Uploaded by Bruce

'PENGARUH MEDIA PAPAN EJAAN DAN MEDIA APLIKASI BELAJAR MEMBACA TERHADAP

advertisement
Penggunaan
judul variable x nyaa pilih 1 ajaa, papan
ejaan/ aplikalsi belajar
PENGARUH MEDIA PAPAN EJAAN DAN MEDIA APLIKASI BELAJAR
MEMBACA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK
DISLEKSIA SEKOLAH DASAR
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
Dosen Pengampu: Dr. Idat Muqodas, M.Pd.
OLEH:
Neneng Dwi Fauziah
2009352
PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA 2021
IMRAD
Introduction 1/kalimat
Methode 2-3 kalimat
Result 2/3 kalimat
Discussion 1/2 kalimat
ABSTRAK
diseleksia
Pentingnya kemampuan membaca pada Anak akan menunjang kreativitas diri
pada anak.
penekitian
ini bertujuan
diseleksia
di
untuk
Kemampuan membaca pada anak harus diajarkan semasa sekolah dasar. Mengetahui
kemampuan membaca pada anak dengan kesulitan membaca atau disleksia dengan Pendekatan
hapus
kualitatif Papan Ejaan dan Media aplikasi belajar membaca sebagai media pendukung. Peserta
Gunakan data
analisist
terdiri dari dua orang siswa laki-laki kelas tiga di SD Depok 2. Observasi dan dokumentasi
dalam pelaksanaan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam membaca. Siswa pertama
menunjukan adanya peningkatan kemampuan membaca dari subjek kedua. Berdasarkan
penelitian media Aplikasi Belajar Membaca dan Papan Ejaan mempengaruhi terhadap
kemampuan membaca anak. Pengembangan media pembelajaran bervariasi dan manfaatkan
media digital untuk proses pembelajaran supaya menjadi mudah.
Kata kunci: Disleksia, Kemampuan membaca, Papan Ejaan, Aplikasi Belajar membaca
ABSTRACT
The importance of reading skills in children will support creativity in children. The ability to
read in children must be taught during elementary school. Knowing the reading ability of
children with reading difficulties or dyslexia with a qualitative approach to the Spelling
Board and Media for learning to read applications as supporting media. The participants
consisted of two third grade male students at SD Depok 2. Observation and documentation in
carrying out observations on student activities in reading. The first student showed an
increase in reading ability from the second subject. Based on the research, the Media
Learning to Read and Spelling Board applications affect children's reading abilities.
Development of varied learning media and use of digital media for the learning process to
make it easier.
Keywords: Dyslexia, Reading Ability, Spelling Board, Learning to Read Applications
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................ i
DAFTAS ISI .........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................................... 1
D. Manfaat ..................................................................................................................... 1
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian disleksia ........................................................................................... 3
2.2 Gejala disleksia................................................................................................... 4
2.3 Karakteristik disleksia....................................................................................... 4
2.4 Penyebab disleksia ............................................................................................. 4
2.5 Tipe disleksia ...................................................................................................... 5
2.6 Tingkat keparahan............................................................................................. 6
2.7 Fokus penelitian ................................................................................................. 7
2.8 Strategi pembelajaran ....................................................................................... 7
BAB III METODE PELAKSANAAN ............................................................................... 8
A. Jenis dan Metode...................................................................................................... 8
B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................................. 10
C. Subjek...................................................................................................................... 10
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 10
E. Prosedur Pelaksanaan ........................................................................................... 11
F. Analisis Data ............................................................................................................. 12
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
A. Keadaan sebelum pemberian tindakan ................................................................. 13
B. Penerapan strategi ................................................................................................... 13
ii
C. Keadaan setelah dilakukan tindakan ..................................................................... 13
D. Pembahasan .............................................................................................................. 16
BAB V PENUTUP................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 18
B. Rekomendasi ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 20
LAMPIRAN.......................................................................................................................... 21
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak diseleksia
Kemampuan membaca merupakan kesanggupan dan kecakapan serta kesiapan
seseorang untuk memahami gagasan dan lambang atau bunyi bahasa yang ada dalam
sebuah teks bacaan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan si pembaca untuk
mendapatkan amanat atau informasi yang diinginkan (Tri 2014, hal 11).
