Uploaded by Fajar Ramadhan

TP 1 QA AND TQM

advertisement
TUGAS PERSONAL 1 SESSION 3
QUALITY ASSURANCE AND TOTAL QUALITY MANAGEMENT
Oleh
Fajar Ramadhan
NIM 2301979932
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MASTER TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2021
SOAL
Orang cenderung membuat lima asumsi yang salah tentang kualitas. Apa dua asumsi ini dan
bagaimana Anda akan membantahnya? Pernahkah Anda melihat salah satu asumsi yang salah
Crosby bekerja dalam hidup Anda sendiri? Jelaskan kejadian tersebut. (Baca Bab 2, Donna C. S.
Summers)
PENYELESAIAN
Definisi kualitas Dr Feigenbaum menyebutkan kata yang tidak berwujud. Dengan membahas
lima asumsi yang salah tentang kualitas, Crosby berusaha membuat kualitas lebih dapat
dipahami dan oleh karena itu, nyata. Asumsi yang salah pertama, kualitas berarti kebaikan, atau
kemewahan, atau kilau atau berat, menjadikan kualitas sebagai istilah yang relatif. Hanya ketika
kualitas didefinisikan dalam hal persyaratan pelanggan, kualitas dapat dikelola. Asumsi kedua
yang salah tentang kualitas adalah bahwa kualitas tidak berwujud dan karena itu tidak dapat
diukur. Jika dinilai dari segi "kebaikan", maka kualitas tidak berwujud; namun, kualitas dapat
diukur dengan biaya melakukan kesalahan. Lebih tepatnya, biaya kualitas melibatkan biaya
kegagalan, pengerjaan ulang, skrap, inspeksi, pencegahan, dan hilangnya niat baik pelanggan.
Selanjutnya berhubungan dengan dua asumsi pertama adalah asumsi yang ketiga, yang
menyatakan bahwa ada "ekonomi kualitas". Kata ini membuat orang salah dalam berpikir bahwa
kualitas berarti membangun kemewahan menjadi produk atau layanan; arti sesungguhnya bahwa
kualitas berarti lebih ekonomis untuk melakukan sesuatu dengan benar untuk yang pertama kali.
Seringkali pekerja disalahkan sebagai penyebab masalah kualitas. Ini merupakan asumsi keliru
keempat tentang kualitas. Tanpa alat, peralatan, bahan baku, dan pelatihan yang tepat, pekerja
tidak dapat menghasilkan produk atau layanan yang berkualitas. Manajemen harus memastikan
bahwa item yang diperlukan tersedia untuk memungkinkan pekerja melakukan pekerjaan mereka
dengan baik. Asumsi terakhir yang salah yang dibahas Crosby adalah bahwa kualitas berasal dari
departemen kualitas. Menurut Crosby, tanggung jawab departemen kualitas berkisar pada
mendidik dan membantu departemen lain dalam memantau dan meningkatkan kualitas.
Asumsi yang tidak sesuai dan dapat saya perdebatkan melalui dua contoh di bawah ini
berdasarkan referensi (Summers, D.C.S. 2010).
Pertama, pernyataan bahwa “penilaian pasien terhadap kualitas rumah sakit tidak berwujud dan
tidak dapat diukur” merupakan asumsi kedua yang salah tentang kualitas, dalam studi kasus di
rumah sakit setiap tindakan operasi yang harus dijadwalkan ulang karena hasil pemeriksaan
pasien tidak memenuhi kriteria atau tidak layak untuk operasi yang dilakukan pada 48 jam
sebelum operasi merupakan pemborosan biaya untuk pasien dan rumah sakit. Hal tersebut
menunjukkan kualitas yang buruk karena ahli bedah dibayar selama empat jam dari waktu
mereka, ahli anestesi dan teknisi bedah juga menagih waktu mereka, ada biaya tambahan yang
dikeluarkan untuk peralatan steril yang tidak digunakan untuk operasi, pemeriksaan pasien harus
dijadwalkan ulang dan diulang, koordinator harus menjadwal ulang operasi, dan yang paling
penting hal ini membuat pasien harus melalui penderitaan fisik dan mental karena mengulangi
seluruh proses persiapan operasi.
Kedua, masalah komunikasi berkaitan dengan kualitas dalam semua aspek operasional
perusahaan karena tanpa komunikasi antara pemimpinan dan manajemen, masalah utama tidak
akan terselesaikan. Komunikasi antara manajemen dan operator juga akan menghambat proses
kualitas. Mayoritas perusahan menganggap bahwa tanggung jawab terletak pada departemen
kualitas, padahal tanggung jawab untuk kualitas, komitmen, dan peningkatan berkelanjutan
terletak pada semua karyawan, pemilik, manajemen, dan operator yang membuat produk atau
memberikan layanan.
Salah satu asumsi yang salah crosby bekerja dalam hidup saya
Kesalahan berfikir bahwa kualitas berarti membangun kemewahan menjadi produk atau layanan,
seringkali pekerja disalahkan sebagai penyebab masalah kualitas. Pernyataan ini adalah asumsi
keliru yang keempat tentang kualitas. Tanpa alat, peralatan, bahan baku, dan pelatihan yang
tepat, pekerja tidak dapat menghasilkan produk atau layanan yang berkualitas.
Motivasi karyawan adalah masalah yang sangat penting. Karyawan yang tidak termotivasi akan
kurang puas dan ini akan menyebabkan kualitas produk dan layanan yang buruk. Salah satu
contoh yang saya ambil dari pengalaman di perusahaan tempat saya bekerja sebelumnya adalah
kurangnya pelatihan/training, kurangnya komunikasi antara atasan dan bawahan, menyebabkan
pekerja kurang puas dan tidak termotivasi atas pekerjaan yang mereka lakukan. Hal ini
berpengaruh terhadap pekerjaan yang mereka lakukan, bahkan mungkin memiliki pemikiran
yang penting sudah melakukan sesuai job desc tanpa memikirkan hasil dan kualitas atas
pekerjaan yang mereka lakukan (kurang teliti). Hal ini dapat menyebabkan waktu yang kurang
efisien serta penambahan biaya dan kerugian yang timbul akan berdampak pada perusahaan itu
sendiri. Hal buruk lainnya, banyak karyawan yang resign, sehingga perusahaan diharuskan
mencari karyawan pengganti. Efek dari kondisi tersebut yaitu pekerjaan yang ditinggalkan
karyawan sebelumnnya akan menjadi tanggung jawab karyawan lainnya sehingga menambah
beban kerja. Manajemen juga harus memastikan bahwa barang-barang dan kebutuhan karyawan
tersedia untuk memungkinkan pekerja melakukan pekerjaan dengan baik.
Download