1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi dapat dicapai dengan cara meningkatkan kinerja para pegawainya. Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu sesuai dengan peran atau tugasnya dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan ukuran nilai/standar tertentu dari organisasi tempat individu tersebut bekerja (Umam, 2018). Seorang pegawai yang memiliki kinerja (hasil kerja atau karya yang dihasilkan) yang tinggi dan baik dapat menunjang tercapainnya tujuan dan sarana yang telah ditetapkan oleh organisasi pemerintah (Yeltsin Aprioke Thomas, 2014). Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beralamat di Jalan Komplek Perkantoran Gubernur Nomor 31, Kelurahan Air Itam, Kecamatan Bukit Intan, Kota Pangkalpinang. Berikut adalah data kinerja Pegawai Negeri Sipil di DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tabel I.1 Data Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2018 dan 2019 pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No 1 Sasaran Strategis Meningkatnya kepuasan pelayanan internal oleh sekretariat DPRD Indikator Kinerja Utama Indeks kepuasan pelayanan internal oleh sekretariat DPRD Indikator Program Capaian 2018 Capaian 2019 Meningkat/ Menurun (+/-) 110,66% 108,89% -1,77% Nilai kepuasan pelayanan sekretariat DPRD 2 No Sasaran Strategis Meningkatnya produk hukum yang dihasailkan lembaga DPRD dan alat kelengkapan lainnya Indikator Kinerja Utama Indikator Program Nilai LAKIP sekretariat DPRD Persentase kesesuaian antar informasi yang dipublikasikan dan layanan keprotokoleran dengan arah kebijakan pembangunan pemerintah daerah Persentase meningkatnya sarana prasarana lembaga DPRD Persentase meningkatnya produk hukum yang diterapkan oleh lembaga DPRD Capaian 2018 Capaian 2019 Meningkat/ Menurun (+/-) 74,01% 72,03% -1,98 228,07% 122,63% -105,44% 132,40% 131,58% -0,82% Persentase produk hukum yang dihasilkan 2 117,19% 126,25% lembaga DPRD dan alat kelengkap an lainnya Sumber: Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2020 +9,6% Berdasarkan Tabel I.1 di atas, sasaran strategis yang pertama dengan empat indikator mengalami penurunan dari Tahun 2018 sampai Tahun 2019. Adapun sasaran strategis pada Nomor 2 mengalami kenaikan sebesar 9,6% dari Tahun 2018 sampai Tahun 2019. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khoirul Anam dan Edy Rahardja (2017), fasilitas kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Fasilitas kerja yang baik dapat menumbuhkan semangat bekerja seorang pegawai karena mereka merasa terpenuhi kebutuhan mereka dari segi sarana dan prasarana (Fatimah, 2014). Menurut Moenir (2015), fasilitas 3 adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama atau alat bantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Tabel I.2 Inventaris Barang pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No Nama Jenis/Barang Satuan Jumlah.Barang Keterangan 1. Meja Reseption Buah 1 2. Kursi Futura Buah 1 3. Kursi Ergotec Buah 7 4. Sofa Buah 5 5. Kaca Riben Buah 200 Gordyn 6. Buah 11 7. Dinding Sekat Kayu Buah 3 8. Karpet M2 76 9. Jam Mekanis Buah 6 10. Mesin Penghisap Debu Buah 2 11. Mesin Potong Rumput Buah 1 12. Mesin Cuci Buah 5 13. Alat.Pembersih.Lainnya Buah 2 14. Lemari Es Buah 3 AC Split 15. Buah 3 Rusak Berat Exhause Fan 16. Buah 1 17. Kompor Gas Buah 1 18. Dispenser Buah 5 19. Televisi Buah 5 Cassete Recorder 20. Buah 8 21. Alat Hiasan Buah 575 22. Lambang.Garuda.Pancasila Buah 32 23. Gambar.Presiden/Wakil.Presiden Buah 33 24. Kaca Hias Buah 4 25. Mimbar/Podium Buah 1 26. Alat Rumah Tangga Lain-Lain Paket 21 Receiver+Attachment 27. Buah 4 Personal Computer Lain-Lain 28. Buah 2 29. PC Unit/Komputer PC Buah 34 30. Meja Kerja Buah 8 Sumber: Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2020 Berdasarkan Tabel I.2 diatas, dapat diketahui bahwa pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki 30 jenis barang dengan kategori rusak berat. 4 Brigita Ria Tumilaar (2015) menjelaskan bahwa faktor lain yang mempengaruhi kinerja adalah kedisiplinan. Hasil penelitian Indra Permadi (2017) menyatakan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Rivai (2013) mendefinisikan disiplin kerja sebagai suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang untuk mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan menjadi kunci terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat, dengan disiplin yang baik berarti karyawan sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik (Hasibuan, 2012). Tabel I.3 Data Absensi Pegawai Negeri Sipil Bulan Juni-Desember 2021 pada Sekretariat DPRD Povinsi Kepulauan Bangka Belitung Jumlah Jumlah Jumlah Tingkat No Bulan Hari Pegawai Absensi Absensi Kerja (Orang) (Hari) (%) 1 Juni 21 78 50 3,05 2 Juli 22 80 8 0,04 3 Agustus 18 81 67 4,59 4 September 22 83 65 3,55 5 Oktober 19 83 62 3,93 6 November 21 83 68 3,90 7 Desember 17 81 92 6,68 Rata-Rata 3,67 Sumber: Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2020 Berdasarkan Tabel I.3 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat absensi pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 3,67%. Ratarata tingkat absensi sejumlah 2-3% dalam satu bulan masih dapat dikategorikan baik, namun jika lebih dari 3% maka dikategorikan organisasi tersebut memiliki kedisiplinan yang kurang baik (Mudiartha, 2015). 