Kemampuan
anak diseleksia
dalam membaca
Anak yang mengalami kesulitan belajar mencakup dua hal. Pertama berkaitan
dengan perkembangan yang kedua berkaitan dengan akademik. Gangguan pada
motorik dan persepsi, bahasa dan komunikasi, perilaku sosial ini berkaitan dengan
Penelitian
sebelumnya
tentang cara
meningkatkan/
tentang
penggunaan media
belajar untuk anak
dengan diseleksia
perkembangan (development learning disabilities). Kesulitan membaca, berhitung, dan
Aplikasi yang akan
kita gunakan dan
kaitannya dengan
karakteker
kemampuan
membaca anak
dengan diseleksia
gangguan serius dan biasanya terjadi ketika mereka usia sekolah.
menulis merupakan kesulitan belajar yang berkaitan dengan akademik.
Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan dalam hal membaca
(disleksia). Anak yang mengalami kesulitan membaca akan sulit untuk membedakan
bentuk huruf, memahami isi bacaan. Kesulitan membaca atau disleksia ini dianggap
Anak berkesulitan belajar yang berada pada bangku sekolah reguler memiliki
pengaruh kepada guru sebagai seorang pendidik. Hal pertama yang dilakukan yaitu
identifikasi melalui ciri atau karakteristik yang ditampilkan anak. Selanjutnya lakukan
assessment, merumuskan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik
penutup paragraf
latar belakang
anak. Dengan berkembangnya teknologi. Guru harus memanfaatkan media digital
untuk media dalam pembelajaran supaya berkesan menarik dan menimbulkan antusias
siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Penggunaan
1. Bagaimana keefektifan media Papan Ejaan dan Aplikasi Belajar Membaca bagi
siswa disleksia di SDN Depok 2 ?
C. Tujuan
Penggunaan
1. Mengetahui keefektifan media Papan Ejaan dan Aplikasi Belajar Membaca bagi
siswa disleksia di SDN Depok 2
D. Manfaat
1) Teoritis
Hasil dari penelitian ini menjadi landasan dalam pengembangan media
pembelajaran dan penerapan media pembelajaran secara lanjut. Selain itu hasil
1
penelitian ini menjadi sebuah nilai tambah pengetahuan ilmiah dalam bidang
pendidikan di Indonesia.
2) Praktis
a. Bagi sekolah
1.
pengingkatan prestasi dalam belajar
b. Bagi guru
1. Memperoleh gambaran mengajar yang bermanfaat bagi peningkatan
pemahaman dan membaca siswa
c. Bagi siswa
1. Adanya peningkatan dalam membaca
2. Adanya pengalaman belajar membaca dengan menyenangkan dan
mudah.
2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Disleksia
Disleksia dalam bahasa Inggris Dyslexia. Berasal dari baha Yunani
yaitu “dis” yang berarti kesukaran dan “lexis” berarti bahasa. Secara
sederhana disleksia adalah kesukaran dalam berbahasa. Kesukaran ini
berdampak pada kesulitan untuk membaca.
Cakupan yang lebih luas disleksia, yaitu kesulitan membaca,
mengeja, menulis, dan kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur
kata-kata yang memberikan efek terhadap proses belajar atau gangguan
belajar (Mulyadi 2010, hal 154).
Disleksia berdasarkan penyebab intern pada individu yang
bersangkutan, merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak
yang terjadi sepanjang rentang hidup (Nini Subini 2012, hal 54).
Asal mula gejala disleksia tidak dapat diketahui, sehingga para pakar
menganggap hal tersebut terjadi disebabkan faktor keturunan dari orang tua
berupa gen yang mempengaruhi fungsi bagian otak janin dan keterbatasan
penggunaan panca indera. Kebanyakan dari mereka adalah bayi dengan
kelahiran prematur. Bayi lahir sebelum melampaui 25 minggu dari lahir
normal bayi, maka perkembangan beberapa organ tubuh dan otak janin belum
sempurna (Anggriani 2018).
