Uploaded by Iwan Suwandi

Pemanfaatan Enzim Papain Dalam Produksi Hidrolisat Protein Dari Limbah Industri Minyak Kelapa

advertisement
PEMANFAATAN ENZIM PAPAIN
DALAM PRODUKSI HIDROLISAT PROTEIN
DARI LIMBAH INDUSTRI MINYAK KELAPA
IDA ROSDIANTI
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
ABSTRACT
IDA ROSDIANTI. Papain Enzyme Utilization in the Production of Protein
Hydrolysate from Industrial Coconut Oil Waste. Under supervision of MARIA
BINTANG and TAMI IDIYANTI.
Coconut press cake (galendo), a high protein substance, is a waste from
the production of virgin coconut oil. The protein was able to hydrolyzed by
proteolytic enzyme, such as papain. Hydrolitical condition was obtained by
variation of substrate and enzyme concentration, pH, temperature, also hydrolysis
time gradually. The measuring parameter was the highest elevation of soluble
protein concentration, which was obtained by spectrophotometric method.
The activity of papain was 1460,63 Unit/ml in 1%(w/v) Km and 3333,33
Unit/ml Vmax. Optimum condition of hydrolyzing galendo by papain can be
achieved in 3,16%(w/v) substrate concentration, 0,2%(w/v) enzyme
concentration, 7,0 pH, 70oC temperature and 3 hours of hydrolysis time. Protein
hydrolysate resulted was 1,47%(w/v) and it was contained of 70,22%(w/v) total
protein and 796,41 mg/ml soluble protein. There were 15 amino acid that could be
identified according to high performance liquid chromatography analysis using ophtalaldehid. Major amino acid in hydrolysate were glutamic acid 12,47%(w/w)
and arginine 7,22%(w/w), in contrast histidine was 1,51%(w/w). Galendo
hydrolysate was rich of valine and isoleucine which give chemical value 104 and
92. This hydrolysate can be used as flavoring agents, as dietary supplement for
athlete and bodybuilder, as dietary intake of digestive track defect patient,
moreover it can be used to provide free amino acid substrate for food, chemical,
and health industry.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
ABSTRACT
IDA ROSDIANTI. Papain Enzyme Utilization in the Production of Protein
Hydrolysate from Industrial Coconut Oil Waste. Under supervision of MARIA
BINTANG and TAMI IDIYANTI.
Coconut press cake (galendo), a high protein substance, is a waste from
the production of virgin coconut oil. The protein was able to hydrolyzed by
proteolytic enzyme, such as papain. Hydrolitical condition was obtained by
variation of substrate and enzyme concentration, pH, temperature, also hydrolysis
time gradually. The measuring parameter was the highest elevation of soluble
protein concentration, which was obtained by spectrophotometric method.
The activity of papain was 1460,63 Unit/ml in 1%(w/v) Km and 3333,33
Unit/ml Vmax. Optimum condition of hydrolyzing galendo by papain can be
achieved in 3,16%(w/v) substrate concentration, 0,2%(w/v) enzyme
concentration, 7,0 pH, 70oC temperature and 3 hours of hydrolysis time. Protein
hydrolysate resulted was 1,47%(w/v) and it was contained of 70,22%(w/v) total
protein and 796,41 mg/ml soluble protein. There were 15 amino acid that could be
identified according to high performance liquid chromatography analysis using ophtalaldehid. Major amino acid in hydrolysate were glutamic acid 12,47%(w/w)
and arginine 7,22%(w/w), in contrast histidine was 1,51%(w/w). Galendo
hydrolysate was rich of valine and isoleucine which give chemical value 104 and
92. This hydrolysate can be used as flavoring agents, as dietary supplement for
athlete and bodybuilder, as dietary intake of digestive track defect patient,
moreover it can be used to provide free amino acid substrate for food, chemical,
and health industry.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
PEMANFAATAN ENZIM PAPAIN
DALAM PRODUKSI HIDROLISAT PROTEIN
DARI LIMBAH INDUSTRI MINYAK KELAPA
IDA ROSDIANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Judul Skripsi
:
Nama
NIM
:
:
Pemanfaatan Enzim Papain dalam Produksi Hidrolisat
Protein dari Limbah Industri Minyak Kelapa
Ida Rosdianti
G44101049
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. drh. Maria Bintang, M.S.
Ketua
Dra. Tami Idiyanti, M.Sc.
Anggota
Diketahui
Dr. drh. Hasim, DEA
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tanggal lulus :
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
ABSTRAK
IDA ROSDIANTI. Pemanfaatan Enzim Papain dalam Produksi Hidrolisat Protein
dari Limbah Industri Minyak Kelapa. Dibimbing oleh MARIA BINTANG dan
TAMI IDIYANTI.
Limbah industri minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil, VCO) berupa
galendo memiliki kandungan protein tinggi. Protein tersebut dapat dihidrolisis
oleh enzim proteolitik papain. Pemilihan kondisi hidrolisis ditentukan secara
bertahap melalui variasi konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, pH, suhu
inkubasi, dan waktu hidrolisis. Parameter penentu kondisi proses adalah kenaikan
jumlah protein terlarut optimum yang ditentukan dengan metode spektrofotometri.
Aktivitas papain yang digunakan sebesar 1460,63 Unit/ml dengan Km
1%(b/v) dan Vmaks 3333,33 Unit/ml. Kondisi optimum proses hidrolisis galendo
oleh enzim papain pada konsentrasi substrat 3,16%(b/v), konsentrasi enzim
0,2%(b/v), pH 7,0, suhu inkubasi 70oC, dan waktu hidrolisis 3 jam. Rendemen
hidrolisat protein yang dihasilkan sebanyak 1,47%(b/v) dengan kandungan protein
total 70,22%(b/b) dan protein terlarut 796,41 mg/ml. Hidrolisat protein galendo
mengandung 15 jenis asam yang dapat dideteksi dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi menggunakan reagen o-ftalaldehida. Komposisi asam amino
tertinggi berupa asam glutamat sebesar 12,47%(b/b) dan arginin sebesar
7,22%(b/b), sedangkan asam amino yang paling sedikit adalah histidin yaitu
sebesar 1,51%(b/b). Hidrolisat protein galendo kaya asam amino esensial valin
dan isoleusin dengan nilai kimia berturut-turut sebesar 104 dan 92. Hidrolisat
protein galendo dapat dimanfaatkan sebagai penyedap rasa, suplemen diet bagi
atlet maupun orang-orang yang ingin membentuk otot tubuhnya, sebagai menu
bagi penderita gangguan pencernaan, serta dapat dijadikan intermediet isolasi
asam amino bebas untuk memenuhi kebutuhan industri, pangan dan kesehatan.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya
ilmiah dengan judul Pemanfaatan Enzim Papain dalam Produksi Hidrolisat
Protein dari Limbah Industri Minyak Kelapa ini disusun berdasarkan hasil
penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2006 hingga bulan Februari
2007 di Laboratorium Mikrobiologi, Bidang Teknologi Lingkungan, Pusat
Penelitian Kimia LIPI, Serpong. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis haturkan kepada Prof. Dr. drh. Maria Bintang, M.S.
dan Dra. Tami Idiyanti, M.Sc. atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan
selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Selain itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Mba Ai, Mba Irni, Putri, Vina, Desi, dan segenap staf Pusat
Penelitian Kimia LIPI atas bantuan dan saran yang diberikan selama penelitian.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, a’Azies,
sahabatku Rosa, Fri, Jane, Dimas, serta teman-teman biokimia’38 atas segala doa,
kasih sayang, bantuan, dan motivasi yang tiada hentinya.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Juni 2008
Ida Rosdianti
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
RIWAYAT HIDUP
Penulis, barnama lengkap Ida Rosdianti, lahir di Tangerang pada tanggal 4
Agustus 1984 sebagai bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Mutadih dan
Salimah (Alm.).
