ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PSAK 73 TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN Oleh: Annisa Firdausi Nuzulla Eka Febriyani Fandy Ahmad Fajri Octa Enri Putra Falikhatun Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: annisalula9@gmail.com fandy16ahmad@gmail.com octapvtra@gmail.com falie.feuns17@gmail.com Abstrak: Untuk mencapai manajemen aset yang optimal, perusahaan cenderung memilih opsi sewa (leasing) untuk menambah aset perusahaan. Opsi sewa dipilih untuk menekan modal dan biaya-biaya lain yang terjadi apabila perusahaan melakukan pembelian aset. Sewa dianggap lebih menguntungkan ketika penambahan aset perusahaan diharapkan mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan. Aktivitas sewa (leasing) di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya. Pertumbuhan aktivitas sewa mendorong DSAK IAI untuk memperbaharui standar regulasi akuntansi atas sewa untuk menjaga reliabilitas informasi laporan keuangan terlebih untuk pengambilan keputusan. Lahirnya PSAK 73 atas sewa mempengaruhi rasio kinerja keuangan perusahaan. Tim peneliti melakukan analis untuk mengetahui bagaimana penerapan PSAK 73 mempengaruhi rasio profitabilitas dan solvabilitas perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman. Tulisan ini bersifat analisis komparatif yang membandingkan kinerja keuangan sebelum penerapan PSAK 73 dengan kinerja keuangan setelah PSAK 73 (post PSAK) Abstract: In achieving an optimal asset management, companies tend to choose leasing over buying in increasing their assets. Leasing is preferable to reduce capital and other costs that may occur if the company purchases assets. Leasing is considered more profitable when the profitability grows as the assets increase. In Indonesia, leasing continues to grow time to time. The growth of Leasing encouraged DSAK IAI to amend the accounting standards on leases in order to maintain the reliability of information stated in financial statements that are used for decision-making. The issuance of PSAK 73 on rent affected the company's financial performance. The research team conducted analysis to find out how the application of PSAK 73 affects the profitability and solvency ratio of manufacturing companies in the food and beverage subsector. This paper contains a comparative analysis that compares financial performance before the implementation of PSAK 73 and after PSAK 73 (post PSAK), Kata Kunci: PSAK 73, sewa pembiayaan, kapitalisasi sewa, kinerja keuangan, profitabilitas, solvabilitas 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manajemen aset yang optimal menjadi yang penting dalam keberlangsungan operasional perusahaan ketika penambahan jumlah aset diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Dalam pengadaan aset, perusahaan memiliki opsi untuk membeli atau melakukan sewa (leasing) suatu aset. Dengan pertimbangan biaya yang dibebankan, beberapa perusahaan seperti perusahaan manufaktur memilih opsi sewa aset untuk menekan beban-beban seperti beban instalasi, depresiasi, perawatan, dan beban lainnya. Opsi sewa dipilih untuk menekan modal yang seharusnya digunakan untuk membeli aset, mengurangi beban depresiasi, menghindari kerugian keusangan aset, dan hal lainnya. Aktivitas sewa (leasing) di Indonesia meningkat selama 6 tahun terakhir (Otoritas Jasa Keuangan, 2020). Pada 2015, total aset dari jasa pembiayaan di