Kesulitan belajar akademik adalah suatu kondisi yang signifikan
menghambat proses belajar membaca, menulis dan operasi hitung. Kesulitan
itu tampak ketika anak memasuki usia sekolah dan prestasi di bawah potensi
akademik.
3
2.2 Gejala disleksia
a. Kurang mengenal huruf
b. Sulit membedakan huruf “b dan d” “p dan q” “m dan n”
c. Bingung urutan huruf contohnya “a-ma” dibaca “a-am”
d. Menambah yang tidak ada contohnya “saya” dibaca “sayah”
e. Menghilangkan huruf yang ada contohnya “sudah” dibaca “udah”
f. Mengganti kata contohnya “itu” dibaca “ini”
g. Mengulang kata contohnya “Ani pergi ke Bali” dibaca
“Ani…a…a…Ani pergi ke Bali”
h. Menambah kata di dalam bacaan contohnya “ini rumah Dodo” dibaca
“ini rumah di Dodo”
i. Sulit membedakan kiri dan kanan
j. Sulit menyebutkan jam
2.3 Karakteristik Disleksia
a. Gangguan membaca lisan yaitu gangguan pada keterampilan
mengucapkan huruf, kata dan kalimat.
b. Gangguan ingatan jangka pendek yaitu gangguan ingatan dalam
menghafal huruf dan mengingat huruf.
c. Gangguan pemahaman yaitu sulit memahami isi bacaan dalam sebuah
kalimat. Anak ini lemah dalam pemahaman dan kurang efisien dalam
strategi membaca sepintas.
2.4 Penyebab Disleksia
a. Faktor organis atau biologis disebabkan adanya disfungsi sistem saraf
pusat.
b. Faktor genetik atau keturunan. Jika orang tuanya mempunyai masalah
dalam belajar seperti membaca maka kemungkinan akan diturunkan
kepada anaknya. Pada anak yang kembar identik (kembar Siam)
banyak mengalami kesulitan membaca.
c. Lingkungan. Lingkungan ini sangat sulit untuk didokumentasikan.
Faktor keluarga yang tidak mendukung dan guru yang kurang
4
mempersiapkan program pengajaran yang sesuai akan menjadi
penyebabnya.
d. Lahir dengan prematur. Bayi yang lahir dengan prematur bisa
menjadi salah satu penyebab dari anak mengalami kesulitan
membaca.
e. Kondisi fisik seperti gangguan visual, pendengaran, keseimbangan
dan orientasi ruang, body image rendah, kurang gizi.
f. Faktor motivasi dan afeksi . Anak yang gagal dalam beberapa mata
pelajaran akan cenderung menjadi tidak percaya diri, mengabaikan
tugas dan mengurangi motivasi belajar. Sehingga akan membentuk
pribadi yang pasif.
2.5 Tipe Disleksia
1. Phonological Dyslexia
Beberapa orang dengan disleksia mungkin mengalami
kesulitan dengan kesadaran fonemik, yang merupakan kemampuan
untuk mengenali suara huruf individu dalam sebuah kata dan
kemudian menggabungkan suara-suara itu menjadi sebuah kata. Selain
itu, mereka juga mengalami kesulitan untuk memecah kata menjadi
suku kata, dan untuk menghubungkan huruf dan kata dengan suara
yang sesuai. Mereka mempunyai kesulitan yang berhubungan dengan
mengingat huruf dan bunyi, mempunyai ingatan jangka pendek.
Seperti contohnya ketika diajarkan huruf alfabet " A,B,C,D,E" ketika
orang tua atau guru menunjuk huruf "E" maka dia akan menyebutnya
dengan "A"
2. Surface Dyslexia
Ketidakmampuan membaca kata-kata yang dieja secara
berbeda dari cara pengucapannya. Disebut juga sebagai disleksia
visual karena individu dengan kondisi ini mengalami kesulitan
mengenali kata-kata dengan penglihatan. Penting untuk diingat bahwa
disleksia biasanya tidak melibatkan masalah dengan penglihatan.
Disebabkan oleh cara otak mengenali huruf, angka, dan kata-kata.