Tahun 2001 penulis lulus dari MA Negeri 4 Jakarta dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Penulis pernah mengikuti Praktik Kerja Lapang di
Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Penelitian Kimia LIPI selama periode Juni
sampai dengan Agustus 2004 dan menulis laporan ilmiah berjudul Produksi dan
Karakterisasi Ekstrak Kasar Lakase dari Kapang Pelapuk Putih (Coriolus
versicolor) dengan Media Pertumbuhan Coir Dust.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
x
PENDAHULUAN...........................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Kelapa Sebagai Sumber Protein...............................................
Pemisahan Protein Kelapa....................................................................
Enzim Papain.......................................................................................
Hidrolisat Protein.................................................................................
1
2
3
4
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ....................................................................................
Metode Penelitian ................................................................................
5
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas Proteolitik dan Kinetika Reaksi Enzim Papain ......................
Analisis Proksimat Galendo .................................................................
Optimasi Kondisi Hidrolisis Protein Galendo.......................................
Produksi Hidrolisat Protein Galendo ....................................................
Karakterisasi Hidrolisat Protein Galendo..............................................
7
8
8
10
10
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .............................................................................................
Saran ...................................................................................................
13
13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
13
LAMPIRAN....................................................................................................
16
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Komposisi daging buah dan krim santan kelapa (% bk) .............................
2
2
Komposisi asam amino dalam protein daging buah kelapa.........................
2
3
Hasil analisis proksimat tepung galendo ....................................................
8
4
Hasil analisis proksimat serbuk hidrolisat protein galendo .........................
11
5
Ringkasan komposisi galendo basah, tepung galendo, dan produk
hidrolisat protein per 100 gram ..................................................................
11
6
Hasil analisis asam amino hidrolisat protein galendo dengan HPLC...........
12
7
Nilai kimia hidrolisat protein galendo terhadap kebutuhan asam amino
esensial pola provisional WHO..................................................................
13
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Hasil fermentasi krim santan oleh ragi tempe.............................................
2
2
Mekanisme katalisis hidrolisis gugus amida oleh enzim papain (Harrison
et al. 1997) ................................................................................................
3
Hubungan aktivitas papain dengan konsentrasi kasein, serta penetapan
nilai Km dan Vmaks .....................................................................................
8
Hubungan protein terlarut dengan konsentrasi substrat galendo, serta
penentuan nilai Km dan Vmaks ....................................................................
9
5
Pengaruh konsentrasi enzim terhadap protein terlarut hidrolisat galendo ....
9
6
Pengaruh pH terhadap protein terlarut hidrolisat galendo ..........................
10
7
Pengaruh suhu terhadap protein terlarut hidrolisat galendo.........................
10
8
Pengaruh waktu inkubasi terhadap protein terlarut hidrolisat galendo ........
10
9
Serbuk hidrolisat protein galendo...............................................................
10
10 Kromatogram HPLC hidrolisat protein galendo .........................................
12
3
4
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Tahapan penelitian ....................................................................................
17
2
Produksi tepung galendo............................................................................
18
3
Hidrolisis protein galendo, pemekatan hidrolisat, dan karakterisasi produk
19
4
Analisis aktivitas proteolitik enzim papain metode hidrolisis kasein
(Bergmeyer & Grassi 1983) .......................................................................
20
5
Penentuan kadar N-total (metode Kjeldahl, AOAC 1999) ..........................
21
6
Analisis konsentrasi protein terlarut (Lowry 1951) ....................................
22
7
Konsentrasi protein terlarut galendo basah, tepung galendo, dan hidrolisat
protein .......................................................................................................
23
8
Penentuan konsentrasi total gula pereduksi (Somogyi-Nelson 1952)..........
24
9
Konsentrasi gula pereduksi tepung galendo dan hidrolisat protein.............
25
10 Analisis kadar lemak (metode Soxhlet, AOAC 1999) ................................
25
11 Analisis kimia tepung galendo ...................................................................
26
12 Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai konsentrasi substrat ..
28
13 Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai konsentrasi enzim.....
28
14 Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai pH ............................
28
15 Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai suhu inkubasi ...........
28
16 Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai waktu hidrolisis........... 29
17 Kromatogram HPLC standar asam amino ..................................................
29
18 Bahan baku yang digunakan dan produk yang dihasilkan dalam penelitian
30
19 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ................................................
30
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kedua
penghasil kelapa terbesar di dunia.
Departemen Pertanian melaporkan bahwa
pada tahun 2006 total produksi kelapa
nasional rata-rata 15,5 milyar butir/tahun atau
3,16 juta ton kelapa setara dengan 3,02 juta
ton kopra. Penggunaan produk kelapa
domestik sebagian besar untuk konsumsi
segar atau dalam bentuk kopra dan minyak
kelapa. Data yang dihimpun oleh Asia Pasific
Coconut Community (2004) menunjukkkan
bahwa konsumsi domestik dalam bentuk
kelapa segar mencapai 52,6% dari total
produksi kelapa nasional dan sisanya
sebanyak 47,4% diolah menjadi kopra dengan
proporsi 85-90% untuk pembuatan crude
coconut oil (CCO) dan 10-15% untuk olahan
lanjutan. Sedangkan produk lainnya seperti
tempurung, air kelapa, ampas kelapa, sabut,
dan hasil samping pengolahan minyak kelapa
belum
dimanfaatkan
sepenuhnya
dan
dianggap sebagai limbah bernilai ekonomi
rendah (Mahmud & Ferry 2005).
Medio dasawarsa terakhir ini telah
berkembang pula produksi minyak kelapa
secara fermentasi yang disebut Virgin
Coconut Oil (VCO). VCO dimanfaatkan
secara luas sebagai obat dan makanan
suplemen untuk meningkatkan daya imunitas
tubuh terhadap berbagai penyakit degeneratif
(Deptan 2005). Residu padatan berupa
galendo yang diperoleh sebagai hasil samping
produksi minyak kelapa secara enzimatis
tanpa perlakuan suhu tinggi diperkirakan
masih mengandung protein dengan mutu dan
nilai gizi yang cukup tinggi serta komposisi
asam amino yang cukup lengkap. Berbagai
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
komposisi protein kelapa cukup baik dan
mengandung sembilan asam amino esensial.
Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis
tertarik untuk meneliti mengenai pemanfaatan
galendo sebagai sumber protein bernutrisi
tinggi dalam bentuk hidrolisat protein.
Hidrolisat protein didefinisikan sebagai
protein yang mengalami degradasi hidrolitik
dengan asam atau alkali kuat maupun enzim
proteolitik. Hidrolisis yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan enzim proteolitik.
Keuntungan lain dari hidrolisis enzimatis
selain dapat bekerja pada kondisi normal atau
tidak memerlukan suhu, tekanan dan pH yang
tinggi, juga produk yang dihasilkan lebih
spesifik dengan karakter yang diinginkan dan
dekomposisi asam amino dapat dihindari
(Sediaoetama 1996). Pemilihan enzim
proteolitik untuk proses hidrolisis protein
berdasarkan pada spesifikasi, pH optimal,
kestabilan panas, pengaruh aktivator dan
inhibitor, harga, dan ketersediaan enzim
bersangkutan (Johnson & Peterson 1974).
Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka pada
penelitian ini digunakan enzim papain untuk
menghidrolisis protein galendo.
Papain merupakan enzim proteolitik yang
diisolasi dari buah pepaya (Carica papaya)
yang banyak dihasilkan di negara-negara
tropis seperti Indonesia. Papain memiliki sifat
kestabilan yang relatif tinggi terhadap faktor
suhu dan pH. Kestabilan enzim papain baik
sekali pada larutan yang mempunyai pH 5,0.
pH optimal untuk substrat albumin maupun
kasein adalah 7,0 dan untuk substrat gelatin
5,0. Papain mempunyai daya tahan panas
lebih tinggi dibanding enzim lain. Keaktifan
enzim papain hanya menurun 20% pada
pemanasan 70oC selama 30 menit pada pH 7,0
(Winarno 1986).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi optimum untuk hidrolisis protein
galendo menggunakan
enzim
papain,
mengetahui kuantitas produksi hidrolisat
protein dari galendo, dan untuk menganalisis
jenis-jenis asam amino serta mengukur
konsentrasi asam amino dalam hidrolisat yang
dihasilkan.
