Uploaded by Puguh Dwi Prasetia

JURNAL TA PUGUH v1

advertisement
PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI MICROWAVE
SITE KEPIL DAN SITE WONOSOBO STUDI KASUS
DI KABUPATEN WONOSOBO
Puguh Dwi Prasetia, Muntaqo Alfin Amanaf, Zein Hanni Pradana
Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi
Institut Teknologi Telkom Purwokerto
Jl. D.I Panjaitan No.128 Purwokerto
19201024@ittelkom-pwt.ac.id, muntaqo@ittelkom-pwt,ac,id, zeindana@ittelkom-pwt.ac.id
Abstrak- Pertumbuhan penduduk yang meningkat
menyebabkan kebutuhan akses data seluler juga
meningkat.
Penggunaan
microwave
dalam
melakukan
pertukaran
data
memerlukan
perencanaan yang baik sehingga masyarakat bisa
menggunakan
data seluler
dengan baik.
Perancangan jaringan transmisi microwave di site
Kepil dan site Wonosobo yang terletak di
Kabupaten Wonosobo menggunakan pathloss 5.0
dengan menggunakan frekuensi 23.000 MHz
sebagai pembanding dengan perancangan dari
Huawei. Komunikasi radio gelombang mikro
digunakan sebagai transmisi antara Base
Transciever Station (BTS) ke Base System Control
(BSC). Hasil dari perancangan Pathloss 5.0 dengan
nilai RSL -61.13 dBm, Fading Margin 5,78 dB dan
Availability 99,87917%, sedangkan hasil dari
perancangan Huawei dengan nilai RSL -33,40 dBm,
Fading Margin 33,60 dB dan Availability 99,99362%.
Untuk melancarkan mobilitas pertukaran informasi
di Kecamatan Kepil tersebut maka diperlukan
infrastruktur
telekomunikasi.
Teknologi
telekomunikasi memiliki dua media transmisi yaitu
kabel dan nirkabel. Namun penggunaan media kabel
masih terbatas karena berbagai faktor, seperti kondisi
geografis yang sulit dan belum tersedianya infrastruktur
pendukung. Untuk jaringan yang menggunakan media
kabel di berbagai daerah masih sulit untuk
dikembangkan [2].
A.
Sistem Komunikasi Gelombang Mikro
Sistem komunikasi gelombang mikro merupakan
sistem komunikasi yang berujuan untuk mengirimkan
informasi dari satu lokasi pengirim ke lokasi penerima
tanpa terganggu kondisi daratan.Komunikasi yang
dapat dikirimkan ialah suara, video dan data melalui
udara bebas pada rentang frekuensi 2 GHz – 24 GHz,
yang merupakan standar dari Committee Consultative
International on Radio (CCIR) [10].
Kata Kunci : microwave, pathloss 5.0, Availability
I.PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi berkembang
pesat dan terdapat layanan yang berbeda. Seiring
dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi,
dibutuhkan layanan transmisi data yang cepat. Jaringan
koneksi untuk setiap pengguna layanan data telah
ditingkatkan. Teknologi seluler menyediakan layanan
pengiriman yang cepat dan efisien. Infrastruktur
teknologi pendukung dapat memperlancar arus dan
pemrosesan semua informasi, sehingga komunikasi
yang ada untuk setiap klien dapat berjalan dengan baik
Kecamatan Kepil adalah satu dari 15 Kecamatan yang
di Kabupaten Wonosobo. Luas wilayah dari Kecamatan
Kepil adalah 9.386.919 ha (938,6 km). Menurut data
jumlah penduduk pada tahun 2017 oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Wonosobo, Kecamatan Kepil memiliki jumlah
penduduk sebanyak 63.315 jiwa [1].
