PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI MICROWAVE SITE KEPIL DAN SITE WONOSOBO STUDI KASUS DI KABUPATEN WONOSOBO Puguh Dwi Prasetia, Muntaqo Alfin Amanaf, Zein Hanni Pradana Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi Institut Teknologi Telkom Purwokerto Jl. D.I Panjaitan No.128 Purwokerto 19201024@ittelkom-pwt.ac.id, muntaqo@ittelkom-pwt,ac,id, zeindana@ittelkom-pwt.ac.id Abstrak- Pertumbuhan penduduk yang meningkat menyebabkan kebutuhan akses data seluler juga meningkat. Penggunaan microwave dalam melakukan pertukaran data memerlukan perencanaan yang baik sehingga masyarakat bisa menggunakan data seluler dengan baik. Perancangan jaringan transmisi microwave di site Kepil dan site Wonosobo yang terletak di Kabupaten Wonosobo menggunakan pathloss 5.0 dengan menggunakan frekuensi 23.000 MHz sebagai pembanding dengan perancangan dari Huawei. Komunikasi radio gelombang mikro digunakan sebagai transmisi antara Base Transciever Station (BTS) ke Base System Control (BSC). Hasil dari perancangan Pathloss 5.0 dengan nilai RSL -61.13 dBm, Fading Margin 5,78 dB dan Availability 99,87917%, sedangkan hasil dari perancangan Huawei dengan nilai RSL -33,40 dBm, Fading Margin 33,60 dB dan Availability 99,99362%. Untuk melancarkan mobilitas pertukaran informasi di Kecamatan Kepil tersebut maka diperlukan infrastruktur telekomunikasi. Teknologi telekomunikasi memiliki dua media transmisi yaitu kabel dan nirkabel. Namun penggunaan media kabel masih terbatas karena berbagai faktor, seperti kondisi geografis yang sulit dan belum tersedianya infrastruktur pendukung. Untuk jaringan yang menggunakan media kabel di berbagai daerah masih sulit untuk dikembangkan [2]. A. Sistem Komunikasi Gelombang Mikro Sistem komunikasi gelombang mikro merupakan sistem komunikasi yang berujuan untuk mengirimkan informasi dari satu lokasi pengirim ke lokasi penerima tanpa terganggu kondisi daratan.Komunikasi yang dapat dikirimkan ialah suara, video dan data melalui udara bebas pada rentang frekuensi 2 GHz – 24 GHz, yang merupakan standar dari Committee Consultative International on Radio (CCIR) [10]. Kata Kunci : microwave, pathloss 5.0, Availability I.PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi berkembang pesat dan terdapat layanan yang berbeda. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, dibutuhkan layanan transmisi data yang cepat. Jaringan koneksi untuk setiap pengguna layanan data telah ditingkatkan. Teknologi seluler menyediakan layanan pengiriman yang cepat dan efisien. Infrastruktur teknologi pendukung dapat memperlancar arus dan pemrosesan semua informasi, sehingga komunikasi yang ada untuk setiap klien dapat berjalan dengan baik Kecamatan Kepil adalah satu dari 15 Kecamatan yang di Kabupaten Wonosobo. Luas wilayah dari Kecamatan Kepil adalah 9.386.919 ha (938,6 km). Menurut data jumlah penduduk pada tahun 2017 oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Wonosobo, Kecamatan Kepil memiliki jumlah penduduk sebanyak 63.315 jiwa [1]. Gambar 1.1 Propagasi LOS [10] Komunikasi radio gelombang mikro digunakan sebagai sistem komunikasi satelit, terrestrial dan komunikasi bergerak yang perambatannya melalui atmosfer dimana kondisi atmosfer ini dapat mempengaruhi performansi komunikasi radio gelombang mikro. Sistem komunikasi radio gelombang mikro terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pemancar (Transmitter) dan bagian penerima (Receiver). Pada jalur komunikasi radio gelombang mikro dari satu lokasi menuju lokasi yang lain harus dalam keadaan Line of Sight (LOS) yang artinya lintasan propagasi tersebut dalam keadaan bebas pandang shingga Transmitter dan Receiver tidak ada penghalang (Obstacle) yang dapat menghalangi lintasan perambatan gelombang mikro [11]. B. Gain Antena Gain Antena