Hipotesis dari penelitian ini adalah
limbah industri minyak kelapa berupa galendo
dapat diolah menjadi hidrolisat protein.
Papain sebagai enzim proteolitik dapat
digunakan untuk menghasilkan hidrolisat
protein galendo. Konsentrasi hidrolisat protein
dan asam amino yang dihasilkan diduga
dipengaruhi oleh kondisi hidrolisis protein
galendo dengan enzim papain. Hasil hidrolisis
protein galendo ini diharapkan dapat
dimanfaatkan sebagai menu bagi penderita
gangguan pencernaan, bahan tambahan
makanan, serta sebagai sediaan asam amino
untuk memenuhi kebutuhan industri, pangan,
dan kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Kelapa Sebagai Sumber Protein
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.)
diklasifikasikan ke dalam famili Palmae dan
kelas Monocotyledonae. Tanaman perkebunan
ini banyak terdapat di daerah beriklim tropis
dan dikenal sebagai tanaman penghasil
minyak nabati yang utama (Warisno 2003).
Buah kelapa merupakan bagian yang paling
tinggi nilai ekonominya dibandingkan dengan
bagian lain dari tanaman kelapa. Rindengan et
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
2
al. (1995) mengemukakan bahwa dalam
sebutir kelapa tua rata-rata terdiri dari 35%
sabut, 12% tempurung, 28% daging buah, dan
25% air kelapa.
Hasil pengolahan daging buah kelapa
merupakan
sumber
potensial
untuk
mendapatkan protein yang bernilai gizi tinggi
dan mudah dicerna. Kandungan protein
daging buah kelapa muda, setengah tua, dan
tua dalam 100 g daging buah berturut-turut
sebesar 1,0 g, 4,0 g dan 3,4 g (Poedjiadi
2006). Komposisi daging buah dan krim
santan kelapa dapat dilihat pada Tabel 1.
Protein kelapa tidak memiliki senyawa
antinutrisi seperti yang terdapat pada protein
nabati lainnya (kacang-kacangan). Selain itu,
daging buah kelapa juga mengandung asam
amino esensial yang lengkap seperti tercantum
dalam Tabel 2.
Protein kelapa berupa galendo merupakan
ampas atau residu produksi minyak kelapa
melalui proses ekstraksi dari kopra maupun
fermentasi santan. Galendo ini pada umumnya
digunakan sebagai pakan ternak atau dijadikan
bahan pengisi dari beberapa jenis makanan.
Kandungan protein galendo sekitar 20% dari
bahan kering (Purwadaria 2004).
Sistem pengolahan daging buah kelapa
yang baik akan mengurangi tingkat
kehilangan protein yang terkandung di
dalamnya. Pada pembuatan minyak klentik,
galendo sebagai hasil samping pada kadar air
13,8% memiliki kadar protein 22,2% dan pada
kadar air 7%, kadar proteinnya menjadi 43,8%
dari daging buah kelapa. Hasil galendo adalah
5,5% dari daging buah kelapa, sehingga kadar
protein galendo adalah 2,4% dari bahan asal
(Soemaatmadja et al. 1984).
Rindengan (1988) melaporkan bahwa
hidrolisis santan menggunakan NaOH 10%
pada suhu 60oC selama 30 menit dan
dilanjutkan dengan penambahan HCl pada
skim kelapa menghasilkan konsentrat dengan
kadar protein 31,49%, sedangkan hasil
hidrolisis tepung kelapa oleh enzim bromelin
1% pada suhu 50oC selama 5 jam memiliki
kadar protein 46,63%.
Tabel 2 Komposisi asam amino
protein daging buah kelapa
Asam amino
Konsentrasi (%)
Esensial :
Isoleusin
Treonin
Lisin
Metionin
Fenilalanin
Triptofan
Valin
Leusin
Histidin
2,50
2,30
5,80
1,43
2,05
1,25
3,57
5,96
2,42
Nonesensial :
Arginin
Tirosin
Sistin
Prolin
Serin
Asam aspartat
Asam glutamat
15,92
3,18
1,44
5,54
1,76
5,12
19,07
Sumber : Ketaren 1986
Pemisahan Protein Kelapa
Protein kelapa yang digunakan pada
penelitian ini berupa galendo sebagai limbah
dari industri VCO yang dikelola Pusat
Penelitian Kimia LIPI bersama mitra kerja.
Teknik yang digunakan pada kegiatan ini
adalah proses fermentasi krim santan
menggunakan ragi tempe pada suhu 30oC
selama 24 jam. Proses fermentasi dinyatakan
berjalan baik jika dari campuran tersebut
terbentuk tiga lapisan, yakni lapisan atas
berupa galendo berwarna putih, lapisan tengah
yang jernih berupa VCO, dan lapisan bawah
berupa air seperti yang terlihat pada Gambar
1. Minyak dipisahkan secara dekantasi untuk
kemudian di inkubasi selama 5 menit pada
suhu lebih dari 60oC untuk mengendapkan
partikel protein yang tersisa. Penyaringan
minyak dilakukan sehingga minyak yang
diperoleh berwarna putih, bening dan
beraroma khas kelapa.
Tabel 1 Komposisi daging buah dan krim
santan kelapa (% bk)
Komponen
Daging buah Krim santan
Protein
4,0
4,4
Lemak
40,0
32,3
Karbohidrat
3,5
4,7
Air
45,0
54,0
Abu
0,2
3,3
Serat kasar
7,3
1,7
bk = bobot kering
Sumber : FAO 2004
dalam
Galendo
VCO
Air
Gambar 1 Hasil fermentasi krim santan oleh
ragi tempe
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3
Galendo dipisahkan dari lapisan minyak
dan air. Sebagian besar kandungan minyak
dipisahkan melalui pengepresan dan ekstraksi.
Pelarut yang dapat digunakan dalam proses
ekstraksi minyak antara lain hidrokarbon,
dietil eter, karbon disulfida, alkohol, triklor
etilen serta heksana yang telah dipergunakan
secara luas (Anang 1991). Galendo yang telah
bebas minyak tersebut dikeringkan dan
digiling sehingga diperoleh tepung galendo
yang akan dijadikan bahan baku utama
pembuatan hidrolisat protein.
Rindengan (1988) mengemukakan bahwa
efisiensi ekstraksi protein kelapa selain
dipengaruhi oleh kelarutan protein, juga
dipengaruhi oleh perbandingan antara bahan
baku dan pelarut, suhu, dan lamanya ekstraksi
serta penambahan garam. Hasil percobaan
yang telah dilakukannya menunjukkan bahwa
kelarutan protein yang minimum terjadi pada
pH 3,9 dan 90% protein dan total padatan
akan larut pada pH 7,0.
Berdasarkan kelarutannya, Rindengan
(1988) telah menentukan bahwa protein
daging buah kelapa tersusun dari globulin,
albumin, glutelin, prolamin, dan N nonprotein. Globulin adalah protein yang larut
dalam asam kuat, alkali, atau larutan garam
encer, sedangkan albumin larut dalam air.
Kelarutan protein dipengaruhi oleh ukuran
molekulnya dan hal ini akan mempengaruhi
proses hidrolisis. Dengan teknik kromatografi,
Hagenmaier (1980) telah menentukan bahwa
84% fraksi protein kelapa mempunyai bobot
molekul 150 kDa dan sekitar 14% mempunyai
bobot molekul 24 kDa.
Gugus sulfihidril ini berperan dalam reaksi
hidrolisis substrat menyangkut pembentukan
ikatan kovalen tiol ester antara gugus
karboksil dan sulfihidril protein papain.
