DAFTAR PUSTAKA 1. Angela L.Priest, David H.Timm, 2006. Methodology and Calibration Of Fatique Transfer Function For Mechanistic – Empirical Flexible Pavement Design, National Center for Asphalt Technology, Alabama 2. Djunaedi Kosasih,Gregorius Sanjaya, 2001. Modulus Resilent Tanah Dasar Dalam Desain Struktur Perkerasan Lentur Secara Analitis , Simposium ke-4 FSTPT Universitas Udayana . Bali 3. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2002, Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, No. Pt T-01-2002-B, Jakarta. 4. Ekwulo, E.O & Eme, D. B.(2009). Fatigue and Rutting Strain Analysis of Flexible Pavements Designed Using CBR Methods. African Journal of Environmental Science and Technology, Vol. 3 (12), pp. 412-421 5. Hendarsin, Shirley (2000), Petunjuk Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negri Bandung – Jurusan Teknik Sipil. 6. Hadihardaja, Joetata (1997), Rekayasa Jalan Raya, Penerbit Gunadarma, Jakarta 7. Huang, Yang H. (2004). Pavement Analysis And Design. Pearson Education, Upper Saddle River, New Jersey 8. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 2012, Manual Desain Perkerasan Jalan, No. 22.2 / KPTS/Db/2012. 9. Muis, Zulkarnain A. (1993).Perencanaan Tebal Perkerasan Lanjutan bahagian I. Diktat Kuliah Jurusan Teknik Sipil USU.Medan. Universitas Sumatera Utara 10. Yoder E.J & M.W Witczak. (1975). Principles Of Pavement Design. Wiley, New York 11. Sukirman, Silvia (1999), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung 12. Kosasih, Djunaedi.(2005).Rekayasa Struktur dan Bahan Perkerasan, Modul II.Diktat Kuliah Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan ITB.Bandung. 13. Croney, D, 1977. The Design and Performance of Road Pavements. Transport and Road Research Laboratory, London 14. Sulaksono, S.W, 2000. Rekayasa Jalan. ITB. Bandung 15. Gedafa, Daba S. (2006). Comparison of flexible pavement performance using kenlayer and hdm-4. Fall Student Conference Midwest Transportation Consortium Kansas State University. Manhattan 16. Schwartz , Charles W. & Carvalho Regis L. (2007). Evaluation of Mechanistic-Empirical Design Procedur. Department of Civil and Environmental Engineering The University of Maryland. College Park. Universitas Sumatera Utara BAB III PROGRAM KENPAVE DAN METODE BINA MARGA Pt-T-01-2002-B III.1. UMUM Program KENPAVE merupakan software desain perencanaan perkerasan yang dikembangkan oleh Dr. Yang H Huang, P.E. Professor Emeritus of Civil Engineering University of Kentucky. Software ini ditulis dalam bahasa pemrograman Visual Basic dan dapat dijalankan dengan versi Windows 95 atau diatasnya. Program KENPAVE ini hanya dapat dijalan dalam operating System versi windows 95 sampai windows xp professional service park 2. Untuk operating system diatasnya seperti windows vista dan windows 7 program KENPAVE dapat diinstall dan dijalankan akan tetapi tidak akan berjalan dengan baik karena program ini dibuat untuk operating system versi lama. Program KENPAVE dapat menganalisis perkerasan lentur dan perkerasan kaku dengan fleksibel dan lebih mudah daripada program yang lain. Semua yang harus dilakukan untuk menjalankan program KENPAVE adalan memasukkan data-data yang diperlukan yaitu sifat karakteristik perkerasan dan material seperti modulus, poisson ratio setiap lapisan, beban roda, tekanan ban, dan koordinat dimana tegangan dan regangan yang diperlukan untuk kita dapatkan. Metode Bina Marga Pt T-01-2002-B adalah Pedoman perencanaan tebal perkerasan lentur yang digunakan di Indonesia. Perencanaan tebal perkerasan yang diuraikan dalam pedoman ini merupakan dasar dalam menentukan tebal perkerasan lentur yang dibutuhkan untuk jalan raya[3]. Pedoman ini juga memperkenalkan konsep reliability, koefisien drainase, dan hubungan antara Universitas Sumatera Utara koefisien kekuatan relatif dengan besaran mekanistik. Penentuan tebal perkerasan dengan metode ini hanya berlaku untuk konstruksi perkerasan yang menggunakan material bergradasi lepas (granular material dan batu pecah) dan berpengikat. III.2. PROGRAM KENPAVE Software ini terbagi dalam empat program yang terpisah dan ditambah dengan beberapa program untuk menunjukkan grafis, keempat program tersebut antara lain yaitu LAYERINP, KENLAYER, SLABINP, dan KENSLAB. LAYERINP dan KENLAYER. merupakan program analisis untuk perkerasan lentur, sedangkan SLABINP dan KENSLAB merupakan program analisis untuk perkerasan kaku [7]. III.2.1 Instalasi Program Program ini disimpan dalam CD dan terdiri dari lima file: setup.exe, Setup.lst, KENPAVEI.CAB, KENPAVE2.CAB, dan KENPAVE3.CAB. Program ini dapat diinstal pada setiap komputer dengan Windows 95 atau lebih tinggi. Prosedur untuk menginstal KENPAVE dijelaskan seperti di bawah ini: 1. Masukkan disk ke dalam CD Drive, Klik tombol Start, kemudian klik Run, dan akan keluar menu pada tampilan. 2. Ketik drive pertama diikuti oleh SETUP (misalnya D:\SETUP), kemudian klik OK, dan akan muncul pengaturan layar dengan beberapa petunjuk. 3. Disarankan semua file yang diinstal akan disimpan dalam direktori bawaan yaitu pada direktori C:\KENPAVE. tapi, dapat mengganti default dan menyimpannya dalam direktori yang anda inginkan. 4. Ikuti petunjuk pada layar sampai muncul pesan "KENPAVE Setup was completed succesfully". Selama instalasi, jika pesan" A file being copied Universitas Sumatera Utara is older than the file in your system . Do you want to keep this file? " muncul, cukup klik "Ya" seperti yang direkomendasikan. Jika pesan kesalahan muncul untuk file tertentu, klik tombol Abaikan dan biarkan instalasi dilanjutkan. Sistem mungkin sudah memiliki file, atau file tujuan mungkin ditulis untuk dilindungi. 5. Jalankan KENPAVE dengan mengklik tombol Start, kemudian arahkan ke Programs dan KENPAVE, dengan mengklik KENPAVE akan keluar layar utama KENPAVE. Setelah instalasi, total 30 file akan disimpan di direktori KENPAVE, di antaranya adalah KENPAVE.EXE, KENLAYER.EXE, KENSLABS EXE,. LARGE.EXE (KENSLABS dengan memori besar), 12 file data dalam satuan Inggris, 12 file data dalam satuan SI, datapath digunakan untuk drop-down box, dan ST6UNST untuk menguninstall program. Untuk menghapus program dari komputer, klik start, klik Kontrol Panel. Kemudian klik dua kali Add / Remove Programs ikon, dan keluar tampilan untuk semua program yang diinstal, termasuk KENPAVE, akan ditampilkan. Setelah mengklik KENPAVE dan kemudian klik pada Add\Remove. Universitas Sumatera Utara III.2.2. Perkembangan Program KENPAVE Program KENPAVE yang menyertai buku Yang Huang Edisi Kedua 'Pavement Analisis dan Desain ', adalah versi Windows pengganti empat program DOS dari LAYERINP, KENLAYER, SLABSINP, dan KENSLABS yang menyertai buku edisi pertama yang diterbitkan pada tahun 1993. Kontrol program KENPAVE adalah pada layar utama yang dapat melakukan berbagai fungsi. Setelah file data dibuat dan diberi nama (atau berganti nama), seluruh analisis dan desain dapat diselesaikan hanya dengan mengklik tombol atau menu tanpa keharusan untuk mengetik nama file lagi. File data yang disiapkan oleh KENPAVE sedikit berbeda dari programprogram sebelumnya. Sebagai contoh, program-program lama hanya dapat menggunakan unit bahasa Inggris, sementara KENPAVE dapat menggunakan salah satu unit bahasa Inggris atau SI. Dalam unit Inggris, program-program lama yang digunakan pci untuk satuan berat, sementara KENPAVE digunakan PCF. Namun, pada LAYERINP untuk perkerasan lentur dan SLABSINP untuk perkerasan kaku dapat mengkonversi file lama secara otomatis ke format baru sehingga file data lama masih dapat digunakan untuk menjalankan KENLAYER dan KENSLABS. III.2.3. Tampilan Utama Program KENPAVE Gambar 3.1 menunjukkan tampilan utama KENPAVE, yang terdiri dari dua menu pada bagian atas dan 11 menu di bagian bawah. Tiga menu pada bagian kiri digunakan untuk perkerasan lentur, dan lima menu pada bagian kanan untuk perkerasan kaku, dan sisanya tiga untuk tujuan umum. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1. Tampilan Awal KENPAVE III.2.4. Menu-menu pada Program KENPAVE Data Path Pada sebelah kiri di bagian ujung atas terdapat kotak Data Path yang merupakan direktori tepat penyimpanan data. Nama yang umum pada direktori adalah default C:\KENPAVE \ sebagai mana terdaftar pada proses instalasi. Jika ingin membuat direktori baru untuk menyimpan data file yang dibuat, Anda dapat mengetikkan nama direktori (mis C:\ABC \) di kotak Jalur data. Setelah LAYERINP atau SLABSINP diklik, direktori baru akan dibuat dan muncul sebagai item pertama dalam kotak data path. Jika Anda ingin membuat file data yang ada selain direktori C:\KENPAVE\, Anda dapat mengetikkan nama direktori. Semua file data dalam direktori tersebut dengan extension. DAT akan ditampilkan dalam Universitas Sumatera Utara menu Filename yang berada di sebelah kanan. Namun, kotak nama file akan tetap kosong, jika tidak ada file dengan extensi DAT di direktori data. Filename Pada menu filename akan ditampilkan sebuah file baru yang diciptakan oleh LAYERINP atau SLABSINP, kita tidak perlu mengeketik nama di kotak Filename karena file yang dibuat akan automatis ada pada menu filename. Semua file data harus memiliki ekstensi DAT. Nama file ditampilkan dalam kotak juga akan digunakan dalam file lain yang dihasilkan selama pelaksanaan KENLAYER atau KENSLABS. Untuk file yang ada untuk diedit, dapat mengetikkan nama file atau menggunakan daftar drop-down box untuk menemukan nama file. Help Pada Setiap layar menu terdapat menu 'help' yaitu bantuan yang menjelaskan parameter input dan penggunaan yang tepat dari program. Textbox dan bentuk data yang kebanyakan berada pada layar yang sama. Beberapa menu memiliki 'Bantuan' menu atau tombol yang harus diklik jika ingin membacanya. Menu help sangat membantu dalam menjalankan program ini, karena pada setiap menu yang baru akan ada penjelasan sehingga lebih memudahkan pengguna dalam menggunakan program. Editor EDITOR dapat digunakan untuk memeriksa, mengedit, dan cetak data file, untuk pengguna pemula dengan pengaturan file data, penggunaan LAYERINP atau SLABINP sebagai editor sangat dianjurkan. Jika Universitas Sumatera Utara pengguna yang berpengalaman, mungkin ingin membuat beberapa perubahan sederhana dalam file data dengan EDITOR karena dapat memasukkan file lebih cepat dan melihat isi dari seluruh file, bukan melalui serangkaian layar dengan menggunakan LAYERINP atau SLABSINPExit Setelah semua analisis yang diinginkan telah selesai, klik 'EXIT' untuk menutup KENPAVE. Layerinp dan Slabsinp LAYERINP atau SLABSINP digunakan untuk membuat data file sebelum KENLAYER atau KENSLABS dapat dijalankan. Kenlayer dan Kenslabs KENLAYER atau KENSLABS merupakan program utama untuk analisis perkerasan dan dapat dijalankan hanya setelah file data telah diisi. Program ini akan membaca dari file data dan memulai eksekusi. Selama eksekusi, beberapa hasil akan muncul di layar untuk member tahu bahwa program ini berjalan. LGRAPH atau SGRAPH LGRAPH atau SGRAPH dapat digunakan untuk menampilkan grafik rencana dan penampang perkerasan dengan beberapa informasi tentang input dan output. Contour Menu ini berguna untuk plot kontur tekanan atau momen dalam arah x atau y. plot contour adalah untuk perkerasan kaku. Universitas Sumatera Utara III.3. PROGRAM KENLAYER Program komputer KENLAYER ini hanya dapat diaplikasikan pada jenis perkerasan lentur tanpa sambungan atau perkerasan kaku [7] . Untuk perkerasan kaku digunakan program KENPAVE bagian KENSLABS. Program KENLAYER digunakan untuk menentukan rasio kerusakan menggunakan model tekanan (distress models)[15]. Distress models dalam KENLAYER adalah retak dan deformasi. Regangan yang menghasilkan retak dan deformasi telah dianggap bagian paling penting untuk perancangan struktur perkerasan aspal. Salah satunya adalah regangan tarik horisontal dibagian bawah lapisan aspal yang menyebabkan kelelahan retak dan regangan tekan vertikal pada permukaan tanah dasar yang menyebabkan deformasi permanen atau rutting[15]. Distress model dapat digunakan untuk memprediksi umur perkerasan baru dengan mengasumsi konfigurasi perkerasan. Jika reliabilitas atau kemampuan untuk distress tertentu lebih kecil dari tingkat minimum yang dibutuhkan, konfigurasi perkerasan yang diasumsikan harus diubah.[15] III.3.1. Dasar teori program KENLAYER Dasar dari program KENLAYER ini adalah teori sistem lapis banyak. Teori sistem lapis banyak adalah metode mekanistik dalam perencanaan perkerasan lentur sebagaimana yang telah diuraikan di BAB dua. KENLAYER dapat diaplikasikan pada perilaku tiap lapis yang berbeda, seperti linear, non linear atau viskoelastis. Dan juga empat jenis sumbu roda, yaitu sumbu tunggal roda tunggal, sumbu tunggal roda ganda, sumbu tandem dan sumbu triple. Pada Universitas Sumatera Utara program KENLAYER dimulai dengan input data melalui menu LEYERINP pada program KENPAVE. III.3.2. Menu-Menu Pada LAYERINP Pogram KENLAYER III.3.2.1. Tampilan LAYERINP Gambar 3.2 menunjukkan tampilan menu LAYERINP. Pada LAYERINP ada 11 menu. Dari setiap menu harus diisi dengan data yang ada. Namun, ada menu-menu yang default yang artinya tidak perlu diisi Karena dengan automatis akan menyesuaikan dengan data yang diisi. Gambar 3.2. Tampilan Layar LAYERINP Berikut ini adalah penjelasan dari menu – menu yang ada di dalam LAYERINP, yaitu: a. File Menu ini untuk memilih file yang akan diinput. New untuk file baru dan Old untuk file yang sudah ada. Universitas Sumatera Utara b. General Dalam menu General terdapat beberapa menu yang harus diinput: Title : Judul dari analisa. MATL : Tipe dari material. (1) jika seluruh lapis merupakan linear elastis, (2) jika lapisan merupakan non linear elastis, (3) jika lapisan merupakan viskoelastis, (4) jika lapisan merupakan campuran dari ketiga lapisan di atas. Gambar 3.3. Tampilan Menu General NDAMA : Analisa kerusakan. (0) jika tidak ada kerusakan analisis, (1) terdapat kerusakan analisis, ada hasil printout, (2) terdapat kerusakan analisis, ada hasil printout lebih detail. DEL : Akurasi hasil analisa. Standar akurasi 0.001. NL : Jumlah layer / lapis, maksimum 19 lapisan Universitas Sumatera Utara NZ : Letak koordinat arah Z yang akan dianalisa. Jika NDAMA =1 atau 2, maka NZ = 0 karena program akan menganalisa di koordinat yang mengalami analisa kerusakan. NSTD : (1) untuk vertikal displacement, (5) untuk vertikal displacement dan nilai tegangan, (9) untuk vertikal displacement, nilai tegangan dan nilai regangan. NBOND : (1) jika antar semua lapis saling berhubungan / terikat, (2) jika tiap antar lapisan tidak terikat atau gaya geser diabaikan. o NUNIT : Satuan yang digunakan. (0) satuan English, (1) satuan SI. Tabel 3.1. Satuan English dan SI Satuan Panjang Tekanan Modulus Satuan English Inch Psi Psi Satuan SI cm kPa kPa c. Zcoord Jumlah poin yang ada dalam menu ini sama dengan jumlah NZ pada menu General. ZC adalah jarak vertikal atau jarak dalam arah Z dimana jarak tersebut yang akan dianalisa oleh program. Contoh seperti dalam gambar, hal itu berarti yang akan dianalisa oleh program adalah pada kedalaman 4 inch dan 6 inch. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.4. Tampilan Layar Zcoord d. Layer Jumlah layer yang ada dalam menu ini sama dengan jumlah NL pada menu General. TH adalah tebal tiap layer / lapis. PR adalah Poisson’s Ratio tiap layer. Gambar 3.5. Tampilan Layar Layer Universitas Sumatera Utara e. Interface Menu interface ini berkaitan dengan NBOND yang ada dalam menu General. Jika NBOND = 1, maka menu interface akan default. Jika NBOND = 2, maka menu interface akan keluar seperti pada gambar Gambar 3.6. Tampilan Layar Interface f. Moduli Jumlah period dalam menu ini sama dengan jumlah NPY dalam menu General. Maksimal period dalam menu ini adalah 12. E adalah modulus elastisitas tiap layer. g. Load Jumlah unit yang ada dalam menu ini sama dengan jumlah NLG dalam menu General. Untuk kolom Load (0) untuk sumbu tunggal roda tunggal, (1) untuk sumbu tunggal roda ganda, (2) untuk sumbu tandem, (3) untuk sumbu triple. Kolom CR adalah radius kontak pembebanan. Kolom CP Universitas Sumatera Utara adalah nilai beban. Kolom YW dan XW merupakan jarak antar roda arah y dan arah x. Jika kolom Load = 0, maka kolom YW dan XW = 0. Kolom NR dan NPT. Gambar 3.7. Tampilan Layar Load h. Parameter lain seperti Nonlinear, Viscoelastic, Damage, MohrCoulomb akan mengikuti nilai dengan sendirinya sesuai dengan input nilai yang dimasukan sebelum data ini. III.4. DATA MASUKAN (INPUT PROGRAM KENPAVE) Data yang diperlukan sebagai masukan dalam program KENPAVE adalah data struktur perkerasan yang berkaitan dengan perencanaan tebal perkerasan metode mekanistik teori sistem lapis banyak. Data tersebut antara lain; modulus elastisitas, poisson ratio, tebal lapisan perkerasan, dan kondisi beban. Modulus elastisitas dari lapisan permukaan sampai tanah dasar yang diperlukan adalah dari Universitas Sumatera Utara modulus elastisitas yang telah ditentukan dalam perencanaan dengan metode Bina Marga. Nilai poisson ratio ditentukan berdasarkan tabel 2.5. Data tebal perkerasan dari tebal lapisan yang dihasilkan melalui perhitungan metode Bina Marga. Data kondisi beban terdiri dari data beban roda P(KN/lbs), data tekanan ban q (Kpa/psi), data jarak antara roda ganda d(cm / inch), dan data jari-jari bidang kontak a(cm/inch). Pada penelitian ini digunakan data kondisi beban berdasarkan data yang digunakan di Indonesia[11] sebagai berikut: o Beban kendaraan Sumbu standar 18.000 pon/8.16 ton o Tekanan Roda satu ban 0,55 MPa = 5,5 kg/cm2 o Jari-jari bidang kontak 110 mm atau 11 cm o Jarak antara masing-masing sumbu roda ganda = 33 cm Gambar 3.8. Sumbu standar Ekivalen di Indonesia III.5. DATA KELUARAN (OUTPUT PROGRAM) Setelah semua data yang diperlukan dimasukkan kedalam program KENPAVE maka program akan menjalankan analisis perkerasan. Keluaran dari program ini adalah tegangan, regangan, dan lendutan. Ada sembilan keluaran dari program ini yaitu vertical deflection, vertical stress, major principal stress, minor Universitas Sumatera Utara principal stress, intermediate principal stress, vertical strain, major principal strain, minor principal strain, dan horizontal principal strain. Pada penelitian ini output yang digunakan adalah vertical strain dan horizontal principal strain untuk selanjutnya digunakan dalam menghitung jumlah repetisi beban berdasarkan analisa kerusakan fatigue dan rutting. III.6. TAHAPAN EVALUASI MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE Tahapan perhitungan evaluasi tebal perkerasan metode Bina Marga Pt T01-2002-B dengan menggunakan program KENPAVE adalah sebagai berikut: 1. Menentukan data struktur perkerasan yaitu modulus elastisitas, poisson ratio, dan tebal perkerasan berdasarkan perencanaan menggunakan metode Bina Marga 2002 2. Hitung parameter dengan menggunakan teori sistem lapis banyak program KENPAVE sehingga diperoleh hasil tegangan dan regangan yang terjadi pada struktur perkerasan. 3. Nilai regangan tarik horisontal di bawah lapisan permukaan perkerasan dapat digunakan untuk mengetahui jumlah repetisi beban Nf dan nilai regangan tekan di bawah lapis pondasi bawah atau permukaan tanah dasar dapat digunakan untuk mengetahui Nd. 4. Periksa nilai Nf dan Nd dengan Nrencana, yang telah direncanakan. 5. Jika Nf atau Nd lebih besar dari Nrencana maka tebal perkerasan yang dihasilkan melalui perencanana metode Bina Marga 2002 mampu menahan beban lalu lintas sesuai dengan yang direncanakan. Universitas Sumatera Utara 6. Jika Nf atau Nd lebih kecil dari Nrencana, maka tebal perkerasan metode Bina Marga tidak mampu menahan beban lalu lintas yang direncanakan berdasarkan teori sistem lapis banyak program KENPAVE. III.7. METODE BINA MARGA Pt T-01-2002-B Dalam metode Bina Marga ini ada beberapa istilah dan parameter yang digunakan untuk perencanaan perkerasan lentur antara lain[3]: III.7.1. Angka Ekivalen Beban Gandar Sumbu Kendaraan (E) Angka ekivalen (E) masing-masing golongan beban gandar sumbu (setiap kendaraan) ditentukan menurut tabel. Tabel ini hanya berlaku untuk roda ganda. Untuk roda tunggal karakteristik beban yang berlaku agak berbeda dengan roda ganda. Untuk roda tunggal rumus berikut ini harus dipergunakan. Angka Ekivalen roda tunggal = Beban gandar satu sumbu tunggal dalam kN 52 kN ..(3.1) III.7.2. Reliabilitas Konsep reliabilitas merupakan upaya untuk menyertakan derajat kepastian (degree of certainty) ke dalam proses perencanaan untuk menjamin bermacam-macam alternative perencanaan akan bertahan selama selang waktu yang direncanakan (umur rencana). Faktor perencanaan reliabilitas memperhitungkan kemungkinan variasi perkiraan lalu-lintas (w18) dan perkiraan kinerja (W18), dan karenanya memberikan tingkat reliabilitas (R) dimana seksi perkerasan akan bertahan selama selang waktu yang direncanakan. Pada umumnya, dengan meningkatnya Universitas Sumatera Utara volume lalu-lintas dan kesukaran untuk mengalihkan lalu-lintas, resiko tidak memperlihatkan kinerja yang diharapkan harus ditekan. Hal ini dapat diatasi dengan memilih tingkat reliabilitas yang lebih tinggi. Tabel 3.2 memperlihatkan rekomendasi tingkat reliabilitas untuk bermacam-macam klasifikasi jalan. Perlu dicatat bahwa tingkat reliabilitas yang lebih tinggi menunjukkan jalan yang melayani lalu-lintas paling banyak, sedangkan tingkat yang paling rendah, 50 % menunjukkan jalan lokal. Table 3.2 Rekomendasi tingkat reliabilitas untuk bermacam-macam klasifikasi jalan Klasifikasi Jalan Rekomendasi tingkat reliabilitas Perkotaan Antar kota 85 – 99,9 80 – 99,9 Arteri 80 – 99 75 – 95 Kolektor 80 – 95 75 – 95 Local 50 – 80 50 – 80 Bebas hambatan Sumber : Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) Reliabilitas kinerja-perencanan dikontrol dengan faktor reliabilitas (FR) yang dikalikan dengan perkiraan lalu-lintas (w18) selama umur rencana untuk memperoleh prediksi kinerja (W18). Untuk tingkat reliabilitas (R) yang diberikan, reliability factor merupakan fungsi dari deviasi standar keseluruhan (overall standard deviation,S0) yang memperhitungkan kemungkinan variasi perkiraan lalu-lintas dan perkiraan kinerja untuk W18 yang diberikan. Dalam persamaan desain perkerasan lentur, level of reliabity (R) diakomodasi dengan parameter penyimpangan normal standar (standard normal deviate, ZR). Tabel 3.3. memperlihatkan Universitas Sumatera Utara nilai ZR untuk level of serviceability tertentu. Penerapan konsep reliability harus memperhatikan langkah-langkah berikut ini: 1) Definisikan klasifikasi fungsional jalan dan tentukan apakah merupakan jalan perkotaan atau jalan antar kota 2) Pilih tingkat reliabilitas dari rentang yang diberikan pada Tabel 3.3 3) Deviasi standar (S0) harus dipilih yang mewakili kondisi setempat. Rentang nilai S0 adalah 0,40 – 0,50. Tabel 3.3 Nilai Penyimpangan normal standar (standar normal deviate) untuk tingkat reliabilitas tertentu Reliabilitas, R (%) Standar normal deviate, Zr 50 0,000 60 -0,253 70 -0,524 75 -0,674 80 -0,841 85 -1,037 90 -1,282 91 -1,340 92 -1,405 93 -1,476 94 -1,555 95 -1,645 96 -1,751 97 -1,881 98 -2,054 99 -2,327 99.9 -3,090 99.99 -3,750 Sumber : Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) Universitas Sumatera Utara III.7.3. Lalu Lintas Pada Lajur Rencana Lalu lintas pada lajur rencana (w18) diberikan dalam kumulatif beban gandar standar. Untuk mendapatkan lalu lintas pada lajur rencana ini digunakan perumusan berikut ini : W18 = DD x DL x 18 …………………………………………(3.2) Dimana : DD = faktor distribusi arah. DL = faktor distribusi lajur. 18 = beban gandar standar kumulatif untuk dua arah. Pada umumnya DD diambil 0,5. Pada beberapa kasus khusus terdapat pengecualian dimana kendaraan berat cenderung menuju satu arah tertentu. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa DD bervariasi dari 0,3 – 0,7 tergantung arah mana yang ‘berat’ dan ‘kosong’. Tabel 3.4 Faktor Distribusi Lajur (DD) Jumlah Lajur Per Arah % beban gandar standar dalam lajur rencana 1 100 2 80 – 100 3 60 – 80 4 50 – 75 Sumber : Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) Lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan lentur dalam pedoman ini adalah lalu-lintas kumulatif selama umur rencana. Besaran ini didapatkan dengan mengalikan beban gandar standar kumulatif pada lajur rencana selama setahun (w18) dengan besaran Universitas Sumatera Utara kenaikan lalu lintas (traffic growth). Secara numerik rumusan lalu-lintas kumulatif ini adalah sebagai berikut : ...........................................................................(3.3) Dimana : Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif. w18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun. n = umur pelayanan (tahun). g = perkembangan lalu lintas (%). III.7.4. Koefisien Drainase Diperkenalkan konsep koefisien drainase untuk mengakomodasi kualitas sistem drainase yang dimiliki perkerasan jalan. Tabel 3.5 memperlihatkan definisi umum mengenai kualitas drainase. Tabel 3.5 Definisi Kualitas Drainase Kualitas drainase Air hilang dalam Baik sekali 2 jam Baik 1 hari Sedang 1 minggu Jelek 1 bulan Jelek sekali Air tidak akan mengalir Sumber : Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) Kualitas drainase pada perkerasan lentur diperhitungkan dalam perencanaan dengan menggunakan koefisien kekuatan relatif yang dimodifikasi. Faktor untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif ini Universitas Sumatera Utara adalah koefisien drainase (m) dan disertakan ke dalam persamaan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) bersama-sama dengan koefisien kekuatan relative (a) dan ketebalan (D). Tabel 3.6 memperlihatkan nilai koefisien drainase (m) yang merupakan fungsi dari kualitas drainase dan persen waktu selama setahun struktur perkerasan akan dipengaruhi oleh kadar air yang mendekati jenuh. Tabel 3.6 Koefisien drainase (m) untuk memodifikasi koefisien kekuatan relative material untreated base dan subbase pada perkerasan lentur. Persen waktu struktur perkerasan dipengaruhi oleh kadar Kualitas drainase air yang mendekati jenuh <1% 1–5% 5 – 25 % > 25 % 1,40 – 1,30 1,35 – 1,30 1,30 – 1,20 1,20 Baik Sedang Jelek 1,35 – 1,25 1,25 – 1,15 1,15 – 1,00 1,00 1,25 – 1,15 1,15 – 1,05 1,00 – 0,80 0,80 Baik sekali Jelek sekali 0,60 1,15 – 1,05Tebal 1,05 – 0,80 Lentur 0,80 –(Pt 0,60 Sumber : Pedoman Perencanaan Perkerasan T-01-2002-B) – – – III.7.5. Indeks Permukaan (IP) Indeks permukaan ini menyatakan nilai ketidakrataan dan kekuatan perkerasan yang berhubungan dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat. Adapun beberapa ini IP beserta artinya adalah seperti yang tersebut di bawah ini : IP = 2,5 : menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik. IP = 2,0 : menyatakan tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang masih mantap. IP = 1,5 : menyatakan tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan tidak terputus). Universitas Sumatera Utara IP = 1,0 : Menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga sangat mengganggu lalu-lintas kendaraan. Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan sebagai mana diperlihatkan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana (IPt) Klasifikasi Jalan Lokal Kolektor Arteri Bebas hambatan 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 - 1,5 1,5 – 2,0 2,0 - 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 - - 2,0 – 2,5 2,5 2,5 Sumber : Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IP0) perlu diperhatikan jenis lapis permukaan perkerasan pada awal umur rencana sesuai dengan Tabel 3.8. Tabel 3.8. Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana (IP0) Jenis Lapis Perkerasan LASTON LASBUTAG L A P E N IP0 Ketidakrataan *) (IRI, m/km) >4 < 1,0 3,9 – 3,5 > 1,0 3,9 – 3,5 < 2,0 3,4 – 3,0 > 2,0 3,4 – 3,0 < 3,0 2,9 – 2,5 > 3,0 Sumber : Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) Universitas Sumatera Utara III.7.6. Koefisien Kekuatan Relatif Pedoman ini memperkenalkan korelasi antara koefisien kekuatan relatif dengan nilai mekanistik, yaitu modulus resilien. Berdasarkan jenis dan fungsi material lapis perkerasan, estimasi Koefisien Kekuatan Relatif dikelompokkan ke dalam 5 katagori, yaitu : beton aspal (asphalt concrete), lapis pondasi granular (granular base), lapis pondasi bawah granular (granular subbase), cement-treated base (CTB), dan asphalt-treated base (ATB). III.7.6.1. Lapis Permukaan Beton Aspal (asphalt concrete surface course) Gambar 3.9 memperlihatkan grafik yang dipergunakan untuk memperkirakan Koefisien Kekuatan Relatif lapis permukaan berbeton aspal bergradasi rapat berdasarkan modulus elastisitas (EAC) pada suhu 680F (metode AASHTO 4123). Gambar 3.9 Grafik untuk memperkirakan koefisien kekuatan relatif lapis permukan bereton aspal bergradasi rapat (a1). Universitas Sumatera Utara III.7.6.2. Lapis Pondasi Granular (granular base layer) Koefisien Kekuatan Relatif, a2 dapat diperkirakan dengan menggunakan Gambar 3.10. atau dihitung dengan menggunakan hubungan berikut : a2 = 0,249 (log10 EBS) – 0,977 …..……………………..(3. ) Gambar 3.10 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a2). Universitas Sumatera Utara III.7.6.3. Lapis Pondasi Bawah Granular (granular subbase layers) Koefisien Kekuatan Relatif, a3 dapat diperkirakan dengan menggunakan Gambar 3.11. atau dihitung dengan menggunakan hubungan berikut : a3 = 0,227 (log10 ESB) – 0,839 ……..…………………..(3.5) Gambar 3.11. Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bersemen (a3). Universitas Sumatera Utara III.7.6.4. Lapis Pondasi Bersemen Gambar 3.12 memperlihatkan grafik yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan Koefisien Kekuatan Relatif, a2 untuk lapis pondasi bersemen. Gambar 3.12. Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi beraspal (a2) Universitas Sumatera Utara III.7.6.5. Lapis Pondasi Beraspal Gambar 3.13 memperlihatkan grafik yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan Koefisien Kekuatan Relatif, a2 untuk lapis pondasi beraspal. Gambar 3.13 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a2) Universitas Sumatera Utara III.7.7. Batas-batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan Pada saat menentukan tebal lapis perkerasan, perlu dipertimbangkan keefektifannya dari segi biaya, pelaksanaan konstruksi, dan batasan pemeliharaan untuk menghindari kemungkinan dihasilkannya perencanaan yang tidak praktis. Dari segi keefektifan biaya, jika perbandingan antara biaya untuk lapisan pertama dan lapisan kedua lebih kecil dari pada perbandingan tersebut dikalikan dengan koefisien drainase, maka perencanaan yang secara ekonomis optimum adalah apabila digunakan tebal lapis pondasi minimum. Tabel 3.9 memperlihatkan nilai tebal minimum untuk lapis permukaan berbeton aspal dan lapis pondasi agregat. Tabel 3.9. Tebal minimum lapis permukaan berbeton aspal dan lapis pondasi agregat (inci) LASBUTA Lapis G pondasi inci cm Beton aspal LAPEN inci cm inci cm inci cm < 50.000 *) 1,0 *) 2,5 2 5 2 5 4 10 50.001 – 150.000 2,0 5,0 - - - - 4 10 150.001 – 500.000 2,5 6,25 - - - - 4 10 500.001 – 2.000.000 3,0 7,5 - - - - 6 15 2.000.001 – 7.000.000 3,5 8,75 - - - - 6 15 > 7.000.000 4,0 10,0 - - - - 6 15 Lalu-lintas (ESAL) *) Atau perawatan permukaan Sumber : Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B) Universitas Sumatera Utara III.7.8. Persamaan Bina Marga Untuk menentukan ITP (indeks tebal perkerasan) suatu perkerasan di Indonesia biasanya digunakan rumus persamaan Bina Marga yang pada dasarnya bersumber dari rumus AASHTO. Kemudian rumus tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia yaitu dengan menyesuaikan beberapa parameternya. Persamaan metode Bina Marga 2002 adalah : ………………………………………………………...………….