UPDATED BLS 2020 In Covid-19 Pandemic Curiculum Vitae Nama NIRA Lama Bekerja Riwayat Jabatan Jabatan Saat ini Tlp / Instagram : Ns. Yudi Elyas, S.Kep : 31730118302 : 18 Tahun : 1. Ka. Ruang ICU bedah Jantung PJT RSCM 2. Supv. ICCU,ICU bedah jantung, RR PJT RSCM : PJ Pelayanan Ruang Intensif RSCM Jakarta : 081316006831 / @YUDI ELYAS Pendidikan : • Ners Keperawatan FIK UI • Pendidikan ICU Bedah Jantung (CCNP) Institute Jantung Negara (IJN) Malaysia • Mahasiswa Magister Keperawatan (S2) FIK UI Peminatan Sp.KMB Pelatihan : • Kardiologi Dasar • Intensive Care Unit (ICU) • BLS & ACLS AHA 2015 • TOT BLS & ACLS AHA • Asesor Keperawatan • TOT Keperawatan Trainer : • BLS & ACLS Certified by AHA • Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) • Pelatihan ICU (RSCM & HIPERCCI) • Pelatihan Code Blue system di RS • Pelatihan Interpretasi EKG • Seminar & Workshop Keperawatan Organisasi : • PPNI • HIPERCCI DKI (Pengurus) • INKAVIN (Anggota) • Provider BTCLS Don’t Try This..!!! Dalam kehidupan sehari hari, kadang2 kita menjumpai orang terjatuh mendadak tidak sadar. Apakah orang itu masih hidup? Tentu kita akan segera bereaksi menolong bukan? HIGH QUALITY CPR Survival with CPR Early CPR CPR CPR CPR The History Of CPR 1800s ANJURAN & LARANGAN BLS (CPR BERKUALITAS TINGGI PASIEN DEWASA) Penolong HARUS Penolong TIDAK boleh Melakukan kompresi dada dengan kecepatan Mengkompresi dengan kecepatan lebih 100 – 120 kali/ menit rendah dari 100 x/ menit atau lebih cepat dari 120 x/ menit Kompresi kedalaman minimal 2 inchi (5 cm) Kompresi kedalaman kurang dari 2 inchi atau lebih dari 2,4 inchi (6 cm) Rekoil penuh setelah setiap kali kompresi Bertumpu di atas dada di antara kompresi yang dilakukan Meminimalkan jeda dalam kompresi Menghentikan kompresi lebih dari 10 detik Memberikan ventilasi yang cukup (2 nafas buatan setelah 30 kompresi, setiap nafas buatan diberikan dalam 1 detik, setiap kali diberikan dada akan terangkat) Memberikan ventilasi berlebihan (mis: terlalu banyak nafas buatan atau memberikan nafas buatan dengan kekuatan berlebihan) Sumber: http://ecgguidelines.heart.org/wp-content/upload/2015-AHA-Guidelines-Highlights-Indonesia.pdf Basic Life Support D R Danger Respon Call For Help Circulation Airway Breathing C C : Bahaya. : Respon. : Panggil bantuan. : Sirkulasi. : Jalan napas. : Nafas. A B UNCHANGED Gunakan sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya (jika tersedia) Pastikan keamanan (Scene Safety) 1. Aman Penolong (Rescuer) 2. Aman Lingkungan (Bystander) 3. Aman Korban (Victim) UNCHANGED Cek Respon Pasien / Korban Memeriksa respon pasien dengan memanggil, menepuk bahu pasien, atau dengan rangsang nyeri. A ALERT V VERBAL P PAIN U UNRESPONSIVE • Tetap bersama korban, gunakan handphone untuk panggil bantuan, aktifkan speaker untuk berkomunikasi dan mendengarkan instruksi tenaga kesehatan. Atau • Jika sendirian tanpa handphone, berteriak meminta tolong dan ambil AED (jika dapat tersedia segera) sebelum memulai RJP. Jelaskan lokasi penderita, kondisi penderita, serta bantuan yang sudah diberikan kepada penderita. Code Blue,..!!! Intra Hospital Aktifkan “CODE BLUE SYSTEM” AUTOMATED EXTERNAL DEFIBRILLATOR (AED) AUTOMATED EXTERNAL DEFIBRILLATOR(AED) Early Defibrilation Defibrillation Position & Joules Adult : Bi phasic = 120-200 J Monophasic =360 J Pediatrik: 1st = 2 J/kg 2nd = 4 J / kg Maks = 10 J/kg Defibrillation • • • • • • • • • • • Siapkan defibrilator Siapkan paddle berikan Jelly Isi energi: CHARGE Stop CPR Tempel paddle I’m clear, you’re clear, everybody’s clear..!!! Lakukan shock Angkat paddle Lanjutkan CPR Evaluasi monitor Defibrillation Aba –aba saat akan melakukan defibrilasi..Wajib. Cek napas dan nadi bersamaan kurang dari 10 detik Jika nadi tidak teraba Beri 30 kompresi dan 2 ventilasi Jika nadi teraba Beri 1 ventilasi tiap 6 detik (10 kali/menit) Meraba nadi karotis, 2-3 cm dari samping trakhea Atur Posisi : Posisi Pasien : Pasien terlentang di atas permukaan yang keras & datar atau gunakan papan resusitasi (di tempat tidur) Atur Posisi : Posisi Penolong : • Berlutut disamping pasien • Berdiri disamping tempat tidur pasien Posisi telapak tangan Dulu ada ini :... AHA 2015... Letakkan tumit telapak tangan pada pertengahan dada (seperdua bawah sternum) dengan telapak tangan ditumpuk dengan jari ditautkan. UPDATED 2015 Push hard and Push fast... Lakukan kompresi Kedalaman minimal 5-6 cm Kecepatan 100 – 120 kali/menit 30 Kompresi 15-18 detik Kompresi dengan lengan lurus Cara Berhitung ? Pilih cara yang memudahkan, prinsip 1 siklus = 30 : 2 UPDATED 2015 Yang harus diperhatikan saat kompresi dada : 1. Tetap dilakukan saat pemasangan monitor / EKG 2. Berhenti sejenak saat menganalisis irama EKG 3. Berhenti saat defibrilasi diberikan 4. Kompresi dada langsung dilakukan kembali setelah defibrilasi 200 joule bipasic / 360 joule monopasic 5. Kompresi dada berhenti saat melakukan evaluasi (setelah CPR 2 menit) 6. Saat proses intubasi tergantung kepada operator, bila berhenti tidak boleh melewati waktu yang telah ditetapkan. Rekomendasi AHA 2015 : Full Chest Recoil Meningkatkan alir balik vena Meningkatkan aliran darah kardiopulmonal Hindari bertumpu diantara kompresi 5-6 cm Mechanical Chest Compression Device - Hasil penelitian randomized controlled trial, menunjukkan bahwa kompresi mekanik tidak lebih baik dari kompresi manual Kompresi manual tetap direkomendasikan sebagai prosedur standar Bermanfaat saat digunakan dalam kondisi perjalanan tidak stabil seperti di dalam pesawat atau ambulance Dapat digunakan pada kondisi gerak penolong terbatas; Di dalam pesawat kecil (medivac) dan Ruang Cathlab Sumber Gambar: https://i.ytimg.com/vi/HvNkWpZmdHA/hqdefault.jpg http://jtd.amegroups.com/article/viewFile/5594/html/41573 1. Membuka jalan napas 2. Membersihkan jalan napas jika tampak ada benda asing 3. Maneuver look, listen dan feel tidak dikerjakan lagi, kecuali jika tindakan pemberian napas bantuan tidak menyebabkan paru terkembang secara baik Gunakan teknik Head Tilt dan Chin Lift Jaw Thrust Bila curiga trauma servikal 1. Beri napas 2 kali dengan volume tidal, dengan teknik: • Mouth to Mouth • Mouth to Barrier Device • Mouth to Nose • Mouth to Stoma • Bag Valve Mask 2. Satu hembusan = 1 detik Setelah CPR 2 menit Evaluasi pasien Bila Nadi (+) Pernafasan (-) : Berikan rescue breathing setiap 6 detik (10 x/mnt) Tekhnik rescue breathing yang memudahkan, prinsipnya tetap setiap hembusan diberikan tiap 6 detik UPDATED Evaluasi dilakukan tiap 2 menit AHA 2015 tidak menyebutkan evaluasi tiap 5 siklus Jika napas (-) dan nadi (-) kompresi dan ventilasi 30 : 2 Jika napas (-) dan nadi (+) ventilasi 10 kali/menit Jika napas (+) dan nadi (+), lakukan recovery position (pra hospital) BHD Bayi & Anak • Bayi = usia 1 - 12 bulan • Kompresi dada menggunakan 2 jari, misal : – jari telunjuk + jari tengah – jari tengah + jari manis – dua ibu jari • Napas buatan : dari mulut ke mulut + hidung bayi • Lokasi dipertengahan