Papain dapat menghidrolisis amida pada
residu asam amino arginin, lisin, glutamin,
histidin, glisin, dan tirosin (Leung 1996).
Aktivitas enzim papain ditandai dengan
proses pemecahan substrat menjadi produk
oleh gugus histidin dan sistein pada sisi aktif
enzim. Beveridge (1996) memaparkan bahwa
selama proses katalisis hidrolisis gugus-gugus
amida, mula-mula gugus sistein (Cys-25)
yang bersifat sangat reaktif berikatan dengan
substrat pada sisi aktif papain sehingga
dihasilkan ikatan kovalen substrat dengan
enzim yang berbentuk tetrahedral. Kemudian
gugus histidin (His-159) terprotonasi sehingga
berikatan dengan nitrogen yang terdapat di
dalam substrat. Akibatnya gugus amin pada
substrat
terdifusi
dan
kedudukannya
digantikan oleh molekul-molekul air yang
pada
akhirnya
menghidrolisis
hasil
intermediet sehingga mengembalikan enzim
ke dalam bentuk dan fungsinya seperti semula
(Gambar 2).
Aktivitas katalitik enzim papain juga
dipengaruhi oleh karakteristik getah pepaya
yang digunakan untuk isolasi enzim papain
serta proses pengeringan getah. Menurut
IDEA (2000), isolasi getah pepaya perlu
dilakukan pada pagi hari agar tidak terjadi
proses oksidasi pada getah. Pengeringan
dalam waktu singkat pada suhu dibawah 50oC
menghasilkan produk yang lebih bersih dan
lebih aktif.
Enzim Papain
Papain (EC 3.4.22.2) merupakan salah
satu enzim hidrolase yang bersifat proteolitik
hasil isolasi dari penyadapan getah buah
pepaya (Carica papaya, L). Selain
mengandung papain sebanyak 10%, getah
buah pepaya juga tersusun atas enzim
kemopapain dan lisozim sebesar 20% dan
45% (Winarno 1986). Papain tersusun atas
212 residu asam amino yang membentuk
sebuah polipeptida rantai tunggal dengan
bobot molekul sebesar 23.000 Dalton
(Harrison et al. 1997).
Menurut Muchtadi (1992), aktivitas
papain dipengaruhi oleh konsentrasi, pH,
suhu, waktu inkubasi, kekuatan ion, dan
tekanan. Selain itu, Belitz dan Grosch (1999)
menyatakan bahwa papain termasuk ke dalam
golongan
protease
sulfihidril
yang
aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh adanya
satu atau lebih gugus S-H pada sisi aktifnya.
Gambar 2 Mekanisme katalisis hidrolisis
gugus amida oleh enzim papain
(Harrison et al. 1997)
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
4
Pengeringan getah pepaya menggunakan
spray dryer mampu menghasilkan papain
kasar dengan aktivitas proteolitik yang lebih
baik daripada pengeringan menggunakan
pengering kabinet atau sinar matahari. Teknik
pengendapan
dengan
alkohol
dapat
menghasilkan perolehan papain dengan
aktivitas lebih tinggi dan menurunkan kadar
impuritis logam pada produk akhir.
Aktivitas enzim papain cukup spesifik
karena papain hanya dapat mengkatalisis
proses hidrolisis dengan baik pada kondisi pH
serta
suhu
dalam
kisaran
tertentu.
Kemampuan papain pada sebagian besar
substrat protein lebih ekstensif daripada
protease pankreas seperti tripsin dan pepsin
(Leung 1996). Daya proteolitik papain sangat
aktif pada suasana reduktif, karena itu adanya
penambahan bahan-bahan pereduksi akan
dapat
meningkatkan
aktivitas papain.
Aktivitas papain dapat diukur dengan
beberapa metode antara lain metode
penggumpalan susu dengan satuan Milk
Clotting Units (MCU/mg), dan metode
hidrolisis kasein dengan satuan Casein
Digestion Unit (CDU/mg) atau Tyrosine Unit
(TU/mg) (Muhidin 1999; EDC 2001)
Papain mempunyai sifat kestabilan yang
relatif tinggi terhadap faktor suhu dan pH.
Aktivitas enzim ini berada pada daerah pH
yang luas dan tergantung pada substrat (4,510,0). Papain biasanya aktif pada pH antara
5,0 hingga 7,0 dengan titik isoelektrik 8,75
dan suhu optimum 60-750C. Winarno (1986)
menyatakan bahwa kestabilan enzim papain
baik sekali pada larutan yang mempunyai pH
5,0, pH optimal untuk substrat albumin
maupun kasein adalah 7,0 dan untuk substrat
gelatin 5,0. Keaktifan enzim papain hanya
menurun 20% pada pemanasan 700C selama
30 menit dan 50% pada pemanasan suhu 76
sampai 850C selama 56 menit pada pH 7,0.
Papain dalam bentuk bubuk tahan terhadap
panas kering 100oC selama 3 jam (Leung
1996).
Enzim papain sangat sensitif terhadap zat
pengoksidasi seperti H2O2, iodoasetat, gugus
alkil, ion logam (Cu2+, Au2+, Ag2+, Zn2+, Hg3+)
atau zat pengemulsi yang akan mengikat
gugus tiol. Papain dapat diaktifkan oleh zat
pereduksi seperti sistein dan glutation, serta
zat pengkelat EDTA. Aktivitas papain masih
dapat dipertahankan apabila enzim tersebut
distabilkan dalam bentuk kristal melalui
penambahan antioksidan Na-Bisulfit 0,7%,
2,3-dimerkaptopropanol, sistein, dan EDTA
dengan kondisi penyimpanan pada suhu 5oC
selama enam hingga 12 bulan (EDC 1999).
Papain murni berbentuk kristal kasar,
amorf, berwarna putih sampai coklat muda
dan bersifat agak higroskopis. Papain murni
mudah larut dalam air, gliserin, dan larutan
alkoholik berair yang berkonsentrasi rendah.
Enzim ini tidak larut dalam alkohol,
kloroform dan eter. Secara umum, papain
mudah larut dalam larutan bebas garam.
(Suhartono 1992).
Papain dimanfaatkan secara luas pada
berbagai
bidang.
Industri
pangan
menggunakan
papain
dalam
proses
pengempukan daging, konsentrat protein, dan
hidrolisat protein. Papain juga berfungsi untuk
menggumpalkan susu pada pembuatan keju,
penghidrolisis protein pada pembuatan bahan
obat seperti untuk gangguan pencernaan
protein, dispesia gastritis, obat cacing, sebagai
bahan aktif dalam pembuatan krim pembersih
kulit dan pasta gigi, serta membuang sisa serat
dari kain pada industri detergen (Muhidin
1999). Di bidang kesehatan, papain
dimanfaatkan untuk mencegah deformasi luka
pada kornea mata dan pembersih lensa mata
(Leipner & Saller 2000).
Hidrolisat Protein
Protein berfungsi sebagai komponen
struktural, fungsional, dan reproduksi
makhluk hidup. Protein sebagai nutrisi
berperan penting dalam menyediakan asam
amino sebagai unit pembangun bagi
biosintesis protein kembali. Protein yang
terbentuk dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi
dan anak-anak serta untuk mengganti protein
tubuh yang terjadi secara tetap pada orang
dewasa. Asam amino juga merupakan
prekursor hormon, enzim, dan berbagai
biomolekul lainnya. Oksidasi kerangka karbon
pada asam amino juga melengkapi sebagian
kecil kebutuhan total energi harian (Lehninger
et al. 2004).
Hidrolisat protein merupakan suatu
campuran asam amino yang diperoleh melalui
degradasi hidrolitik protein dengan asam,
basa, atau enzim proteolitik. Hidrolisis secara
parsial mampu memecah molekul protein
menjadi beberapa gugus asam amino maupun
melalui pemutusan ikatan rantai peptida
(Rehm & Reed 1995). Hidrolisat umumnya
mengandung peptida dengan bobot molekul
rendah terdiri atas 2 hingga 4 residu amino.