Merka sulit melihat mengenali huruf seperti "d" dengan "b", kata
"kopi" dan "topi"
3. Rapid Naming Deficit
5
Bagi mereka yang memiliki kondisi dengan jenis disleksia ini,
pengenalan huruf dan angka tidak terjadi dengan cepat. Mungkin
dibutuhkan waktu lebih lama bagi otaknya untuk memproses
informasi, yang dapat menyebabkan waktu membaca lebih lambat.
Seperti contohnya ketika disuruh membuka buku halaman 6, ia sangat
sulit menyebutkannya karena mereka sulit membedakan antara angka
"6" dengan "9", perlu waktu yang lama untuk menyebutkan apa yang
ia lihat.
4. Double Deficit Dyslexia
Tidak jarang seseorang mengalami lebih dari satu jenis
disleksia. Dua jenis yang sering muncul bersama adalah phonological
dyslexia dan Rapid Naming Deficit. Ketika seseorang memiliki
keduanya, itu dikenal sebagai double deficit dyslexia.Contohnya
ketika seseorang menyebutkan huruf "b" dan "d" mereka mengalami
kesulitan untuk membedakan suara huruf "b" dan "d". Mereka akan
mengerti jika dikasih kata kuncinya "b" untuk Bandung "d" untuk
Dodol.
2.6 Tingakat Keparahan Disleksia
1) Disleksia ringan atau sering disebut disleksia murni adalah kondisi
gangmaan di mana hanya mengalami kesulitan dalam membaca dan
mengeja tetapi sangat ringan. Individu ini masih dapat melakukan
kompensasi atau dapat berfungsi baik dengan beberapa penyesuaian,
ataupun dengan bantuan atau dukungan
2) Disleksia dengan keparahan sedang adalah kondisi dimana gangguan
disleksia pada individu ini sangat nampuk jelas, la pun memerlukan
dukungan selama tahun-tahun di sekolahnya atau bantuan secara
intensif dari tenaga khusus yang mempunyai spesialisasi untuk ini.
3) Disleksia yang parah adalah penggan membaca dan mengeja yang
sangat sulit yang menyebabkan juga masalah tidak bisa
berprestasinya ia di berbagai mata ajaran lainnya. Derajat keparahan
ini juga ditunjukkan di mana si individu tidak bisa tapa dukungan dari
tenaga khusus untuk digala mata ajaran. Termasuk juga berbagai
paket yang disesuaikan untuk bimbingannya di rumah. Sekalipun
6
sudah dengan ber bagai macam dukungan namun ia tetap tidak dapat
melakukan berbagai aktivitas secara efisien.
2.7 Fokus penelitian
Penelitian kualitatif memanfaatkan papan ejaan dan aplikasi belajar
membaca sebagai media dalam meningkatkan kemampuan membaca bagi
anak disleksia. Peneliti fokus menggunaan papan ejaan dan aplikasi belajar
membaca sebagai solusi dalam meningkatkan kemampuan membaca pada
siswa.
2.8 Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran menggunakan media papan eja dan aplikasi
belajar membaca menunjukan adanya peningkatan kemampuan membaca
pada anak. Dimana papan ejaan dan media aplikasi ini membuat adanya
antusias dalam diri siswa untuk belajar dikarenakan adanya variasi warna,
bentuk dan dapat diraba. Namun dalam penggunaan media aplikasi ini
memerlukan banyaknya mobile phone yang pintar yang disesuaikan dengan
zaman dan kebutuhan anak dalam menunjang peningkatan kemampuan
membaca.
7
BAB III METODE PELAKSANAAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
penelitian bukanlah hal yang baru untuk mahasiswa, peneliti, guru dan
pemerhati pendidikan. Oleh karenanya, penelitian berasal Bahasa Inggris research.
Berasal dari kata “re” yang berarti kembali dan “to search” yang berarti mencari.
Maka arti sebenarnya dari research adalah mencari kembali, pencarian berulangulang (Soeratno & Lincolin Arsyad, 2008; Muslich dan Sri, 2009).
Kemudian yang dicari dalam penelitian adalah untuk mengetahui
pengetahuan yang benar dari suatu yang diteliti, sehingga diperoleh jawaban dari
sesuatu yang diteliti. Umumnya penelitian itu diartikan sebagai suatu metode studi
yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan terhadap suatu permasalahan sehingga
diperoleh penyelesaian yang tepat terhadap masalah tersebut (Hilway, 1956).