Indonesia mencapai Rp 425,7 triliun dan ekuitas mencapai Rp 96 triliun. Pertumbuhan aktivitas leasing dibuktikan dengan kenaikan total aset pada tahun 2020 sebesar 6% dan peningkatan ekuitas sebesar 39%. Seiring dengan pertumbuhan tingkat aktivitas sewa, urgensi pengaturan dan standar regulasi akuntansi atas sewa juga ikut meningkat. Pada tahun 2017 DSAK IAI mengestimasikan adanya $3.3 triliun atau 85% perjanjian sewa yang tidak muncul dalam laporan posisi keuangan, sehingga menyulitkan pengguna laporan dalam pengambilan keputusan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 73 tentang Akuntansi Sewa pada tahun 2017 yang secara penuh mengadopsi International Financial Reporting Standard – IFRS 16: Accounting for Lease. PSAK 73 atas sewa dibuat karena pengungkapan laporan keuangan di bawah aturan standar terdahulunya tidak selalu menyajikan transaksi sewa secara akurat. Pemberlakuan standar akuntansi sewa di Indonesia menyebabkan peningkatan komposisi aset dan liabilitas pada perusahaan yang memiliki kontrak sewa. Perusahaan harus mengkapitalisasi kontrak sewa yang sebelumnya diakui sebagai beban dan diungkapkan dalam laporan laba rugi menjadi liabilitas yang diungkapkan dalam laporan posisi keuangan. Peningkatan nilai aset dan liabilitas perusahaan juga mempengaruhi beberapa ukuran kinerja keuangan perusahaan dan struktur utang. Saing dan Firmansyah (2021) mengemukakan bahwa peningkatan aset dan liabilitas akibat penerapan PSAK 73 akan mendorong peningkatan rasio keuangan yang berhubungan dengan kinerja operasional dan struktur utang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perusahaan harus memitigasi risiko-risiko yang berkaitan dengan PSAK 73, khususnya peningkatan pada struktur utang. Peningkatan rasio utang juga akan memicu peningkatan biaya modal perusahaan, meskipun profitabilitas perusahaan meningkat. Branswijck & Longueville (2011) mengusulkan bahwa rasio utang (DER), rasio profitabilitas (ROA), dan rasio likuiditas (current ratio) secara signifikan dipengaruhi oleh kapitalisasi sewa operasional. Safitri (2019) menyimpulkan bahwa hampir seluruh industri jasa mengalami kenaikan pada rasio solvabilitas dan penurunan signifikan pada rata-rata rasio profitabilitas, diikuti dengan industri tambang dan manufaktur. Morales-Diaz dan Zamora-Ramirez (2018) menyimpulkan bahwa penerapan akuntansi sewa IFRS 16 secara signifikan akan mempengaruhi neraca, leverage, dan rasio solvabilitas pada perusahaan-perusahaan di Eropa. Kloko dan Bayunitri (2020) mengungkapkan bahwa penerapan PSAK 73 pada PT Telekomunikasi Indonesia menunjukkan bahwa Telkom memiliki kinerja laporan keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang belum menerapkan PSAK 73 sewa. Hal ini dibuktikan dengan kualitas rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio turnover. Review penelitian sebelumnya menghasilkan kesimpulan yang berbeda, penguji ingin melengkapi literatur mengenai dampak PSAK 73 terhadap kinerja keuangan perusahaan. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana penerapan PSAK 73 atas sewa secara spesifik mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur penelitian mengenai analisis dampak penerapan PSAK 73 atas sewa terhadap kinerja pada industri manufaktur. 1.2 Rumusan Permasalahan a. Bagaimana dampak kapitalisasi sewa pada laporan keuangan perusahaan industri manufaktur subsektor makanan dan minuman?? b. Apakah penerapan PSAK 73 berdampak pada kinerja keuangan perusahaan industri manufaktur subsektor makanan dan minuman? 