merupakan parameter pokok dalam teknik radio link. Gain ditunjukan dalam bentuk decibel (dB) dan merupakan penggambaran dari konsentrasi. Secara teori, Gain antenna (G) ditunjukan dengan persamaan [8]. F. Received Signal Level (RSL) Received Signal Level (RSL) adalah power level yang memasuki tingkatan pertama aktif pada penerima [8]. G. C. Effectic Isotropic Radiated Power (EIRP) Effectif Isotropic Radiated Power (EIRP) merupakan penghitungan penjumlahan dalam satuan decibel : output power pemancar (dBm atau dBW), redaman saluran transmisi dalam dB (nilainya negative karena adalah suatu redaman) dan Gain antena dalam dB. Secara rumus dapat dituliskan sebagai berikut [8]. D. Free Space Loss (FSL) Free Space Loss (FSL) adalah loss yang terjadi oleh sebuah gelombang elektromagnetik yang dipropagasikan dalam suatu garis lurus melalui sebuah vacuum dengan tidak ada refleksi energi di objek terdekat. Secara teori untuk FSL diberikan sebagai berikut [8]. E. Isotropic Received Level (IRL) Isotopic Received Level (IRL) merupakan Batasan RF power level dari antena penerima. Dapat dikatakan sebagai power yang diukur pada sebuah isotropic antena penerima. Secara teori dapat ditulisakan dengan rumus [8]. Komponen Link Microwave a. Indoor Unit (IDU) Indoor Unit (IDU) memiliki fungsi sebagai modulator-demodulator sinyal dan sebagai Forward Error Correction (FEC), Multiplexing User Data, Control Unit dan sebagai kanal komunikasi antara NMS dan ODU. Daya yang akan ditransfer ke perangkat radio microwave dicati dari IDU [12]. b. Outdoor Unit (ODU) Outdoor Unit (ODU) berfungsi untuk mengkonversi sinyal digital termodulasi yang memiliki frekuensi rendah ke frekuensi tinggi. Terdiri dari transmitter (pengirim) dan receiver (penerima), karena itu disebut radio transceiver. Sinyal yang diterima didemodulasi menjadi sinyal Base Band (BB) sebelum diteruskan ke IDU. Daya dari ODU dicatu dari IDU melalui kabel coaxial [12]. c. Antena Antena adalah suatu pengubah (tranducer) yang bisa mengganti total elektrik menjadi gelombang elektromagnetik, kemudian dipancarkan ke angkasa dan sebaliknya. Antena bisa beroperasi sebagai penguat daya dan mengubah dari gelombang radio frequency (RF) menjadi gelombang ruang bebas. Antena adalah wujud struktur perantara antara gelombang yang tercipta dan gelombang bebas sehingga merupakan bagian yang mutlak diperlukan komunikasi radio [11]. d. Waveguide Loss adalah salah satu kunci dari perancangan link microwave. Kabel dan waveguide berpengaruh terhadap redaman yang terjadi. Di bawah frekuensi 2GHz digunakan waveguide. Pada kabel coaxial dielektrik yang digunakan adalah foam 1 7 5 dielectric dengan diameter , , dan inci. Semakin 2 8 8 kecil diameter, maka atenuasinya akan meningkat [12]. e. Menara Microwave Ada beberapa macam tipe menara microwave yang digunakan untuk menempatkan antena microwave. Untuk antena yang berukuran lebih kecil dapat ditempatkan di atas Gedung menggunakan pole dengan Panjang 5 meter. Penempatan dengan jumlah antena yang banyak digunakan Menara dengan struktur berpenguat sendiri. Jumlah antena dan beban total harus benar perhitungannya agar tidak melampaui kapasistas beban maksimum pada menara [12]. H. Terrain Effect a. Fresnel Zone Fresnel Zone merupakan tempat kedudukan dimana titik yang memiliki sesisih jarak tetap dari 2 lokasi yang tetep pula, yaitu kelipatan dari setengah Panjang gelombang radio yang dioperasikan. Fresnel Zone memegang peranan yang penting dalam transmisi energi gelombang mikro, bentuk Fresnel Zone ini berupa ellipsoid [11]. Gambar 1.2 Fresnel Zone [11] b. Clearance Lintasan sinyal yang ditransmisikan pada sistem line of sight harus mempunyai daerah bebas hambatan yang disebut Clearance. Daerah Clearance untuk menghindari pengaruh jalur jamak terutama karena pantulan