5 Selain itu, peneliti juga memberikan 5 daftar pernyataan terhadap 15 Pegawai Negeri Sipil terkait indikator kedisiplinan yang diadopsi dari Siamora (2016) dengan menggunakan metode MSI (Methode Of Successive Interval) menurut Riduwan dan Kuncoro (2017). Tabel I.4 Hasil Prelim Kuisioner Variabel Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. NO. 1 2 3 4 5 Pernyataan Variabel Disiplin Saya mematuhi peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis di kantor. Saya mencari cara untuk menyelesaikan tugas secara efektif. Saya mengkoreksi kesalahan yang saya lakukan saat bekerja. Saya selalu hadir tepat waktu dalam bekerja. Saya menyelesaikan tugas tepat waktu. STS TS RR S SS Total Skor Skor Ideal Keterangan 1 2 3 4 5 1 8 3 3 0 15 38 75 50,7 3 8 0 3 1 15 36 75 48,0 1 8 2 3 1 15 40 75 53,3 5 7 0 3 0 15 31 75 41,3 1 4 4 5 1 15 46 75 61,3 TOTAL 38,2 50,9 Sumber: Data Primer, 2021 Berdasarkan Tabel I.4 diatas, diperoleh nilai 50,9%. Menurut metode MSI nilai rata-rata kedisiplinan adalah 52-68%. Apabila nilai yang didapat kurang dari 52-68% maka dapat dikategorikan rendah (Riduwan dan Kuncoro, 2017). 6 Berdasarkan uraian fenomena dan permasalahan yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait fasilitas kerja dan disiplin kerja serta pengaruhnya terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran umum fasilitas kerja, disiplin kerja serta kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? 2. Apakah fasilitas kerja berpengaruh terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? 3. Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? 4. Apakah fasilitas kerja dan disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? 1.3 Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada fasilitas kerja dan disiplin kerja sebagai variabel independen (bebas) yang dilambangkan dengan “X”, dan kinerja pegawai sebagai variabel dependen (terikat) yang dilambangkan dengan “Y”. 7 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menyampaikan gambaran mengenai fasilitas kerja, disiplin kerja dan kinerja pegawai pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh fasilitas kerja terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh fasilitas kerja dan disiplin kerja secara simultan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara signifikan dan dapat menambah konsep atau teori untuk ilmu pengetahuan (manajemen) secara umum, terkhusus untuk manajemen sumber daya manusia, yang berkaitan dengan fasilitas kerja, disiplin kerja dan kinerja pegawai. 8 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis ini ditujukan kepada instansi yang bersangkutan yakni Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengenai pengaruh fasilitas kerja, disiplin kerja dan kinerja pegawai. 3. Manfaat Kebijakan Penelitian ini diharapkan sebagai bahan kebijakan apa yang harus dilakukan organisasi kedepannya mengenai pengaruh fasilitas kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdapat pembahasan tentang uraian latar belakang yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Fasilitas Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”, selain dari uraian latar belakang juga terdapat rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini mendeskripsikan mengenai landasan teori yang berkaitan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia serta permasalahan yang diambil penulis yaitu tentang teori yang berkaitan dengan fasilitas kerja, disiplin kerja dan 9 kinerja pegawai. Bab ini juga terdapat penelitian terdahulu, kerangka berfikir dan hipotesis yang berkaitan dengan pengaruh fasilitas kerja, disiplin kerja dan kinerja pegawai pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memuat pembahasan mengenai pendekatan penelitian, tempat penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, jenis data, definisi operasional variabel dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan menjelaskan tentang hasil pengujian hipotesis yang diperoleh peneliti. BAB V PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan yang mengenai pengaruh dari variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) serta saran yang diperlukan oleh pihak yang terkait. 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen sumber daya yang lain seperti modal, teknologi dan sebagainya karena, manusia itu sendiri yang mengendalikan faktor yang lain (Susan Eri, 2019). Menurut Mila Badriyah (2015), sumber daya manusia merupakan aset organisasi yang sangat vital, sehingga peran dan fungsinya tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Menurut Edy Sutrisno (2016), sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio, rasa, dan karsa). Menurut Hasibuan (2018), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peran tenaga kerja supaya efektif dan efisien membantu mewujudkan tujuan bagi perusahaan, karyawan dan masyarakat. Emron Edison, Yonhy Anwar, dan Imas Komariah (2017) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai manajemen yang fokus terhadap pemaksimalan kemampuan karyawan atau anggotanya melalui langkah strategis dalam meningkatkan kinerja pegawai atau 11 karyawan menuju pengoptimalan tujuan organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan bidang strategis pada organisasi yang dipandang sebagai perluasan dari pandangan tradisional yang bertujuan untuk mengatur manusia secara efektif yang membutuhkan pengetahuan tentang perilaku manusia dan cara mengelolanya (Sutrisno, 2019). 