2. Landasan Teori 2.1 Sewa Sewa merupakan kontrak perjanjian antara pihak penyewa yang memperoleh hak guna suatu aset dalam periode waktu tertentu yang disepakati dengan pihak yang menyewakan. Sewa diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni (1) sewa pembiayaan, di mana seluruh risiko dan manfaat terkait kepemilikan aset pihak yang menyewakan, secara substansial dialihkan kepada pihak penyewa; (2) sewa operasi, di mana seluruh risiko dan manfaat terkait kepemilikan aset pihak yang menyewakan, secara substansial tidak dialihkan kepada pihak penyewa. 2.2 PSAK 73 PSAK 73 berlaku efektif mulai 1 Januari 2020, dengan penerapan dini diperkenankan hanya jika menerapkan PSAK 72 atas Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan. Penerapan PSAK 73 menggantikan standar akuntansi sewa sebelumnya yaitu PSAK 30, ISAK 8 mengenai Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, ISAK 23 mengenai Sewa Operasi-Insentif, ISAK 24 mengenai Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa dan ISAK 25 mengenai Hak Atas Tanah. PSAK 73 mengubah model akuntansi tunggal untuk pengakuan, pencatatan, dan pengungkapan sewa sebagai sewa pembiayaan (capital lease) dan tidak mengakui adanya sewa operasi. Perubahan signifikan pada aturan PSAK 73 dikhususkan bagi penyewa sedangkan bagi pesewa tidak ada perubahan aturan apapun. Penyewa mengakui kontrak sewa sebagai aset hak guna (right-of-use assets) dan liabilitas sewa dalam laporan posisi keuangan (on-balance sheet). Terdapat dua opsi pengecualian dalam perlakuan sewa, yaitu bagi sewa jangka pendek dengan umur kurang dari 12 bulan dan sewa aset yang nilai pendasarnya (underlying asset) bernilai rendah. Pada pengakuan awal sewa, penyewa mengakui sewa sebagai aset hak guna dan liabilitas sewa dengan dasar nilai wajar aset yang disewa atau jika lebih rendah, atas dasar nilai sekarang (present value) dari pembayaran sewa guna minimum. Aset hak guna diukur sejak tanggal berlaku kontrak sewa. Sedangkan untuk liabilitas sewa diukur dengan nilai terkini pembayaran sewa ditambah dengan nilai terkini pembayaran ekspektasian pada akhir sewa. Tiga poin penting dalam pengukuran nilai kini pembayaran sewa: a. Periode sewa tidak dapat dibatalkan (non-cancelable period) termasuk dalam opsi perpanjangan sewa atau pembatalan. b. Pembayaran sewa diperoleh dari pembayaran tetap, pembayaran variable, perkiraan jaminan nilai residu, harga eksekusi opsi beli, dan biaya penalti. c. Tingkat diskonto yaitu menggunakan suku bunga implisit apabila dapat ditentukan atau suku bunga pinjaman inkremental apabila tidak dapat ditentukan 2.3 Kinerja Keuangan Profitabilitas merupakan kemampuan atau kemungkinan suatu perusahaan untuk mendatangkan keuntungan (memperoleh laba). Dalam penelitian ini, untuk mengukur profitabilitas perusahaan, digunakan rasio return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). ROA adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan laba melalui penggunaan total aset. Sedangkan ROE adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan laba melalui penggunaan dana setoran pemegang saham atau investor. Solvabilitas merupakan kemampuan atau kemungkinan suatu perusahaan untuk membayar utang-utangnya. Dalam penelitian ini, untuk mengukur solvabilitas