tanah [10]. I. Kalkulasi Link Budget Link Budget merupakan analisis perhitungan panjangnya suatu lintasan, Panjang lintasan ini untuk menetapkan parameter operasi yang digunakan seperti power output pemancar, diameter antenna, noise figure penerima dan sebagainya. Dapat menghubungkan kinerja yang diinginkan dengan tingkatan sinyal penerima (Receive Signal Level). J. Fading Margin Fading Margin adalah perambatan gelombang radio akan terjadi pemantulan oleh permukaan bumi, sehingga pada receiver akan menerima dua gelombang yang berbeda yaitu gelombang langsung dan gelombang pantul yang jarak tempuh dan waktu perambayannya berbeda sehingga menimbulkan level daya yang diterima berbeda pada ujung receiver. Adapu hubungan antara fading margin dengan received signal level : hanya beberapa kilometer (km), multipath tidak terlalu berpengaruh. Namun redaman hujan dapat mengakibatkan atenuasi yang cukup menganggu sebesar 3-7 dB/km pada curah hujan 20 mm/h. Frekuensi yang biasanya digunakan adalah 23 GHz, 26 GHz, 27 GHz, 38 GHz, 55 GHz dan 58 GHz [12] b. Medium Haul Medium Haul beroperasi pada frekuensi 11-20 GHz. Panjang hop memiliki beberapa variasi antara 40 km dan 20 km, tergantung dari kondisi iklim dan frekuensi yang digunakan. Multipath fading dan redaman hujan berpengaruh pada performa link ini. Frekuensi yang biasanya digunakan adalah 13 GHz, 15 GHz dan 18 GHz [12]. c. Long Haul Long Haul beroperasi pada frekuensi 2-10 GHz. Pada kondisi iklim dan frekuensi kerja optimal, jarak yang dapat ditempuh mencapai rentang 80 km sampai 45 km. Link ini terpengaruh adanya multipath fading. Frekuensi yang biasanya digunakan adalah 2 GHz, 7 GHz dan 10 GHz [12]. L. Availability Availability adalah kemampuan sistem untuk memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang diinginkan atau perbandingan uptime terhadap total time [13]. Kegagalan sistem dalam memberikan pelayanan disebut sebagai unavailability. Makan untuk mencari besar nilai unavailability dan availability digunakan rumus sebagai berikut [11]. M. K. Klasifikasi Link Microwave Link microwave beroperasi pada frekuensi 2 – 58 GHz. Semakin tinggi frekuensi, semakin pendek jarak link transmisinya. Karena rentang frekuensi yang lebar. Berdasarkan range-nya link microwave dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu short haul, medium haul dan long haul [12]. a. Short Haul Short Haul beroperasi pada frekuensi 2358 GHz dan jangkauan jaraknya paling pendek. Saat digunakan, sebagai frekuensi yang lebih rendah dalam rentang frekuensi ini dapat terpengaruh adanya multipath fading dan redaman hujan sekaligus. Untuk rentang frekuensi yang lebih tinggi dan Panjang hop Pathloss 5.0 Dalam melaksanakan perencanaan jaringan transmisi microwave membutuhkan software yang mendukung dan dapat digunakan. Software Pathloss 5.0 memiliki fitur diantaranya membuat link profile, kalkulasi performa link, menganalisa reflection dan multipath. Pathloss 5.0 juga dapat mensimulasikan dari profile link yang telah dibuat agar dapat mengetahui performanya N. Google Earth Google Earth adalah perangkat lunak yang menyediakan tampilan virtual planet bumi. Didalamnya terdapat peta yang dapat memberikan informasi titik koordinat dan elevasi dari suatu wilayah. Menggunakan google earth termasuk mudah dan memiliki fitur yang lengkap menjadi pilihan dalam berbagai kebutuhan pengguna II. METODE A. Alur Penelitian operasi pada hardware yang digunakan agar proses perancangan dapat berjalan dengan sebaik mungkin. Kemudian. setelah sistem dirancang dilakukan simulasi pada software Pathloss 5.0 untuk mengetahui sistem berjalan sesuai parameter yang ditentukan atau tidak. Dari proses simulasi tersebut akan didapatkan hasil report berupa link budget yang berisi parameterparameter dari proses perancangan