Penelitian sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara
sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang sah (Durri Andriani, 2013) .
Penelitian itu bermaksud untuk memilih judul, merumuskan persoalan, kemudian
8
diikuti dengan pengumpulan data , pengolahan data, penyajian dan analisis data yang
hasilnya akan berguna untuk mengetahui persoalan dalam usaha pengembangan ilmu
pengetahuan (Supranto, 1997).
Penelitian kualitatif sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk
mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral (Creswell, 2008). Untuk mengerti
gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan
dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas. Hasil akhir dari penelitian
kualitatif dituangkan dalam bentuk laporan tertulis. Laporan tersebut agak fleksibel
karena tidak ada ketentuan baku tentang struktur dan bentuk laporan hasil penelitian
kualitatif. Tentu saja hasil penelitian kualitatif sangat dipengaruhi oleh pandangan,
pemikiran, dan pengetahuan peneliti karena data tersebut diinterpretasikan oleh
peneliti. Oleh karena itu, sebagian orang menganggap penelitian kualitatif agak bias
karena pengaruh dari peneliti sendiri dalam analisis data.
Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti
sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami
obyek yang diteliti secara mendala bertujuan untuk mengembangkan konsep
sensitivitas pada masalah yang dihadapi, mengembangkan pemahaman akan satu atau
lebih dari fenomena yang dihadapi.
Studi kasus adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat berdasarkan
pengumpulan data yang luas. Studi kasus melibatkan investigasi kasus, yang dapat
didefinisikan sebagai suatu entitas atau objek studi yang dibatasi, atau terpisah untuk
penelitian dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik. Penting untuk memahami
bahwa kasus dapat berupa individu, program, kegiatan, sekolah, ruang kelas, atau
kelompok. Setelah kasus didefinisikan dengan jelas, peneliti menyelidiki mereka
secara mendalam, biasanya menggunakan beberapa metode pengumpulan data, seperti
wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi.
Penelitian kualitatif salah satu metode penelitian yang bersifat deskriptif dan
cenderung mencari sebuah makna dari data yang didapatkan dari hasil sebuah
penelitian. Metode ini biasanya digunakan seseorang ketika akan meneliti terkait
dengan masalah sosial dan budaya. metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang masih
alamiah (Sugiyono, 2014).
9
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Depok 2, Kecamatan
Cisompet, Kabupaten Garut, pemilihan tempat lokasi penelitian disesuaikan dengan
domisili peneliti.
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2020/2021.
Perizinan
: 19 November 2021
Pengumpulan data
: 23 November 2021
C. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti merupakan siswa laki-laki Sekolah Dasar Negeri Depok 2.
Berjumlah dua orang dari kelas rendah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi :
1) Wawancara
Wawancara yaitu proses tanya jawab secara lisan yang dilakukan
boleh dua orang atau lebih, saling berhadapan fisik dan melihat wajah secara
langsung (Sukandarrumidi 2006, hal 89). Dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui keadaan orang yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi
yang tepat. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kesulitan mereka dalam
membaca.
Pedoman wawancara
Indikator wawancara
Wawancara guru :
1. Pemahaman mengenai anak yang sulit belajar.
2.Pemahaman mengenai anak yang sulit membaca
(disleksia)
3.Pemahaman menangani anak kesulitan membaca
1.Pemahaman huruf alfabet.
2.Pemahaman angka
3. Pemahaman membedakan arah
10
2) Observasi
Peneliti datang ke Sekolah Dasar Negeri Depok 2 menemui guru
kelas III dan bertanya terhadap anak yang memiliki kesulitan belajar. Beliau
memberikan informasi terkait siswa yang memiliki kesulitan belajar yang
bernama Irfan, Reza.
3) Tes
Tes yang diberikan untuk mengetahui bakat, keterampilan,
kemampuan membaca, pemahaman.
4) Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data.
Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, dan kejadian
dalam situasi sosial yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif (Yusuf,
2014).
E. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan ditujukan untuk menggambarkan urutan penelitian yang
dilakukan peneliti :
1) Persiapan
a. Perijinan kepada pihak sekolah untuk penelitian dengan memakai surat
atau tidak.
b. Penentuan kelas yang akan diteliti baik di kelas rendah atau di kelas
tinggi.
c. Penyusun instrumen untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan
penyusun laporan
d. Penentuan tempat untuk berlangsungnya penelitian sebelum disatukan
di dalam kelas
2) Pelaksanaan
a. Peneliti melakukan tahap awal wawancara secara umum dengan siswa
kelas tiga di ruang perpustakaan dan selanjutnya di ruang kantor.
b. Peneliti melakukan pengamatan terhadap guru kelas dalam mengajar di
kelas yang terdapat siswa dengan kesulitan membaca (disleksia)
c. Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas mengenai siswa
disleksia
d. Peneliti melakukan beberapa tes menggunakan papan ejaan
11
e. Peneliti melakukan penjelasan dan melakukan tes kembali
menggunakan aplikasi belajar membaca
f. Peneliti mengambil dokumentasi berupa foto dalam kegiatan penelitian
pelaksanaan belajar membaca.
3) Setelah pelaksanaan
a. Peneliti melakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh oleh setiap
subjek
4) Analisis data
a. Setelah memperoleh data peneliti melakukan analisis dengan teori
yang ada.
b. Peneliti melakukan pengolahan data hasil dari lapangan
c. Peneliti mendeskripsikan baik dalam bentuk kata ataupun gambar.
F. Analisis Data
a. Pengumpulan data
Peneliti melakukan pengumpulan data di Sekolah Dasar Negeri Depok
2, tepatnya di ruangan kantor.
b. Reduksi data
Peneliti merangkum dan menyeleksi data yang sesuai dengan indikator
yang telah dirumuskan peneliti. Data yang bisa digunakan untuk melengkapi
informasi tentang pengaplikasian media pembelajaran dan kendala yang
dihadapi guru dalam pengaplikasian pembelajaran untuk anak disleksia di
kelas III SDN Depok 2.
c. Penyajian data
Peneliti menyajikan data sesuai dengan hasil yang didapatkan
dilapangkan.
d. Penarikan kesimpulan
Peneliti menarik kesimpulan dari data yang diperoleh dan telah
direduksi.
12
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Sebelum Pemberian Tindakan
Peneliti melakukan tahap pertama dengan melakukan wawancara dan tes membaca
dengan menggunakan papan ejaan yang berisi huruf alfabet. Reaksi yang pertama kali
ditunjukkan oleh subjek pertama dia meraba setiap huruf alfabet yang di pasang di papan
ejaan. Namun pada subjek kedua hanya menatap setiap huruf alfabet yang telah terpasang di
papan ejaan.
Selanjutnya peneliti mengintruksikan untuk membaca huruf alfabet. Kedua subjek ini
mendapatkam hasil yang sama yaitu mengalami kesulitan membedakan huruf “b dan d” huruf
“m dan n” huruf “p dan q”. Namun pada subjek pertama bisa menyebutkan huruf dengan
bernyanyi tetapi kurang mengenal bentuk hurufnya dan mengalami kesulitan dalam
membedakan huruf ynag hampir sama. Pada subjek kedua, kurang bisa menyebutkan huruf
alfabet secara jelas meskipun dengan bernyanyi, kesulitan membedakan huruf yang sama,
dan bingung terhadap bacaan dari hurufnya.
B. Penerapan Strategi
Peneliti menerapkan strategi dengan media papan eja dan aplikasi belajar membaca
dalam membantu siswa untuk memahami huruf alfabet sebagai acuan dalam kelancaran
membaca.
Papan ejaan merupakan papan yang berisi huruf-huruf alfabet yang terdiri dari 26
huruf yang terbuat dari kain flanel yang dilengkapi dengan perekat yang bisa dipasang dan
dilepas. Aplikasi belajar membaca merupakan aplikasi yang mendukung untuk kemudahan
anak memahami terhadap huruf-huruf alfabet. Dimana di dalam aplikasi ini terdapat cara
membaca dua, tiga suku kata, cara membaca ny, ng, tebak kata, tebak huruf vokal.