2.1.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Hasibuan (2018): 1. Perencanaan Perencanaan (human resources planning) merupakan kegiatan merencanakan tenaga kerja yang efektif dan efisien supaya sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk mewujudkan tujuan. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan suatu kegiatan yang mengorganisasi karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, pendelegasian wewenang, pengintegrasian dan koordinasi dalam struktur organisasi. 3. Pengarahan Pengarahan (directing) merupakan suatu kegiatan yang mengarahkan karyawan untuk bekeja sama, bekerja efektif dan 12 efisien dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarkat. 4. Pengendalian Pengendalian.merupakan.suatu.kegiatan.mengendalikan karyawan agar menaati peraturan dan bekerja sesuai rencana. Apabila terdapat penyimpangan terhadap peraturan maka diadakan penindakan terhadap penyimpangan tersebut. 5. Pengadaan Pengadaan (procurement) merupakan kegiatan penarikan, penyeleksian, penempatan, orientasi dan induksi karyawan berdasarkan kebutuhan organisasi sehingga tercapainya tujuan. 6. Pengembangan Pengembangan.(development).merupakan.kegiatan.peningkat an keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan kerja. 7. Kompensasi Kompensasi (compensation) merupakan pemberian balas jasa secara langsung maupun tidak langsung untuk kinerja karyawan terhadap perusahaan tersebut. 8. Pengintegrasian Pengintegrasian (integration) merupakan suatu kegiatan mempersatukan kepentingan perusahaan serta kebutuhan 13 karyawan, supaya tercipta kerja sama yang baik dan saling menguntungkan. 9. Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) merupakan suatu kegiatan memelihara dan meningkatkan kondisi fisik, mental serta loyalitas karyawan terhadap organisasi atau perusahaan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. 10. Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang sangat penting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik maka akan sulit terwujudnya tujuan organisasi. Kedisiplinan adalah suatu keinginan dan kesadaran untuk taat terhadap peraturan-peraturan perusahaan atau organisasi dan norma-norma sosial. 11. Pemberhentian Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan karyawan dengan perusahaan oleh keinginan karywan itu sendiri atau dari perusahaan tersebut. 2.2 Fasilitas Kerja 2.2.1 Pengertian Fasilitas Moenir (2015) menyatakan bahwa fasilitas adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama atau alat bantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan 14 juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu. Fasilitas kerja merupakan suatu bentuk pelayanan organisasi terhadap pegawai agar dapat menunjang dan meningkatkan kinerja pegawai dalam memenuhi kebutuhannya (Wahyuni, 2014). Fasilitas kerja pada setiap perusahaan akan berbeda dan bermacam-macam dari tergantung dari besar kecilnya aktivitas suatu perusahaan baik itu dari segi bentuk, jenis dan manfaat fasilitas dan sarana pendukung dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan (Dahlius & Mariaty, 2016). 2.2.2 Dimensi Fasilitas Farhan (2016) menerangkan dimensi beserta indikator fasilitas kerja sebagai berikut: 1. Sesuai dengan kebutuhan Segala fasilitas kerja yang memadai hanya dapat digunakan sesuai dengan pekerjaan pegawai. Fasilitas kerja pada suatu pekerjaan hanya bisa digunakan pada waktu bekerja. 2. Mampu mengoptimalkan hasil kerja melalui fasilitas kerja yang disediakan, maka diharapkan pegawai mampu memberikan hasil kerja yang baik dan menghasilkan produktivitas yang optimal serta menjaga fasilitas kerja dengan baik. 15 3. Mudah dalam penggunaan Fasilitas kerja akan meringankan beban kerja setiap pegawai dan juga mudah digunakan sehingga dengan fasilitas kerja atau alat bantu, pegawai tidak banyak menguras tenaga yang dimilikinya. 2.2.3 Indikator Fasilitas Kerja Menurut Moenir (2015), fasilitas kerja dapat dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu: 1) Fasilitas Peralatan Kerja Yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung sebagai alat produksi menghasilkan barang atau berfungsi memproses suatu barang menjadi barang lain yang berlainan fungsi dan gunanya. Peralatan kerja ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu, peralatan kerja tunggal guna dan peralatan kerja serba guna. a) Peralatan kerja tunggal berupa peralatan yang hanya di pakai untuk satu jenis peran misalkan mesin tulis manual atau listrik untuk mengetik berbagai surat atau daftar tidak untuk lainya. b) Peralatan kerja serba guna berupa peralatan yang di pakai untuk bermacam-macam peran, misalkan personal computer (PC) dan dapat dipakai untuk membuat surat, membuat