(3.6) Dimana : W18 = Perkiraan jumlah beban sumbu standar ekivalen 18-kip ZR = Deviasi normal standar So = Gabungan standard error untuk perkiraan lalu-lintas dan kinerja IP = Perbedaan antara indeks permukaan jalan awal (IPo) dan Indeks Permukaan jalan akhir design (IPt), (IPo-IPt) MR = Modulus resilient IPo = Indeks permukaan jalan awal (initial design serviceability index ) IPt = Indeks permukaan jalan akhir (terminal serviceability index) IPf = Indeks permukaan jalan hancur (minimum 1,5) Universitas Sumatera Utara III.8. PROSEDUR PERENCANAAN PERKERASAN BINA MARGA Tahapan perhitungan dengan menggunakan Metode Bina Marga Pt T-012002-B dalam menentukan tebal lapis perkerasan pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Menentukan variasi nilai beban lalu lintas rencana 2. Menentukan variasi nilai CBR 3. Tentukan standar normal deviasi (Zr), dan standar deviasi (So), Nilai standar normal deviasi didapatkan berdasarkan nilai reabilitas. 4. Hitung modulus resilient (MR). 5. Tentukan struktural number (SN), dengan nomogram atau persamaan. 6. Menghitung tebal lapisan perkerasan Perhitungan perencanaan tebal perkerasan dalam tulisan ini didasarkan pada kekuatan relatif masing-masing lapisan perkerasan, dengan rumus sebagai berikut: ITP = a1D1 2D2 Dimana : a1, a2, a3 D1, D2, D3 3D3 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan = Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm) Jika kualitas drainase dipertimbangkan, maka persamaan di atas dimodifikasi menjadi: ITP = a1D1 2D2m2 Dimana : a1, a2, a3 D1, D2, D3 3D3m3 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan = Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm) m2,m3= Koefisien Drainase, Angka 1, 2, dan 3, masing- masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi, dan lapis pondasi bawah. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T-01-2002-B IV.1.1 Data Perencanaan perkerasan lentur Data-data perencanaan tebal perkerasan metode Bina Marga menggunakan data-data yang umum dan diambil dari pedoman dalam perencanaan perkerasan metode Bina Marga. Data CBR dan jumlah total beban lalu lintas pada tulisan ini divariasikan. Nilai beban lalu lintas pada tulisan ini ditentukan 500.000 ESAL, 25.000.000 ESAL, dan 200.000.000 ESAL. Nilai CBR dalam penelitian ini ditentukan 2, 4, 6, 8, dan 10%. Pada penelitian ini struktur perkerasan direncanakan berupa struktur empat lapis dan struktur dua lapis (full depth). Selanjutnya penelitian ini akan dilakukan seperti dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.1. Variasi nilai beban lalu lintas dan nilai CBR CBR (%) 2 4 6 8 10 BEBAN LALU LINTAS (ESAL) 0.5 × 106 25 × 106 200 × 106 CBR 2 %, 0.5 × 106 CBR 2 %, 25 × 106 CBR 2 %, 200 × 106 ESAL ESAL ESAL 6 6 CBR 4 %, 0.5 × 10 CBR 4 %, 25 × 10 CBR 4 %, 200 × 106 ESAL ESAL ESAL CBR 6 %, 0.5 × 106 CBR 6 %, 25 × 106 CBR 6 %, 200 × 106 ESAL ESAL ESAL CBR 8 %, 0.5 × 106 CBR 8 %, 25 × 106 CBR 8 %, 200 × 106 ESAL ESAL ESAL CBR 10 %, 0.5 × 106 CBR 10 %, 25 × 106 CBR 10 %, 200 × 106 ESAL ESAL ESAL Variasi pada nilai CBR dan nilai ESAL didapat 15 perencanaan tebal perkerasan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Perencanaan perkerasan Perencanaan I Perencanaan II Perencanaan III Perencanaan IV Perencanaan V Perencanaan VI Perencanaan VII Perencanaan VIII Perencanaan IX Perencanaan X Perencanaan XI Perencanaan XII Perencanaan XIII Perencanaan XIV Perencanaan XV CBR 2%, 0.5 × 106 ESAL CBR 4%, 0.5 × 106 ESAL CBR 6%, 0.5 × 106 ESAL CBR 8%, 0.5 × 106 ESAL CBR 10%, 0.5 × 106 ESAL CBR 2%, 25 × 106 ESAL CBR 4%, 25 × 106 ESAL CBR 6%, 25 × 106 ESAL CBR 8%, 25 × 106 ESAL CBR10%, 25 × 106 ESAL CBR 2%, 200 × 106 ESAL CBR 4%, 200 × 106 ESAL CBR 6%, 200 × 106 ESAL CBR 8%, 200 × 106 ESAL CBR10%, 200 × 106 ESAL IV.1.2. Asumsi Data-Data Parameter Data parameter – parameter lainnya yang diasumsikan dalam perencanaan perkerasan lentur metode Bina Marga ditetapkan sebagai berikut: Reliabilitas = 95 % Zr = -1,645 Standar Deviasi (So) = 0,45 Indeks Permukaan awal (IPo) = 4 (Laston) Indeks Permukaan Akhir (IPt) = 2 (jalan arteri) Indeks Permukaan hancur (IPf) = 1,5 Bahan Perkerasan Lapis permukaan : Aspal Beton (AC) 400.000 psi a1 = 0,42 Lapis pondasi atas : granular, Modulus 30.000 psi a2 = 0,14 Lapis pondasi bawah : granular, Modulus 17.500 psi a3 = 0,12 m2, m3 = 1 Universitas Sumatera Utara IV.1.3. Perhitungan Perencanaan Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Empat Lapis Perencanaan I (CBR 2%, 500.000 ESAL) Menentukan nilai ITP dengan memasukkan nilai-nilai dari data diatas kedalam persamaan Bina Marga dibawah ini: Dengan trial dan error didapat ITP = 4,34 Menentukan tebal lapis perkerasan. Lapis permukaan ditetapkan sebesar 3,5”, pondasi atas sebesar 7,5”, dan pondasi bawah dihitung seperti berikut: Universitas Sumatera Utara ITP = a1D1 2D2m2 3D3m3 4,34 = (0,42 × 3,5) + (0.14 × 7,5 × 1) + (0,12 × D3 × 1) 15,01667” Besarnya nilai D3 minimum adalah 15,01667” atau 37,992 cm maka digunakan D3 sebesar 38 cm. tebal lapisan perkerasan perencanaan I yaitu: a. Lapisan permukaan menggunakan bahan aspal beton (AC) 400.000 psi dengan tebal 3,5” =8,999 cm ≈9 cm dan koefisien kekuatan relative = 0,42. b. Pondasi atas meggunakan bahan butiran granular, Modulus 30.000 psi dengan tebal 7,5” = 18,975 cm ≈ 19 cm dan koefisien kekuatan relative = 0,14 serta koefisien drainase = 1. c. Pondasi bawah menggunakan bahan butiran granular, Modulus 17.500 psi dengan tebal 15,01667” = 37,992 cm ≈ 38 cm dan koefisien kekuatan relative = 0,12 serta koefisien drainase = 1. Gambar susunan tebal masing-masing lapisan perkerasan perencanaan I Struktur empat lapis metode Bina Marga dapat dilihat pada gambar 4.1. D1 = 9 cm D2 = 19 cm D3 = 38 cm Subgrade(CBR 2%) Gambar 4.1. Susunan tebal lapis perkerasan perencanaan I Universitas Sumatera Utara Selanjutnya perhitungan tebal perkerasan perencanaan II sampai XV dilakukan sama dengan perencanaan satu. Hasil yang didapat ditunjukkan dalam tabel 4.3. berikut ini: Tabel 4.3. Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Empat Lapis Prencanaan Perkerasan Lapisan Permukaan Lapisan Pondasi Atas Lapisan Pondasi Bawah Perencanaan I 9 19 38 Perencanaan II 8 18 26 Perencanaan III 7 15 24 Perencanaan IV 7 13 21 Perencanaan V 7 11 19 Perencanaan VI 16 42 52 Perencanaan VII 14 34 41 Perencanaan VIII 13 29 36 Perencanaan IX 12 26 32 Perencanaan X 11 25 31 Perencanaan XI 21 44 76 Perencanaan XII 18 43 54 Perencanaan XIII 16 39 50 Perencanaan XIV 15 36 43 Perencanaan XV 14 33 41 Universitas Sumatera Utara IV.1.4. Perhitungan Perencanaan Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Dua Lapisan (full depth). Perencanaan tebal perkerasan dengan struktur dua lapisan menggunakan data yang sama dengan perencanaan struktur empat lapis, perbedaannya adalah pada perencanaan ini tidak menggunakan bahan pandasi, perkerasan full depth terdiri dari lapis subgrade dan aspal concrete. Perencanaan I (CBR 2%, 500.000 ESAL) Dengan menggunakan ITP yang sama dengan perencanaan struktur empat lapis, menggunakan metode Bina Marga tebal perkerasan dihitung dengan struktur dua lapisan (full depth). ITP = 4,34 Menentukan tebal lapis perkerasan. Lapis permukaan dihitung seperti berikut: ITP = a1D1 4,34 = (0,42 × D1) 10,33” Besarnya nilai D1 adalah 10,33” atau 26,2 7 cm maka digunakan D1 sebesar 27 cm. tebal lapisan perkerasan perencanaan I yaitu: Lapisan permukaan menggunakan bahan aspal beton (AC) 400.000 psi dengan tebal 10,33” = 26,247 cm ≈ 27 cm dan koefisien kekuatan relative = 0,42. Universitas Sumatera Utara Gambar susunan tebal masing-masing lapisan perkerasan perencanaan I struktur 2 lapis metode Bina Marga dapat dilihat pada gambar 4.2. D1 = 27 cm Subgrade(CBR 2%) Gambar 4.2. Susunan tebal lapis perkerasan perencanaan I Selanjutnya perhitungan tebal perkerasan struktur dua lapis perencanaan II sampai XV dilakukan sama dengan perencanaan satu. Hasil yang didapat ditunjukkan dalam tabel 4.4. berikut ini: Tabel 4.4. Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Dua Lapis Prencanaan Perkerasan Perencanaan I Lapisan Permukaan 27 Perencanaan II 21 Perencanaan III 19 Perencanaan IV 17 Perencanaan V 15 Perencanaan VI 44 Perencanaan VII 36 Perencanaan VIII 32 Perencanaan IX 29 Perencanaan X 27 Perencanaan XI 57 Perencanaan XII 47 Perencanaan XIII 43 Perencanaan XIV 39 36 Perencanaan XV Universitas Sumatera Utara IV.2. EVALUASI TEBAL LAPISAN PERKERASAN METODE BINA MARGA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE Setelah didapat tebal perkerasan melalui perhitungan dengan menggunakan metode Bina Marga Pt-T-01-2002-B, tebal perkerasan yang dihasilkan dievaluasi menggunakan program KENPAVE bagian KENLAYER. Data-data pendukung untuk menjalankan program KENLAYER dimasukkan sehingga didapat nilai tegangan, regangan, dan lendutan. Nilai regangan tarik horizontal di bawah lapis permukaan, dan regangan tekan vertikal di bawah lapis pondasi bawah digunakan untuk menghitung nilai repetisi beban. Nilai repetisi beban Nf dan Nd dihitung menggunakan persamaan 2.14 dan persamaan 2.17. IV.2.1. Perhitungan evaluasi tebal perkerasan metode Bina Marga Struktur Empat Lapis Evaluasi perencanaan I (CBR 2%, 500.000 ESAL) Struktur Empat Lapis Table 4.5. Data Perencanaan I Lapisan perkerasan E (kPa) µ Tebal perkerasan Lapis Permukaan 2800000 0.35 9 Lapis pondasi atas 210000 0.4 19 Lapis pondasi bawah 122500 0.4 38 Tanah dasar 21000 0.45 ∞ IV.2.2. Perhitungan dengan program KENPAVE Langkah evaluasi tebal perkerasan metode Bina Marga dengan menggunakan program KENPAVE adalah sebagai berikut: a. Masuk ke menu utama program KENPAVE b. Pilih menu LAYERINP, pada menu file pilih New. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3.Tampilan Menu LAYERINP c. Pada menu General seperti gambar dibawah isi nilai-nilai sesuai dengan data yang ada. Gambar 4.4. Tampilan Menu General Universitas Sumatera Utara d. Pada menu zcoord nilai yang diisi adalah analisa perkerasan arah vertikal. Gambar 4.5. Tampilan Menu zcoord e. Pada menu layer nilai yang diisi adalah tebal perkerasan dan nilai poisson ratio dari masing-masing lapisan perkerasan. Gambar 4.6. Tampilan Menu layer Universitas Sumatera Utara f. Menu Moduli diisi dengan nilai modulus elastisitas masing-masing lapisan perkerasan. Gambar 4.7. Tampilan Menu Moduli g. Menu Load diisi dengan data yang ada seperti gambar. Gambar 4.8. Tampilan Menu Load Universitas Sumatera Utara Setelah semua data selesai diisi, data disimpan. Selanjutnya kembali ke menu utama program KENPAVE. Pilih menu KENLAYER sehingga data dijalankan dan didapat nilai tegangan dan regangan. Hasil akhir dari program ini dibuka melalui menu editor pada tampilan awal program KENPAVE. Hasilnya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9. Tampilan Output program KENPAVE Universitas Sumatera Utara Dari data perencanaan I dengan menggunakan program KENPAVE di atas diperoleh nilai regangan tarik di bawah lapis permukaan sebesar 0.0003026 dan regangan tekan di bawah pondasi bawah sebesar 0.0005735. Menggunakan persamaan 2.14 dalam menentukan jumlah repetisi beban dengan analisa retak fatik akan diperoleh nilai Nf sebesar 499131. Jumlah repetisi beban kedua diperoleh dari analisa rutting menggunakan persamaan 2.17 didapat nilai Nd sebesar 443791. Tabel 4.6. Hasil program KENPAVE Lokasi Regangan tarik horizontal di bawah lapis permukaan Nilai regangan Analisa 0.0003026 Nf = 499131 0.0005735 Nd = 4437911 Regangan tekan vertikal di Bagian atas tanah dasar /bawah lapis pondasi bawah Evaluasi tebal perkerasan metode Bina Marga dengan program KENPAVE dilanjutkan sampai tebal perencanaan XV menghasilkan nilai regangan seperti pada tabel 4.7. nilai regangan digunakan untuk menghitung jumlah repetisi beban. Analisa tebal perkerasan metode Bina Marga dapat dilihat pada tabel 4.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Nilai Regangan Tarik Horisontal Dan Regangan Tekan Vertikal Struktur Empat Lapis Perencanaan Perkerasan Perencanaan I Perencanaan II Perencanaan III Perencanaan IV Perencanaan V Perencanaan VI Perencanaan VII Perencanaan VIII Perencanaan IX Perencanaan X Perencanaan XI Perencanaan XII Perencanaan XIII Perencanaan XIV Perencanaan XV CBR 2%, 0.5 × 106 ESAL 6 CBR 4%, 0.5 × 10 ESAL 6 CBR 6%, 0.5 × 10 ESAL 6 CBR 8%, 0.5 × 10 ESAL 6 CBR 10%, 0.5 × 10 ESAL 6 CBR 2%, 25 × 10 ESAL 6 CBR 4%, 25 × 10 ESAL 6 CBR 6%, 25 × 10 ESAL 6 CBR 8%, 25 × 10 ESAL 6 CBR10%, 25 × 10 ESAL 6 CBR 2%, 200 × 10 ESAL 6 CBR 4%, 200 × 10 ESAL 6 CBR 6%, 200 × 10 ESAL 6 CBR 8%, 200 × 10 ESAL 6 CBR10%, 200 × 10 ESAL Regangan Tarik Horizontal Regangan Tekan Vertikal 0.0003026 0.0005735 0.0003279 0.0006119 0.000354 0.0006021 0.0003599 0.0005812 0.0003656 0.0005607 0.0001767 0.0002339 0.0002054 0.0002344 0.0002224 0.0002386 0.00024 0.0002426 0.0002577 0.0002307 0.0001328 0.0001328 0.0001572 0.000145 0.0001772 0.0001417 0.0001904 0.0001453 0.0002047 0.000143 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Hasil Evaluasi Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Empat Lapis Dengan Program KENPAVE Perencanaan Perkerasan Beban lalu lintas rencana Repetisi Beban Nf Nd Perencanaan I 0.5 × 106 499131 443791 Perencanaan II 0.5 × 106 383221 332020 Perencanaan III 0.5 × 106 297841 356908 Perencanaan IV 0.5 × 106 282072 418068 Perencanaan V 0.5 × 106 267855 490982 Perencanaan VI 25 × 106 2931557 24602789 Perencanaan VII 25 × 106 1786429 24368705 Perencanaan VIII 25 × 106 1375097 22506196 Perencanaan IX 25 × 106 1070234 20891834 Perencanaan X 25 × 106 846791 26167882 Perencanaan XI 200 × 106 7504279 310152202 Perencanaan XII 200 × 106 4307532 209260908 Perencanaan XIII 200 × 106 2904422 231979620 Perencanaan XIV 200 × 106 2292820 207333508 Perencanaan XV 200 × 106 1806613 222686153 Analisan Beban Lalu Lintas Nf dan Nd < Nr Tidak OK Nf dan Nd < Nr Tidak OK Nf dan Nd < Nr Tidak OK Nf dan Nd < Nr Tidak OK Nf dan Nd < Nr Tidak OK Nf dan Nd < Nr Tidak OK Nf dan Nd < Nr Tidak OK Nf dan Nd < Nr Tidak OK Nf dan Nd < Nr Tidak OK Nf < Nr Tidak OK Nf < Nr Tidak OK Nf < Nr Tidak OK Nf < Nr Tidak OK Nf < Nr Tidak OK Nf < Nr Tidak OK Dari hasil perhitungan evaluasi yang ditunjukkan dalam tabel 4.8. tebal perkerasan metode Bina Marga Struktur empat lapis dengan menggunakan program KENPAVE, pada perencanaan I sampai perencanaan V dengan beban lalu lintas rencana 500000 ESAL jumlah repetisi beban Nf dan Nd yang dihasilkan bernilai lebih kecil dari beban lalu lintas rencana, pada perencanaan VI Universitas Sumatera Utara sampai X dengan beban lalu lintas rencana 25 × 106 juga menghasilkan jumlah repetisi beban Nf dan Nd bernilai lebih kecil dari beban lalu lintas rencana, sedangkan pada perencanaan XI sampai XV dengan beban lalu lintas rencana 200×106 jumlah repetisi beban berdasarkan anlisa rutting Nd lebih besar dari beban lalu lintas rencana akan tetapi jumlah repetisi beban berdasarkan analisa fatigue lebih kecil dari beban lalu lintas rencana. Jadi dapat disimpulkan tebal perkerasan yang direncanakan dengan metode Bina Marga Pt-T-01-2002-B dengan struktur empat lapis tidak mampu menahan beban lalu lintas yang direncanakan. IV.2.3. Perhitungan Evaluasi Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Dua Lapis (full depth) Evaluasi perencanaan I (CBR 2%, 500.000 ESAL) Table 4.9. Data Perencanaan I Struktur Dua Lapis Lapis Lapis Permukaan Tanah dasar E (kPa) µ Tebal perkerasan 2800000 0.35 27 21000 0.45 ∞ Dari data perencanaan I struktur dua lapis dengan menggunakan program KENPAVE diperoleh nilai regangan tarik di bawah lapis permukaan sebesar 0.000169 dan regangan tekan di bawah pondasi bawah sebesar 0.0004032. Menggunakan persamaan 2.14 dalam menentukan jumlah repetisi beban dengan analisa retak fatik diperoleh nilai Nf sebesar 3394522. Jumlah repetisi beban kedua diperoleh dari analisa rutting menggunakan persamaan 2.17 didapat nilai Nd sebesar 2148905. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10. Hasil program KENPAVE Lokasi Regangan tarik horizontal Nilai regangan Analisa 0.000169 Nf = 3394522 0.0004032 Nd = 2148905 di bawah lapis permukaan Regangan tekan vertikal di Bagian atas tanah dasar /bawah lapis pondasi bawah Evaluasi tebal perkerasan metode Bina Marga struktur dua lapis dengan program KENPAVE dilanjutkan sampai perencanaan XV. Hasil perhitungan dan analisa dapat dilihat pada tabel 4.11. di bawah ini: Tabel 4.11. Nilai Regangan Tarik Horisontal Dan Regangan Tekan Vertikal Struktur Dua Lapis Perencanaan Perkerasan Perencanaan I Perencanaan II Perencanaan III Perencanaan IV CBR 2%, 0.5 × 106 ESAL 6 CBR 4%, 0.5 × 10 ESAL 6 CBR 6%, 0.5 × 10 ESAL 6 CBR 8%, 0.5 × 10 ESAL 6 Regangan Tarik Horizontal Regangan Tekan Vertikal 0.000169 0.0004032 0.0002126 0.0004767 0.0002192 0.0004793 0.000231 0.0005011 Perencanaan V CBR 10%, 0.5 × 10 ESAL 0.0002465 0.0005374 Perencanaan VI CBR 2%, 25 × 106 ESAL 0.00007496 0.0001846 0.00008843 0.0002139 0.0001037 0.0002269 0.0001126 0.0002373 0.0001252 0.0002609 0.0000471 0.0001173 0.0000592 0.000139 0.00006377 0.0001443 0.00007055 0.0001548 0.00007613 0.0001626 Perencanaan VII Perencanaan VIII Perencanaan IX Perencanaan X Perencanaan XI Perencanaan XII Perencanaan XIII Perencanaan XIV Perencanaan XV 6 CBR 4%, 25 × 10 ESAL 6 CBR 6%, 25 × 10 ESAL 6 CBR 8%, 25 × 10 ESAL 6 CBR10%, 25 × 10 ESAL 6 CBR 2%, 200 × 10 ESAL 6 CBR 4%, 200 × 10 ESAL 6 CBR 6%, 200 × 10 ESAL 6 CBR 8%, 200 × 10 ESAL 6 CBR10%, 200 × 10 ESAL Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12. Hasil Evaluasi Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Dua Lapis Dengan Program KENPAVE Perencanaan Perkerasan Repetisi Beban Beban lalu lintas rencana Nf Nd Perencanaan I 0.5 × 106 3394522 2148905 Perencanaan II 0.5 × 106 1594936 1015381 Perencanaan III 0.5 × 106 1442273 990953 Perencanaan IV 0.5 × 106 1213687 812028 Perencanaan V 0.5 × 106 980131 593731 Perencanaan VI 25 × 106 49282155 70992643 Perencanaan VII 25 × 106 28608459 36709542 Perencanaan VIII 25 × 106 16936589 28187828 Perencanaan IX 25 × 106 12916385 23063471 Perencanaan X 25 × 106 9110411 15086142 Perencanaan XI 200 × 106 227427004 540611713 Perencanaan XII 200 × 106 107162565 252845594 Perencanaan XIII 200 × 106 83899854 213844107 Perencanaan XIV 200 × 106 60165863 156144999 Perencanaan XV 200 × 106 46833175 125298534 Analisan Beban Lalu Lintas Nf & Nd > Nr OK Nf & Nd > Nr OK Nf & Nd > Nr OK Nf & Nd > Nr OK Nf & Nd > Nr OK Nf & Nd > Nr OK Nf & Nd > Nr OK Nf < Nr Tidak OK Nf < Nr Tidak OK Nf < Nr Tidak OK Nf & Nd > Nr OK Nf < Nr Tidak OK Nf < Nr Tidak OK Nf & Nd < Nr Tidak OK Nf & Nd < Nr Tidak OK Dari hasil evaluasi tebal perkerasan metode Bina Marga struktur dua lapis (full depth) dengan menggunakan program KENPAVE diatas, pada perencanaan I sampai perencanaan V dengan beban lalu lintas rencana 500000 ESAL jumlah repetisi beban Nf dan Nd yang dihasilkan lebih besar dari beban lalu lintas rencana jadi tebal perkerasan mampu menahan beban lalu lintas sesuai dengan Universitas Sumatera Utara yang direncanakan. Pada perencanaan VI sampai perencanaan X dengan beban lalu lintas rencana 25 × 106 hanya pada perencanaan VI dan VII yang menghasilkan jumlah repetisi beban Nf dan Nd lebih besar dari beban lalu lintas rencana, perencanaan VII, perencanaan IX, dan Perencanaan X jumlah repetisi beban yang dihasilkan lebih kecil dari beban lalu lintas yang direncanakan. Pada perencanaan XI sampai XV dengan beban lalu lintas rencana 200 × 106 hanya pada perencanaan XI yang menghasilkan repetisi beban Nf dan Nd lebih besar dari beban lalu lintas yang direncanakan, sedangkan pada perencanaan XII sampai XV jumlah repetisi beban yang dihasilkan lebih kecil dari beban lalu lintas rencana. IV.3. PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE Perencanaan tebal perkerasan yang direncanakan dengan menggunakan metode Bina Marga setelah dievaluasi dengan menggunakan program KENPAVE tidak mampu menahan beban lalu lintas yang direncanakan. Tebal perkerasan direncanakan ulang menggunakan program KENPAVE untuk mendapatkan tebal perkerasan yang mampu menahan beban lalu lintas yang direncanakan. Perencanaan tebal perkerasan menggunakan program KENPAVE adalah dengan mengasumsikan tebal lapisan perkerasan sampai tebal yang diasumsi menghasilkan nilai Nf dan Nd lebih besar dari Nrencana. Data-data modulus elastisitas, poisson ratio, dan beban pada permukaan perkerasan sesuai dengan data yang telah ditetapkan pada perencanaan I sampai perencanaan XV. Universitas Sumatera Utara Perencanaan I program KENPAVE (CBR 2%, 500.000 ESAL) Table 4.13. Asumsi pertama tebal lapis perkerasan program KENPAVE Lapis E (kPa) µ Tebal perkerasan Lapis Permukaan 2800000 0.35 15 Lapis pondasi atas 210000 0.4 25 Lapis pondasi bawah 122500 0.4 40 Tanah dasar 21000 0.45 ∞ Dengan menggunakan program KENPAVE didapat nilai regangan tarik horizontal sebesar 0,0001995 dan nilai regangan tekan vertikal sebesar 0,0003630. Jumlah repetisi beban dengan analisa retak fatik diperoleh nilai Nf sebesar 1966264 dan Jumlah repetisi beban kedua diperoleh dari analisa rutting dengan nilai Nd sebesar 3438988. Jumlah repetisi beban (Nf dan Nd) bernilai lebih besar dari Nrencana, sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi tebal perkerasan mampu menahan beban lalu lintas sesuai dengan rencana. Jumlah repetisi beban yang didapat dari asumsi tebal perkerasan jauh lebih besar dari jumlah repetisi beban rencana. Dengan menggunakan cara yang sama, tebal perkerasan diasumsikan kembali dengan tebal perkerasan yang lebih tipis sampai diperoleh nilai optimum jumlah repetisi beban yang mendekati nilai repetisi beban rencana yaitu 500000. Universitas Sumatera Utara Table 4.14. Asumsi kedua tebal lapis perkerasan program KENPAVE Lapis E (kPa) µ Tebal perkerasan Lapis Permukaan 2800000 0.35 10 Lapis pondasi atas 210000 0.4 25 Lapis pondasi bawah 122500 0.4 35 Tanah dasar 21000 0.45 ∞ Nilai regangan tarik horizontal sebesar 0,0002770 dan nilai regangan tekan vertikal sebesar 0,0005015. Jumlah repetisi beban dengan analisa retak fatigue diperoleh nilai Nf sebesar 667656 dan repetisi beban kedua diperoleh dari analisa rutting dengan nilai Nd sebesar 809133. Jumlah repetisi beban (Nf dan Nd) mendekati nilai Nrencana sebesar 500000. Tebal asumsi yang direncanakan dengan program KENPAVE telah memenuhi. Gambar susunan tebal lapisan dengan program KENPAVE adalah sebagai berikut: D1 = 10 cm D2 = 25 cm D3 = 35 cm Subgrade (CBR 2%) Gambar 4.10. Susunan tebal lapisan perkerasan dengan program KENPAVE Universitas Sumatera Utara Dengan mengasumsikan tebal perkerasan yang dilakukan sama dengan perencanaan I didapat tebal perkerasan yang memenuhi kriteria kerusakan fatigue dan rutting untuk perencanaan II sampai dengan perencanaan XV. Tebal perkerasan yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Tabel 4.15. Tebal perkerasan dengan Program KENPAVE Prencanaan Perkerasan Perencanaan I Perencanaan II Perencanaan III Perencanaan IV Perencanaan V Perencanaan VI Perencanaan VII Perencanaan VIII Perencanaan IX Perencanaan X Perencanaan XI Perencanaan XII Perencanaan XIII Perencanaan XIV Perencanaan XV Lapisan Permukaan 10 10 10 10 10 29 29 29 29 29 45 45 44 44 43 Lapisan Pondasi Atas 25 20 18 15 15 40 38 36 35 30 55 53 52 50 45 Lapisan Pondasi Bawah 35 30 28 25 20 60 55 50 45 40 85 80 75 70 65 Jumlah repetisi beban berdasarkan analisa kerusakan fatigue dan rutting yang dihasilkan dari tebal perkerasan yang direncanakan dengan program KENPAVE sudah lebih besar dari beban lalu lintas rencana, Sehingga struktur perkerasan tersebut mampu menahan beban lalu lintas sesuai rencana. Dari hasil perhitungan didapat bahwa tebal perkerasan yang direncanakan dengan program KENPAVE lebih besar dari tebal perkerasan yang direncanakan menggunakan metode Bina Marga Pt T-012002-B. Universitas Sumatera Utara IV.4. ANALISIS HASIL PERHITUNGAN Perencanaan tebal perkerasan dengan menggunakan metode Bina Marga yang direncanakan dengan struktur empat lapis dan struktur dua lapis (full depth) setelah dievaluasi menggunakan program KENPAVE menghasilkan jumlah repetisi beban yang jauh berbeda. Pada struktur empat lapis jumlah repetisi beban yang dihasilkan lebih kecil dari struktur dua lapis (full depth). Tebal perkerasan dengan struktur empat lapis jumlah repetisi beban yang dihasilkan untuk semua variasi lebih kecil dari repetisi beban rencana, sehingga disimpulkan tebal perkerasan tidak mampu menahan beban lalu lintas rencana, sedangkan yang direncanakan dengan struktur dua lapis (full depth) pada beberapa variasi menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih besar dari beban lalu lintas rencana, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan antara metode empiris Bina Marga dan metode Mekanistik. Perbedaan antara metode empiris Bina Marga dengan metode mekanistik program KENPAVE adalah Pada metode empiris Bina Marga parameter CBR tanah dasar, beban lalu lintas rencana, nilai reliabilitas, Indeks Permukaan, koefisien drainase dan parameter lainnya menentukan ketebalan perkerasan yang diperlukan, sedangkan pada metode mekanistik program KENPAVE parameter struktural (modulus elastisitas dan poisson ratio), beban statik, dan tebal perkerasan yang menjadi kriteria perencanaan tebal perkerasan. Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah grafik hubungan nilai CBR dan Beban lalu lintas rencana terhadap jumlah repetisi beban menggunakan program KENPAVE. Grafik Jumlah Repetisi Beban Struktur Empat Lapis 600000 600000 500000 500000 400000 400000 300000 300000 200000 200000 100000 100000 Repetisi Beban Repetisi Beban Beban Lalu Lintas Rencana 0.5 × 10^6 Nf 0 0 2 4 6 CBR (%) 8 10 Nd Grafik 4.2. Hubungan Tebal Perkerasan dan beban lalu lintas rencana 0.5 × 106 dengan jumlah repetisi beban. 3500000 30000000 3000000 25000000 2500000 20000000 2000000 15000000 1500000 Repetisi Beban Beban Lalu Lintas Rencana 25 × 10^6 Repetisi Beban 10000000 1000000 5000000 500000 0 0 2 4 6 8 10 Nf Nd CBR (%) Grafik 4.3. Hubungan Tebal Perkerasan dan beban lalu lintas rencana 25 × 106 dengan jumlah repetisi beban. Universitas Sumatera Utara 16000000 350000000 14000000 300000000 Repetisi Beban 12000000 250000000 10000000 200000000 8000000 150000000 6000000 Repetisi Beban Beban Lalu Lintas Rencana 200 × 10^6 100000000 4000000 50000000 2000000 0 0 2 4 6 8 Nf 10 Nd CBR (%) Grafik 4.4. Hubungan Tebal Perkerasan dan beban lalu lintas rencana 200 × 106 dengan jumlah repetisi beban. Grafik Jumlah Repetisi Beban Struktur Dua Lapis (full depth) Beban Lalu Lintas Rencana 0,5 × 10^6 4000000 3500000 3000000 Repetisi Beban 2500000 2000000 Nf 1500000 Nd 1000000 500000 0 2 4 6 8 10 CBR (%) Grafik 4.5. Hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana 0.5 × 106 dengan jumlah repetisi beban. Universitas Sumatera Utara Beban Lalu Lintas Rencana 25 × 10^6 75000000 Repetisi Beban 65000000 55000000 45000000 35000000 Nf 25000000 Nd 15000000 5000000 2 4 6 8 10 CBR (%) Grafik 4.6. Hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana 25 × 106 dengan jumlah repetisi beban. Beban Lalu Lintas Rencana 200 × 10^6 600000000 Repetisi Beban 500000000 400000000 300000000 Nf 200000000 Nd 100000000 0 2 4 6 8 10 CBR (%) Grafik 4.7. Hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana 200 × 106 dengan jumlah repetisi beban. Dari grafik hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana dengan jumlah repetisi beban diatas dapat dilihat bahwa tebal perkerasan pada CBR tanah dasar yang kecil menghasilkan repetisi beban Universitas Sumatera Utara yang besar, sedangkan pada CBR tanah dasar yang besar menghasilkan jumlah repetisi beban yang kecil. Hal ini terjadi karena perencanaan tebal perkerasan dengan menggunakan metode Bina Marga pada CBR tanah dasar yang kecil menghasilkan tebal perkerasan yang besar, dengan menggunakan program KENPAVE tebal perkerasan yang besar regangan yang dihasilkan kecil dan dihasilkan jumlah repetisi beban yang besar, sedangkan pada CBR tanah dasar yang besar menghasilkan tebal perkerasan yang kecil sehingga regangan yang di hasilkan besar dan menghasilkan jumlah repetisi beban yang kecil. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan evaluasi yang dilakukan, maka didapat beberapa ringkasan dan kesimpulan antara lain sebagai berikut: 1. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi tebal perkerasan metode empiris Bina Marga Pt T-01-2002-B dengan metode Mekanistik menggunakan program KENPAVE. Perencanaan tebal perkerasan metode Bina Marga Pt T-01-2002-B direncanakan dengan struktur empat lapis dan struktur dua lapis (full depth). Evaluasi dilakukan dengan menghitung regangan yang terjadi pada perkerasan. 2. Tebal perkerasan lentur yang direncanakan dengan metode Bina Marga Pt T-01-2002-B struktur empat lapis pada semua variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih kecil dari repetisi beban rencana. 3. Tebal perkerasan lentur yang direncanakan dengan struktur dua lapis (full depth) jumlah repetisi beban dengan beban lalu lintas rencana 0,5×106 ESAL dengan variasi CBR 2%, 4%, 6%, 8%, 10% lebih besar dari jumlah repetisi beban rencana, untuk beban lalu lintas rencana 25×106 ESAL tebal perkerasan yang dihasilkan menghasilkan jumlah reptisi baban yang lebih besar dari repetisi beban rencana pada variasi CBR 2%, dan 4%, untuk CBR 6%, 8%, dan 10% tebal perkerasan menghasilkan jumlah repetisi baban yang lebih kecil dari yang direncanakan, dan untuk beban lalu lintas rencana 200×106 ESAL tebal Universitas Sumatera Utara perkerasan menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih besar dari repetisi beban rencana hanya pada variasi CBR 2%, pada CBR 4%, 6%, 8%, dan 10% tebal perkerasan menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih kecil dari repetisi beban rencana. 4. Dari hasil evaluasi didapat bahwa jumlah repetisi beban yang dihasilkan tebal perkerasan yang direncanakan dengan metode empiris Bina Marga sangat dipengaruhi oleh ketebalan setiap lapisan perkerasan, semakin tebal lapisan perkerasan semakin besar jumlah repetisi beban, Karena pada metode mekanistik program KENPAVE tebal perkerasan sangat mempengaruhi jumlah repetisi beban. 5. Terdapat perbedaan antara metode empiris Bina Marga dengan metode mekanistik program KENPAVE. Pada metode empiris Bina Marga parameter CBR tanah dasar, beban lalu lintas rencana, nilai reliabilitas, Indeks Permukaan, koefisien drainase dan parameter lainnya menentukan ketebalan perkerasan yang diperlukan, sedangkan pada metode mekanistik program KENPAVE parameter struktural (modulus elastisitas dan poisson ratio), beban statik, dan tebal perkerasan yang menjadi kriteria perencanaan tebal perkerasan. Universitas Sumatera Utara V.2. SARAN 1. Dalam perencanaan tebal perkerasan di Indonesia sebaiknya perlu mempertimbangkan metode mekanistik dalam merencanakan tebal perkerasan, karena metode mekanistik memiliki kelebihan dalam memprediksi jenis kerusakan yang lebih rasional dengan menghitung regangan yang terjadi pada struktur perkerasan. 