perusahaan, digunakan rasio debt to equity ratio (DER) dan debt to asset ratio (DAR). DER adalah rasio yang digunakan untuk menilai kewajiban yang digunakan dalam operasional perusahaan dibanding nilai ekuitas. Sedangkan DAR adalah rasio yang digunakan untuk menilai perbandingan total kewajiban terhadap total aset. 3. Metode Penelitian Penelitian bersifat komparatif, dimana fokus penelitian adalah membandingkan perbedaan kinerja keuangan perusahaan dibawah perlakuan PSAK 30 dan dibawah perlakuan PSAK 73. Tujuan penelitian adalah untuk melihat adanya pengaruh Penerapan PSAK 73 terhadap kinerja keuangan pada perusahaan subsektor makanan dan minuman dan memaparkan dampak adanya penerapan PSAK 73 atas sewa terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan analisis rasio keuangan. Berdasarkan analisis diatas, kerangka konsep penelitian ini ditunjukkan pada gambar 1.1 Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit (audited financial statements) selama periode 2019 – 2020 yang diperoleh dari website BEI (www.idx.co.id). Populasi data seluruh perusahaan industri manufaktur subsektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2019-2020. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Mengingat objek penelitian memerlukan pertimbangan tertentu, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling pada pengambilan sampel. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang memenuhi kriteria: 1. Perusahaan di sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2019 – 2020 2. Perusahaan yang memiliki kontrak sewa dan mengungkapkan kontrak sewa dalam laporan keuangannya Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: No. Keterangan Jumlah 1. Perusahaan di sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 25 2. Perusahaan yang memiliki kontrak sewa dan mengungkapkan kontrak sewa dalam laporan keuangannya (9) Total perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel 16 Sumber: data diolah (2022) Tabel 3.1 Eliminasi Kriteria Sampel Berdasarkan eliminasi kriteria, perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian antara lain: No Kode Saham Nama Emiten 1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT 2 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk., PT 3 CLEO Sariguna Primatirta Tbk., PT 4 DMND Diamond Food Indonesia Tbk., PT 5 FOOD Sentra Food Indonesia Tbk., PT 6 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk., PT 7 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk, PT 8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT 9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk, PT 10 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk, PT 11 MYOR Mayora Indah Tbk, PT 12 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk, PT 13 PSGO Palma Serasih Tbk., PT 14 SKBM Sekar Bumi Tbk, PT 15 SKLT Sekar Laut Tbk, PT Ultrajaya Milk Industry and Trading 16 ULTJ Sumber: data diolah (2022) Company Tbk, PT Tabel 3.2 Perusahaan Sampel Penelitian 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Dampak Kapitalisasi Sewa pada Laporan Posisi Keuangan Dampak kapitalisasi sewa dapat dilihat berdasarkan total aset, total liabilitas, dan total ekuitas berdasarkan laporan posisi keuangan perusahaan, sebagai berikut: Kode Total Aset Total Liabilitas Total Ekuitas Perusahaan Sebelum Kapitalisasi Sewa (Penerapan PSAK 30) AISA 1.868.966 3.526.819 (1.657.853) CAMP 