grafik, menyimpan data atau arsip, dan analisa data. 2) Fasilitas Perlengkapan Kerja Perlengkapan kerja adalah semua jenis benda yang berfungsi sebagai alat bantu tidak langsung dalam produksi, 16 mempercepat proses, membangkitkan dan menambah kenyamanan dalam pekerjaan. Berikut ini yang termasuk dalam perlengkapan kerja adalah : a) Gedung dengan segala sarana yang di perlukan, termasuk jalan, selokan, air bersih, pembuangan air kotor dan halaman parkir. b) Ruang kerja dan ruangan lainya misalkan tempat sholat atau mushola. c) Alat komunikasi berupa telepon. d) Penerangan yang cukup. e) Alat-alat berfungsi untuk penyegar ruangan misalkan seperti kipas angin, AC (Air Conditioning). f) Mebel yang meliputi meja serba guna, kursi, meja tamu, almari dengan segala bentuk dan keperluan segala macam meja kursi almari yang di perlukan di tempat kerja. g) Segala macam peralatan rumah tangga kantor misalkan alat pemasak, alat pencuci, alat pembersih dll. 3) Fasilitas Sosial Fasilitas Sosial adalah fasilitas yang di gunakan oleh pegawai dan berfungsi secara sosial. Misalkan penyediaan rumah mess, rumah dinas, rumah jabatan, kendaraan. Melalui penyedian dan pengaturan yang objektif dan di rasa adil akan 17 sangat membantu organisasi dan pegawai dalam memperlancar tujuan organisasi. 2.2.4 Faktor- Faktor yang mempengaruhi Fasilitas Kerja Robbins (2014) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi fasilitas kerja, yaitu: 1. Fasilitas alat kerja merupakan suatu perkakas atau barang yang berfungsi secara langsung untuk digunakan dalam proses produksi. Dalam bekerja sehari-hari seorang karyawan tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya tanpa menggunakan alat kerja. 2. Fasilitas kelengkapan kerja merupakan semua benda atau barang yang digunakan dalam melakukan pekerjaan. Fasilitas perlengkapan ini berfungsi sebagai pelancar dan pelengkap serta alat bantu dalam bekerja. 3. Fasilitas sosial merupakan fasilitas yang disediakan perusahaan untuk kepentingan pelayanan bagi karyawan dalam kegiatan sehari-hari yang berfungsi sosial. Fasilitas sosial didalam perusahaan biasanya dapat berupa pelayanan makan dan minum, adanya kamar mandi, kantin, tempat ibadah, penyediaan fasilitas kesehatan. 2.3 Disiplin Keja 2.3.1 Pengertian Disiplin Kerja Menurut Moenir (2015), disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang telah di tetapkan. Rivai (2013) menyatakan, disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan 18 seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. 2.3.2 Jenis-Jenis Disiplin Terdapat dua jenis disiplin yaitu disiplin dalam hal waktu dan disiplin dalam hal kerja. Kedua jenis disiplin tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan saling mempengaruhi (Moenir, 2015). Menurut Mangkunegara (2015), terdapat dua bentuk displin kerja yaitu: 1) Disiplin Preventif Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakan pegawai berdisplin diri dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan perusahaan. 2) Disiplin Korektif Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yng berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu di berikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki 19 pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar. 2.3.3 Dimensi Disiplin Kerja Hasibuan (2013) menerangkan dimensi beserta indikator disiplin kerja sebagai berikut: 1. Disiplin Peraturan Mematuhi semua peraturan organisasi, dalam melaksanakan pekerjaannya pegawai diharuskan menaati semua peraturan organisasi yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan dan pedoman kerja agar kenyamanan dan kelancaran dalam bekerja dapat terbentuk. 2. Disiplin Waktu a. Pengunaan waktu secara efektif, waktu bekerja yang diberikan organisasi diharapkan dapat digunakan dengan baik oleh individu untuk mengejar target yang diberikan organisasi kepadanya. b. Tingkat absensi, salah satu cara untuk mengukur tingkat kedisiplinan pegawai adalah dengan melihat tingkat absensi, semakin tinggi tingkat kehadiran atau rendahnya tingkat ketidakhadiran pegawai tersebut maka tingkat disiplin kerjanya semakin tinggi. 20 3. Disiplin Tanggung Jawab Tanggung jawab dalam pekerjaan, tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepada individu dengan jangka waktu yang telah ditetapkan oleh organisasi. Menurut Putra (2016), dimensi untuk mengukur disiplin kerja meliputi: (1) Aturan Kerja (2) Etika Kerja. Sutrisno (2016) menyatakan disiplin kerja dapat diukur dengan empat dimensi yaitu: (1) Taat terhadap peraturan waktu (2) Taat terhadap 20 aturan perusahaan (3) Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan (4) Taat terhadap peraturan lainnya. 2.3.4 Indikator Disiplin Kerja Menurut Simamora (2013), indikator-indikator yang mempengaruhi disiplin kerja adalah: 1. Kepatuhan pada Peraturan Kepatuhan peraturan ini mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai. Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik, untuk itu dibutuhkan sikap setia dari karyawan terhadap peraturan yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti 21 sikap taat dan patuh pada peraturan perusahaan, atau dalam menjalani peraturan bersama dan tata tertib yang telah ditetapkan. Mampu bekerja sama atau kerja tim demi tercapainya sebuah tujuan yang di inginkan oleh perusahaan.serta bersedia menjalankan perintah yang di tetapkan oleh perusahaan. 