2.1 Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi 2.1.1 Pengertian Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah proses berpikir yang mengharuskan murid untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru (Gunawan, 2012:171). Limpan menggambarkan berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-masing mempunyai makna. Berpikir kritis dan kreatif saling ketergantungan, seperti juga kriteria dan nilai-nilai, nalar dan emosi (Kuswana, 2012: 200). Menurut Ernawati (2017:196-197), berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan cara berpikir yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai hakikat dari yang terkandung diantaranya, untuk mampu memaknai makna dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif. Berdasarkan beberapa pendapat-pendapat tersebut dapat kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order disimpulkan bahwa Thinking Skills (HOTS) adalah kemampuan berpikir yang bukan hanya sekedar mengingat, menyatakan kembali, dan juga merujuk tanpa melakukan pengolahan, akan tetapi kemampuan berpikir untuk menelaah informasi secara kritis, kreatif, berkreasi dan mampu memecahkan masalah Menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya dari Resnick (1987) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. Keterampilan ini juga digunakan untuk menggarisbawahi berbagai proses tingkat tinggi menurut jenjang taksonomi Bloom. Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Defenisi C1 C2 Mengingat L O Memahami T C3 S Menerapkan Mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan Membangun arti dari proses pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tertulis dan gambar Melakukan atau menggunakan prosedur didalam situasi yang tidak biasa Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan C4 Menganalisis menentukan bagaimana bagian bagian itu terhubung antar bagian dan ke struktur atau tujuan keseluruhan C5 H O Mengevaluasi T C6 S Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria atau standar Menempatkan unsur-unsur secara bersama-sama Mencipta untuk membentuk keseluruhan secara koheren atau fungsional; menyusun kembali unsur-unsur kedalam pola atau struktur baru Dalam kemampuan berfikir LOTS siswa lebih mengandalkan ingatan dan hafalan sedangkan kemampuan berfikir HOTS mengarahkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan siswa dengan berfikir kritis dan kreatif. Berikut beberapa perbedaan kemampuan LOTS dengan HOTS : LOTS menguji 3 kemampuan : mengingat, memahami, menerapkan. Soal-soal dengan tipe HOTS membutuhkan tiga level kemampuan terakhir dalam 2. Taksonomi Bloom, yaitu menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Soal LOTS Fokus pada “Mengingat”, Soal HOTS Fokus pada “Menalar”. Soal LOTS tidak selalu mudah dan soal HOTS Tidak Selalu Susah. Soal LOTS umumnya mengandalkan kemampuan hafalan, sedangkan soal HOTS lebih banyak mengandalkan kemampuan berpikir kritis. Soal HOTS Banyak Menanyakan Fenomena Sehari-hari 2.1.2 Pentingnya Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Mengikuti arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 2018 telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan pembelajaran berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS). Salah satu alasan yang menjadi sebab mengapa pemerintah berusaha sungguh- sungguh mengembangkan HOTS di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa dalam PISA. Soal-soal yang dikeluarkan dalam PISA dikatakannya memerlukan daya berpikir dan analisis yang lebih tinggi (Kompas, 23 April 2018). Dikatakan HOTS memungkinkan anak memiliki kompetensi analisis, berpikir kritis, memecahkan masalah, meningkatkan kreativitas, hingga menghasilkan inovasi. Kemampuan Berfikir tingkat tinggi adalah kemampuan berfikir yang bukan hanya sekedar mengingat, menyatakan kembali, dan juga merujuk tanpa melakukan pengolahan, akan tetapi kemampuan berfikir untuk menelaah informasi secara kritis, kreatif, berkreasi dan dan mampu memecahkan maslah. 