2. Persamaan analisa kerusakan untuk menghitung jumlah repetisi beban adalah persamaan yang dikeluarkan Asphalt Institute Amerika, apabila digunakan di Indonesia perlu diadakan terlebih dahulu kajian terhadap kesesuaian dengan kondisi Indonesia. Universitas Sumatera Utara BAB II METODE PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR II.1. UMUM Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas[6]. Perkerasan merupakan struktur yang terdiri dari banyak lapisan yang dibuat untuk menambah daya dukung tanah agar dapat memikul repetisi beban lalu lintas sehingga tanah tidak mengalami deformasi yang berarti[13]. Perkerasan atau struktur perkerasan didefenisikan sebagai struktur yang terdiri dari satu atau lebih lapisan perkerasan yang dibuat dari bahan yang memiliki kualitas yang baik[14]. Jadi, perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas[5]. Perkerasan dimaksudkan untuk memberikan permukaan yang halus dan aman pada segala kondisi cuaca, serta tebal dari setiap lapisan harus cukup aman untuk memikul beban yang bekerja di atasnya, oleh karena itu pada waktu penggunaannya diharapkan tidak mengalami kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan kualitas pelayanan lalu lintas. Kinerja perkerasan jalan dilihat dari kemampuan perkerasan itu menerima beban berulang yang bekerja di atasnya. Setiap kali muatan lewat, terjadi deformasi pada permukaan perkerasan. Apabila muatan ini berlebihan atau lapisan pendukung tersebut kehilangan kekuatannya, pengulangan beban menyebabkan terjadinya gelombang atau retakan yang akan berlanjut kepada kualitas keamanan dan kenyamanan dalam berkendara (fungsional) dan akhirnya mengakibatkan keruntuhan pada badan jalan itu sendiri (struktural/wujud perkerasan). Untuk mendapatkan perkerasan yang memiliki daya dukung yang baik dan memenuhi Universitas Sumatera Utara faktor keawetan dan faktor ekonomis yang diharapkan maka perkerasan dibuat berlapis-lapis. Berdasarkan bahan pengikatnya perkerasan jalan dibagi menjadi dua,[11] yaitu : a. Perkerasan lentur (flexible pavement) Perkerasan lentur merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Yang terdiri dari lapisan – lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang dipadatkan. lapis permukaan (surface) lapis pondasi atas (base) lapis pondasi bawah (subbase) tanah dasar (subgrade) Gambar 2.1 Lapisan Perkerasan Lentur b. Perkerasan kaku (rigid pavemet) Perkerasan kaku merupakan suatu susunan konstruksi perkerasan dimana sebagai lapisan atasnya digunakan pelat beton, yang terletak di atas pondasi atau langsung di atas tanah dasar. Lapisan – lapisan perkerasan kaku adalah seperti gambar 2.2 di bawah ini. plat beton (concrete slab) lapis pondasi (subbase) bawah tanah dasar (subgrade) Gambar 2.2 Lapisan Perkerasan Kaku Universitas Sumatera Utara Selain dari kedua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan (composite pavement).[5] c. Perkerasan komposit (composite pavement) Perkerasan komposit merupakan perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur. Perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau sebaliknya. lapis permukaan (surface) plat beton (concrete slab) lapis pondasi (subbase) bawah tanah dasar Gambar 2.3 Lapisan Perkerasan Komposit d. Perbedaan antara perkerasan lentur dan pekerasan kaku Perbedaan antara pekerasan lentur dan perkerasan kaku dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Perkerasan Lentur dan Pekerasan Kaku 1 Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku Aspal Semen Repetisi Timbul rutting (lendutan Timbul retak-retak pada Beban pada jalur roda) permukaan Penurunan Jalan bergelombang Bersifat sebagai balok Tanah Dasar (mengikuti tanah dasar) diatas perletakan Perubahan Modulus kekakuan Modulus kekakuan tidak. Temperatur berubah. Timbul tegangan berubah timbul tegangan dalam yang kecil dalam yang besar Bahan Pengikat 2 3 4 Sumber : Silvia Sukirman (1999) Universitas Sumatera Utara II.2. PERKERASAN LENTUR II.2.1. Lapisan Perkerasan Lentur Lapisan pada perkerasan lentur berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Beban lalu lintas dilimpahkan keperkerasan jalan melalui bidang kontak roda kendaraan berupa beban terbagi rata.[11] Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan dan disebarkan ke tanah dasar. Lapisan konstruksi perkerasan lentur pada umumnya terdiri dari lapis permukaan, lapis pondasi atas, lapisan pondasi bawah, dan tanah dasar. Tiap lapisan mempunyai fungsi masing – masing dalam menerima beban dari lapisan atasnya. a. Lapis Permukaan (surface course) Lapisan permukaan pada umumnya dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Lapisan ini terletak paling atas, yang berfungsi sebagai berikut: Menahan beban roda, oleh karena itu lapisan perkerasan ini harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa layan. Lapisan kedap air, sehingga air hujan tidak meresap ke lapisan di bawahnya yang akan mengakibatkan kerusakan pada lapisan tersebut. Lapis aus, lapisan yang langsung terkena gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus. Universitas Sumatera Utara Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawahnya, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain. Jenis lapis permukaan yang banyak digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut[11]: Burtu (laburan aspal satu lapis), yaitu lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi satu lapis agregat bergradasi seragam dengan tebal maksimal 2 cm. Burda (laburan aspal dua lapis), yaitu lapis penutup yang teridri dari lapisan aspal ditaburi agregat dua kali secara berurutan dengan tebal maksimal 3,5 cm. Latasir (lapis tipis aspal pasir), yaitu lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal 1-2 cm. Lataston (lapis tipis aspal beton), yaitu lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi dan aspal keras dengan perbandingan tertentu dan tebal antara 2 – 3,5 cm. Jenis lapisan di atas merupakan jenis lapisan yang bersifat nonstructural yang berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air. Jenis lapisan berikutnya merupakan jenis lapisan yang bersifat structural yang berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda, antara lain: Universitas Sumatera Utara Penetrasi macadam (lapen), yaitu lapis pekerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Tebal lapisan bervariasi antara 4 – 10 cm. Lasbutag, yaitu lapisan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal lapisan padat antara 3 – 5 cm. Laston (lapis aspal beton), yaitu lapis perkerasan yang terdiri dari campuran aspal keras dengan agregat yang mempunyai gradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Laston terdiri dari 3 macam campuran, Laston Lapis Aus (ACWC), Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (ACBase). Ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19mm, 25mm dan 37,5 mm. Jika campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi masing-masing campuran dan tebal nominal rancangan. b. Lapis Pondasi Atas (base course) Lapisan pondasi atas terletak tepat di bawah lapisan perkerasan, maka lapisan ini bertugas menerima beban yang berat. Oleh karena itu material yang digunakan harus berkualitas tinggi dan pelaksanaan di lapangan harus benar. Fungsi dari base course adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Menyebarkan gaya dari beban roda ke lapisan bawahnya. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. Bantalan terhadap lapisan permukaan. Jenis lapis pondasi atas yang biasa digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut[11]: Agregat bergradasi baik yang dibedakan atas: batu pecah kelas A, batu pecah kelas B, batu pecah kelas C. Batu pecah kelas A bergradasi lebih baik dari batu pecah kelas B dan batu pecah kelas B lebih baik dari batu pecah kelas C. Kriteria dari masing–masing jenis lapisan di atas dapat diperoleh dari spesifikasi yang diberikan. Pondasi macadam Pondasi tellford Penetrasi macadam (Lapen) Aspal beton pondasi Stabilisasi c. Lapis Pondasi Bawah (subbase course) Lapis pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi dan tanah dasar[11]. Fungsi dari lapisan pondasi bawah adalah: Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Effisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatip lebih murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan di atasnya. Mengurangi tebal lapis di atasnya yang materialnya lebih mahal. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi. Universitas Sumatera Utara Lapisan untuk mencegah pertikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas. Jenis pondasi bawah yang biasa digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut[11]: Agregat bergradasi baik, dibedakan atas: Sirtu/pitrun kelas A, Sirtu/pitrun kelas B, Sirtu/pitrun kelas C. Stabilisasi: a). Stabilisasi agregat dengan semen, b). Stabilisasi agregat dengan kapur, c). Stabilisasi tanah dengan semen, d). Stabilisasi tanah dengan kapur. d. Tanah Dasar (subgrade course) Lapisan paling bawah adalah lapisan tanah dasar yang dapat berupa permukaan tanah asli, tanah galian atau tanah timbunan yang menjadi dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Perkerasan lain diletakkan di atas tanah dasar, sehingga secara keseluruhan mutu dan daya tahan seluruh konstruksi perkerasan tidak lepas dari sifat tanah dasar. Tanah dasar harus dipadatkan hingga mencapai tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang baik. Universitas Sumatera Utara II.3. METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR II.3.1 Prinsip Perencanaan Perkerasan Lentur Sebelum tahun 1920-an, desain perkerasan pada dasarnya adalah penentuan ketebalan bahan berlapis yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk tanah dasar yang lunak, perkerasan yang dirancang untuk menghindari kegagalan geser tanah dasar. Para Insinyur menggunakan pengalaman berdasarkan keberhasilan dan kegagalan dari proyek sebelumnya, menjadi pengalaman dan mengembangkannya menjadi beberapa metode seperti metode perencanaan perkerasan berdasarkan kekuatan geser tanah dasar.[16] Sejak saat itu, volume lalu lintas telah meningkat dan kriteria desain telah berubah. Sama pentingnya dengan memberikan dukungan tanah dasar, mengevaluasi kinerja perkerasan sama pentingnya yaitu melalui kualitas perjalanan dan tekanan permukaan yang meningkatkan tingkat kerusakan struktur perkerasan. Kekuatan menjadi titik fokus dari perencanaan perkerasan. Metode berdasarkan serviceability (indeks kualitas pelayanan perkerasan) yang dikembangkan berdasarkan percobaan test track. The AASHO Road Test pada tahun 1960-an melakukan sebuah eksperimen yang mana menjadi panduan desain AASHTO. Metode yang dikembangkan dari data uji laboratorium atau percobaan tes jalur di mana kurva model yang dilengkapi dengan data adalah contoh khas metode empiris. Meskipun metode ini mungkin menunjukkan akurasi yang baik, metode empiris hanya berlaku untuk bahan-bahan dan kondisi iklim dimana metode tersebut dikembangkan. Sementara itu, material baru mulai digunakan dalam struktur perkerasan yang memberikan perlindungan tanah dasar yang baik, tetapi dengan model Universitas Sumatera Utara kegagalan. Kriteria desain baru yang diperlukan untuk memasukkan mekanisme kegagalan tersebut (misalnya, kelelahan retak dan deformasi permanen dalam kasus beton aspal). Metode Asphalt Institute dan metode Shell adalah contoh prosedur berdasarkan kelelahan retak aspal beton dan mode deformasi kegagalan permanen. Metode ini adalah yang pertama untuk menggunakan mekanika teori linear-elastis untuk menghitung respon struktur, dalam kombinasi dengan model empiris untuk memprediksi jumlah kegagalan untuk perkerasan lentur. Dilemanya adalah bahwa bahan perkerasan tidak menunjukkan perilaku sederhana seperti diasumsikan dalam isotropik linear elastis-teori. Nonlinier, waktu dan tergantung temperatur, dan anisotropi adalah beberapa contoh fitur yang rumit yang sering diamati dalam bahan perkerasan. Dalam kasus ini, kemajuan pemodelan diperlukan untuk memprediksi kinerja mekanis. Pendekatan desain mekanistik didasarkan pada teori mekanika dan berhubungan dengan perilaku perkerasan struktural dan kinerja untuk beban lalu lintas dan pengaruh lingkungan. Telah terjadi kemajuan dalam beberapa tahun terakhir pada bagian kecil dari masalah prediksi kinerja mekanistik, tetapi pada kenyataannya adalah metode mekanistik belum tersedia sepenuhnya dalam prakteknya untuk perencanaan perkerasan. Pada kenyataannya di lapangan metode yang digunakan adalah metode mekanistik empiris, yaitu metode campuran dari metode empiris dan metode mekanistik. Jadi, secara umum ada tiga metode dalam perencanaan perkerasan lentur, yaitu metode empiris, metode mekanistik, dan metode mekanistik empiris. Universitas Sumatera Utara II.3.2. Metode Empiris Metode empiris dikembangkan berdasarkan pengalaman penelitian dari jalan-jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau dari jalan yang sudah ada.[7] Sebuah pendekatan desain empiris adalah desain yang didasarkan pada hasil percobaan atau pengalaman. Pengamatan digunakan untuk membangun korelasi antara input dan hasil dari proses. Misalnya, desain perkerasan dan performa. Pendekatan empiris sering digunakan sebagai pembantu ketika terlalu sulit untuk mendefinisikan secara teoritis penyebab dan efek hubungan yang tepat dari fenomena.[16] Metode empiris diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu metode empiris tanpa uji kekuatan tanah dan metode empiris dengan tes kekuatan tanah, Penggunaan metode empiris tanpa uji kekuatan tanah berasal dari pengembangan Public Roads (PR) sistem klasifikasi tanah, di mana tanah dasar tersebut diklasifikasikan menjadi seragam dari A-1 sampai A-8 dan seragam dari B-1 sampai B-3. Sistem PR kemudian dimodifikasi oleh Highway Research Board (HRB), di mana tanah dikelompokkan dari A-1 sampai A-7 dan ditambahkan grup indeks untuk membedakan kelompok masing-masing tanah. Steele membahas penerapan klasifikasi HRB dan grup indeks sebagai dasar dalam memperkirakan tebal perkerasan tanpa tes kekuatan. Metode empiris dengan Uji Kekuatan pertama kali digunakan oleh California Highway Department pada tahun 1929. Ketebalan perkerasan berhubungan dengan California Bearing Ratio (CBR). CBR didefinisikan sebagai ketahanan penetrasi tanah dasar relatif terhadap standar batu pecah. Desain metode CBR dipelajari secara luas oleh U. S. Corps of Engineers Universitas Sumatera Utara selama Perang Dunia II dan menjadi metode yang sangat populer setelah perang.[7] Kerugian dari metode empiris adalah metode ini hanya dapat diterapkan pada satu daerah atau lingkungan, material, dan kondisi pembebanan. Jika kondisi ini berubah, desain tidak berlaku lagi, dan metode baru harus dikembangkan melalui percobaan Trial and Error untuk menyesuaikan dengan kondisi yang baru. II.3.3. Metode Mekanistik Metode mekanistik adalah suatu metoda yang mengembangkan kaidah teoritis dari karakteristik material perkerasan, dilengkapi dengan perhitungan secara eksak terhadap respons struktur perkerasan terhadap beban sumbu kendaraan. Metode mekanistik mengasumsikan perkerasan jalan menjadi suatu struktur “multi-layer (elastic) structure” untuk perkerasan lentur dan suatu struktur “beam on elastic foundation” untuk perkerasan kaku. Akibat beban kendaraan yang bekerja diatasnya, yang dalam hal ini dianggap sebagai beban statis merata, maka akan timbul tegangan (stress) dan regangan (strain) pada struktur tersebut. Lokasi tempat bekerjanya tegangan/regangan maksimum akan menjadi kriteria perancangan tebal struktur perkerasan metoda perancangan tebal perkerasan lentur secara mekanistik. II.3.4. Metode Mekanistik-Empiris Metode mekanistik empiris adalah metode dengan Pendekatan hybrid atau campuran. Model empiris yang digunakan untuk mengisi kesenjangan yang ada antara teori mekanik dan performa struktur perkerasan. Respon mekanistik sederhana yang mudah untuk dihitung dengan asumsi dan penyederhanaan (yaitu, Universitas Sumatera Utara materi homogen, analisis regangan kecil, pembebanan statis seperti biasanya diasumsikan dalam teori elastis linier), tetapi ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi performa secara langsung, beberapa jenis model empiris dibutuhkan untuk membuat korelasi yang tepat. Metode mekanistik-empiris dianggap sebagai langkah penengah antara metode empiris dan metode mekanistik.