Gambar 1.1 Propagasi LOS [10]
Komunikasi radio gelombang mikro digunakan
sebagai sistem komunikasi satelit, terrestrial dan
komunikasi bergerak yang perambatannya melalui
atmosfer dimana kondisi atmosfer ini dapat
mempengaruhi
performansi
komunikasi
radio
gelombang mikro. Sistem komunikasi radio gelombang
mikro terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pemancar
(Transmitter) dan bagian penerima (Receiver). Pada
jalur komunikasi radio gelombang mikro dari satu
lokasi menuju lokasi yang lain harus dalam keadaan
Line of Sight (LOS) yang artinya lintasan propagasi
tersebut dalam keadaan bebas pandang shingga
Transmitter dan Receiver tidak ada penghalang
(Obstacle) yang dapat menghalangi lintasan
perambatan gelombang mikro [11].
B.
Gain Antena
Gain Antena merupakan parameter pokok dalam
teknik radio link. Gain ditunjukan dalam bentuk decibel
(dB) dan merupakan penggambaran dari konsentrasi.
Secara teori, Gain antenna (G) ditunjukan dengan
persamaan [8].
F.
Received Signal Level (RSL)
Received Signal Level (RSL) adalah power level
yang memasuki tingkatan pertama aktif pada penerima
[8].
G.
C.
Effectic Isotropic Radiated Power (EIRP)
Effectif Isotropic Radiated Power (EIRP) merupakan
penghitungan penjumlahan dalam satuan decibel : output
power pemancar (dBm atau dBW), redaman saluran
transmisi dalam dB (nilainya negative karena adalah
suatu redaman) dan Gain antena dalam dB. Secara rumus
dapat dituliskan sebagai berikut [8].
D.
Free Space Loss (FSL)
Free Space Loss (FSL) adalah loss yang terjadi oleh
sebuah
gelombang
elektromagnetik
yang
dipropagasikan dalam suatu garis lurus melalui sebuah
vacuum dengan tidak ada refleksi energi di objek
terdekat. Secara teori untuk FSL diberikan sebagai
berikut [8].
E.
Isotropic Received Level (IRL)
Isotopic Received Level (IRL) merupakan Batasan
RF power level dari antena penerima. Dapat dikatakan
sebagai power yang diukur pada sebuah isotropic
antena penerima. Secara teori dapat ditulisakan dengan
rumus [8].
Komponen Link Microwave
a. Indoor Unit (IDU)
Indoor Unit (IDU) memiliki fungsi
sebagai modulator-demodulator sinyal dan sebagai
Forward Error Correction (FEC), Multiplexing User
Data, Control Unit dan sebagai kanal komunikasi
antara NMS dan ODU. Daya yang akan ditransfer ke
perangkat radio microwave dicati dari IDU [12].
b. Outdoor Unit (ODU)
Outdoor Unit (ODU) berfungsi untuk
mengkonversi sinyal digital termodulasi yang memiliki
frekuensi rendah ke frekuensi tinggi. Terdiri dari
transmitter (pengirim) dan receiver (penerima), karena
itu disebut radio transceiver. Sinyal yang diterima
didemodulasi menjadi sinyal Base Band (BB) sebelum
diteruskan ke IDU. Daya dari ODU dicatu dari IDU
melalui kabel coaxial [12].
c. Antena
Antena
adalah
suatu
pengubah
(tranducer) yang bisa mengganti total elektrik menjadi
gelombang elektromagnetik, kemudian dipancarkan ke
angkasa dan sebaliknya. Antena bisa beroperasi sebagai
penguat daya dan mengubah dari gelombang radio
frequency (RF) menjadi gelombang ruang bebas.