1.057.529 122.137 935.392 CLEO 1.245.144 478.844 766.299 DMND 5.570.651 2.287.060 3.283.591 FOOD 118.587 44.535 74.052 GOOD 5.063.068 2.297.547 2.765.520 HOKI 848.676 207.108 641.567 ICBP 38.709.314 12.038.210 26.671.314 INDF 96.198 41.996 54.202 MLBI 2.896.950 1.750.943 1.146.007 MYOR 19.037.919 9.125.979 9.911.940 PSDN 763.492 587.529 175.963 PSGO 3.255.607 2.078.486 1.177.120 SKBM 1.820.383 784.563 1.035.820 SKLT 790.846 410.464 380.382 ULTJ 6.608.422 953.283 5.655.139 Setelah Kapitalisasi Sewa (Penerapan PSAK 73) AISA 2.011.577 1.183.300 828.257 CAMP 1.086.873 125.161 961.712 CLEO 1.310.940 416.194 894.746 DMND 5.680.638 1.025.042 4.560.232 FOOD 113.192 56.951 56.241 GOOD 6.570.970 3.676.533 2.894.436 HOKI 906.924 244.363 662.560 ICBP 103.588.325 53.270.272 50.318.053 INDF 163.136 83.998 79.138 MLBI 2.907.425 1.474.019 1.433.406 MYOR 19.777.501 8.506.032 11.271.468 PSDN 765.376 645.224 120.152 PSGO 3.401.723 2.191.495 1.210.227 SKBM 1.768.660 806.679 961.981 SKLT 773.863 366.908 406.955 ULTJ 8.754.116 3.972.379 4.781.737 Perubahan Nilai AISA 142.611 (2.343.519) 2.486.110 CAMP 29.344 3.024 26.320 CLEO 65.796 (62.650) 128.447 DMND 109.987 (1.262.018) 1.276.641 FOOD (5.395) 12.416 (17.811) GOOD 1.507.902 1.378.986 128.916 HOKI 58.248 37.255 20.993 ICBP 64.879.011 41.232.062 23.646.739 INDF 66.938 42.002 24.936 MLBI 10.475 (276.924) 287.399 MYOR 739.582 (619.947) 1.359.528 PSDN 1.884 57.695 (55.811) PSGO 146.116 113.009 33.107 SKBM (51.723) 22.116 (73.839) SKLT (16.983) (43.556) 26.573 ULTJ 2.145.694 3.019.096 (873.402) Perubahan Nilai (%) AISA 7,63% (66,45%) (149,96%) CAMP 2,77% 2,48% 2,81% CLEO 5,28% (13,08%) 16,76% DMND 1,97% (55,18%) 38,88% FOOD (4,55%) 27,88% (24,05%) GOOD 29,78% 60,02% 4,66% HOKI 6,86% 17,99% 3,27% ICBP 167,61% 342,51% 88,66% INDF 69,58% 100,01% 46,01% MLBI 0,36% (15,82%) 25,08% MYOR 3,88% (6,79%) 13,72% PSDN 0,25% 9,82% (31,72%) PSGO 4,49% 5,44% 2,81% SKBM (2,84%) 2,82% (7,13%) SKLT (2,15%) (10,61%) 6,99% ULTJ 32,47% 316,71% (15,44%) Sumber: data diolah (2022) Tabel 4.1 Data Total Aset, Total Liabilitas, dan Total Ekuitas Tabel perhitungan 4.1 menunjukkan informasi bahwa dari total keseluruhan sampel 15 perusahaan, kapitalisasi sewa berdampak signifikan terhadap 9 perusahaan yang dibuktikan dengan penambahan total sewa ≥1%. Pertumbuhan liabilitas paling signifikan terjadi pada ICBP, ULTJ, dan INDF dengan kenaikan masing-masing 343%, 317%, dan 100%. Meskipun kenaikan signifikan liabilitas berasal dari pertumbuhan komponen liabilitas lain seperti liabilitas jangka pendek dan liabilitas imbalan kerja, namun kapitalisasi sewa ICBP, ULTJ, dan INDF memunculkan utang sewa masing-masing sebesar Rp 127,2 milyar, Rp 26,8 milyar, dan Rp 99,8 milyar. Seiring dengan pertumbuhan total liabilitas, kapitalisasi sewa juga mendorong pertumbuhan total aset yang dimiliki perusahaan. Dari total sampel yang diteliti, tiga perusahaan tercatat melaporkan adanya penurunan total aset setelah kapitalisasi kontrak sewa. FOOD, SKBM, dan SKLT melaporkan penurunan total aset masingmasing sebesar 4,55%, 2,84%, dam 2,15%. Penurunan total aset FOOD sebesar Rp 5,4 milyar berasal dari penurunan total aset lancar terutama piutang usaha. Meskipun demikian, penerapan PSAK 73 memunculkan aset hak guna-bersih FOOD dan SKBM masing-masing sebesar Rp 431,8 juta dan Rp 29,5 milyar. Sebaliknya, kapitalisasi sewa tidak berdampak terhadap pertumbuhan