[16] Metode desain mekanistik-empiris didasarkan pada mekanika bahan yang berhubungan dengan data yang diperlukan seperti beban roda, respon perkerasan, seperti tegangan dan regangan. Nilai respon digunakan untuk memprediksi tekanan dari tes laboratorium dan data kinerja lapangan. Sangat perlu dilakukan pengamatan pada kinerja perkerasan karena teori saja belum terbukti cukup untuk desain perkerasan secara realistis. Kerkhoven dan Dormon pertama kali menyarankan penggunaan regangan tekan vertikal pada permukaan tanah dasar sebagai kriteria kegagalan untuk mengurangi deformasi permanen[7]. Saal dan Pell merekomendasikan penggunaan regangan tarik horisontal di bawah lapisan aspal untuk meminimalkan kelelahan retak, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4. Penggunaan konsep untuk desain perkerasan pertama kali disajikan di Amerika Serikat oleh Dormon dan Metcalf [7]. Gambar 2.4 Regangan pada perkerasan lentur Universitas Sumatera Utara Penggunaan regangan tekan vertikal untuk mengontrol deformasi permanen didasarkan pada fakta bahwa regangan plastis sebanding dengan regangan elastis pada bahan perkerasan[7]. Dengan demikian, dengan membatasi regangan elastis pada tanah dasar, regangan elastis pada bahan di atas tanah dasar juga dapat dikontrol atau dikendalikan, maka, besarnya deformasi permanen pada permukaan perkerasan juga dapat dikendalikan dan dikontrol pada akhirnya. Kedua kriteria telah diadopsi oleh Shell Petroleum International, dan oleh Asphalt Institute [7] . Pada metode mekanistik-empiris yang mereka ciptakan, keuntungan dari metode mekanistik adalah peningkatan reliabilitas dari desain, kemampuan untuk memprediksi jenis kerusakan, dan kemungkinan untuk memperkirakan data dari lapangan dan laboratorium yang terbatas. Sedangkan kelemahan desain secara mekanistik adalah penentuan karakteristik struktural bahan perkerasan lentur yang memerlukan alat uji mekanistik yang relatif mahal. II.4. TEORI SISTEM LAPIS BANYAK Teori sistem lapis banyak adalah konsep metode mekanistik dalam desain struktur perkerasan. Respon dari perkerasan yaitu tegangan, regangan, dan lendutan sebagai sistem struktur multi-lapisan terhadap beban roda kendaraan diilustrasikan pada gambar 2.5. Bebarapa asumsi yang biasanya digunakan dalam perhitungan respon struktur perkerasan yang sederhana adalah sebagai berikut[12]: Pada struktur perkerasan, setiap lapisan memiliki ketebalan tertentu, kecuali tanah dasar yang tebalnya dianggap tak terhingga. Sedangkan, lebar setiap lapisan perkerasan juga dianggap tak terbatas. Universitas Sumatera Utara Sifat-sifat bahan dari setiap lapisan perkerasan adalah isotropik, yakni sifat bahan di setiap titik tertentu dalam setiap arah. Sifat-sifat bahan dari setiap lapisan perkerasan dianggap homogen. Contohnya sifat di titik Ai sama dengan sifat-sifat bahan di titik Bi. Lapisan linear elastis, linear maksudnya hubungan antara regangan dan tegangan dianggap linear, dan elastis maksudnya apabila tegangan yang diberikan kemudian dihilangkan, regangan dapat kembali ke bentuknya semula. Sifat-sifat bahan diwakili oleh dua parameter struktural, yaitu modulus resilient (E atau MR) dan konstanta Poisson (µ) Friksi antara lapisan perkerasan dianggap baik atau tidak terjadi slip. Beban roda kendaraan dianggap memberikan gaya vertikal yang seragam terhadap perkerasan dengan bidang berbentuk lingkaran. Gambar 2.5. Sistem Lapis Banyak Universitas Sumatera Utara Terdapat tiga sistem dalam metode sistem lapis banyak yaitu sebagai berikut: II.4.1. Sistem Satu Lapis Dalam sistem struktur satu lapisan, struktur perkerasan dan tanah dasar dianggap sebagai satu kesatuan struktur dengan bahan yang homogen. Untuk menganalisa tegangan (stress), regangan (strain) dan defleksi digunakan persamaan Boussinesq dengan asumsi lapisan bersifat homogen, isotropik. ........................................................................................... (2.1) ........................................................................... (2.2) µ 1,H1,E1 Gambar 2.6. sistem satu lapis Ringkasan rumus-rumus tegangan, regangan, dan lendutan untuk struktur yang homogen akibat beban merata (p) pada bidang kontak lingkaran berjari-jari (a) dapat dilihat pada tabel 2.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Ringkasan rumus sistem satu lapis Sumber:Rekayasa Struktur dan Bahan Perkerasan (Modul II)Oleh Dr. Ir. Djunaedi Kosasih, M.Sc. III.4.2. Sistem Dua Lapis Sistem struktur dua lapisan dapat memodelkan struktur perkerasan dengan membedakan tanah dasar dari lapisan-lapisan perkerasan di atasnya, atau dengan membedakan lapisan aspal dari lapisan agregat (termasuk tanah dasar). Dalam pemecahan masalah dua lapis, beberapa asumsi dibuat batas dan kondisi sifat bahan, yaitu homogen, isotropik dan elastik. Lapisan permukaan diasumsikan tidak terbatas tetapi kedalaman Universitas Sumatera Utara lapisan terbatas. Sedangkan lapisan bawahnya tidak terbatas baik arah horisontal maupun vertikal. Nilai tegangan dan defleksi didapat dari perbandingan modulus elastisitas setiap lapisan E1 / E2. µ 1,H1,E 1 µ 2,H2,E2 Gambar 2.7. struktur dua lapisan Gambar 2.8. Distribusi Tegangan vertikal dalam system struktur dua lapisan Universitas Sumatera Utara III.4.3. Sistem Tiga Lapis Tegangan – tegangan yang terjadi di setiap lapis pada axis simetri sistem tiga lapis dapat dilihat pada gambar 2.9. Tegangan – tegangan yang terjadi meliputi: σz1 : tegangan vertikal interface 1 σz2 : tegangan vertikal interface 2 σr1 : tegangan horisontal pada lapisan 1 bagian bawah σr2 : tegangan horisontal pada lapisan 2 bagian bawah σr3 : tegangan horisontal pada lapisan 3 bagian atas µ 2,H2,E2 µ 3,H3,E3 µ 1,H1,E1 Gambar 2.9. Tegangan Sistem Tiga Lapis Untuk menghitung besarnya nilai tegangan vertikal diperlukan grafik. Sedangkan untuk menghitung besarnya nilai tegangan horisontal diperlukan tabel tegangan faktor. Dalam menghitung nilai tegangan, baik vertikal maupun horisontal pada grafik dan diperlukan nilai di bawah: ................................................................................................... (2.3) ………………………………………………………………... (2.4) Universitas Sumatera Utara ………………………………………………………………….(2.5) ………………………………………………………………….(2.6) Dalam menentukan σz1 dan σz2 diperlukan grafik. Dari grafik tersebut didapat nilai faktor tegangan (ZZ1 atau ZZ2) yang didapatkan dengan memasukkan parameter di atas. Untuk perhitungan tegangan vertikal digunakan rumus sebagai berikut: z1= p(ZZ1)…………………………………………………………….(2.7) z2= p(ZZ2) …………………………………………………….……...(2.8) Sedangkan untuk tegangan horisontal σr1, σr2, dan σr3 dapat diperoleh juga dari tabel. Pada tabel tersebut didapatkan nilai (ZZ1 – RR1), (ZZ2– RR2), (ZZ3 – RR3), maka diperlukan rumus : z1 − σr1= p(ZZ1 – RR1) ………………………………………………(2.9) z2 − σr2= p(ZZ2 - RR2) ……………………………………………..(2.10) Untuk menghitung regangan tarik horizontal di bawah lapis permukaan menggunakan rumus: …………………………………………..……...(2.11) Universitas Sumatera Utara II.5. PEMODELAN LAPISAN PERKERASAN Sistem lapis banyak atau model lapisan elastis dapat menghitung tekanan dan regangan pada suatu titik dalam suatu struktur perkerasan. Model ini berasumsi bahwa setiap lapis perkerasan memiliki sifat-sifat seperti homogen, isotropis dan linear elastik yang berarti akan kembali ke bentuk aslinya ketika beban dipindahkan. Dalam permodelan lapis perkerasan jalan dengan model lapisan elastis ini diperlukan data input untuk mengetahui tegangan dan regangan pada struktur perkerasan dan respon terhadap beban. Paramer – parameter yang digunakan adalah: a. Parameter setiap lapis Modulus Elastisitas Hampir semua bahan adalah elastis, artinya dapat kembali ke bentuk aslinya setelah direnggangkan atau ditekan. Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan suatu benda. Modulus elastisitas biasa disebut juga Modulus Young dan dilambangkan dengan E. …………………………………………………….….(2.12) E = Modulus Elastsitas ; Psi atau kPa σ = Tegangan ; kPa ε = Regangan Modulus elastisitas untuk suatu benda mempunyai batas regangan dan tegangan elastisitasnya. Grafik tegangan dan regangan dapat dilihat pada gambar 2.10. batas elastisitas suatu bahan bukan sama dengan kekuatan bahan tersebut menanggung tegangan atau regangan, Universitas Sumatera Utara melainkan suatu ukuran dari seberapa baik suatu bahan kembali ke ukuran dan bentuk aslinya. Gambar 2.10. Modulus Elastisitas Tabel 2.3. Nilai-Nilai Elastisitas Material Modulus Elastisitas Psi Kpa Permata 170000000 1200000000 Baja 30000000 210000000 Aluminium 10000000 7000000 Kayu 1000000 – 2000000 7000000 – 14000000 Batu 20000 – 40000 140000 – 280000 Tanah 5000 – 20000 35000 – 14000 karet 1000 7000 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4. Nilai Elastisitas Tipikal Modulus Elastisitas Material Psi Kpa Cement treated granular base 1000000 – 2000000 7000000 – 14000000 Cement aggregate mixtures 500000 – 1000000 3500000 – 7000000 Asphalt treated base 70000 – 450000 4900000 – 3000000 Asphalt concrete 20000 – 2000000 140000 – 14000000 Bituminous stabilized mixture 40000 – 300000 280000 – 2100000 Lime stabilized 20000 – 70000 140000 – 490000 Unbound granular materials 15000 – 45000 105000 – 315000 Fine 3000 – 40000 21000 – 280000 grained or natural subgrade material Poisson Ratio Salah satu parameter penting yang digunakan dalam analisa elastis dari sistem perkerasan jalan adalah Perbandingan Poisson ratio. Perbandingan Poison digambarkan sebagai rasio garis melintang sampai regangan bujur dari satu spesimen yang dibebani. Konsep ini digambarkan di dalam Gambar. Di dalam terminologi realistis, perbandingan Poisson dapat berubah-ubah pada awalnya 0 sampai sekitar 0.5 (artinya tidak ada volume berubah setelah dibebani). Tabel 2.5. Nilai Poisson Ration Material Poisson ratio 0.25 – 0.3 Baja Aluminium 0.33 0.15 – 0.2 PCC Perkerasan lentur Asphalt concrete 0.35 (±) Universitas Sumatera Utara Batu pecah 0.40 (±) Tanah (gradasi baik) 0.45 (±) Gambar 2.11. Poisson Ratio b. Ketebalan Lapisan Ketebalan setiap lapisan diperlukan dalam teori sistem lapis banyak sebagai input dalam penyelasaian menggunakan program. Ketebalan setiap lapis dalam satuan cm atau inch. Universitas Sumatera Utara c. Kondisi beban Data ini terdiri dari data beban roda, P (KN/Lbs) , tekanan ban, q (Kpa / Psi) dan khusus untuk sumbu roda belakang , jarak antara roda ganda, d (mm/inch). Nilai q dan nilai d pada prinsipnya dapat ditentukan sesuai dengan data spesifikasi teknis dari kendaraan yang digunakan .Sedangkan nilai P dipengaruhi oleh barang yang diangkut oleh kenderaan. Nilai P pada sumbu roda belakang dan pada sumbu roda depan juga berbeda. Dengan metode analitis kedua beban sumbu roda depan dan sumbu roda belakang dapat dianalisis secara bersamaan. Analisis struktural perkerasan yang akan dilakukan pada langkah selanjutnya juga memerlukan jari-jari bidang kontak, a (mm,inch) antara roda bus dan permukaan perkerasan yang dianggap berbentuk lingkaran. ………………………………………………..……(2.13) a = jari-jari bidang kontak P = beban kendaraan q = tekanan beban Nilai yang akan dihasilkan dari permodelan lapis perkerasan dengan sistem lapis banyak adalah nilai tegangan, regangan dan lendutan. a. Tegangan. Intensitas internal di dalam struktur perkerasan pada berbagai titik. Tegangan satuan gaya per daerah satuan (N/m2, Pa atau psi). Universitas Sumatera Utara b. Regangan, pada umumnya menyatakan sebagai rasio perubahan bentuk dari bentuk asli (mm/mm atau in/in). Karena regangan di dalam perkerasan adalah sangat kecil, dinyatakan dalam microstrain (10-6). c. Defleksi/lendutan. Perubahan linier dalam suatu bentuk. Defleksi dinyatakan di dalam satuan panjang (μm atau inchi atau mm). Penggunaan program komputer analisis lapisan elastis akan memudahkan untuk menghitung tegangan, regangan, dan defleksi di berbagai titik dalam suatu struktur perkerasan. Beberapa titik penting yang biasa digunakan dalam analisa perkerasan adalah sebagai berikut: Tabel 2.6. analisa struktur perkerasan Lokasi Permukaan Respon Defleksi perkerasan Bawah Analisa struktur perkerasan Digunakan dalam desai lapis tambah lapisan Regangan perkerasan horizontal Bagian atas tanah Regangan dasar/bawah lapis vertikal tarik Digunakan untuk memprediksi retak fatik pada lapis permukaan tekan Digunakan untuk memprediksi kegagalan rutting yang terjadi pondasi bawah .. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.12. lokasi analisa struktur perkerasan II.6. ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN Analisa kerusakan perekerasan yang akan dibahas adalah retak fatik (fatigue cracking) dan rutting. Kerusakan perkerasan disebabkan oleh beban kendaraan. Jenis kerusakan retak fatik dilihat berdasarkan nilai regangan tarik horizontal pada lapis permukaan aspal bagian bawah akibat beban pada permukaan perkerasan dan jenis kerusakan rutting dilihat berdasarkan nilai regangan tekan di bagian atas lapis tanah dasar atau di bawah lapis pondasi bawah. Dari nilai kedua jenis kerusakan struktur tersebut dapat diketahui jumlah repetisi beban (Nf) berdasarkan nilai regangan tarik horizontal bagian bawah lapis permukaan aspal dan nilai regangan tekan di bawah lapis pondasi bawah atau di Universitas Sumatera Utara atas tanah dasar. Ada beberapa persamaan yang telah dikembangkan untuk memprediksi jumlah repetisi beban ini, antara lain persamaan dari The Asphalt Institute, Shell, dan persamaan yang dirumuskan oleh Finn et al[1]. II.6.1. Retak lelah / Fatigue Kerusakan retak fatig meliputi bentuk perkembangan dari retak dibawah beban berulang dan kegagalan ini biasanya ditemukan saat permukaan perkerasan tertutup oleh retakan dengan persentase yang tinggi. Pembebanan ulang yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan material menjadi lelah dan dapat menimbulkan cracking walaupun tegangan yang terjadi masih dibawah batas ultimate-nya. Untuk material perkerasan, beban berulang berasal dari lintasan beban (as) kendaraan yang terjadi secara terus menerus, dengan intensitas yang berbeda-beda dan bergantung kepada jenis kendaraan dan terjadi secara random. Model Retak The Asphalt Institute (1982) Persamaan retak fatik perkerasan lentur untuk mengetahui jumlah repetisi beban berdasarkan regangan tarik di bawah lapis permukaan adalah sebagai berikut[4]: Nf=0.0796 (εt )-3.291(E)-0.854 ............................................................(2.14) Nf = jumlah repetisi beban εt = regangan tarik pada bagian bawah lapis permukaan EAC = modulus elastis lapis permukaan Universitas Sumatera Utara Model Retak Shell Pavement Design Manual Berdasarkan hasil AASHTO road test, manual perencanaan perkerasan Shell mengembangkan persamaan sebagai berikut: Nf = 0.0685 (εt )-5.671 (E1)-2.363 ........................................................(2.15) Nf = jumlah beban 18-kip ESALs t = regangan tarik di bawah lapisan aspal (AC) E1 =modulus resilient lapisan AC Model Retak Finn et al Persamaan untuk mengetahui jumlah repetisi beban berdasarkan regangan tarik di bawah lapis permukaan adalah sebagai berikut: Log Nf = 15.947 - 3.291 log - 0.854 log ...................(2.16) Nf = jumlah repetisi beban εt = regangan tarik pada bagian bawah lapis permukaan E = modulus elastis lapis permukaan II.6.2. Retak Alur / Rutting Retak alur “rutting” yang terlihat pada permukaan perkerasan, merupakan akumulasi dari semua deformasi plastis yang terjadi, baik dari lapis beraspal, lapis agregat (pondasi) dan lapis tanah dasar. Kriteria “rutting” merupakan kriteria kedua yang digunakan dalam Metoda Analitis-Mekanistik, untuk menyatakan keruntuhan struktur perkerasan akibat beban berulang. Nilai rutting maksimum harus dibatasi, agar tidak membahayakan bagi pengendara saat melalui lokasi rutting tersebut, terutama pada kecepatan tinggi. Deformasi plastis pada campuran beraspal, akibat pembebanan berulang, dapat diukur Universitas Sumatera Utara dilaboratorium menggunakan beberapa macam alat. Sedangkan “total rutting” harus dihitung untuk seluruh struktur perkerasan, mulai dari lapis permukaan, lapis pondasi sampai lapis tanah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% dari “total rutting” diakibatkan oleh penurunan (settlement) yang terjadi pada tanah dasar, sehingga critical value kedua dalam Metoda AnalitisMekanistik adalah “compression strain” yang terjadi pada titik teratas dari lapis tanah dasar. Deformasi permanen dapat diketahui setiap lapisan dari struktur, membuat lebih sulit untuk memprediksi dibanding retak lelah. Ukuran-ukuran kegagalan yang ada dimaksudkan untuk alur bahwa dapat ditujukan kebanyakan pada suatu struktur perkerasan yang lemah. Ini adalah pada umumnya dinyatakan dalam kaitannya dengan menggunakan istilah regangan vertikal (εv ) yang berada di atas dari lapisan tanah dasar. Model Rutting The Asphalt Institue (1982) Persamaan untuk mengetahui jumlah repetisi beban berdasarkan regangan tekan di bawah lapis pondasi bawah adalah sebagai berikut[4]: Nd = 1.365x10-9(εc)-4.477 ................................................................