Antena adalah wujud struktur perantara antara
gelombang yang tercipta dan gelombang bebas
sehingga merupakan bagian yang mutlak diperlukan
komunikasi radio [11].
d. Waveguide
Loss adalah salah satu kunci dari
perancangan link microwave. Kabel dan waveguide
berpengaruh terhadap redaman yang terjadi. Di bawah
frekuensi 2GHz digunakan waveguide. Pada kabel
coaxial dielektrik yang digunakan adalah foam
1 7
5
dielectric dengan diameter , , dan inci. Semakin
2 8
8
kecil diameter, maka atenuasinya akan meningkat [12].
e. Menara Microwave
Ada beberapa macam tipe menara
microwave yang digunakan untuk menempatkan antena
microwave. Untuk antena yang berukuran lebih kecil
dapat ditempatkan di atas Gedung menggunakan pole
dengan Panjang 5 meter. Penempatan dengan jumlah
antena yang banyak digunakan Menara dengan struktur
berpenguat sendiri. Jumlah antena dan beban total harus
benar perhitungannya agar tidak melampaui kapasistas
beban maksimum pada menara [12].
H.
Terrain Effect
a. Fresnel Zone
Fresnel Zone merupakan tempat
kedudukan dimana titik yang memiliki sesisih jarak
tetap dari 2 lokasi yang tetep pula, yaitu kelipatan dari
setengah Panjang gelombang radio yang dioperasikan.
Fresnel Zone memegang peranan yang penting dalam
transmisi energi gelombang mikro, bentuk Fresnel
Zone ini berupa ellipsoid [11].
Gambar 1.2 Fresnel Zone [11]
b. Clearance
Lintasan sinyal yang ditransmisikan pada
sistem line of sight harus mempunyai daerah bebas
hambatan yang disebut Clearance. Daerah Clearance
untuk menghindari pengaruh jalur jamak terutama
karena pantulan tanah [10].
I.
Kalkulasi Link Budget
Link Budget merupakan analisis perhitungan
panjangnya suatu lintasan, Panjang lintasan ini untuk
menetapkan parameter operasi yang digunakan seperti
power output pemancar, diameter antenna, noise figure
penerima dan sebagainya. Dapat menghubungkan
kinerja yang diinginkan dengan tingkatan sinyal
penerima (Receive Signal Level).
J.
Fading Margin
Fading Margin adalah perambatan gelombang
radio akan terjadi pemantulan oleh permukaan bumi,
sehingga pada receiver akan menerima dua gelombang
yang berbeda yaitu gelombang langsung dan
gelombang pantul yang jarak tempuh dan waktu
perambayannya berbeda sehingga menimbulkan level
daya yang diterima berbeda pada ujung receiver. Adapu
hubungan antara fading margin dengan received signal
level :
hanya beberapa kilometer (km), multipath tidak terlalu
berpengaruh.
Namun
redaman
hujan dapat
mengakibatkan atenuasi yang cukup menganggu
sebesar 3-7 dB/km pada curah hujan 20 mm/h.
Frekuensi yang biasanya digunakan adalah 23 GHz, 26
GHz, 27 GHz, 38 GHz, 55 GHz dan 58 GHz [12]
b. Medium Haul
Medium Haul beroperasi pada frekuensi
11-20 GHz. Panjang hop memiliki beberapa variasi
antara 40 km dan 20 km, tergantung dari kondisi iklim
dan frekuensi yang digunakan. Multipath fading dan
redaman hujan berpengaruh pada performa link ini.
Frekuensi yang biasanya digunakan adalah 13 GHz, 15
GHz dan 18 GHz [12].
c. Long Haul
Long Haul beroperasi pada frekuensi 2-10
GHz. Pada kondisi iklim dan frekuensi kerja optimal,
jarak yang dapat ditempuh mencapai rentang 80 km
sampai 45 km. Link ini terpengaruh adanya multipath
fading. Frekuensi yang biasanya digunakan adalah 2 GHz,
7 GHz dan 10 GHz [12].
L.
Availability
Availability adalah kemampuan sistem untuk
memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang
diinginkan atau perbandingan uptime terhadap total time
[13].
Kegagalan
sistem
dalam
memberikan
pelayanan disebut sebagai unavailability. Makan untuk
mencari besar nilai unavailability dan availability
digunakan rumus sebagai berikut [11].
M.
K.
Klasifikasi Link Microwave
Link microwave beroperasi pada frekuensi 2 – 58
GHz. Semakin tinggi frekuensi, semakin pendek jarak
link transmisinya. Karena rentang frekuensi yang lebar.