total aset dan total liabilitas SKLT sebab pada periode tahun 2020 perusahaan melakukan pembayaran minimum sewa di masa depan. Meskipun demikian, setelah kapitalisasi sewa, perusahaan tercatat membukukan adanya pertumbuhan aset hakguna mesin dan kendaraan sebesar Rp 969,5 juta. 4.2 Dampak Kapitalisasi Sewa pada Rasio Keuangan Dampak kapitalisasi sewa dapat dilihat berdasarkan rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas berdasarkan data ROA, ROE, DAR, dan DER sebagai berikut: Kode Perusahaan ROA ROE DAR DER Sebelum Kapitalisasi Sewa (Penerapan PSAK 30) AISA 60.72% -68.45% 188.70% -212.73% CAMP 7.09% 8.02% 11.55% 13.06% CLEO 10.35% 16.82% 38.46% 62.49% DMND 4.59% 7.78% 41.06% 69.65% FOOD 1.54% 2.47% 37.55% 60.14% GOOD 8.61% 15.76% 45.38% 83.08% HOKI 12.22% 16.17% 24.40% 32.28% ICBP 13.85% 20.10% 31.10% 45.14% INDF 6.14% 10.89% 43.66% 77.48% MLBI 41.67% 105.33% 60.44% 152.79% MYOR 10.78% 20.70% 47.94% 92.07% PSDN -3.37% -14.64% 76.95% 333.89% PSGO -4.94% -13.68% 63.84% 176.57% SKBM 0.05% 0.09% 43.10% 75.74% SKLT 5.68% 11.82% 51.90% 107.91% ULTJ 15.67% 18.32% 14.43% 16.86% Setelah Kapitalisasi Sewa (Penerapan PSAK 73) AISA 59.90% 145.48% 58.82% 142.87% CAMP 4.11% 4.65% 11.52% 13.01% CLEO 10.00% 14.66% 31.75% 46.52% DMND 2.91% 3.62% 18.04% 22.48% FOOD -15.37% -30.93% 50.31% 101.26% GOOD 3.73% 8.47% 55.95% 127.02% HOKI 4.19% 5.74% 26.94% 36.88% ICBP 7.16% 14.74% 51.42% 105.87% INDF 5.36% 11.06% 51.49% 106.14% MLBI 9.82% 19.93% 50.70% 102.83% MYOR 10.61% 18.61% 43.01% 75.47% PSDN -6.83% -43.53% 84.30% 537.01% PSGO 0.78% 2.19% 64.42% 181.08% SKBM 0.31% 0.56% 45.61% 83.86% SKLT 5.49% 10.45% 47.41% 90.16% ULTJ 12.68% 23.21% 45.38% 83.07% Perubahan Rasio (%) AISA -0.81% 213.93% -129.88% 355.60% CAMP -2.98% -3.37% -0.03% -0.04% CLEO -0.35% -2.16% -6.71% -15.97% DMND -1.68% -4.16% -23.01% -47.17% FOOD -16.91% -33.40% 12.76% 41.12% GOOD -4.88% -7.29% 10.57% 43.94% HOKI -8.03% -10.43% 2.54% 4.60% ICBP -6.69% -5.35% 20.33% 60.73% INDF -0.77% 0.17% 7.83% 28.66% MLBI -31.84% -85.40% -9.74% -49.95% MYOR -0.17% -2.08% -4.93% -16.61% PSDN -3.46% -28.89% 7.35% 203.11% PSGO 5.72% 15.87% 0.58% 4.51% SKBM 0.25% 0.47% 2.51% 8.11% SKLT -0.19% -1.37% -4.49% -17.75% ULTJ -3.00% 4.89% 30.95% 66.22% Tabel 4.2 Data ROA, ROE, DAR, DER Sebelum dan Sesudah PSAK 73 Sumber: data diolah (2022) Perhitungan tabel 4.2, menunjukkan informasi bahwa empat rasio keuangan memiliki perubahan dengan adanya kapitalisasi sewa. Hal itu dapat dilihat mayoritas dari perusahaan diatas mengalami perubahan yang kurang signifikan pada ROA dan ROE. Sementara perubahan pada DAR terlihat cukup signifikan. Dan, dapat dilihat 10 dari 16 perusahaan mengalami perubahan yang signifikan pada DER. 5. Kesimpulan dan Saran Dari hasil analisis komparatif penelti, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan penerapan PSAK 73 tidak selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan total aset dan liabilitas perusasahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman. Perubahan total aset dan liabilitas bergantung pada perubahan komponen yang laporan keuangan yang mendominasi. Namun, penerapan PSAK 73 pada tahun 2020 memunculkan komponen akun baru yakni Aset Hak Guna dan menambah liabilitas sewa perusahaan akibat kapitalisasi kontrak sewa. Selain itu, perusahaan hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan PSAK 73, mengalami perubahan kenaikan