2. Efektif dalam Bekerja Efektif kerja dalam organisasi merupakan usaha untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam waktu yang relative singkat tanpa menunggu keseimbangan tujuan alat dan tenaga serta waktu. Penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang ditentukan, artinya apabila pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak adalah sangat tergantung pada bilamana tugas tersebut diselesaikan. 3. Tindakan Korektif Disiplin korektif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran peraturan. Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut sehingga tindakan di masa yang akan datang sesuai dengan standar. Atau dapat juga dikatakan, suatu upaya menggerakkan pegawai menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan agar tetap mematuhi peraturan sesuai pedoman organisasi yang berlaku. Pegawai atau karyawan yang nyata-nyata melakukan 22 pelanggaran atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepada pegawai yang bersangkutan dikenakan sanksi atau tindakan disipliner (disciplinary action). Singkatnya, tindakan disipliner menuntut suatu hukuman terhadap karyawan yang gagal memenuhi sejumlah standar yang ditentukan. 4. Kehadiran Tepat Waktu Kehadiran menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin rendah terbiasa untuk terlambat dalam bekerja. Bentuk kedisiplinan dari kehadiran dalam organisasi dapat diukur melalui ketepatan waktu hadir, pemanfaatan waktu istirahat dengan tepat, tidak mengulur-ulur waktu kerja, dan jumlah absen dalam waktu tertentu. 5. Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu Penyelesaian pekerjaan tepat waktu adalah sesuatu yang diharapkan dari semua karyawan, yang hanya dapat dicapai jika waktu dikelola secara efisien. Hal ini perlu diterapkan oleh karyawan agar tujuan suatu perusahaan tersebut dapat tercapai. 2.3.5 Bentuk Disiplin Kerja Menurut Rivai (2013), disiplin kerja dibedakan atas: 1) Disiplin Retributif (Retributive Discipline) yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah. 23 2) Disiplin Korektif (Corrective Discipline), yaitu berusaha membantu karyawan mengoreksi perilaku yang tidak tepat. 3) Perspektif hak-hak individu (Individual Rights Perspective) yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakantindakan disipliner. 4) Perspektif Utilitarian (Utilitarian Perspective) yaitu berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensikonsekuensi tindakan disiplin melebihan dampak-dampak negatifnya. 2.4 Kinerja Pegawai 2.4.1 Pengertian Kinerja Pegawai Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh sesorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2013). Rendahnya tingkat kinerja karyawan dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari besaran gaji maupun tunjangan yang diberikan oleh perusahaan dengan besarnya tanggung jawab pekerjaan yang dilakukan selain itu tingkat kehadiran ditempat kerja yang diakibatkan oleh kurangnya disiplin kerja karyawan serta penggunaan waktu secara tidak efektif dalam melaksanakan pekerjaan juga dikatakan sebagai rendahnya tingkat kinerja karyawan (Isvandiari dan Fuadah, 2017). 24 2.4.2 Manfaat Penilaian Kinerja Menurut Malik (2015), penilaian kinerja memiliki berbagai manfaat antara lain: 1. Evaluasi antar Individu dalam Organisasi Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai kinerja setiap individu dalam organisasi dalam menentukan jumlah dan jenis kompensasi yang merupakan hak bagi setiap individu dalam organisasi. 2. Pengembangan dari Diri Setiap Individu dalam Organisasi Penilaian kinerja pada tujuan ini bermanfaat untuk pengembangan pegawai yang memiliki kinerja rendah yang membutuhkan pengembangan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan. 3. Pemeliharaan Sistem Berbagai sistem yang ada dalam organisasi memiliki sub sistem yang saling berkaitan antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya. Oleh karena itu perlu dipelihara dengan baik. 4. Dokumentasi Penilaian kinerja akan memberi manfaat sebagai dasar tindak lanjut dalam posisi pekerjaan pegawai di masa akan datang. Hal ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. 25 Menurut Malik (2015), manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah : 1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang yang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberikan kepuasan pelanggan. 2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai mata rantai 3. Pelanggan dan pemasok internal. 4. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste). 5. Membuat tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi. 6. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi “reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut. 26 2.4.