Berdasarkan range-nya link microwave dapat dibagi
menjadi tiga kategori yaitu short haul, medium haul dan
long haul [12].
a. Short Haul
Short Haul beroperasi pada frekuensi 2358 GHz dan jangkauan jaraknya paling pendek. Saat
digunakan, sebagai frekuensi yang lebih rendah dalam
rentang frekuensi ini dapat terpengaruh adanya
multipath fading dan redaman hujan sekaligus. Untuk
rentang frekuensi yang lebih tinggi dan Panjang hop
Pathloss 5.0
Dalam melaksanakan perencanaan jaringan
transmisi microwave membutuhkan software yang
mendukung dan dapat digunakan. Software Pathloss
5.0 memiliki fitur diantaranya membuat link profile,
kalkulasi performa link, menganalisa reflection dan
multipath. Pathloss 5.0 juga dapat mensimulasikan dari
profile link yang telah dibuat agar dapat mengetahui
performanya
N.
Google Earth
Google Earth adalah perangkat lunak yang
menyediakan tampilan virtual planet bumi.
Didalamnya terdapat peta yang dapat memberikan
informasi titik koordinat dan elevasi dari suatu wilayah.
Menggunakan google earth termasuk mudah dan
memiliki fitur yang lengkap menjadi pilihan dalam
berbagai kebutuhan pengguna
II. METODE
A.
Alur Penelitian
operasi pada hardware yang digunakan agar proses
perancangan dapat berjalan dengan sebaik mungkin.
Kemudian. setelah sistem dirancang dilakukan simulasi
pada software Pathloss 5.0 untuk mengetahui sistem
berjalan sesuai parameter yang ditentukan atau tidak.
Dari proses simulasi tersebut akan didapatkan hasil
report berupa link budget yang berisi parameterparameter dari proses perancangan jaringan transmisi
microwave.
Gambar 2.1 Flowchart Alur Penelitian
Berdasarkan Gambar 2.1 penelitian ini diawali
dengan studi literatur yaitu mencari materi berupa
jurnal ilmiah, buku dan internet dari website yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas. Kemudian
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk melakukan
perancangan link microwave. Data yang didapat berupa
titik koordinat, frekuensi yang dipakai, ketinggian
tower dan perancangan site Kepil dan site Wonosobo
dari Huawei. Software yang digunakan yaitu Windows
10 (64 bit) sebagai sistem operasi pada perangkat keras
yaitu Laptop, Pathloss 5.0 untuk melakukan
perancangan jaringan transmisi microwave dan
simulasinya, Google Earth untuk mengetahui kondisi
geografis dari lokasi perancangan. Ditahap
perancangan sistem akan dilakukan simulasi melalui
Software
Pathloss
5.0
untuk
mengetahui
kehandalannya. Dari perancangan sistem di software
Pathloss 5.0 menghasilkan data link budget.
Selanjutnya menganalisis link budget yang telah
didapat setelah proses simulasi perancangan
menggunakan software Pathloss 5.0 yang telah berhasil
dan membandingkannya dengan link budget
perancangan dari Huawei untuk menghasilkan
kesimpulan dari perancangan yang telah dibuat.
B.
Perancangan Sistem
Perancangan sistem perancangan jaringan transmisi
microwave pada site Kepil dan site Wonosobo diawali
dengan melakukan pengumpulan data. Data
dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan perancangan
seperti longitude, latitude, jenis antena dan radio.
Selanjutnya data tersebut akan digunakan di software
perancangan jaringan transmisi microwave yaitu
Pathloss 5.0 dan Google Earth. Untuk menjalankan
software tentunya membutuhkan alat berupa sistem
Gambar 2.2 Flowchart Perancangan
Link Microwave
C.
Alat yang digunakan
Perancangan jaringan transmisi microwave pada
site Kepil dan site Wonosobo membutuhkan perangkat
keras dan perangkat lunak agar sistem perancangan dan
hasil perancangan dapat optimal.