Bila hidrolisis dilakukan dengan sempurna
maka akan diperoleh hidrolisat yang terdiri
dari campuran 18 sampai 20 macam asam
amino.
Hidrolisis asam menggunakan asam keras
anorganik seperti HCl atau H2SO4 pekat dan
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
5
dipanaskan pada suhu mendidih dengan
tekanan diatas 1 atm. Proses berlangsung
beberapa jam. Hidrolisis alkali, menggunakan
alkalis keras seperti NaOH dan KOH pada
suhu tinggi, dilakukan beberapa jam dan
dengan tekanan diatas 1 atm. Penambahan
asam maupun basa pada proses hidrolisis
dapat merusak beberapa gugus asam amino
serta menghasilkan senyawa karsinogenik.
Davidex et al. (1990) melaporkan bahwa
hidrolisis secara kimia menyebabkan destruksi
triptofan serta pelepasan amonia pada
pemecahan gugus amida asparagin dan
glutamin menjadi asam aspartat dan asam
glutamat. Selain itu gugus amino hidroksin
(serin dan treonin) mengalami kerusakan
sekitar 5-10%, sedangkan sistein, asam
aspartat, asam glutamat, lisin, arginin, tirosin
dan prolin terdegradasi sebagian. Williams
(1998) mengemukakan bahwa hidrolisis
protein dengan konsentrasi HCl yang tinggi
disertai
suhu tinggi dapat menyebabkan
terjadinya rasemasi asam amino dari L-asam
amino menjadi D-asam amino yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, bahkan terkadang
menjadi racun. Selain itu, produk yang
dihasilkan menjadi sangat asam. Penggunaan
alkali untuk menetralkan sampai pH 7
menyebabkan hidrolisat protein mengandung
sejumlah garam yang akan menurunkan
kualitas dan nilai biologis protein (Bucci &
Unlu 2000).
Proses hidrolisis secara enzimatis
dipandang lebih efisien dan banyak digunakan
dalam
industri.
Selain
itu,
proses
pengolahannya lebih cepat dan menghasilkan
hidrolisat protein tanpa kehilangan banyak
asam amino esensial. Pemilihan enzim
proteolitik untuk proses hidrolisis protein
berdasarkan pada spesifikasi, pH optimal,
kestabilan panas, pengaruh aktivator dan
inhibitor, harga, dan ketersediaan enzim
bersangkutan (Johnson & Peterson 1974).
Dasar proses hidrolisis enzimatis adalah
pemutusan ikatan peptida oleh enzim dengan
bantuan air. Hidrolisis ikatan peptida dapat
meningkatkan jumlah gugus terionisasi dan
sisi hidrofilik karena membukanya molekul
protein, umumnya meningkatkan kelarutan
dan menurunkan viskositas dan diamati
dengan meningkatnya derajat hidrolisis
(Zayas 1997). Giese (1994) menyebutkan
protease mengkatalisis pemutusan ikatan
peptida yang akan menghasilkan unit peptida
dan molekul lebih kecil yang akan mudah
larut. Hidrolisis secara luas oleh protease
non-spesifik seperti papain menyebabkan
kelarutan yang lebih tinggi pada protein yang
sukar larut. Protein dengan nilai kelarutan
tinggi
mengindikasikan
protein
yang
serbaguna dan potensial dalam sistem pangan.
Keuntungan
penggunaan
hidrolisat
protein dalam berbagai bidang antara lain
memperbaiki kelarutan, stabilitas panas, dan
secara relatif memperbesar resistensi terhadap
presipitasi oleh beberapa kondisi, seperti pH.
Hidrolisat protein ini pada umumnya
digunakan secara intravena untuk memelihara
kesetimbangan nitrogen pada penderita sakit
keras, diet khusus pasca-pembedahan saluran
pencernaan, menu bagi penderita gangguan
pencernaan atau sebagai suplemen protein
tinggi (Schimidi et al. 1994; Astuti 2003).
Hidrolisat protein secara luas digunakan untuk
memperbaiki karakteristik berbagai produk
pangan, sebagai penyedap rasa, formulasi
bahan makanan tambahan balita, pembuatan
produk dermatologis seperti krim pembersih
muka dan pelembab kulit, serta sebagai
lanjutan untuk isolasi asam amino (Kirk &
Othmer 1953; Pigot & Tucker 1990; Pedersen
1994).
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Pada penelitian ini digunakan galendo
dari industri VCO yang dikelola Puslit Kimia
LIPI bersama mitra kerja. Bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain
enzim papain produk Puslit Kimia LIPI,
heksana, kasein, tirosin, larutan Bovine Serum
Albumin (BSA), larutan TCA, pereaksi Folin
Ciocalteau, campuran selenium, indikator
bromcresol green, merah metil, pereaksi
arsenomolibdat,
pereaksi
o-ftalaldehida
(OPA), larutan standar asam amino, NaEDTA, Na-asetat, tetrahidrofuran (THF),
metanol, NaH2PO4, Na2HPO4.7H2O, NaOH,
H2SO4 pekat, H3BO3, HCl, Na2CO3.10H2O,
CuSO4.5H2O, Na-K-tartrat, NaHCO3, Na2SO4,
kertas parafilm, alumunium foil, kertas saring
Wathman No.40, dan akuades. Umumnya
bahan kimia yang digunakan berkualitas proanalisa.
Alat-alat yang digunakan dalam penilitian
ini antara lain autopipet Finnpipette 1.0-5.0 ml
dan 40-200 µl, autopipet Eppendorf 100-1000
µl, tabung reaksi kecil, pengaduk magnetik,
vortex, kuvet, tabung Kjeldahl, pemanas
Kjeldahl, perangkat destilasi, buret 25 ml,
tabung sentrifuse, sentrifuse kokusan H-103
N, sentrifuse berpendingin Beckman J221M/E, neraca analitik Scaltec (ketelitian 0,1
mg), pH meter, oven kabinet, tanur,
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
6
stopwatch, recipro shaker, vacum buchner,
rotary evaporator, penangas air HAAKE
Fisons DC 3 dan Thermomix B-Braun,
pengaduk Biodrive B-Braun, spektrofotometer
UV/Vis Hitachi U-2000, spray dryer,
perangkat HPLC, dan alat-alat gelas yang
umum digunakan di laboratorium.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa
tahapan kerja secara berurutan yaitu tahap
produksi bahan baku tepung galendo, tahap
analisis pendahuluan, tahap optimasi kondisi
hidrolisis, tahap produksi hidrolisat protein
pada kondisi optimum, tahap pemekatan
hidrolisat protein, serta tahap karakterisasi
hidrolisat protein.
Produksi Tepung Galendo
Bahan baku yang digunakan pada
penelitian ini merupakan limbah industri VCO
berupa galendo. Galendo dipisahkan dari
lapisan minyak dan air melalui pengepresan,
kemudian diekstraksi dengan pelarut organik
untuk menghilangkan sisa minyak. Ekstraksi
galendo menggunakan heksana (1:5 b/v)
dilakukan bertahap sebanyak dua kali selama
2 jam pada suhu ruang (28oC) dengan agitasi
200 rpm. Galendo yang telah bebas minyak
dievaporasi dan dikeringkan dalam oven pada
suhu 50oC selama 24 jam, lalu digiling dan
ukurannya diseragamkan lolos 50 mesh
(Modifikasi metode Rindengan 1988). Untuk
analisis, tepung galendo dilarutkan dengan
akuades.
Analisis Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan
mengukur aktivitas proteolitik dan kinetika
reaksi enzim papain yang akan digunakan
dengan metode hidrolisis kasein (Bergmeyer
& Grassi 1983) serta analisis proksimat
tepung galendo. Parameter analisis proksimat
meliputi sifat fisik, pH larutan, kadar protein
total dengan metode Kjeldhal (AOAC 1999),
konsentrasi protein terlarut (Lowry 1951),
konsentrasi gula pereduksi (Somogyi-Nelson
1952), kadar lemak dengan metode Soxhlet,
kadar air dan abu dengan metode gravimetri
(AOAC 1999), serta kelarutan dalam air
(Pedroza-Islas 2000).