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Devita (2017): 1) Faktor Individu a. Kesehatan Fisik dan Jiwa b. Pendidikan dan Pelatihan c. Pengalaman Kerja d. Lingkungan Kerja e. Kebutuhan f. Pretasi 2) Faktor Organisasi a. Uraian Tugas dan Jabatan b. Sarana dan Prasarana c. Hubungan Kerja d. Kesehatan dan Keselamatan e. Gaji dan Upah 3) Faktor Manajemen a. Keterampilan Konseptual b. Keterampilan Berhubungan Dengan Orang Lain c. Keterampilan Teknis 27 Mangkunegara (2017) menyebutkan, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: 1) Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality. Artinya pegawai yang memiliki IQ di ats rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka ia kan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkannya. 2) Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam mengahadapi situasi kerja. Motivasi kerupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. 2.4.4 Dimensi Kinerja Menurut Mangkunegara (2017), dimensi dan indikator yang mempengaruhi kinerja pegawai sebagai berikut: 1. Kualitas Kualitas kerja pegawai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dalam melakukan pekerjaannya pegawai bekerja sesuai dengan prosedur dalam pencapaian kualitas. 28 2. Kuantitas Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masing-masing. Pegawai harus mampu bekerja secara efektif dalam pekerjaan yang diberikan kepadanya dan menyelesaikannya sesuai dengan perintah. 3. Pelaksanaan Tugas Seberapa jauh pegawai mampu melakukan pekerjaan dengan akurat dan mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Tanggung Jawab Bentuk kesadaran akan tanggung jawab pegawai untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan dan mampu melaksanakan pekerjaan tersebut dengan cara yang benar. Dimensi dari kinerja menurut Robbins (2012): 1. Kuantitas Hasil Kerja Merupakan jumlah produksi kegiatan yang dihasilkan atau diselesaikan. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan. Kuantitas hasil kerja dapat dilihat dari prestasi kerja yang dicapai karyawan dan pencapaian target pekerjaan karyawan. 29 2. Kualitas Hasil Kerja Merupakan mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Ini berkaitan dengan bentuk keluaran seperti keterampilan, kepuasan pelanggan, ataupun inisiatif. 3. Ketepatan Waktu Merupakan sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan. Hal ini dapat kita lihat dari tingkat kehadiran karyawan, ketaatan karyawan dalam bekerja. 2.4.5 Indikator Kinerja Menurut Fatimah (2014), indikator kinerja adalah: 1) Hasil Kerja 2) Kualitas hasil kerja 3) Efisiensi dalam melaksanakan tugas 4) Kendali organisasi Mangkunegara (2017) juga menyebutkan, Indikator kinerja pegawai meliputi: 1) Kualitas Kerja 2) Kuantitas Kerja 3) Keandalan Kerja 4) Sikap Kerja 30 2.5 Penelitian Terdahulu Tabel II.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Indra Permadi (2017). Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 1 Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Terhadap Kinerja Pada CV Alam Hijau Sukabumi Lingkungan Kerja, Disiplin, Kinerja Lingkungan Kerja dan Disiplin berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pada CV Alam Hijau Sukabumi 2 Muhammad Harpis, Syaiful Bahri (2020). Jurnal Ilmiah Magister Manajemen. Volume 03, Nomor 01, ISSN 26232634 (Online). Fasilitas Kerja, Pengawasan, Kompensasi, Kinerja Pegawai 3 Khoirul Anam, Edy Rahardja (2017). Diponegoro Journal of Management. Volume 6, Nomor 4, ISSN (Online): 2337-3792 Pengaruh Fasilitas Kerja, Pengawasan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Penataan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Serdang Badagai Pengaruh Fasilitas Kerja, Lingkungan Kerja Non Fisik dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Fasilitas Kerja, Pengawasan dan Kompensasi berpegaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Penataan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Serdang Badagai Fasilitas Kerja, Lingkungan Kerja Non Fisik dan Kepuasan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada Dinas Penindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah 4 Unik Desthiani (2018), Jurnal Sekretari Vol. 5 No. 1 Peranan Gaya Kepemimpinan, Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan The Effect Of Work Environment on Employee Performance Through Work Discipline Gaya Kepemimpinan , Motivasi, Disiplin Kerja, Kinerja Karyawan Work Enviorment, Work Discipline, Employee Performance 5 Elok Mahmud Putri , Vivin Maharani Ekowati, Achmad Sani Supriyanto, Zaim Mukaffi (2019), International Journal of Research, Granthaalayah ISSN23500530(O), ISSN2394-3629(P) Fasilitas Kerja, Lingkungan Kerja Non Fisik, Kepuasan Kerja, Kinerja Karyawan Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja brpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Lingkungan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai dan Disiplin Pegawai 31 6 7 Muh Nasrullah, Sitti Sarah Sumarto, Aris Baharuddin, Henni Zainal, A. Caezar to Tadampali. An Interdisciplinary Journal of Human Theory and Praxis, Vol. 3(2), ISSN Online: 2714-2485 Ade Firmansyah, Haris Maupa, Idrus Taba, Hardiyono (2020), HBS Vol. 2, No. 2, May 2020 The Effect of Work Facilities on Employee Performance in the Office of Investment and One-Stop Services, Gowa Regency, South Sulawesi, Indonesia. Work Facilities, Employee Performance Fasilitas Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan The Effect of Work Motivation, Work Enviorment, and Work Discipline on Employees Performance of Samsat Office, Makassar Work Motivation, Work Enviorment, Work Discipline, Employee Performance Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja, dan Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Samsat, Makassar Sumber: Berbagai Jurnal, 2021 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ini menyajikan kerangka pemikiran untuk memudahkan dalam memahami permasalahan yang diteliti dan disajikan dalam bentuk skema yang menunjukkan hubungan masing-masing variabel. Kerangka tersebut merupakan dasar pemikiran dalam melakukan analisis penelitian ini. Gambar II.2 Kerangka Pemikiran Fasilitas Kerja (X1) Kinerja Pegawai (Y) Disiplin Kerja (X2) H3 Sumber: Dimodifikasi oleh Peneliti, 2021 32 Penjelasan: 1. Variabel Independen: Fasilitas Kerja (X1), Disiplin Kerja (X2). 2. Variabel Dependen: Kinerja Pegawai (Y). 3. H: Garis korelasi antara X terhadap Y. Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh fasilitas kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Terdapat 3 (tiga) variabel yang diuji dalam penelitian ini, yaitu: Fasilitas Kerja dan Disiplin Kerja sebagai Variabel Independen, serta Kinerja Pegawai sebagai Variabel Dependen. 2.7 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan kajian di atas, maka peneliti mengajukan beberapa hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: (H1): Fasilitas Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (H2): Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (H3): Fasilitas Kerja dan Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan analisis deskriptif dan metode kuantitatif. Metode penelitian ini digunakan agar memperoleh data yang bertujuan untuk kegunaan tertentu dengan cara yang ilmiah (Sugiyono, 2016). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk deskripsi persentase (Rica, 2018). Penelitian kuantitatif memperhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik dan bersifat obyektif. Penelitian kuantitatif juga digunakan untuk menjelaskan hubungan sebabakibat antar variabel yang diteliti (Abdullah, 2015). 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Oktober 2020 sampai dengan selesai. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berjumlah 79 Orang. 34 3.3.2 Sampel Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode penarikan sampel jenuh, yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2017), sehingga pada penelitian ini semua anggota populasi dijadikan sampel. 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan peneliti melalui hasil pengisian kuesioner dan wawancara kepada responden yaitu Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari jurnal-jurnal serta buku-buku referensi lainnya. 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner Teknik kuesioner pada penelitian ini ialah pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan atau pernyataan terkait dengan variabel yang diteliti kepada Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 35 2. Observasi Melakukan pengamatan terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian yaitu pada Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 3. Literatur Pengumpulan data pada penelitian ini dari data Sekretariat DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, jurnal-jurnal dan situs website. 3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1 Definisi Operasional Tabel III.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Variabel Dimensi Variabel Fasilitas Fasilitas adalah Sesuai dengan kerja segala jenis kebutuhan peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi Mampu sebagai alat mengoptimalkan utama atau alat hasil kerja bantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan Mudah dalam organisasi kerja penggunaan itu. (Moenir, 2015). Indikator Item 1. Digunakan sesuai dengan pekerjaan 1 2. Digunakan pada waktu bekerja 2 1. Mampu memberikan hasil kerja yang baik 3 2. Mampu menghasilkan produktivitas yang optimal Skala 4 Likert 3. Mampu menjaga fasilitas kerja dengan baik 5 1. Fasilitas kerja meringankan beban kerja pegawai 6 7 2. Fasilitas kerja mudah untuk digunakan 36 Disiplin kerja Kinerja pegawai Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang telah di tetapkan. (Moenir, 2015) Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh sesorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara , 2013). Disiplin peraturan 1. Mematuhi peraturan 8 9 Disiplin waktu 2. Menaati pedoman kerja 1. Penggunaan waktu secara efektif Disiplin tanggung jawab 2. Tingkat absensi 1. Tanggung jawab terhadap pekerjaan 10 11 Kualitas 2. Tanggung jawab terhadap tugas 1. Sesuai standar yang ditetapkan 2. Sesuai dengan prosedur dalam pencapaian kualitas Kuantitas Pelaksanaan tugas 12 13 14 15 1. Bekerja secara cepat 16 2. Bekerja secara efektif 17 3. Bekerja sesuai dengan perintah 18 1. Melaksanakan pekerjaan dengan akurat 19 2. Melaksanakan pekerjaan dengan tepat waktu Tanggung jawab 1. Melaksanakan pekerjaan dengan tanggung jawab 20 2. Melaksanakan pekerjaan dengan benar Sumber: Dimodifikasi oleh Peneliti, 2021 Likert 