2.1.3 Keuntungan Memiliki Keterampilan berfikir Tingkat Tinggi Sehubungan dengan itu ada baiknya kita menganalisis beberapa keuntungan kalau siswa memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi atau HOTS. Dalam Rahman, dkk (2019:7) ada tiga keuntungan memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi yaitu : Menganalisis Menganalisis berasal dari kata “to analyze” yang memiliki banyak arti. Menurut the Free Dictionary, to analyze memiliki arti: (a) to seperate (a material or abstract entity) into constituent parts or elements, determine the elements or essential features of, (b) to examine critically, so as to bring out the essential elements or give the essence of, (c) to examine carefully and in detail so as to identify causes, key factors, possible results, etc. Menganalisis artinya adalah memecah (satu benda atau satu entitas abstrak) menjadi bagian-bagian pembentuknya, menentukan unsur-unsurnya atau bagian pokoknya. Menganalisis artinya juga mengkaji secara kritis sehingga unsur esensinya bisa terlihat. Menganalisis juga berarti mengkaji secara cermat dan mendetail dalam rangka menemukan penyebab, faktor utama, hasil yang mungkin dan lain-lain. Dengan demikian, kemampuan menganalisis ini memberikan peluang kepada pemiliknya untuk memahami sesuatu secara mendalam. Orang yang memiliki kemampuan analisis ini akan memiliki peluang untuk memahami sesuatu secara utuh, dan itu mencegah yang bersangkutan dari tipuan orang lain. Mengevaluasi Mengevaluasi berasal dari kata to evaluate yang menurut the Free Dictionary memiliki arti: (a) to ascertain or set the amount of value of, (b) to judge or assess the worth of, appriase. Mengevaluasi adalah menentapkan nilai. Mengevaluasi juga artinya adalah memutuskan nilai atau harga dari sesuatu. Siswa yang memiliki kemampuan mengevaluasi memungkinkan yang bersangkutan menilai bisa memilah dan memilih mana yang layak dipilih. Kemampuan mengevaluasi ini juga memberikan peluang kepada yang bersangkutan untuk mengikuti progress atau perkembangan suatu usaha, dan mengambil keputusan yang tepat. Karena itu, siswa yang memiliki kemampuan mengevaluasi ini akan sangat diperlukan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan hal-hal pokok dalam kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka bisa mengetahui apakah sesuatu layak dipertahankan atau tidak. Mengkreasi Mengkreasi berasal dari kata “to create” yang menurut the Free Dictionary mempunyai arti: (a) to cause to exist, bring into being, (b) to give rise to, produce, (c) to produce through artistic or imaginative effort. Mengkreasi menyebabkan terbentuknya sesuatu yang baru yang memiliki kualitas lebih baik. Mengkreasi memungkinkan adanya peningkatan produksi. Mengkreasi memungkinkan terjadinya kegiatan artistik dan upaya imaginatif. Siswa yang memiliki kemampuan mengkreasi ini memiliki peluang untuk menghasilkan gagasan baru yang lebih menarik dan mempesona. Keberadaan siswa yang memiliki kemampuan mengkreasi ini memungkin negara bisa menjadi produsen, bukan sekedar konsumen. Keberadaan siswa yang memiliki kemampuan mengkreasi ini menjadikan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan dengan indah dan membawa kepada kesejahteraan bangsa. Dari uraian di atas, tampak bahwa kepemilikan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi ini secara bersama-sama akan memberkan kesempatan kepada anak bangsa untuk menjadi kritis terhadap setiap tawaran produk baru, dan mampu menilainya dengan obyektif, serta memiliki peluang untuk menghasilkan produk sejenis yang memiliki keunggulan. Kepemilikan kemampuan menganalisis, menilai, dan mengkreasi ini memungkinkan anak bangsa menjadi aset pembangunan yang baik. Mereka akan bisa dihandalkan untuk menjadi generasi produktif yang mampu menegakkan martabat bangsa Indonesia. 2.2 Defenisi Kemampuan Spasial Kemampuan adalah suatu kapasitas atau bakat yang diperoleh secara sengaja atau secara natural yang memungkinkan seorang individu untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas tertentu dengan sukses. Dalam bidang ilmu hukum, kemampuan bisa didefinisikan sebagai kekuatan untuk melaksanakan suatu tindakan legal atau memuaskan suatu kewajiban legal. Kemampuan bisa berhubungan dengan kesanggupan dalam melakukan tindakan atau mencapai hasil tertentu melalui seperangkat bakat, ciri khas, fungsi, proses, atau layanan yang bisa dikendalikan dan diukur, atau suatu tingkatan tertentu dari kompetensi dalam melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Pengertian kemampuan yang lainnya: 1. Kekuatan atau kapasitas untuk melakukan atau bertindak secara fisik, mental, legal, moral, finansial, dan lain sebagainya. 