(2.17) Nd = jumlah repetisi beban εc = regangan tekan pada bagian bawah lapis pondasi bawah Model rutting Shell Pavement Design Manual Berdasarkan hasil AASHTO road test, manual perencanaan perkerasan Shell mengembangkan persamaan sebagai berikut: Nf = 6.15 × 1017 ( εv )4.0……………………………………….….(2.18) Nf = Jumlah beban ijin untuk membatasi deformasi permanen εv = regangan vertikal maksimum di atas tanah dasar Universitas Sumatera Utara Model Rutting Finn et al Finn et al. Mengembangkan model rutting ini untuk perkerasan lentur dengan menggunakan jumlah repetisi beban 18-Kip ESAL, tegangan tekan vertikal, dan defleksi permukaan sebagai berikut: o Lapisan AC < 152 mm (6 in): Log RR = -5.617 + 4.343 log d – 0.16 log (N18) – 1.118 log (σc)………………………………………………...(2.19) o Lapisan AC ≥ 152 mm (6 in): Log RR = -1.173 + 0.717 log d–0.658 log (N18) – 0.666 log(σc)……………………………………………..(2.20) d = defleksi permukaan, mils (10-3in) N18 = nilai ekivalen dari 18-kips beban sumbu tunggal σc = tegangan tekan vertikal pada pertemuan AC dan subbase atau subgrade Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia adalah pembangunan jalan Daendels pada Zaman Belanda, yang di bangun dari Anyer di Banten Sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur yang diperkirakan sepanjang 1000 km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada akhir abad 18. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi dan dimasa tanam paksa untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi. Jalan Daendels tersebut belum direncanakan secara teknis baik geometrik maupun perkerasannya. Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada jaman keemasan Romawi. Pada saat itu telah mulai dibangun jalan-jalan yang terdiri dari beberapa lapis perkerasan.[6] Konstruksi perkerasan jalan saat ini pada umumnya ada dua jenis yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Selain dari kedua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis gabungan (composite pavement) yaitu perpaduan antara lentur dan kaku. Perencanaan konstruksi perkerasan juga dapat dibedakan antara perencanaan untuk jalan baru dan untuk peningkatan (jalan lama yang sudah pernah diperkeras).[5] Pada saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satunya adalah pembangunan jalan baru dan perbaikan jalan lama (peningkatan) untuk sarana transportasi darat. Dari tahun ke tahun jumlah Universitas Sumatera Utara jalan yang akan dibangun dan diperbaiki semakin meningkat seiring dengan pesatnya pertumbuhan sarana transportasi, khususnya transportasi darat. I.2. LATAR BELAKANG Jaringan Jalan Raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerahdaerah terpencil.[5] Persyaratan dasar suatu perkerasan jalan pada hakekatnya adalah dapat menyediakan lapisan permukaan yang selalu rata, konstruksi yang kuat, sehingga dapat menjamin kenyamanan dan keamanan yang tinggi untuk masa pelayanan (umur jalan) yang cukup lama yang memerlukan pemeliharaan sekecil-kecilnya dalam berbagai keadaan.[5] Sehingga sangat diperlukan perencanaan perkerasan jalan yang baik dengan melakukan kajian dan penelitian tentang perkerasan lentur. Di Indonesia metode yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan jalan adalah metode empiris Analisa Komponen 1987 yang telah digunakan sejak lama di Indonesia. Metode Analisa Komponen 1987 adalah metode yang bersumber dari AASHTHO ’72 dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi berbagai faktor di Indonesia. Metode Analisa Komponen 1987 merupakan acuan yang digunakan di Indonesia sampai akhirnya dikeluarkan Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pt. T-01-2002-B yang bersumber dari AASHTHO 1993 dan Manual Universitas Sumatera Utara Desain Perkerasan Jalan No. 22.2 /KPTS/Db/2012 yang merupakan pelengkap pedoman desain perkerasan Pt. T-01-2002-B.[8] Mulai akhir tahun 70-an, bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi ISAP di Ann Harbour, Michigan Amerika Serikat, diperkenalkan beberapa Metoda Mekanistik oleh beberapa peneliti dan universitas terkemuka didunia. Secara umum, metoda desain analitis lebih baik dibandingkan dengan metoda desain empiris karena dapat menganalisis kondisi lingkungan setempat dengan lebih rasional dan dapat menyeimbangkan antara geometrik struktur perkerasan dengan kualitas bahan perkerasan yang tersedia.[2] Prinsip utama dari Metode Mekanistik adalah mengasumsikan perkerasan jalan menjadi suatu struktur “multi-layer (elastic) structure” untuk perkerasan lentur dan suatu struktur “beam on elastic foundation” untuk perkerasan kaku. Akibat beban kendaraan yang bekerja diatasnya, yang dalam hal ini dianggap sebagai beban statis merata, maka akan timbul tegangan (stress) dan regangan (strain) pada struktur tersebut. Lokasi tempat bekerjanya tegangan/regangan maksimum akan menjadi kriteria perancangan tebal struktur perkerasan. Tegangan (stress), regangan (strain), dan lendutan (deflection) adalah respon dari material perkerasan yang mengalami pembebanan.[9] Perhitungan respon Tegangan (stress), regangan (strain), dan lendutan (deflection) pada setiap lapisan untuk suatu perkerasan adalah sangat kompleks yang membutuhkan ketelitian sangat tinggi sehingga akan rumit dilakukan dengan cara manual. Untuk itu diperlukan perhitungan dengan menggunakan bantuan komputer. Universitas Sumatera Utara Salah satu program bantu komputer yang sudah ada adalah program KENPAVE yang dikembangkan oleh Dr. Yang H. Huang P.E Professor Emeritus of Civil Engineering University of Kentucky. Program ini merupakan program analisis untuk perkerasan yang berdasarkan pada metode mekanistik[7]. Program KENPAVE memiliki keunggulan dari program lain karena program ini lebih user friendly, dapat dijalankan dengan mudah dengan memasukkan input yang diperlukan, dan program ini dapat menganalisis perkerasan sampai 19 lapisan. I.3. PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN Dalam penelitian ini akan dilakukan perencanaan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan metode Bina Marga Pt T-01-2002-B. Pada metode Bina Marga akan dilakukan perhitungan dengan variasi beban lalu lintas dan variasi nilai CBR sehingga menghasilkan perbedaaan tebal perkerasan. Tebal perkerasan dievaluasi menggunakan program KENPAVE. I.4. TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Merencanakan tebal perkerasan lentur menggunakan metode Bina Marga dengan memvariasikan beban lalu lintas rencana dan nilai CBR. 2. Merencanakan tebal perkerasan lentur metode Bina Marga dengan struktur empat lapis dan struktur dua lapis (full depth). 3. Mengevaluasi tebal perkerasan yang dihasilkan metode Bina Marga menggunakan program KENPAVE. Universitas Sumatera Utara Manfaat dari penelitian ini agar dapat dijadikan referensi dalam suatu perencanaan struktur perkerasan lentur. I.5. BATASAN MASALAH Penelitian ini mempunyai ruang lingkup dan batasan masalah sebagai berikut : 1. Metode yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan lentur adalah metode Bina Marga Pt T-01-2002-B. 2. Menggunakan metode mekanistik Multilayer Sistem dengan menggunakan program KENPAVE. 3. Struktur perkerasan lentur direncanakan berupa struktur empat lapis dan struktur dua lapis (full depth). 4. Parameter yang divariasikan pada Metode Bina Marga adalah nilai CBR dan nilai beban lalu lintas rencana, parameter lainnya ditetapkan dengan asumsi berdasarkan kondisi yang sering terjadi. 5. Analisa perhitungan menggunakan data-data asumsi. I.6. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi pada tugas akhir ini berisi kajian mengenai metode perencanaan tebal perkerasan lentur, metode Bina Marga Pt T-01-2002-B dan program KENPAVE. Metodologi analisis yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Melakukan studi umum yang berhubungan dengan struktur perkerasan, metode perencanaan, dan analisa kerusakan fatik dan ruting pada perkerasan lentur. b. Perencanaan tebal lapis perkerasan lentur dengan menggunakan metode Bina Marga Pt T-01-2002-B. c. Memvariasikan nilai beban lalu lintas dan nilai CBR dalam perencanaan tebal perkerasan metode Bina Marga. d. Merencanakan tebal perkerasan lentur metode Bina Marga dengan struktur empat lapis dan struktur dua lapis (full depth). e. Evaluasi tebal perkerasan yang dihasilkan metode Bina Marga dengan menggunakan program KENPAVE. f. Analisa repetisi beban yang dihasilkan program KENPAVE dengan repetisi beban rencana. g. Pengambilan kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya. I.7. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam studi ini, di dalam penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Merupakan rancangan yang akan dilakukan yang meliputi tinjauan umum, latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Universitas Sumatera Utara BAB II METODE PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR Menjelaskan berhubungan teori dengan tentang struktur perkerasan, perkerasan studi lentur, umum yang metode-metode perencanaan tebal perkerasan, teori sistem lapis banyak, pemodelan lapisan perkerasan, dan analisa kerusakan perkerasan. BAB III PROGRAM KENPAVE DAN METODE BINA MARGA PtT-01-2002-B Pada bab ini berisi tentang uraian tentang program KENPAVE, tahapan evaluasi menggunakan program KENPAVE, uraian metode Bina Marga Pt T-01-2002-B, dan prosedur perencanaan tebal perkerasan metode Bina Marga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Bab 4 Hasil dan Pembahasan ini berisi tentang perencanaan tebal perkerasan metode Bina Marga dan evaluasi menggunakan program KENPAVE. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang telah diperoleh dari pembahasan pada bab sebelumnya dan saran mengenai hasil penelitian yang dapat dijadikan masukan. Universitas Sumatera Utara Mulai Studi Pustaka Perencanaan Tebal Perkerasan lentur Metode Bina Marga Variasi Nilai ESAL Variasi Nilai CBR Tebal Perkerasan Evaluasi Menggunakan Program KENPAVE Nilai Tegangan dan Regangan Repetisi Beban Lalu lintas Nf dan Nd Analisa Nf dan Nd terhadap Nrencana Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 1.1. Diagram Flowchart Pengerjaan Tugas Akhir Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Perencanaan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan metode Bina Marga Pt-T-01-2002-B dievaluasi dengan menggunakan program KENPAVE bagian KENLAYER. Evaluasi dilakukan dengan menghitung regangan tarik horisontal di bawah lapisan permukaan dan regangan tekan dibawah lapisan pondasi bawah atau di atas tanah dasar, sehingga didapat jumlah repetisi beban dengan menggunakan analisa kerusakan struktur perkerasan fatigue dan rutting. Pada metode Bina Marga Pt-T-01-2002-B dilakukan perencanaan dengan memberikan variasi nilai CBR tanah dasar, dan variasi beban lalu lintas rencana. Variasi nilai CBR tanah dasar ditetapkan sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%, sedangkan untuk variasi beban lalu lintas rencana ditetapkan sebesar 0.5 × 106 ESAL, 25 × 106 ESAL, dan 200 × 106 ESAL. Tebal perkerasan yang direncanakan dengan metode Bina Marga juga akan direncanakan dengan struktur empat lapis dan struktur dua lapis (full depth) sehingga menghasilkan 30 jenis tebal perkerasan yang berbeda untuk selanjutnya tebal perkerasan tersebut dievaluasi dengan menggunakan program KENPAVE. Dari hasil evaluasi dengan menggunakan program KENPAVE tebal perkerasan lentur yang direncanakan dengan metode Bina Marga Pt T-01-2002-B struktur empat lapis untuk semua variasi menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih kecil dari jumlah repetisi beban yang direncanakan, sedangkan tebal perkerasan struktur dua lapis pada variasi (CBR 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, beban lalu lintas rencana 0.5×106 ESAL), variasi (CBR 2%, 4%, beban lalu lintas 25×106 ESAL), dan variasi (CBR 2%, beban lalu lintas 200×106 ESAL) menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih besar dari repetisi beban rencana, pada variasi (CBR 6%, 8%, 10%, beban lalu lintas 25×106 ESAL), dan variasi (CBR4%, 6%, 8%, 10%, beban lalu lintas 200×106 ESAL) menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih kecil dari repetisi beban yang direncanakan. Kata Kunci: Perkerasan Lentur, Bina Marga Pt T-01-2002-B, KENPAVE Universitas Sumatera Utara EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T-01-2002-B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil KHAIRI FADHLAN 08 0404 013 BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Perencanaan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan metode Bina Marga Pt-T-01-2002-B dievaluasi dengan menggunakan program KENPAVE bagian KENLAYER. Evaluasi dilakukan dengan menghitung regangan tarik horisontal di bawah lapisan permukaan dan regangan tekan dibawah lapisan pondasi bawah atau di atas tanah dasar, sehingga didapat jumlah repetisi beban dengan menggunakan analisa kerusakan struktur perkerasan fatigue dan rutting. Pada metode Bina Marga Pt-T-01-2002-B dilakukan perencanaan dengan memberikan variasi nilai CBR tanah dasar, dan variasi beban lalu lintas rencana. Variasi nilai CBR tanah dasar ditetapkan sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%, sedangkan untuk variasi beban lalu lintas rencana ditetapkan sebesar 0.5 × 106 ESAL, 25 × 106 ESAL, dan 200 × 106 ESAL. Tebal perkerasan yang direncanakan dengan metode Bina Marga juga akan direncanakan dengan struktur empat lapis dan struktur dua lapis (full depth) sehingga menghasilkan 30 jenis tebal perkerasan yang berbeda untuk selanjutnya tebal perkerasan tersebut dievaluasi dengan menggunakan program KENPAVE. Dari hasil evaluasi dengan menggunakan program KENPAVE tebal perkerasan lentur yang direncanakan dengan metode Bina Marga Pt T-01-2002-B struktur empat lapis untuk semua variasi menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih kecil dari jumlah repetisi beban yang direncanakan, sedangkan tebal perkerasan struktur dua lapis pada variasi (CBR 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, beban lalu lintas rencana 0.5×106 ESAL), variasi (CBR 2%, 4%, beban lalu lintas 25×106 ESAL), dan variasi (CBR 2%, beban lalu lintas 200×106 ESAL) menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih besar dari repetisi beban rencana, pada variasi (CBR 6%, 8%, 10%, beban lalu lintas 25×106 ESAL), dan variasi (CBR4%, 6%, 8%, 10%, beban lalu lintas 200×106 ESAL) menghasilkan jumlah repetisi beban yang lebih kecil dari repetisi beban yang direncanakan. Kata Kunci: Perkerasan Lentur, Bina Marga Pt T-01-2002-B, KENPAVE Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini mengambil judul: EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T-01-2002-B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE. Tugas Akhir ini merupakan syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc. sebagai pembimbing tugas akhir dan Koordinator Tugas Akhir Bidang Studi Transportasi atas kesediaannya membimbing, memotivasi, pengarahan, kesediaan waktu dan kesabaran beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada: 1. Bapak Prof.Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Ir. Joni Harianto, dan Bapak Irwan S. Sembiring, ST. MT, selaku Dosen Pembanding/Penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Universitas Sumatera Utara 4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan hingga selesainya tugas akhir ini. 5. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Ayah Alm. Khairussalam, dan Ibu Yusraini, atas segala doa, kasih, semangat, dan keikhlasan atas segala pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 6. Kakak dan adik saya Rike Yulisa dan Pinta Yuniara yang tak henti memberikan motivasi, dukungan, dan perhatiannya. 