Peneliti melakukan perlakuan dengan melakukan perkenalan nama huruf, cara
penulisan huruf. Supaya tidak jenuh peneliti melakukan kombinasi dengan menggunakan
aplikasi media belajar membaca. Ternyata hal tersebut membuat adanya antusias siswa dalam
belajar membaca. Mereka juga diarahkan untuk mengingat huruf “b” dengan bantuan kata
“huruf Alfabet yang kedua” dan huruf “d” merupakan “ huruf alfabet yang keempat”. Diberi
penjelasan mengenai arah kiri dan kanan.
C. Keadaan Setelah Dilakukan Tindakan
Setelah diberi pengarahan dan penjelasan kepada kedua subjek. Menunjukkan subjek
pertama mengalami peningkatan kemampuan membaca yang cukup tinggi dibandingkan
13
dengan subjek yang kedua.
14
Materi tes membaca
Huruf Vokal
No
dengan huruf
Konsonan
Dua
Tiga suku
Huruf
kata
kata
NY
Mencocokan
huruf
1
Ba-bi-bu-be-bo
Buku
Bicara
Nya
Ayam
2
Da-di-du-de-do
Baju
Belajar
Nyi
Nanas
3
Pa-pi-pu-pe-po
Bola
Menulis
Nyu
Apel
4
Ma
Bunga
Buaya
Nye
Domba
5
Na
Rumah
Budaya
Nyo
Jeruk
6
Qa
Meja
Cerita
Nga
Ayah
7
Bi
Kiwi
Cidera
Ngi
Ceri
8
Di
Jari
Dahulu
Ngi
Bebek
9
Ni
Dada
Remaja
Nge
Sapi
10
Mi
Kuda
Selalu
Ngo
Kiwi
11
Pi
Pagar
Semenjak
Ayamnya
Meja
12
Qi
Sendok Lelaki
Bukunya
Balon
13
Yu
Nanas
Bilangan
Menyayangi
Baju
14
Bu
Sapi
Puisi
Mengikuti
Semangka
15
Du
Ibu
Cemara
Mengasuh
Bola
15
Pengukuran variabel terikat (kemampuan membaca) pada penelitian ini menggunakan
jenis persentase. Persen atau persentase merupakan satuan variabel pengukuran variabel
terikat yang sering digunakan oleh peneliti. Persentase menunjukkan jumlah terjadinya suatu
perilaku atau peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa
tersebut kemudian dikalikan dengan 100%. (Sunanto, 2005). Secara sederhana pengukuran
variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Kata yang dapat dibaca
Presentase kata benar =
× 100%
Keseluruhan kata
Presentase kata benar subjek 1 dan 2
Hari ke
Subjek 1 (%)
Subjek 2 (%)
1
53,3
46,3
2
66,6
33,3
3
80
33,3
4
93,3
33,3
16
D. Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh bahwasanya media papan eja dan aplikasi
belajar membaca meningkatkan kemampuan membaca subjek pertama. Peningkatan
kemampuan membaca pada subjek satu setelah adanya perlakuan. Subjek pertama melakukan
gerakan fisik dimana ketika sebelum adanya perlakuan dari peneliti, subjek ini meraba huruf
alfabet yang dipasang pada papan ejaan. Dalam proses pengajaran multisensori (VAKT)
dapat dilakukan dengan berulang sehingga akhirnya anak dapat menulis atau menyusun kata
sekaligus membaca dengan benar tanpa terlalu lama menelusuri huruf-huruf (Abdurrahman,
2009)
Peningkatan kemampuan membaca pada subjek satu setelah melakukan serangkaian
tes membaca dengan papan ejaan dan aplikasi belajar membaca tidak lepas dari adanya
motivasi dalam diri siswa untuk belajar. Setelah diteliti lebih lanjut ternyata subjek pertama
ini mendapatkan motivasi dari orang tua dan guru kelasnya. Salah satu faktor yang sangat
penting bagi kesuksesan belajar adalah motivasi, keinginan, dorongan dan minat yang terus
menerus untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Keinginan subjek untuk dapat membaca dengan
lancar dan motivasi dari pihak orang tua atau keluarga cukup berpengaruh dalam proses
intervensi (Rahim, 2008).