1. Perangkat Keras
a.
Laptop dengan Processor Intel(R)
Celeron(R) N4000
b.
Memori 4 GB
2. Perangkat Lunak
a.
Sistem Operasi Windows 10 (64 bit)
b.
Pathloss 5.0
c.
Google Earth
D.
Lokasi Perancangan
Pada penelitian ini, penulis menggunakan 1 link
hop yaitu site Kepil dan site Wonosobo sebagai lokasi
perancangan link microwave dalam Tugas Akhir ini.
Kedua data lokasi site dapat dilihat pada tabel 2.1. Data
ini digunakan untuk perancangan link microwave pada
software Pathloss 5.0.
Tabel 2.1 Data Site Jaringan
Jarak antara site Kepil dan site Wonosobo adalah
2,16 Km dengan kondisi geografis yang cenderung
landau dengan selisih elevasinya tidak terlalu jauh.
Kondisi itu menjadikan daerah ini cocok untuk
komunikasi data menggunakan gelombang mikro yaitu
antena microwave.
E.
Spesifikasi Perangkat
Perancangan link microwave site Kepil dan site
Wonosobo menggunakan beberapa alat pendukung.
Pada tabel 2.2 merupakan perangkat yang digunakan
pada perancangan link microwave.
Tabel 2.2 Perangkat Link Microwave
III. HASIL DAN ANALISA
A.
Analisa Hasil Perancangan Pathloss 5.0
Pada perancangan link microwave site Kepil dan
site Wonosobo dalam keadaan Line of Sight (LOS)
dengan jarak antar tower yaitu sejauh 2,16 Km. Lokasi
kedua site dalam keadaan yang bagus sehingga sangat
cocok untuk jaringan transmisi microwave. Berikut
gambar 3.1 merupakan path profile site Kepil dan site
Wonosobo dari hasil simulasi perancangan
menggunakan Pathloss 5.0.
Gambar 3.2 Report Pathloss 5.0 Site Kepil dan Site
Wonosoo
B.
Analisa Perancangan dari Huawei
Data perancangan link microwave site Kepil dan
site Wonosobo dari Huawei yang didapatkan berupa
link budget. Data tersebut didapat melalui Huawei.
Ketinggian antena pada site Kepil yaitu 40 meter dan
site Wonosobo 55 meter. Jenis antenna yang digunakan
A23S06HAC dengan diameter 0,6 meter dan jenis radio
microwave 23G_XMC2_256Q_28M_138M. Berikut
tabel 4.2 Link Budget dari perancangan Huawei.
Gambar 3.1 Path Profile Site Kepil dan Site
Wonosobo
Pada Gambar 4.1 path profile site Kepil dan site
Wonosobo berdasarkan data dan hasil simulasi
software Pathloss 5.0. Ketinggian antena site Kepil
40,00 meter dan ketinggian antena site Wonosobo
55,00 meter dengan path length 2,16 Km. Berikut ini
merupakan hasil simulasi menggunakan software
Pathloss 5.0 site Kepil dan site Wonosobo.
Gambar 3.3 Link Budget Site Kepil dan Site
Wonosobo dai Huawei
C.
Analisa Perbandingan Perancangan Pathloss
5.0 dan perancangan Huawei
Perbandingan antara perancangan Pathloss 5.0 dan
perancangan
Huawei
dianalisa
menggunakan
parameter-parameter yang sudah ditentukan yaitu, Gain
Antena, Free Space Loss (FSL), Effective Isotropic
Radiated Level (EIRP), Isotropic Received Level (IRL),
Received Signal Level (RSL), Fading Margin,
Unavailability dan Availability.