antara atas dan bawah dada • Letakan 1 telapak tangan di tengah dada, diantara kedua puting susu • Kompresi : Nafas buatan 30:2 BHD Anak BHD PADA BAYI • Bayi = usia 1 - 12 bulan • Kompresi dada menggunakan 2 jari, misal : – jari telunjuk + jari tengah – jari tengah + jari manis – dua ibu jari • Napas buatan : dari mulut ke mulut+hidung bayi 40 Shock First VS CPR First Henti jantung dewasa yang disaksikan / diketahui Defibrillator (AED) digunakan sesegera mungkin Henti jantung yang tidak diketahui / Defibrillator (AED) belum siap Mulai CPR, jika indikasi dan alat sudah siap maka lakukan defibrilasi sesegera mungkin (Sumber: http://ecgguidelines.heart.org/wp-content/upload/2015-AHA-Guidelines-Highlights-Indonesia.pdf) (Guidelines Update for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Part 5-Circulation. 2015;132(suppl 2):S414–S435) RJP tidak dilakukan bila... Tanda-tanda kematian yang jelas Kaku mayat Lebam mayat Kepala terputus Badan yang sudah hancur Wasiat dari penderita Ada permintaan dari keluarga (ahli waris) Keselamatan penolong terancam RJP dihentikan bila... Adanya denyut nadi dan penderita telah bernafas Bantuan telah datang Tanda kematian telah jelas Penolong kehabisan tenaga Bila dilanjutkan akan membahayakan penolong Cth. Kebakaran di dekat penolong Henti jantung lebih dari 30 menit Kontroversi Updated 2015 : UPDATED ETCO2 (End Tidal Carbondioxida) ETCO2 < 10 mmHg setelah 20 menit RJP Indikasi RJP dihentikan Sumber Gambar: http://www.masimo.com/images/capnography/EMMA_kPa_front_screen_hand.png Henti Jantung Pada Kehamilan • 2010 (Lama): Untuk membebaskan kompresi aortokaval saat kompresi dada berlangsung dan mengoptimalkan kualitas CPR, sebaiknya pergeseran uterin ke kiri secara manual dilakukan dalam posisi telentang terlebih dulu. Jika teknik ini tidak berhasil, dapat dipertimbangkan untuk menempatkan pasien pada posisi miring ke kiri sejauh 27° hingga 30°, menggunakan pengganjal yang kuat untuk menopang panggul dan rongga dada . • 2015 (Diperbarui): Prioritas untuk ibu hamil dalam kondisi henti jantung adalah pemberian CPR berkualitas tinggi dan pembebasan kompresi aortokaval. Jika tinggi fundus berada pada atau di atas tinggi pusar, pergeseran uterin ke kiri secara manual dapat bermanfaat dalam membebaskan kompresi aortokaval saat kompresi dada berlangsung. IBU HAMIL TEHNIK RJP DENGAN KEHAMILAN • Manual Uterine Displacement • Left uterine displacement performed from the patient’s left side with the 2-handed technique Lanjutan... Manual Uterine Displacement Left uterine displacement performed from the the patient’s right side with the 1-handed technique Patient in a 30° left-lateral tilt using a firm wedge to support pelvis and thorax RJP DENGAN KEHAMILAN RJP DENGAN KEHAMILAN 4 Minutes and Go ! For cardiac arrest pregnant women with probable fetal viability, a perimartem C-Section should be performed after 4 minute without circulation OR earlier if the mother’s resuscitation is felt to be futile Evaluasi High Quality CPR Saat CPR Berlangsung... 1. 2. 3. 