7. Seluruh teman-teman Teknik Sipil USU 2008. Khususnya Dapot, Eci, Ica, Rarat si bulet, Rama, Khatab, Muazi, Fadil, Dedi, Aris, Imam, Maulana, B’al, Bery, Nel, Diq, dan Nona atas segala ketulusan hati dalam memberikan masukan, semangat dan kesetiakawanannya. Penulis sungguh menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Teknik Sipil USU. Medan, Maret 2013 Hormat saya, KHAIRI FADHLAN 08 0404 013 Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI ABSTRAK .......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv DAFTAR NOTASI ............................................................................................. viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum ............................................................................................1 I.2. Latar Belakang ..............................................................................2 I.3. Perumusan Masalah Penelitian......................................................4 I.4. Tujuan dan Manfaat ......................................................................4 I.5. Batasan Masalah ............................................................................5 I.6. Metodologi Penelitian ...................................................................5 I.7. Sistematika Penulisan .....................................................................6 BAB II METODE PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR II.1. Umum ..........................................................................................9 II.2. Perkerasan Lentur ........................................................................12 II.2.1 Lapisan Perkerasan Lentur ....................................................... 12 II.3. Metode Perencanaan Perkerasan Lentur ......................................17 II.3.1. Prinsip Perencanaan Perkerasan Lentur .................................... 17 II.3.2. Metode Empiris ...............................................................19 II.3.3. Metode Mekanistik ..........................................................20 Universitas Sumatera Utara II.3.4. Metode Mekanistik Empiris ............................................20 II.4 Teori Sistem Lapis Banyak ...........................................................22 II.4.1. Sistem Satu Lapis .................................................................... 24 II.4.2. Sistem Dua Lapis.............................................................25 II.4.3. Sistem Tiga Lapis ............................................................27 II.5. Pemodelan Lapisan Perkerasan....................................................29 II.6. Analisa Kerusakan Perkerasan .....................................................35 II.6.1. Retak Lelah / Fatigue .............................................................. 36 II.6.2. Retak Alur / Rutting .........................................................37 BAB III PROGRAM KENPAVE DAN METODE BINA MARGA Pt T-01-2002-B III.1. Umum .........................................................................................40 III.2. Program KENPAVE ...................................................................41 III.2.1. Instalasi Program...........................................................41 III.2.2. Perkembangan Program KENPAVE.............................43 III.2.3. Tampilan Utama Program KENPAVE .........................43 III.2.4. Menu-Menu Pada Program KENPAVE........................44 III.3. Program KENLAYER ................................................................47 III.3.1. Dasar Teori Program KENLAYER ..............................47 III.3.2. Menu-Menu LAYERINP Program KENLAYER .........48 III.4. Data Masukan (Input Program) ..................................................53 III.5. Data Keluaran (Output Program) ...............................................54 III.6. Tahapan Evaluasi Menggunakan Program KENPAVE .............55 III.7. Metode Bina Marga Pt-T-01-2002-B .........................................56 Universitas Sumatera Utara III.7.1. Angka Ekivalen Beban Gandar Sumbu Kendaraan ......56 III.7.2. Reliabilitas.....................................................................56 III.7.3. Lalu Lintas Pada Lajur Rencana ...................................59 III.7.4. Koefisien Drainase ........................................................60 III.7.5. Indeks Permukaan .........................................................61 III.7.6. Koefisien Kekuatan Relatif ...........................................63 III.7.7. Batas-Batas Minimum Tebal Pekerasan .......................68 III.7.8. Persamaan Bina Marga .................................................69 III.8. Prosedur Perencanaan Perkerasan Bina Marga ..........................70 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga Pt T-01- 2002-B ............................................................................71 IV.1.1 Data Perencanaan perkerasan lentur...............................71 IV.1.2 Asumsi Data-Data Parameter .........................................72 IV.1.3 Perhitungan Perencanaan tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Empat Lapis .........................................73 IV.1.4 Perhitungan Perencanaan Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Dua Lapisan (full depth) .......................76 IV.2 Evaluasi Tebal Lapisan Perkerasan Metode Bina Marga Dengan Menggunakan Program KENPAVE ................................78 IV.2.1. Perhitungan Evaluasi Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Empat Lapis ............................................78 IV.2.2. Perhitungan Dengan Program KENPAVE ....................79 Universitas Sumatera Utara IV.2.3. Perhitungan Evaluasi Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Dua Lapis (full depth) .......................... 87 IV.3. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Program Kenpave........................................................................................90 IV.4. Analisis Hasil Perhitungan .........................................................94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan .................................................................................99 V.2. Saran ......................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA Universitas Sumatera Utara DAFTAR NOTASI a = koefisien kekuatan relatif c = koefisien distribusi kendaraan CBR = California Bearing Ratio (%) DDT = Daya dukung tanah (%) W18 = Perkiraan jumlah beban sumbu standar ekivalen 18-kip ESAL = Equivalent Standar Axle Load ZR = Deviasi normal standar So = Gabungan standard error untuk perkiraan lalu-lintas dan kinerja IP = Perbedaan antara indeks permukaan jalan awal (IPo) dan Indeks permukaan jalan akhir design (IPt), (IPo-IPt) MR = Modulus resilien IPo = Indeks permukaan jalan awal (initial design serviceability index ) IPt = Indeks permukaan jalan akhir (terminal serviceability index) IPf = Indeks permukaan jalan hancur (minimum 1,5) N = Faktor pertumbuhan lalu-lintas yang sudah disesuaikan dengan perkembangan lalu-lintas. Faktor ini merupakan faktor pengali yang diperoleh dari penjumlahan harga rata-rata setiap tahun. n = umur rencana. i = faktor pertumbuhan lalu-lintas (%) a1 ,a2 , a3 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan (berdasarkan besaran mekanistik) D1, D2, D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan m2, m3 = Koefisien drainase Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan Perkerasan Lentur dan Pekerasan Kaku ..............................11 Tabel 2.2. Ringkasan rumus sistem satu lapis.......................................................25 Tabel 2.3. Nilai-Nilai Elastisitas ...........................................................................30 Tabel 2.4. Nilai Elastisitas Tipikal ........................................................................31 Tabel 2.5. Nilai Poisson Ration ............................................................................31 Tabel 2.6. analisa struktur perkerasan ...................................................................34 Tabel 3.1. Satuan English dan SI ..........................................................................50 Table 3.2 Rekomendasi tingkat reliabilitas untuk bermacam-macam klasifikasi jalan .....................................................................................................57 Tabel 3.3 Nilai Penyimpangan normal standar (standar normal deviate) untuk tingkat reliabilitas tertentu...................................................................58 Tabel 3.4 Faktor Distribusi Lajur (DD) .................................................................59 Tabel 3.5 Definisi Kualitas Drainase ....................................................................60 Tabel 3.6 Koefisien drainase (m) untuk memodifikasi koefisien kekuatan relative material untreated base dan subbase pada perkerasan lentur ..............61 Tabel 3.7. Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana (IPt) ............................62 Tabel 3.8. Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana (IP0) .............................62 Tabel 3.9. Tebal minimum lapis permukaan berbeton aspal dan lapis pondasi agregat (inci) ......................................................................................68 Tabel 4.1. Variasi nilai beban lalu lintas dan nilai CBR .......................................71 Tabel 4.2. Perencanaan perkerasan .......................................................................72 Tabel 4.3. Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Empat Lapis .............75 Tabel 4.4. Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Dua Lapis .................77 Table 4.5. Data Perencanaan I...............................................................................78 Tabel 4.6. Hasil program KENPAVE ...................................................................84 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Nilai Regangan Tarik Horisontal Dan Regangan Tekan Vertikal Struktur Empat Lapis .......................................................................85 Tabel 4.8. Hasil Evaluasi Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Empat Lapis Dengan Program KENPAVE ....................................................86 Table 4.9. Data Perencanaan I Struktur Dua Lapis ...............................................87 Tabel 4.10. Hasil program KENPAVE .................................................................88 Tabel 4.11. Nilai Regangan Tarik Horisontal Dan Regangan Tekan Vertikal Struktur Dua Lapis..........................................................................88 Tabel 4.12. Hasil Evaluasi Tebal Perkerasan Metode Bina Marga Struktur Dua Lapis Dengan Program KENPAVE .................................................89 Table 4.13. Asumsi pertama tebal lapis perkerasan program KENPAVE ............91 Table 4.14. Asumsi kedua tebal lapis perkerasan program KENPAVE ...............92 Tabel 4.15. Tebal perkerasan dengan Program KENPAVE .................................93 Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Diagram Flowchart Pengerjaan Tugas Akhir ...................................8 Gambar 2.1 Lapisan Perkerasan Lentur ................................................................10 Gambar 2.2 Lapisan Perkerasan Kaku ..................................................................10 Gambar 2.3 Lapisan Perkerasan Komposit ...........................................................11 Gambar 2.4 Regangan pada perkerasan lentur ......................................................21 Gambar 2.5. Sistem Lapis Banyak ........................................................................23 Gambar 2.6. sistem satu lapis................................................................................24 Gambar 2.7. struktur dua lapisan ..........................................................................26 Gambar 2.8. Distribusi Tegangan vertikal dalam system struktur dua lapisan .....26 Gambar 2.9. Tegangan Sistem Tiga Lapis ............................................................27 Gambar 2.10. Modulus Elastisitas .......................................................................30 Gambar 2.11. Poisson Ratio ..................................................................................32 Gambar 2.12. lokasi analisa struktur perkerasan ..................................................35 Gambar 3.1. Tampilan Awal KENPAVE .............................................................44 Gambar 3.2. Tampilan Layar LAYERINP ...........................................................48 Gambar 3.3. Tampilan Menu General ..................................................................49 Gambar 3.4. Tampilan Layar Zcoord ....................................................................51 Gambar 3.5. Tampilan Layar Layer ......................................................................51 Gambar 3.6. Tampilan Layar Interface .................................................................52 Gambar 3.7. Tampilan Layar Load .......................................................................53 Gambar 3.8. Sumbu standar Ekivalen di Indonesia ..............................................54 Gambar 3.9 Grafik untuk memperkirakan koefisien kekuatan relatif lapis permukan bereton aspal bergradasi rapat (a1)................................63 Gambar 3.10 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a2) .........64 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.11. Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bersemen (a3)......65 Gambar 3.12. Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi beraspal (a2)........66 Gambar 3.13 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a2).........67 Gambar 4.1. Susunan tebal lapis perkerasan perencanaan I .................................74 Gambar 4.2. Susunan tebal lapis perkerasan perencanaan I .................................77 Gambar 4.3.Tampilan Menu LAYERINP ............................................................79 Gambar 4.4. Tampilan Menu General...................................................................80 Gambar 4.5. Tampilan Menu zcoord ....................................................................80 Gambar 4.6. Tampilan Menu layer .......................................................................81 Gambar 4.7. Tampilan Menu Moduli ...................................................................81 Gambar 4.8. Tampilan Menu Load .......................................................................82 Gambar 4.9. Tampilan Output program KENPAVE ............................................82 Gambar 4.10. Susunan tebal lapisan perkerasan dengan program KENPAVE ....92 Universitas Sumatera Utara DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1. Hubungan CBR tanah dasar dengan Indeks Tebal Perkerasan ...........94 Grafik 4.2. Hubungan Tebal Perkerasan dan beban lalu lintas rencana 0.5 × 106 dengan jumlah repetisi beban ............................................................96 Grafik 4.3. Hubungan Tebal Perkerasan dan beban lalu lintas rencana 25 × 106 dengan jumlah repetisi beban ............................................................96 Grafik 4.4. Hubungan Tebal Perkerasan dan beban lalu lintas rencana 200 × 106 dengan jumlah repetisi beban ............................................................... 97 Grafik 4.5. Hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana 0.5 × 106 dengan jumlah repetisi beban ......................................................97 Grafik 4.6. Hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana 25 × 106 dengan jumlah repetisi beban ......................................................98 Grafik 4.7. Hubungan variasi CBR tanah dasar dan beban lalu lintas rencana 200 × 106 dengan jumlah repetisi beban ...................................................98 Universitas Sumatera Utara