Tabel 3.1 Perbandingan Perancangan Pathloss 5.0 dan
Perancangan Huawei
Pada tabel 3.1 perbandingan perancangan Pathloss 5.0
dengan perancangan Huawei. Pada parameter Gain
Antena perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan
Huawei memiliki nilai gain antenna sebesar 40,40 dBi,
antara perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan Huawei
memiliki nilai yang sama. Kesamaan nilai ini dikarenakan
saat melakukan perancangan Pathloss 5.0 mengacu pada
link budget perancangan Huawei. Pada parameter Free
Space Loss (FSL) nilai perancangan Pathloss 5.0 memiliki
nilai FSL sebesar 126,36 dB dan nilai perancangan
Huawei memiliki nilai FSL yaitu sebesar 126,38 dB.
Selanjutnya, parameter Effective Isotropic Radiated
Power (EIRP) nilai dari perancangan Pathloss 5.0 pada
site Kepil 42,29 dBm dan nilai dari perancangan Huawei
pada site Kepil 54,70 dBm. Sedangkan nilai EIRP pada
perancangan Pathloss 5.0 pada site Wonosobo nilainya
sebesar 38,73 dBm dan pada perancangan Huawei pada
site Wonosobo nilai EIRP sebesar 49,40 dBm.
Berdasarkan nilai EIRP perancangan Pathloss 5.0 dan
perancangan Huawei, nilai hasil perancangan Huawei
memiliki nilai yang lebih baik pada kedua site dari pada
nilai perancangan Pathloss 5.0. Parameter Isotropic
Received Level (IRL) pada perancangan Pathloss 5.0 dan
perancangan Huawei memiliki nilai yang sama sebesar 67,00 dBm. Kesamaan nilai ini dikarenakan saat
melakukan perancangan Pathloss 5.0 mengacu pada link
budget perancangan Huawei.
Parameter Received Signal Level (RSL) pada
perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan Huawei
memiliki nilai yang berbeda, pada perancangan Pathloss
5.0 nilai RSL sebesar -61,13 dBm sedangkan nilai IRL
pada perancangan Huawei memiliki nilai RSL sebesar 33,40 dBm. Dari kedua perancangan ini, nilai RSL pada
perancangan Huawei memiliki nilai yang lebih baik dari
pada perancangan Pathloss 5.0. Selanjutnya parameter
Fading Margin, perancangan Pathloss 5.0 memiliki nilai
yang lebih baik dari pada perancangan Huawei dengan
nilai Fading Margin 5,78 dB sedangkan nilai dari
perancangan Huawei nilai Fading Margin sebesar 33,60
dB. Parameter Unavailability, perancangan Huawei
memiliki nilai yang lebih baik dari pada perancangan
Pathloss 5.0 dengan nilai Unavailability sebesar 0,00638
sedangkan nilai dari perancangan Pathloss 5.0 sebesar
0,12683. Selanjutnya parameter Availability pada
perancangan Huawei nilainya sebesar 99,99362%
sedangkan nilai perancangan Pathloss 5.0 memiliki nilai
sebesar 99,87917%. Dari dua perancangan ini, nilai
perancangan Huawei memiliki nilai yang lebih baik dari
pada perancangan Pathloss 5.0.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perancangan dan simulasi yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Untuk perancangan site Kepil dan site Wonosobo
pada software Pathloss 5.0 menggunakan acuan
dari link budget dari Huawei. Perancangan pada
Pathloss 5.0 memiliki perbedaan dengan
perancangan dari Huawei, perbedaanya terdapat
pada Antena model dan Radio model yang
digunakan.
2. Hasil perbandingan antara perancangan link
microwave site Kepil dan site Wonosobo
menggunakan Pathloss 5.0 dengan perancangan
link microwave dari Huawei, pada parameter Free
Space Loss (FSL), Effective Isotropic Radiated
Power (EIRP) dan Fading Margin perancangan
Pathloss 5.0 memiliki nilai yang lebih baik,
sedangkan pada parameter Received Signal Level
(RSL), Unavailability dan Availability perancangan
dari Huawei memiliki nilai yang lebih baik. Adapun
parameter yang nilainya sama antara perancangan
Pathloss 5.0 dan perancangan dari Huawei yaitu
parameter Gain Antena dan Isotropic Received
Level (IRL).