21 22 Likert 37 3.5.2 Pengukuran Variabel Pengukuran jawaban responden memakai skala Likert. Menurut Sugiyono (2016), skala Likert dipakai untuk pengukuran sikap, pendapat, dan persepsi individu atau kelompok orang mengenai fenomena sosial. Berdasarkan jawaban para responden, setiap item punya gradasi dari yang tinggi hingga yang rendah, apabila dinyatakan ke dalam bentuk kata-kata yaitu sebagai berikut: Tabel III.2 Skala Pengukuran Variabel Skala Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Ragu-Ragu (RR) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 5 4 3 2 1 Sumber : Sugiyono, 2016 3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Analisis Statistika Deskriptif Statistik deskriptif adalah suatu cara mendeskripsikan data yang terkumpul apa adanya tanpa maksud membuat kesimpulan untuk umum atau general (Sugiyono, 2016). Jawaban responden dari setiap indikator akan dihitung rata-rata jawaban dengan menggunakan rumus interval berikut : Skor minimum = 1 Skor maksimum = 5 Lebar skala = 5−1 5 = 0,8 38 Tabel III.3 Kategori Skala No Skala Keterangan 1 1,00 – 1,8 Sangat rendah/Sangat tidak baik 2 1,81 – 2,60 Rendah/Tidak baik 3 2,61 – 3,40 Sedang/Cukup baik 4 3,41 – 4,20 Tinggi/Sangat baik 5 4,21 – 5,00 Sangat Tinggi/Sangat baik Sumber : Sugiyono, 2016 3.6.2 Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Layak atau validnya suatu kuesioner, ketika pertanyaan kuesioner mampu untuk mengemukakan sesuatu yang diukur kuesioner tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan membuat suatu korelasi antar skor item pertanyaan dengan total skor variabel. Pengujian tersebut jika memperoleh nilai thitung > ttabel, maka menunjukkan berkorelasi positif artinya kriteria adalah valid (Ghozali, 2018). 2. Uji Reliabilitas Kuesioner dapat dikatakan reliabel, jika jawaban terhadap suatu pernyataan selalu stabil pada setiap waktu. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas yaitu: repeated measure atau pengukuran ulang dan one shot atau pengukuran sekali saja. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2018). 3.6.3 Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas sebuah uji untuk menguji apakah di dalam model regresi terdapat variabel residual yang berdistribusi normal. Apabila peneliti menggunakan data n sampel yang diperoleh dari populasi perlu 39 diuji normalitas sampelnya, dengan maksud untuk melihat apakah sampel yang diambil sudah tepat atau belum, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulannya. Uji normalitas dapat menggunakan grafik histogram, grafik normal P-Pplot, dan uji kolmogorov-smirnov (Ghozali, 2018). 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolonieritas sebuah uji untuk mengetahui apakah suatu model regresi didapatkan korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik tidak terjadinya korelasi diantara variabel bebas. Uji multikolonieritas dilihat dari VIF (Variance Inflation) dan tolerance. Nilai cutoff untuk 30 memperlihatkan terdapat multikolonieritas yaitu nilai tolerance ≤ 1 atau VIF ≤ 10 (Ghozali, 2018). 3. Uji Heteroskedastisitas Uji ini untuk melihat apakah pada model regresi terdapat ketidaksamaan varian dari residual dari pengamat yang satu ke pengamat yang lainnya. Model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi heterosdekastisitas. Heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Heteroskedastisitas tidak terjadi, jika tidak ada pola yang terbentuk (tidak jelas) serta titik-titik menyebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Selain itu, dapat pula menggunakan uji glejser, apabila nilai signifikansi <0,05, heteroskedastisitas (Ghozali, 2018). maka tidak terjadi masalah 40 3.6.4 Analisis Regresi Linear Berganda Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) yaitu fasilitas kerja dan disiplin kerja terhadap variabel terikat (Y) yaitu kinerja pegawai. Y = a + b1 x1 + b2 x2 + e Keterangan : Y : Kinerja Pegawai b1,b2 : Koefisien Regresi a : Konstanta x1 : Fasilitas Kerja x2 : Disiplin Kerja e : Error 3.6.5 Uji Hipotesis 1. Analisi Uji Parsial (Uji T) Uji t untuk melihat seberapa jauh pengaruh variabel bebas (X) secara masing-masing menjelaskan variabel terikat (Y). Kriteria pengambilan ketetapan dengan membandingkan thitung dan ttabel, dengan ɑ = 0,05. Hipotesis diterima apabila thitung > ttabel, maka variabel bebas (X) secara individual mempengaruhi variabel terikat (Y) (Ghozali, 2018). 41 2. Uji Simultan (Uji F) Uji F untuk menguji adakah hubungan antara variabel terikat (Y) terhadap variabel bebas (X). Hipotesis alternatif akan diterima jika variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat dengan ɑ = 0,05. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 tidak diterima dan Ha diterima (Ghozali, 2018). 3.6.6 Koefisien Determinasi (R2) Ghozali (2018) menyatakan koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur sejauhmana tingkat kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah 0 dan 1. Apabila diperoleh nilai R2 yang kecil, maka hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Jika nilai R2 mendekati 1 artinya variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk menjelaskan variabel terikat.