jaringan transmisi microwave. Gambar 2.1 Flowchart Alur Penelitian Berdasarkan Gambar 2.1 penelitian ini diawali dengan studi literatur yaitu mencari materi berupa jurnal ilmiah, buku dan internet dari website yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Kemudian mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk melakukan perancangan link microwave. Data yang didapat berupa titik koordinat, frekuensi yang dipakai, ketinggian tower dan perancangan site Kepil dan site Wonosobo dari Huawei. Software yang digunakan yaitu Windows 10 (64 bit) sebagai sistem operasi pada perangkat keras yaitu Laptop, Pathloss 5.0 untuk melakukan perancangan jaringan transmisi microwave dan simulasinya, Google Earth untuk mengetahui kondisi geografis dari lokasi perancangan. Ditahap perancangan sistem akan dilakukan simulasi melalui Software Pathloss 5.0 untuk mengetahui kehandalannya. Dari perancangan sistem di software Pathloss 5.0 menghasilkan data link budget. Selanjutnya menganalisis link budget yang telah didapat setelah proses simulasi perancangan menggunakan software Pathloss 5.0 yang telah berhasil dan membandingkannya dengan link budget perancangan dari Huawei untuk menghasilkan kesimpulan dari perancangan yang telah dibuat. B. Perancangan Sistem Perancangan sistem perancangan jaringan transmisi microwave pada site Kepil dan site Wonosobo diawali dengan melakukan pengumpulan data. Data dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan perancangan seperti longitude, latitude, jenis antena dan radio. Selanjutnya data tersebut akan digunakan di software perancangan jaringan transmisi microwave yaitu Pathloss 5.0 dan Google Earth. Untuk menjalankan software tentunya membutuhkan alat berupa sistem Gambar 2.2 Flowchart Perancangan Link Microwave C. Alat yang digunakan Perancangan jaringan transmisi microwave pada site Kepil dan site Wonosobo membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak agar sistem perancangan dan hasil perancangan dapat optimal. 1. Perangkat Keras a. Laptop dengan Processor Intel(R) Celeron(R) N4000 b. Memori 4 GB 2. Perangkat Lunak a. Sistem Operasi Windows 10 (64 bit) b. Pathloss 5.0 c. Google Earth D. Lokasi Perancangan Pada penelitian ini, penulis menggunakan 1 link hop yaitu site Kepil dan site Wonosobo sebagai lokasi perancangan link microwave dalam Tugas Akhir ini. Kedua data lokasi site dapat dilihat pada tabel 2.1. Data ini digunakan untuk perancangan link microwave pada software Pathloss 5.0. Tabel 2.1 Data Site Jaringan Jarak antara site Kepil dan site Wonosobo adalah 2,16 Km dengan kondisi geografis yang cenderung landau dengan selisih elevasinya tidak terlalu jauh. Kondisi itu menjadikan daerah ini cocok untuk komunikasi data menggunakan gelombang mikro yaitu antena microwave. E. Spesifikasi Perangkat Perancangan link microwave site Kepil dan site Wonosobo menggunakan beberapa alat pendukung. Pada tabel 2.2 merupakan perangkat yang digunakan pada perancangan link microwave. Tabel 2.2 Perangkat Link Microwave III. HASIL DAN ANALISA A. Analisa Hasil Perancangan Pathloss 5.0 Pada perancangan link microwave site Kepil dan site Wonosobo dalam keadaan Line of Sight (LOS) dengan jarak antar tower yaitu sejauh 2,16 Km. Lokasi kedua site dalam keadaan yang bagus sehingga sangat cocok untuk jaringan transmisi microwave. Berikut gambar 3.1 merupakan path profile site Kepil dan site Wonosobo dari hasil simulasi perancangan menggunakan Pathloss 5.0. Gambar 3.2 Report Pathloss 5.0 Site Kepil dan Site Wonosoo B. Analisa Perancangan dari Huawei Data perancangan link microwave site Kepil dan site Wonosobo dari Huawei yang didapatkan berupa link budget. Data tersebut didapat melalui Huawei. Ketinggian antena pada site Kepil yaitu 40 meter dan site Wonosobo 55 meter. Jenis antenna yang digunakan