Optimasi Hidrolisis Protein Galendo
Pemilihan kondisi hidrolisis optimum
dilakukan bertahap dengan menggunakan lima
variabel,
yaitu
konsentrasi
substrat,
konsentrasi enzim, pH, suhu inkubasi, dan
waktu hidrolisis.
Pada penentuan konsentrasi substrat
optimum, tepung galendo dilarutkan dalam
akuades dengan konsentrasi 1-10%(b/v). pH
larutan
diatur
sampai
7,0
dengan
menambahkan NaOH 0,1 N. Disiapkan tabung
blanko dan tabung sampel masing-masing
berisi 1800 μl larutan substrat, duplo untuk
setiap konsentrasi. Larutan stok enzim
konsentrasi 10%(b/v) dipersiapkan segar
dalam larutan dapar fosfat 0,2 M pH 7,0.
Larutan substrat diinkubasi pada suhu 60oC
selama 5 menit. Kemudian ke dalam tabung
sampel ditambahkan 200 μl larutan enzim,
sedangkan ke dalam tabung kontrol
ditambahkan 200 μl larutan dapar fosfat 0,2 M
pH 7,0. Hidrolisis dilakukan selama 1 jam.
Aktivitas
enzim
dihentikan
dengan
penambahan TCA 0,1 M. Ke dalam tabung
kontrol ditambahkan 200 μl larutan enzim
(Fachraniah 2002). Semua larutan didinginkan
dan disentrifugasi dengan kecepatan 3000
rpm, 4oC selama 15 menit untuk memisahkan
enzim papain dengan hidrolisat protein.
Konsentrasi
hidrolisat
protein
bagian
supernatan dianalisis dengan metode Lowry
(1951). Parameter yang digunakan adalah
kenaikan jumlah protein terlarut optimum.
Konsentrasi substrat pada setengah kecepatan
reaksi maksimum Km digunakan sebagai dasar
penentuan
kondisi
reaksi
optimum
selanjutnya.
Penentuan konsentrasi optimum enzim
papain dilakukan dengan menginkubasikan
campuran 1800 μl larutan substrat konsentrasi
optimum dan 200 μl larutan enzim konsentrasi
0,01;0,05;0,1;0,2;0,4;0,6; dan 0,8%(b/v) dari
volume substrat dalam dapar fosfat 0,2 M pH
7,0 pada suhu 60oC selama 1 jam. Perlakuan
selanjutnya sama dengan pada penentuan
konsentrasi substrat optimum. Begitu pula
dengan variabel pH larutan substrat dan enzim
dengan taraf 5,0;5,5;6,0;6,5;7,0;7,5; 8,0,
variabel suhu inkubasi dengan taraf
55;60;65;70;750C, dan variabel waktu
hidrolisis dengan taraf 15;30;45 menit dan
1;2;3;4;5 jam. Kondisi optimum ditunjukkan
oleh kondisi yang memiliki konsentrasi
protein terlarut tertinggi dan perubahan
konsentrasi terbesar.
Produksi Hidrolisat Protein Galendo
Hidrolisis protein galendo oleh enzim
papain dilakukan dengan cara menginkubasi
substrat, larutan dapar fosfat dan suspensi
enzim dalam penangas air disertai pengadukan
secara kontinyu pada pH optimum dan suhu
inkubasi maksimum, selama waktu hidrolisis
tetentu, serta pada konsentrasi substrat dan
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
7
konsentrasi enzim yang memberikan hasil
hidrolisis maksimum. Aktivitas enzim
dihentikan dengan menginkubasi hasil
hidrolisis pada suhu 40C selama 24 jam
(Sabariyyah 2005).
Pemekatan Hidrolisat Protein Galendo
Hidrolisat yang dihasilkan pada tahap
produksi disentrifugasi dengan kecepatan
10.000 rpm pada suhu 40C selama 15 menit
untuk mengendapkan enzim dan komponen
non-protein (Sabariyyah 2005). Filtrat yang
terbentuk dipisahkan dari endapan melalui
penyaringan.
Filtrat hidrolisat
berupa
campuran peptida dan asam amino
dikeringkan menggunakan spray-dryer untuk
memekatkan
hasil
hidrolisis.
Sistem
pengeringan menggunakan suhu udara masuk
150oC dan suhu udara keluar 80oC pada
tekanan 4,5 bar, dengan interaksi panas
terhadap bahan selama 2 sampai 5 detik
hingga menjadi serbuk.
Karakterisasi Hidrolisat Protein Galendo
Serbuk hidrolisat protein yang terbentuk
dianalisis lebih lanjut meliputi pH dalam
bentuk larutan, protein total, protein terlarut,
kadar gula, air, abu, serta kelarutannya dalam
air. Selanjutnya hidrolisat protein galendo
dikarakterisasi jenis asam amino dan
konsentrasinya masing-masing dengan metode
HPLC (AOAC 1999). Analisis asam amino
dilakukan di Laboratorium Terpadu IPB,
Bogor. Pada tahap HPLC diperlukan precollum derivatization untuk analisis asam
amino dengan mereaksikan sampel dengan
reagen o-ftalaldehida (OPA), kemudian
dipisahkan dengan kolom C18 dan dideteksi
dengan detektor fluoresen. Eluen yang
digunakan antara lain larutan A, terdiri atas
Na-asetat 0,025M pH 6,5, Na-EDTA 0,05%,
metanol 9%, dan THF 1%, dan larutan B
terdiri atas metanol 95% dan akuades. Sampel
dielusi menggunakan sistem gradien dengan
laju alir 1 ml/menit. Konsentrasi asam amino
dalam sampel dihitung dengan mengkonversi
luas area sampel dari hasil pemisahan
terhadap luas area standar asam amino yang
telah diketahui konsentrasinya. Luas area
standar asam amino dapat dilihat pada
Lampiran 17.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kebutuhan
asam
amino
untuk
metabolisme tubuh dapat dipenuhi melalui
asupan makanan berprotein, konsumsi
suplemen protein tinggi, asam amino bebas,
dan hidrolisat protein. Hidrolisat protein dapat
diperoleh melalui hidrolisis limbah industri
VCO berupa galendo oleh enzim proteolitik.
Enzim yang digunakan dalam penelitian ini
adalah refined papain berbentuk bubuk
berwarna putih kekuningan yang diisolasi dari
getah buah pepaya dan diproses lebih lanjut
melalui pengeringan semprot. Sebelum
hidrolisis, terlebih dahulu dilakukan analisis
pendahuluan untuk mengukur aktivitas
proteolitik dan kinetika reaksi enzim papain
serta analisis proksimat tepung galendo yang
akan digunakan.
Aktivitas Proteolitik dan Kinetika
Reaksi Enzim Papain
Aktivitas proteolitik enzim papain
ditentukan dengan menggunakan substrat
kasein 1%(b/v) pH 6,5 yang diinkubasi pada
suhu 40oC selama 5 menit. Nilai aktivitas
relatif papain yang diperoleh sebesar 1460,63
Unit/ml, yang berarti terdapat 1460,63 µmol
tirosin yang terbentuk per menit untuk setiap 1
ml enzim papain pada kondisi assay.
Penentuan kinetika reaksi penting
dilakukan untuk mengetahui kecepatan reaksi
enzim dalam menguraikan substrat. Kinetika
reaksi ditentukan dengan dua parameter utama
yaitu nilai Km dan kecepatan maksimum
(Vmaks). Km merupakan salah satu ciri tetap
suatu enzim untuk keadaan reaksi pada suhu
dan pH tertentu., sedangkan Vmaks bersifat
tidak tetap dan dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan
konsentrasi
enzim
dan
mengubah faktor lingkungan (Suhartono
1992).