Pengaruh papan ejaan dan aplikasi belajar membaca pada subjek kedua kurang
efektif. Kemungkinan besar kurang efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca
dikarenakan kurangnya motivasi belajar dari orang sendiri. Motivasi belajar siswa telah
terlihat dengan adanya rasa antusias meskipun berbeda dengan subjek pertama. Kedua subjek
mendapatkan motivasi belajar yang sama dari guru kelasnya. Orang tua yang mempunyai
minat yang besar terhadap kegiatan sekolah anak dapat memacu sikap positif anak terhadap
belajar, khususnya belajar membaca (Rahim, 2008).
fokus dalam membahas
Suasana yang kondusif dengan adanya permainan dalam pembelajaran akan
meningkatkan kemampuan kerja otak. Media papan ejaan telah dipersiapkan sedemikian
rupa sehingga mampu menciptakan minat belajar subjek serta aplikasi belajar membaca
sebagai media untuk menambah minat membaca pada subjek dengan adanya permainan tebak
kata, mencocokan huruf. Proses pembelajaran dengan media permainan (Media papan ejaan
dan aplikasi belajar membaca) akan memberikan gambaran konkret mengenai peningkatan
penguasaan kosakata (Laili, 2011).
17
Berdasarkan hasil penelitian dan setelah adanya perlakuan terhadap subjek media
Papan Ejaan dan Aplikasi Belajar Membaca dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan membaca anak, penguasaan huruf, dan mengingat bunyi huruf. Selain media
papan ejaan dan aplikasi belajar membaca pengaruh motivasi belajar terhadap siswa dari
pihak keluarga dan guru turut memberikan pengaruh terhadap minat belajar siswa.
18
BAB V PPENUTUP
A Kesimpulan
Penelitian ini menguji keefektifan media papan Ejaan dan Aplikasi Belajar membaca
bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca (disleksia)
1 Dua siswa SDN Depok 2, kelas tiga mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Sulit
menyebutkan huruf, bingung bunyi huruf yang mirip, bingung membedakan huruf.
2 Media papan ejaan dan aplikasi belajar membaca yang disusun dan ditetapkan efektif dalam
meningkatkan kemampuan membaca anak dengan karakteristik kesulitan membaca ditandai
dengan adanya peningkatan nilai tes.
B Rekomendasi
1 Bagi guru
Gangguan belajar membaca pada siswa disleksia mempengaruhi terhadap kemampuan
membaca dan mengikuti pelajaran di kelas. Maka dari itu, guru harus mengembangkan dan
menangani masalah yang dihadapi oleh anak. Guru bisa menggunakan cara :
a Pahami jenis kesulitan anak.
b Menggunakan media yang mampu menarik perhatian anak untuk belajar membaca.
c Lakukan evaluasi untuk mengetahui efektivitas media yang digunakan guru.
2 Bagi Kepala sekolah
Kepala sekolah bisa menggunakan hasil penelitian ini untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam memenuhi kebutuhan media pembelajaran yang digunakan untuk
kepentingan meningkatkan kemampuan siswanya.
3 Bagi Peneliti Selanjutnya
19
Dari hasil penelitian ini direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian terhadap motivasi orang tua kepada anaknya dalam kepentingan
peningkatan kemampuan membaca anak. Serta kerja sama anatara pihak sekolah dan orang
tua siswa.
20
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta. (2008). Pengantar Pendidikan Luar. Jakarta. Universitas Terbuka
Garnida, D.( 2015). Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung PT Refika Aditama
Nofita, S., Ernawati, N., dan Warsiyanti. Teori dan Metode Pengajaran Anak Dislexia.
Repository Proseding Seminar Nasional PGSD UPY. pp 172-181.
Fitrah, M., dan Luthfiyah. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas dan Studi
Kasus. Cv Jejak.
Saadah, Varia Nihayatus., dan Hidayah, N. (2013). Pengaruh Permainan Scrabble Terhadap
Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Disleksia. Jurnal Fakultas Psikologi. Vol. 1,
No. 1, pp. 39-52.
21
LAMPIRAN
22
Download