rata-rata rasio solvabilitas dan penurunan rata-rata rasio profitabilitas yang sangat signifikan. Selanjutnya peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk mencapai hasil dan konsistensi kesimpulan yang maksimal, untuk melakukan penelitian lanjutan dengan objek penelitian yang lebih luas dengan perbandingan kinerja pada sektor industri lain. Selain itu, untuk mengoptimalkan kesimpulan akhir, peneliti selanjutnya dapat diharapkan dapat menambah atau meneliti faktor non kinerja keuangan, seperti pajak, dll. DAFTAR PUSTAKA Akhmad, R. (2021). Studi Literatur Dampak Penerapan PSAK 73 terhadap Koreksi Fiskal dan Perpajakan Badan di Indonesia dari sisi penyewa. Jurnal Ilmiah Bidang Keuangan Negara dan Kebijakan Publik. DOI: (https://doi.org/10.31092/jaa.v1i2.1331) Firmansyah, A., & Saing, J. H. (2021). The Impact of PSAK 73 Implementation on Leases in Indonesia Telecommunication Companies. International Journal of Economics, Business, and Accounting Reserach (IJEBAR), 1033-1049. DOI: (10.29040/ijebar.v5i3.2804) Morales-Diaz, J., & Zamora-Ramirez, C. (2019). The Impact of IFRS 16 on Key Financial Ratios: A New Methodological Approach. Accounting in Europe, 105-133. Nomorissa, T. L. (2021). Penerapan PSAK 73 Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Mercu Buana. DOI: (https://doi.org/10.26486/jramb.v7i2.1757) Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Buku Statistik Lembaga Pembiayaan. Retrieved from Statistik Otoritas Jasa Keuangan: https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/lembagapembiayaan/Documents/Pages/Buku-Statistik-Lembaga-Pembiayaan2020/Buku%20Statistik%20Lembaga%20Pembiayaan%202020.pdf PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Buyung Poetra Sembada Tbk. PT Campina Ice Cream Industry Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Campina Ice Cream Industry Tbk. PT Diamond Food Indonesia Tbk. (2020). Annual Report. PT Diamond Food Indonesia Tbk. PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Mayora Indah Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Mayora Indah Tbk. PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Multi Bintang Indonesia Tbk. PT Palma Serasih Tbk. (2020). Annual Report. 2020: PT Palma Serasih Tbk. PT Prashida Aneka Niaga Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Prashida Aneka Niaga Tbk. PT Sariguna Primatirta Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Sariguna Primatirta Tbk. PT Sekar Bumi Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Sekar Bumi Tbk. PT Sekar Laut Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Sekar Laut Tbk. PT Sentra Food Indonesia Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Sentra Food Indonesia Tbk. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. (2020). Annual Report. Jakarta: PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. Safitri, A., Lestari, U. P., & Nurhayati, I. (2019). Analisis Dampak Penerapan PSAK 73 atas Sewa Terhadap Kinerja Keuangan pada Industri Manufaktur, Pertambangan, dan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018. DOI: (https://doi.org/10.35313/irwns.v10i1.1447 Satria, M. R., & Maulana, J. (2019). Analisis Dampak Penerapan Psak 73 Atas Sewa Terhadap Kinerja Keuangan Pada Industri Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019. Jurnal Pendidikan Akuntansi dan Keuangan, 169-178. DOI (https://doi.org/10.17509/jpak.v9i2.37204)