A23S06HAC dengan diameter 0,6 meter dan jenis radio microwave 23G_XMC2_256Q_28M_138M. Berikut tabel 4.2 Link Budget dari perancangan Huawei. Gambar 3.1 Path Profile Site Kepil dan Site Wonosobo Pada Gambar 4.1 path profile site Kepil dan site Wonosobo berdasarkan data dan hasil simulasi software Pathloss 5.0. Ketinggian antena site Kepil 40,00 meter dan ketinggian antena site Wonosobo 55,00 meter dengan path length 2,16 Km. Berikut ini merupakan hasil simulasi menggunakan software Pathloss 5.0 site Kepil dan site Wonosobo. Gambar 3.3 Link Budget Site Kepil dan Site Wonosobo dai Huawei C. Analisa Perbandingan Perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan Huawei Perbandingan antara perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan Huawei dianalisa menggunakan parameter-parameter yang sudah ditentukan yaitu, Gain Antena, Free Space Loss (FSL), Effective Isotropic Radiated Level (EIRP), Isotropic Received Level (IRL), Received Signal Level (RSL), Fading Margin, Unavailability dan Availability. Tabel 3.1 Perbandingan Perancangan Pathloss 5.0 dan Perancangan Huawei Pada tabel 3.1 perbandingan perancangan Pathloss 5.0 dengan perancangan Huawei. Pada parameter Gain Antena perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan Huawei memiliki nilai gain antenna sebesar 40,40 dBi, antara perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan Huawei memiliki nilai yang sama. Kesamaan nilai ini dikarenakan saat melakukan perancangan Pathloss 5.0 mengacu pada link budget perancangan Huawei. Pada parameter Free Space Loss (FSL) nilai perancangan Pathloss 5.0 memiliki nilai FSL sebesar 126,36 dB dan nilai perancangan Huawei memiliki nilai FSL yaitu sebesar 126,38 dB. Selanjutnya, parameter Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) nilai dari perancangan Pathloss 5.0 pada site Kepil 42,29 dBm dan nilai dari perancangan Huawei pada site Kepil 54,70 dBm. Sedangkan nilai EIRP pada perancangan Pathloss 5.0 pada site Wonosobo nilainya sebesar 38,73 dBm dan pada perancangan Huawei pada site Wonosobo nilai EIRP sebesar 49,40 dBm. Berdasarkan nilai EIRP perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan Huawei, nilai hasil perancangan Huawei memiliki nilai yang lebih baik pada kedua site dari pada nilai perancangan Pathloss 5.0. Parameter Isotropic Received Level (IRL) pada perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan Huawei memiliki nilai yang sama sebesar 67,00 dBm. Kesamaan nilai ini dikarenakan saat melakukan perancangan Pathloss 5.0 mengacu pada link budget perancangan Huawei. Parameter Received Signal Level (RSL) pada perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan Huawei memiliki nilai yang berbeda, pada perancangan Pathloss 5.0 nilai RSL sebesar -61,13 dBm sedangkan nilai IRL pada perancangan Huawei memiliki nilai RSL sebesar 33,40 dBm. Dari kedua perancangan ini, nilai RSL pada perancangan Huawei memiliki nilai yang lebih baik dari pada perancangan Pathloss 5.0. Selanjutnya parameter Fading Margin, perancangan Pathloss 5.0 memiliki nilai yang lebih baik dari pada perancangan Huawei dengan nilai Fading Margin 5,78 dB sedangkan nilai dari perancangan Huawei nilai Fading Margin sebesar 33,60 dB. Parameter Unavailability, perancangan Huawei memiliki nilai yang lebih baik dari pada perancangan Pathloss 5.0 dengan nilai Unavailability sebesar 0,00638 sedangkan nilai dari perancangan Pathloss 5.0 sebesar 0,12683. Selanjutnya parameter Availability pada perancangan Huawei nilainya sebesar 99,99362% sedangkan nilai perancangan Pathloss 5.0 memiliki nilai sebesar 99,87917%. Dari dua perancangan ini, nilai perancangan Huawei memiliki nilai yang lebih baik dari pada perancangan Pathloss 5.0. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perancangan dan simulasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Untuk perancangan site Kepil dan site Wonosobo pada software Pathloss 5.0 menggunakan acuan dari link budget dari Huawei. Perancangan pada Pathloss 5.0 memiliki perbedaan dengan perancangan dari Huawei, perbedaanya terdapat pada Antena model dan Radio model yang digunakan. 2. Hasil perbandingan antara perancangan link microwave site Kepil dan site Wonosobo menggunakan Pathloss 5.0 dengan perancangan link microwave dari Huawei, pada parameter Free Space Loss (FSL), Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) dan Fading Margin perancangan Pathloss 5.0 memiliki nilai yang lebih baik, sedangkan pada parameter Received Signal Level (RSL), Unavailability dan Availability perancangan dari Huawei memiliki nilai yang lebih baik. Adapun parameter yang nilainya sama antara perancangan Pathloss 5.0 dan perancangan dari Huawei yaitu parameter Gain Antena dan Isotropic Received Level (IRL). [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] REFERENSI Admin, "JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN WONOSOBO PER DESEMBER 2017 SESUAI DKB SEMESTER 2," Disdukcapil Kabupaten Wonosobo, December 2017. [Online]. Available: https://disdukcapil.wonosobokab.go.id/postings/d etail/1031152/JUMLAH_PENDUDUK_KABUP ATEN_WONOSOBO_PER_DESEMBER_2017 _SESUAI_DKB_SEMESTER_2.HTML. [Accessed 5 June 2022]. A. Hafizhullah, "Analisis Jaringan Nirkabel Radio Microwave Point To Point Pada Proyek Minimarket X," p. 7, 2017. MRF, "Media Transmisi Data Dalam Bentuk Kabel dan Nirkabel," Thinks Phycis, 8 October 2020. [Online]. Available: https://www.thinksphysics.com/2020/10/mediatransmisi-data-dalam-bentuk-kabel-dannirkabel.html. [Accessed 5 June 2022]. M. I. N. Ignatius Daru Kristiadi, "Analisis Perencanaan Transmisi Microwave Link antara Semarang-Magelang untuk Radio Access Long Term Evolution (LTE)," Buletin Pos dan Telekomunikasi, vol. 17, no. DOI: 10.17933/bpostel.2019.170202, p. 95, 2017. A.P Ramadhan, "Perancanaan Fronthaul Microwave untuk Radio Komunikasi pada Jaringan 4G," vol. 4, no. ISSN : 2355-9365, pp. 1620-1629, 2017. A. W. A. H. Intan Erlita Dewanti, "Analisis Perbandingan Passive Repeater Back-To-Back Antenna dan Passive Repeater Plane Reflector Menggunakan Pathloss 5.0," Prosiding SENATEK 2017 Fakultas Teknik, vol. 1, no. ISBN 978-60214355-0, pp. 1-8, 2017. A. W. A. H. Evi Oktaviasari, "Analsis Perbandingan Interferensi Link Gelombang Mikro pada Daerah Urban dan Rural Menggunakan Software Pathloss 5.0," Centive, vol. 1, pp. 178183, 2018. [8] [9] [10] [11] [12] [13] R. Said Attamimi, "Perancangan Jaringan Transmisi Gelombang Mikro Pada Link Site Mranggen 2 dengan Site Pucang Gading," Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana, vol. 5, no. ISSN : 2086‐9479, pp. 77-87, 2014. A. W. Yosy Rahmawati, "Perancangan Jaringan Backhaul Sistem Transmisi Gelombang Mikro Digital Menggunakan Frequency Diversity di Wilayah Kepulaun Riau," Techno, vol. 19, no. ISSN: 1410-8607, pp. 63-70, 2018. R.L.Freeman, Radio System Design for Telecomunications (1-100 GHz). New Work: John Wiley and Sons, 1987. S.T.M. Alfin Hikmaturrokhman, S.T., M.T., Ade Wahyudin, Perancangan Jaringann Gelombang Mikro Menggunakan Pathloss 5.0. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta, 2018. Ilham, "Perencanaan Link Microwave (Pengantar)," PacketNotes, 19 March 2017. [Online]. Available: https://www.packetnotes.com/perencanaan-linkmicrowave/. [Accessed 6 June 2022]. A. N. C. Yus Natali, "Perancangan Link Transmisi Microwave Menggunakan Teknik Space Diversity," Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana, vol. 9, no. ISSN: 2086‐9479, pp. 117-126, 2018. BIOGRAFI Nama : Puguh Dwi Prasetia TTL : Purwokerto, 14 April 2001 Asal : Purwokerto, Jawa Tengah Pendidikan : SMA/MA/SMK Sederajat