Korelasi aktivitas proteolitik enzim
papain terhadap konsentrasi substrat kasein
menurut Michaelis-Menten diperlihatkan pada
Gambar 3. Nilai Km dan Vmaks enzim papain
ditentukan dengan metode Lineweaver-Burk.
Melalui ekstrapolasi persamaan regresi linear,
diperoleh nilai Km enzim papain sebesar
1%(b/v) dan Vmaks 3333,33 Unit/ml. Nilai Km
menunjukkan konsentrasi substrat pada saat
enzim mencapai setengah dari kecepatan
reaksi maksimum (Vmaks) yang
ditandai
dengan terbentuknya kompleks ES yang stabil
dan aktivitasnya yang tinggi. Pada saat Vmaks
seluruh enzim akan terikat dengan substrat
dan enzim tersebut sudah jenuh terhadap
substrat (Lehninger et al. 2004).
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
8
Aktivitas proteolitik
(Unit/m l)
2500
2000
1500
1000
500
0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
k ons e ntrasi kase in (%)
0.0018
y = 0.0003x + 0.0003
R2 = 0.9592
0.0015
1/V
0.0012
Tabel 3 Hasil analisis proksimat tepung
galendo
Parameter
Satuan
Hasil
Coklat muda
Warna serbuk
3,8 – 4,1
pH larutan
59,48
%(b/b)
Protein total
327,29
mg/ml
Protein terlarut
149,99
Gula pereduksi mg/ml
11,74
%(b/b)
Lemak
8,53
%(b/b)
Air
2,14
%(b/b)
Abu
50,39
%(b/b)
Kelarutan
0.0009
0.0006
0.0003
0.0000
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
1/[S]
Gambar 3 Hubungan aktivitas papain dengan
konsentrasi kasein, serta penetapan
nilai Km dan Vmaks
Analisis Proksimat Galendo
Bahan asal yang digunakan dalam
penelitian ini berupa galendo berbentuk
bubur hasil pemisahan dari fraksi lemak dan
air pada produksi VCO. Ekstraksi galendo
menggunakan
pelarut
organik
dan
pengeringan pada suhu 50oC selama 24 jam
bertujuan untuk mengurangi kandungan
lemak dan air tanpa merusak komponen
protein dan asam amino yang terkandung di
dalamnya, sehingga dihasilkan bahan baku
yang layak untuk dihidrolisis. Kandungan
lemak terekstrak dari galendo basah adalah
sebesar 27,19%(b/b). Kandungan air dalam
galendo basah dinyatakan sebagai kehilangan
bobot selama proses pengeringan, yaitu
sebesar
57,49%(b/b).
Galendo basah
mengandung protein terlarut sebesar 240,22
mg/ml.
Produksi bahan baku menghasilkan
tepung galendo berbentuk padatan kering
berwarna coklat muda dengan butiran lolos
50 mesh. Ekstraksi 2026,11 gram galendo
basah menghasilkan rendemen sebanyak
14,49%(b/b) setara 295,74 gram tepung
galendo. Hasil analisis proksimat tepung
galendo disajikan pada Tabel 3. Jika
dibandingkan dengan galendo basah, maka
tepung galendo mengandung protein telarut
1,4 kali lebih tinggi, yaitu sebesar 327,29
mg/ml. Selain itu, tepung galendo yang
dihasilkan memiliki kadar air kurang dari
10%, sehingga memperkecil kemungkinan
terkontaminasi
jamur,
meningkatkan
stabilitas
selama
penyimpanan,
dan
memperpanjang masa simpan.
Optimasi Kondisi Hidrolisis Protein
Galendo
Spesifisitas aktivitas enzim papain
membutuhkan pemilihan kondisi hidrolisis
yang tepat dan akan menentukan kekhasan
hidrolisat protein yang dihasilkan. Optimasi
hidrolisis protein galendo dilakukan secara
bertahap melalui variasi konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim, pH, suhu inkubasi, dan
waktu hidrolisis didasari oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi aktivitas enzim.
Konsentrasi hidrolisat protein dianalisis
dengan metode Lowry (1951). Protein yang
dihidrolisis oleh enzim akan menghasilkan
produk yang larut dalam TCA, sedangkan
protein yang tidak dapat dihidrolisis akan
mengendap. Produk terhidrolisis yang larut
dalam TCA adalah tirosin dan triptofan yang
akan menghasilkan warna biru dengan
pereaksi Folin Ciocalteau, yang menunjukkan
adanya hidrolisis dari enzim yang dianalisis
(Kirk & Othmer 1953). Parameter untuk
menentukan aktivitas hidrolisis optimum
adalah kenaikan jumlah protein terlarut
maksimum. Konsentrasi hidrolisat protein
terlarut pada berbagai variabel optimasi
terdapat di Gambar 4-8 dan Lampiran 12-16.
Kebutuhan banyaknya substrat galendo
bagi enzim papain ditentukan dengan
menggunakan jumlah bahan yang bervariasi
antara 1%(b/v) hingga 10%(b/v) dengan
konsentrasi enzim dibuat tetap. Hidrolisis
dilakukan pada suhu 60oC selama 1 jam.
Gambar
4
memperlihatkan
pengaruh
konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim
dalam
menghidrolisis
protein
yang
ditunjukkan oleh perubahan kenaikan protein
terlarut. Pada konsentrasi substrat yang rendah
hingga 3%(b/v), terjadi kenaikan jumlah
protein terlarut dengan pesat sampai tercapai
kecepatan
maksimum.
Peningkatan
konsentrasi substrat lebih lanjut tidak
berpengaruh nyata terhadap laju hidrolisis
dikarenakan enzim telah jenuh terhadap
substrat.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
7.0
Protein terlarut (mg/ml)
Protein terlarut (mg/mL)
9
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
100
86.92
80
60
40
20
0
0
Ko ns e n tr as i s ub s tr at (%)
0.2
0.4
0.6
0.8
Konsentrasi enzim (%)
0.4
y = 0.2158x + 0.1369
R2 = 0.9755
Gambar 5 Pengaruh
konsentrasi
enzim
terhadap protein terlarut hidrolisat
galendo (Ket: T= 60oC)
1/V
0.3
0.2
0.1
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1/[S]
Gambar 4 Hubungan protein terlarut dengan
konsentrasi substrat galendo, serta
penentuan nilai Km dan Vmaks
Konsentrasi substrat yang akan digunakan
pada kondisi hidrolisis selanjutnya ditentukan
dengan menggunakan kurva Lineweaver-Burk
melalui penetapan nilai Km. Melalui
ekstrapolasi persamaan regresi linear,
diperoleh nilai Km sebesar 1,58%(b/v) dan
Vmaks 7,30 mg/ml. Hal ini berarti untuk
mencapai setengah dari kecepatan reaksi
maksimum dibutuhkan substrat dengan
konsentrasi 1,58%(b/v), sehingga konsentrasi
substrat sejumlah 3,16%(b/v) sudah cukup
dijadikan dasar untuk optimasi produksi
hidrolisat protein selanjutnya.
Murray et al. (2003) mengemukakan
bahwa konsentrasi enzim berpengaruh
terhadap reaksi inisiasi antara enzim dengan
substrat yang akan menentukan kecepatan
awal
reaksi
hidrolisis.
Gambar
5
memperlihatkan perubahan konsentrasi enzim
berkorelasi terhadap perubahan kenaikan
protein
terlarut.
Aktivitas
hidrolisis
meningkatkan kelarutan protein dengan pesat
pada konsentrasi enzim 0,01; 0,05; dan
0,1%(b/v). Laju reaksi optimum proses
hidrolisis galendo oleh papain tercapai pada
konsentrasi
enzim
0,2%(b/v)
dengan
menghasilkan kenaikan protein terlarut
sebesar 86,92 mg/ml. Aktivitas hidrolisis
semakin
menurun
pada
penggunaan
konsentrasi enzim yang lebih tinggi, yang
ditandai oleh berkurangnya laju kenaikan
protein terlarut. Penggunaan enzim yang
berlebih menyebabkan tidak semua enzim
berikatan dengan substrat, sehingga kecepatan
maksimum tidak dapat dicapai dan proses
hidrolisis menjadi tidak efisien (Pelczar &
Chan 1986).
pH lingkungan dapat mempengaruhi
efektifitas pembentukan kompleks ES melalui
pengubahan struktur dan muatan residu
fungsional pada sisi aktif enzim yang berperan
dalam pengikatan substrat (Poedjiadi 2006).