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
REFERENSI
Admin, "JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN
WONOSOBO PER DESEMBER 2017 SESUAI
DKB SEMESTER 2," Disdukcapil Kabupaten
Wonosobo, December 2017. [Online]. Available:
https://disdukcapil.wonosobokab.go.id/postings/d
etail/1031152/JUMLAH_PENDUDUK_KABUP
ATEN_WONOSOBO_PER_DESEMBER_2017
_SESUAI_DKB_SEMESTER_2.HTML.
[Accessed 5 June 2022].
A. Hafizhullah, "Analisis Jaringan Nirkabel Radio
Microwave Point To Point Pada Proyek
Minimarket X," p. 7, 2017.
MRF, "Media Transmisi Data Dalam Bentuk
Kabel dan Nirkabel," Thinks Phycis, 8 October
2020.
[Online].
Available:
https://www.thinksphysics.com/2020/10/mediatransmisi-data-dalam-bentuk-kabel-dannirkabel.html. [Accessed 5 June 2022].
M. I. N. Ignatius Daru Kristiadi, "Analisis
Perencanaan Transmisi Microwave Link antara
Semarang-Magelang untuk Radio Access Long
Term Evolution (LTE)," Buletin Pos dan
Telekomunikasi,
vol.
17,
no.
DOI:
10.17933/bpostel.2019.170202, p. 95, 2017.
A.P
Ramadhan,
"Perancanaan
Fronthaul
Microwave untuk Radio Komunikasi pada
Jaringan 4G," vol. 4, no. ISSN : 2355-9365, pp.
1620-1629, 2017.
A. W. A. H. Intan Erlita Dewanti, "Analisis
Perbandingan Passive Repeater Back-To-Back
Antenna dan Passive Repeater Plane Reflector
Menggunakan Pathloss 5.0," Prosiding SENATEK
2017 Fakultas Teknik, vol. 1, no. ISBN 978-60214355-0, pp. 1-8, 2017.
A. W. A. H. Evi Oktaviasari, "Analsis
Perbandingan Interferensi Link Gelombang Mikro
pada Daerah Urban dan Rural Menggunakan
Software Pathloss 5.0," Centive, vol. 1, pp. 178183, 2018.
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
R. Said Attamimi, "Perancangan Jaringan
Transmisi Gelombang Mikro Pada Link Site
Mranggen 2 dengan Site Pucang Gading," Jurnal
Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana, vol.
5, no. ISSN : 2086‐9479, pp. 77-87, 2014.
A. W. Yosy Rahmawati, "Perancangan Jaringan
Backhaul Sistem Transmisi Gelombang Mikro
Digital Menggunakan Frequency Diversity di
Wilayah Kepulaun Riau," Techno, vol. 19, no.
ISSN: 1410-8607, pp. 63-70, 2018.
R.L.Freeman, Radio System Design for
Telecomunications (1-100 GHz). New Work:
John Wiley and Sons, 1987.
S.T.M. Alfin Hikmaturrokhman, S.T., M.T., Ade
Wahyudin, Perancangan Jaringann Gelombang
Mikro Menggunakan Pathloss 5.0. Yogyakarta:
CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta, 2018.
Ilham,
"Perencanaan
Link
Microwave
(Pengantar)," PacketNotes, 19 March 2017.
[Online].
Available:
https://www.packetnotes.com/perencanaan-linkmicrowave/. [Accessed 6 June 2022].
A. N. C. Yus Natali, "Perancangan Link
Transmisi Microwave Menggunakan Teknik
Space Diversity," Jurnal Teknologi Elektro,
Universitas Mercu Buana, vol. 9, no. ISSN:
2086‐9479, pp. 117-126, 2018.
BIOGRAFI
Nama
: Puguh Dwi Prasetia
TTL
: Purwokerto, 14 April 2001
Asal
: Purwokerto, Jawa Tengah
Pendidikan : SMA/MA/SMK Sederajat
Download