOD
-16.91%
-33.40%
12.76%
41.12%
GOOD
-4.88%
-7.29%
10.57%
43.94%
HOKI
-8.03%
-10.43%
2.54%
4.60%
ICBP
-6.69%
-5.35%
20.33%
60.73%
INDF
-0.77%
0.17%
7.83%
28.66%
MLBI
-31.84%
-85.40%
-9.74%
-49.95%
MYOR
-0.17%
-2.08%
-4.93%
-16.61%
PSDN
-3.46%
-28.89%
7.35%
203.11%
PSGO
5.72%
15.87%
0.58%
4.51%
SKBM
0.25%
0.47%
2.51%
8.11%
SKLT
-0.19%
-1.37%
-4.49%
-17.75%
ULTJ
-3.00%
4.89%
30.95%
66.22%
Tabel 4.2 Data ROA, ROE, DAR, DER Sebelum dan Sesudah PSAK 73
Sumber: data diolah (2022)
Perhitungan tabel 4.2, menunjukkan informasi bahwa empat rasio keuangan
memiliki perubahan dengan adanya kapitalisasi sewa. Hal itu dapat dilihat
mayoritas dari perusahaan diatas mengalami perubahan yang kurang signifikan
pada ROA dan ROE. Sementara perubahan pada DAR terlihat cukup signifikan.
Dan, dapat dilihat 10 dari 16 perusahaan mengalami perubahan yang signifikan
pada DER.
5. Kesimpulan dan Saran
Dari hasil analisis komparatif penelti, dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan penerapan PSAK 73 tidak selalu berbanding lurus dengan
pertumbuhan total aset dan liabilitas perusasahaan manufaktur subsektor makanan
dan minuman. Perubahan total aset dan liabilitas bergantung pada perubahan
komponen yang laporan keuangan yang mendominasi. Namun, penerapan PSAK
73 pada tahun 2020 memunculkan komponen akun baru yakni Aset Hak Guna dan
menambah liabilitas sewa perusahaan akibat kapitalisasi kontrak sewa. Selain itu,
perusahaan hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan
PSAK 73, mengalami perubahan kenaikan rata-rata rasio solvabilitas dan
penurunan rata-rata rasio profitabilitas yang sangat signifikan.
Selanjutnya peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk
mencapai hasil dan konsistensi kesimpulan yang maksimal, untuk melakukan
penelitian lanjutan dengan objek penelitian yang lebih luas dengan perbandingan
kinerja pada sektor industri lain. Selain itu, untuk mengoptimalkan kesimpulan
akhir, peneliti selanjutnya dapat diharapkan dapat menambah atau meneliti faktor
non kinerja keuangan, seperti pajak, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, R. (2021). Studi Literatur Dampak Penerapan PSAK 73 terhadap
Koreksi Fiskal dan Perpajakan Badan di Indonesia dari sisi penyewa. Jurnal
Ilmiah
Bidang
Keuangan Negara
dan Kebijakan Publik.
DOI:
(https://doi.org/10.31092/jaa.v1i2.1331)
Firmansyah, A., & Saing, J. H. (2021). The Impact of PSAK 73 Implementation on
Leases in Indonesia Telecommunication Companies. International Journal
of Economics, Business, and Accounting Reserach (IJEBAR), 1033-1049.
DOI: (10.29040/ijebar.v5i3.2804)
Morales-Diaz, J., & Zamora-Ramirez, C. (2019). The Impact of IFRS 16 on Key
Financial Ratios: A New Methodological Approach. Accounting in Europe,
105-133.
Nomorissa, T. L. (2021). Penerapan PSAK 73 Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Mercu
Buana. DOI: (https://doi.org/10.26486/jramb.v7i2.1757)
Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Buku Statistik Lembaga Pembiayaan. Retrieved
from
Statistik
Otoritas
Jasa
Keuangan:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/lembagapembiayaan/Documents/Pages/Buku-Statistik-Lembaga-Pembiayaan2020/Buku%20Statistik%20Lembaga%20Pembiayaan%202020.pdf
PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Buyung
Poetra Sembada Tbk.
PT Campina Ice Cream Industry Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Campina
Ice Cream Industry Tbk.
PT Diamond Food Indonesia Tbk. (2020). Annual Report. PT Diamond Food
Indonesia Tbk.
PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT
Garudafood Putra Putri Jaya Tbk.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
PT Mayora Indah Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Mayora Indah Tbk.
PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Multi Bintang
Indonesia Tbk.
PT Palma Serasih Tbk. (2020). Annual Report. 2020: PT Palma Serasih Tbk.
PT Prashida Aneka Niaga Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Prashida Aneka
Niaga Tbk.
PT Sariguna Primatirta Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Sariguna Primatirta
Tbk.
PT Sekar Bumi Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Sekar Bumi Tbk.
PT Sekar Laut Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Sekar Laut Tbk.
PT Sentra Food Indonesia Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Sentra Food
Indonesia Tbk.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk.
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. (2020). Annual Report.
Jakarta: PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk.
Safitri, A., Lestari, U. P., & Nurhayati, I. (2019). Analisis Dampak Penerapan
PSAK 73 atas Sewa Terhadap Kinerja Keuangan pada Industri Manufaktur,
Pertambangan, dan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2018. DOI: (https://doi.org/10.35313/irwns.v10i1.1447
Satria, M. R., & Maulana, J. (2019). Analisis Dampak Penerapan Psak 73 Atas
Sewa Terhadap Kinerja Keuangan Pada Industri Jasa Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2019. Jurnal Pendidikan Akuntansi dan
Keuangan, 169-178. DOI (https://doi.org/10.17509/jpak.v9i2.37204)
Download