2. Kompetensi dalam suatu aktivitas atau pekerjaan karena seseorang memiliki keahlian, pelatihan, atau kualifikasi lainnya. Misalnya: kemampuan untuk bernyanyi dengan baik. 3. Penguasaan terhadap kualitas-kualitas yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu; skill yang diharuskan, kompetensi, atau kekuatan. Misalnya: kemampuan untuk mengatasi suatu masalah. Menurut membayangkan, Wahyudin (2015:85) membanding, kemampuan menduga, spasial adalah menentukan, kemampuan menkonstruksi, mempresentasikan, dan menemukan informasi dari stimulus visual dalam konteks ruang. National Academy of Science (Rahman, 2012) menyatakan bahwa setiap siswa harus mengembangkan kemampuan dan penginderaan spasialnya yang sangat berguna dalam memahami relasi dan sifat-sifat dalam geometri untuk memecahkan masalah matematika. Menurut Linn dan Petersen (1985), kemampuan spasial merupakan proses mental dalam mempersepsi, menyimpan, mengingat, mengkreasi, mengubah, dan mengkomunikasikan bangun ruang. Gutierrez (1997) menyatakan ada dua kemampuan utama dalam kemampuan spasial yaitu orientasi spasial dan visualisasi spasial. Menurut Maier (1994) kemampuan spasial dibagi menjadi lima dimensi yaitu: a) dimensi kemampuan persepsi b) dimensi kemampuan visualisasi c) dimensi kemampuan rotasi d) dimensi kemampuan relasi e) dimensi kemampuan orientasi. Menurut Guay dan McDaniel (1977) kemampuan spasial mempunyai hubungan positif dengan matematika pada anak usia sekolah. Menurut Pavani Rynhart (2012) keterampilan spasial merupakan kemampuan untuk menghasilkan, menyimpan, mengambil dan mengubah gambar tiga dimensi yang terstruktur dengan baik. Menurut Tambunan (2006) kemampuan spasial merupakan konsep abstrak yang meliputi persepsi spasial yang melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi sampai pada kemampuan yang rumit yang melibatkan manipulasi serta rotasi mental. dengan kemampuan spasial yang baik dapat membantu dalam memahami konsep-konsep matematika. Penggunaan contoh spasial seperti membuat bagan dan grafik, dapat membantu anak menguasai konsep matematika. Dalam NRC (2010) “The key to spatial thinking is a constructiveamalgam of three elements: concepts of space, tools of representation, and processes of reasoning”, artinya kunci pemikiran spasial adalah campuran konstruktif dari tiga unsur: konsep ruang, alat representasi, dan proses penalaran. Menurut Fiantika (2017) “There are two types of representation, namely internal representation and external representation. Menurut Haas (2013) karakteristik pelajar yang memiliki kemampuan spasial adalah a. imaging/pengimajinasian yaitu siswa lebih banyak melihat daripada mendengarkan serta mempelajari konsep berdasarkan dari apa yang dilihat b. conceptualizing/pengkon-sepan yaitu siswa memahami konsep yang lebih baik daripada siswa-siswi yang lain c. problem solving/pemecahan masalah yaitu siswa lebih memilih solusi yang tidak umum dan strategis yang bermacam-macam untuk menyelesaikan masalah d. pattern seeking/pencarian pola yaitu siswa mampu menemukan pola dalam menyelesaikan masalah keruangan. Sementara itu Maier (1998) mengemukakan bahwa kemampuan spasial adalah kecakapan yang dimiliki oleh manusia yang relevan dengan tingkat tinggi di kehidupan kita. Maier menambahkan bahwa kemampuan spasial terdiri dari lima elemen. Spatial Perception yaitu kemampuan yang membutuhkan letak benda yang sedang diamati secara horizontal ataupun vertikal. Visualization adalah kemampuan untuk menunjukan aturan perubahan atau perpindahan penyusun suatu bangun baik tiga dimensi ke dua dimensi ataupun sebaliknya. Mental Rotation adalah kemampuan untuk memutar benda dua dimensi dan tiga dimensi secara tepat dan akurat. Spatial Relation yaitu kemampuan memahami susunan dari suatu obyek dan bagiannya serta hubungannya satu sama lain. Spatial Orientation adalah kemampuan untuk mengamati suatu benda dari berbagai keadaan. Maier (Isnaniah, 2016) membagi unsur-unsur kemampuan spasial sebagai berikut: 1) spatial perception (persepsi keruangan). Persepsi keruangan merupakan kemampuan mengamati suatu bangun ruang atau bagian-bagian ruang yang diletakkan posisi horizontal atau vertical 2) spatial visualization (visualisasi keruangan). Visualisasi keruangan sebagai kemampuan untuk membayangkan atau membayangkan gambar tentang suatu bangun ruang yang bagian-bagian terdapat perubahan atau perpindahan. 