4. Melihat kedalaman dan kecepatan kompresi Perabaan nadi di arteri dorsalis pedis Gelombang saturasi (Pulse Oximetry) Gelombang arteri line (invasive Monitoring) . Arterial waveform X Pulse Oximetry Waveform Probe saturasi RJP tidak dilakukan bila Tanda-tanda kematian yang jelas Kaku mayat Lebam mayat Kepala terputus Badan yang sudah hancur Wasiat dari penderita Ada permintaan dari keluarga (ahli waris) Keselamatan penolong terancam Kapan RJP di Hentikan • • • • • Adanya denyut nadi dan penderita telah bernafas Bantuan telah datang Tanda kematian telah jelas Penolong kehabisan tenaga Bila dilanjutkan akan membahayakan penolong Cth. Kebakaran di dekat penolong • Henti jantung lebih dari 30 menit Kontroversial Penatalaksanaan Lanjutan Henti Nafas & Henti Jantung di RS tidak dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang “Call For Help” Aktifkan Code Blue...!!! Code Blue System Code Blue adalah kode panggilan yang menandakan adanya kondisi kegawat-daruratan pasien (henti nafas dan henti jantung) • Tetap bersama korban, gunakan handphone untuk panggil bantuan, aktifkan speaker untuk berkomunikasi dan mendengarkan instruksi tenaga kesehatan. Atau • Jika sendirian tanpa handphone, berteriak meminta tolong dan ambil AED (jika dapat tersedia segera) sebelum memulai RJP. Jelaskan lokasi penderita, kondisi penderita, serta bantuan yang sudah diberikan kepada penderita. Code Blue,..!!! Intra Hospital Aktifkan “CODE BLUE SYSTEM” MISSION IMPOSIBLE Sistem Komunikasi & Koordinasi Komunikasi antar ruangan Komunikasi Gedung (Sentral) • Operator mengumumkan “Code Blue di lantai …. kamar ….” (2x) Saat kode diaktifkan tim menuju ruangan di mana pasien berada & melakukan tindakan resusitasi jantung paru Saat kode ini diaktifkan maka tim kan menuju ruangan di mana pasien berada dan melakukan tindakan resusitasi jantung paru Uncoordinated Cardiac Arrest Team Code Blue Team Positions (AHA 2015) (AHA 2015) Tindakan Harus Cepat & Juga Tepat Konsentrasi • Membutuhkan konsentrasi terutama saat pada malam hari yang baik CPR in COVID-19 patients has a low survival rate • The overall 30-day survival rate for COVID-19 patients receiving CPR was 4 (2.9%) patients, but only 1 (0.7%) had a favorable neurologic outcome at 30 days and just 18 (13.2%) patients achieved return of spontaneous circulation (ROSC). These figures are from a study of 136 COVID-19 patients who received CPR at a hospital in Wuhan, China. • As is true in most studies of COVID-19, two-thirds of the patients were male, and 105 (77%) were greater than 60 years old. The arrest was due to respiratory issues in 119 patients, cardiac in 10, and other in 7. • A rapid response team responded to all resuscitations—23 (17%) occurring in intensive care units. In all, 132 had witnessed cardiac arrests. The initial rhythm detected was asystole in 122 patients, ventricular fibrillation/tachycardia in 8, and pulseless electrical activity (PEA) in 6; • ROSC occurred in 11 (9%) with asystole, 6 (75%) with V fib/tach, and 1 (16.7%) with PEA. https://www.physiciansweekly.com/cpr-in-covid-19-patients-has-a-low-survival-rate/ RJP Dengan Pasien Terpasang Sungkup Oksigen Pada Kasus Covid-19 Kesimpulan • Deteksi dini dengan menggunakan EWS dapat mengurangi angka kejadian henti jantung di Rumah Sakit • BHD dan BHL merupakan tatalaksana tindak lanjut dari kondisi perburukan pasien • RS harus memiliki system untuk melakukan tatalaksana kegawatan di RS yaitu dengan sistem Code Blue • Dibutuhkan kompetensi, kerjasama dan koordinasi antar petugas kesehatan dalam melaksanakan EWS dan System Code Blue di RS • Dalam tatalaksana kegawatan pada pasien dengan PDP & Positif Covid-19 diperlukan kewaspadaan tinggi dan APD yang sesuai Dapat di-download di situs: https://eccguidelines.heart.org/index.php/ circulation/cpr-ecc-guidelines-2/ TERIMAKASIH...... Email: yudielyas@gmail.com IG : YUDI ELYAS HP. 081316006831