3) mental rotation (rotasi pikiran). Rotasi pikiran mencakup kemampuan merotasikan suatu bangun ruang secara cepat dan tepat. 4) spatial relations (relasi keruangan). Kemampuan untuk mengerti wujud keruangan dari suatu benda atau bagian dari benda dan hubungannya antara bagian yang satu dengan yang lainnya. 5) spatial orientation (orientasi keruangan). Kemampuan untuk mencari pedoman sendiri secara fisik atau mental di dalam ruang, atau berorientasi dalam situasi keruangan yang istimewa. 2.3 Eksistensi Pemahaman Spasial Kemampuan spasial seseorang dapat diketahui dengan menggunakan sebuah tes atau soal. Tes ini mengungkap sesuatu yang berhubungan dengan benda-benda yang konkret melalui visualisasi. Tipe soal yang diberikan akan menyajikan suatu kombinasi dari dua bentuk pendekatan terdahulu dengan pengukuran kemampuan ini. Kemampuan membayangkan suatu objek yang dikonstruksi dari suatu gambar dalam suatu pola yang telah sering digunakan dalam tes visualisasi struktural. Demikian pula, kemampuan untuk membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak jika diputar- putar dalam beberapa cara tertentu yang telah dipergunakan secara efektif dalam pengukuran persepsi ruang. Kemampuan spasial dapat dikembangkan dengan pendidikan dan pembelajaran geometri bangun ruang dengan menggunakan alat bantu atau alat peraga. Selain alat alat peraga, permasalahan berdasarkan latarbelakang kemampuan siswa seperti spasial ini kemampuan perlu awal dikaji nilai dengan matematika. Kemampuan awal matematika ini perlu ditelusuri untuk mengetahui hubungannya dengan kemampuan spasial. Karena begitu pentingnya kemampuan spasial ini bagi perkembangan kemajuan manusia, maka sedini mungkin kemampuan spasial ini dikembangkan akan lebih baik. Oleh karena itu, di tingkat sekolah kemampuan spasial ini perlu dikembang. Siswa –siswi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat cocok sekali dijadikan penelitian untuk mengetahui potensi awal dan perkembangan kemampuan spasial secara dini 2.4 Fungsi Pemahaman Spasial Peranan kemampuan spasial terhadap matematika disokong beberapa studi validitas. Hills (dalam McGee, 1979) meneliti hubungan antara berbagai tes kemampuan spasial yang melibatkan visualisasi dan orientasi dari Guiford dan Zimmerman dengan nilai matematika Ditemukan ada korelasi yang tinggi antara kemampuan spasial dengan nilai matematika, bila dibandingkan dengan tes verbal dan penalaran. Demikian pula studi yang dilakukan oleh Bishop (1980), Benbow dan McGuinness (dalam Geary, 1996) menemukan adanya hubungan antara pemecahan masalah matematika dengan kemampuan visuospasial. Dalam mempelajari peran kemampuan spasial terhadap prestasi belajar matematika, Smith (1980) menyimpulkan bahwa antara kemampuan spasial dengan konsep matematika taraf tinggi terdapat hubungan yang positif, tetapi kurang mempunyai hubungan dengan perolehan konsep-konsep matematika taraf rendah seperti hitungan. Studi dari Sherman (1980) terhadap anak usia sekolah, menemukan adanya hubungan yang posif antara prestasi belajar matematika dan kemampuan spasial. Penggunaan contoh spasial seperti membuat bagan, dapat membantu anak menguasai konsep matematika. Metode pengajaran matematika yang memasukkan berpikir spasial seperti bentuk-bentuk geometris, mainan (puzzle) yang menghubungkan konsep spasial dengan angka, menggunakan tugas-tugas spasial dapat membantu terhadap pemecahan masalah dalam matematika (Newman, dalam Elliot, 1987). Demikian pula pengertian terhadap konsep pembagian, proporsi tergantung dari pengalaman spasial yang mendahuluinya (Clements, dalam Eliot, 1987) National (Rahman, 2012) menyatakan bahwa setiap Academy siswa harus of Science mengembangkan kemampuan dan penginderaan spasialnya yang sangat berguna dalam memahami relasi dan sifat-sifat dalam geometri untuk memecahkan masalah matematika. Menurut Linn dan Petersen (1985), National Academy of Science (Rahman, 2012) menyatakan bahwa setiap siswa harus mengembangkan kemampuan dan penginderaan spasialnya yang sangat berguna dalam memahami relasi dan sifatsifat dalam geometri untuk memecahkan masalah matematika. Menurut Linn dan Petersen (1985