Papain memiliki stabilitas tinggi pada kisaran
pH yang luas antara pH 4,5–10 (Belitz &
Grosch 1999). Gambar 6 memperlihatkan
aktivitas hidrolisis papain terhadap substrat
galendo mencapai optimum pada pH 7,0
dengan menghasilkan kenaikan protein
terlarut sebesar 168,13 mg/ml. Penyimpangan
dari pH tersebut baik di bawah maupun di atas
pH optimum menyebabkan penurunan
aktivitas hidrolisis yang ditunjukkan oleh
semakin berkurangnya laju kenaikan protein
terlarut. Hal ini dikarenakan terjadi perubahan
konformasi enzim yang mengakibatkan enzim
kehilangan aktivitas katalitiknya
dan
terdenaturasi (Murray et al. 2003).
Suhu mempengaruhi laju degradasi
kompleks ES membentuk produk pada kisaran
yang terbatas. Gambar 7 memperlihatkan
pengaruh perubahan suhu terhadap laju
hidrolisis
pada
konsentrasi
substrat,
konsentrasi enzim, dan pH optimum yang
ditandai oleh perubahan kenaikan protein
terlarut. Pada suhu 55oC hingga 65oC, laju
hidrolisis terlihat terus meningkat sebanding
dengan kenaikan suhu dan mencapai aktivitas
maksimum pada suhu 70oC dengan
menghasilkan kenaikan protein terlarut
sebesar 104,87 mg/ml. Pada suhu 75oC terjadi
penurunan aktivitas hidrolisis. Kenaikan suhu
lebih lanjut menyebabkan laju kerusakan
enzim akan melampaui reaksi katalisis enzim,
sehingga reaksi berjalan tidak efisien yang
ditunjukkan oleh penurunan tingkat kenaikan
protein terlarut. Penggunaan suhu yang terlalu
tinggi dapat menurunkan fungsi kerja enzim
akibat membukanya lipatan molekul protein
yang menyebabkan kerusakan sisi katalitik
enzim dan enzim terdenaturasi (Pelczar &
Chan 1986; Muchtadi 1992).
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
10
Protein terlarut (mg/ml)
200
168.13
150
100
50
0
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
pH
Gambar 6 Pengaruh pH terhadap protein
terlarut hidrolisat galendo (Ket: T=
Protein terlarut (mg/ml)
60oC)
110
104.87
100
90
80
70
60
55
60
65
70
75
o
Suhu ( C)
Gambar 7 Pengaruh suhu terhadap protein
terlarut hidrolisat galendo (Ket:
pH=7,0)
Protein terlarut (mg/ml)
Lama proses hidrolisis merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap mutu
hidrolisat yang dihasilkan. Astuti (2003)
mengemukakan bahwa proses hidrolisis
protein akan meningkatkan polaritas protein
melalui pemecahan ikatan peptida membentuk
NH2 dan COOH, sehingga peningkatan waktu
hidrolisis tertentu akan menyebabkan
kenaikan protein terlarut. Gambar 8
memperlihatkan laju hidrolisis protein
galendo oleh enzim papain meningkat dengan
pesat pada menit ke-15 hingga menit ke-60.
Aktivitas optimum tercapai pada jam ke-3
dengan menghasilkan kenaikan protein
terlarut sebesar 114,56 mg/ml. Semakin lama
proses hidrolisis, diduga produk yang
terbentuk dapat menghambat aktivitas enzim
papain dalam menghidrolisis substrat dan
menyebabkan jumlah peptida dan asam amino
menurun, serta meningkatkan jumlah padatan
tidak fungsional (Astuti 2003; Hidayat 2005).
Produksi Hidrolisat Protein
Galendo
Hidrolisat protein galendo diproduksi
pada kondisi optimum dengan menginkubasi
3,16%(b/v) substrat galendo dan suspensi
enzim 0,2%(b/v) dalam dapar fosfat pH 7,0,
yang selanjutnya dihidrolisis pada suhu 70oC
selama 3 jam disertai pengadukan secara
kontinyu. Proses hidrolisis protein galendo
oleh papain menghasilkan produk berupa
campuran peptida dan asam-asam amino
melalui pemecahan ikatan peptida. Inaktivasi
enzim dilakukan melalui inkubasi hidrolisat
pada suhu 4oC selama 24 jam. Selanjutnya
hidrolisat protein yang terbentuk dipisahkan
secara sederhana dengan sentrifugasi dan
penyaringan.
Filtrat hidrolisat dipekatkan hingga
menjadi serbuk menggunakan pengering
semprot. Menurut Hidayat (2005), proses
pengeringan semprot dapat mengatasi
perubahan karakteristik hidrolisat yang tidak
diinginkan, mencegah terjadinya penyusutan
padatan dengan mempertahankan bentuk dan
dimensi aslinya, meningkatkan stabilitas
selama penyimpanan, mencegah kehilangan
flavor, dan menghambat pertumbuhan bakteri.
Pengeringan 1400 ml filtrat hidrolisat
menghasilkan rendemen sebanyak 1,47%(b/v)
setara 20,45 gram serbuk hidrolisat.
Karakterisasi Hidrolisat Protein
Galendo
Warna, rasa, bau, dan tingkat kerusakan
asam amino dipengaruhi oleh kemurnian
protein dan komposisi asam amino bahan
baku, kondisi hidrolisis serta bahan
penghidrolisis yang digunakan (Kirk &
Othmer 1953; Fennema 1996). Proses
hidrolisis galendo oleh enzim papain yang
dilakukan pada penelitian ini berjalan dengan
baik
menghasilkan
produk
hidrolisat
berbentuk serbuk berwarna coklat muda dan
berbau harum (Gambar 9). Hasil analisis
proksimat terhadap serbuk hidrolisat protein
galendo disajikan pada Tabel 4.
140
114.56
120
100
80
60
40
20
0
0
60
120
180
240
300
Waktu inkubasi (menit)
Gambar 8 Pengaruh waktu inkubasi terhadap
protein terlarut hidrolisat galendo
(Ket: T= 70oC)
Gambar 9 Serbuk hidrolisat protein galendo
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
11
Tabel 4 Hasil analisis proksimat
hidrolisat protein galendo
Parameter
Warna serbuk
pH larutan
Protein total
Protein terlarut
Gula pereduksi
Lemak
Air
Abu
Kelarutan
Satuan
%(b/b)
mg/ml
mg/ml
%(b/b)
%(b/b)
%(b/b)
%(b/b)
serbuk
Hasil
coklat muda
6,6
70,22
796,41
103,04
6,81
6,37
1,15
77,34
Serbuk hidrolisat galendo mengandung
protein total sebesar 70,22% (b/b) atau 18%
lebih tinggi dari tepung galendo. Perubahan
kandungan protein total disebabkan oleh
banyaknya komponen berupa lemak, gula, dan
senyawa lain yang terendapkan selama
sentrifugasi, sehingga konsentrasi asam amino
pada hidrolisat galendo lebih tinggi daripada
bahan baku. Proses pengeringan yang efektif
menghasilkan produk dengan kadar air rendah
turut berperan meningkatkan kepekatan
protein dalam hidrolisat galendo.
Konsentrasi protein terlarut dari serbuk
hidrolisat galendo adalah sebesar 796,41
mg/ml, yang berarti 3,3 kali lebih tinggi dari
galendo basah dan 2,4 kali lebih tinggi dari
tepung galendo. Perubahan konsentrasi
protein terlarut disebabkan oleh pemutusan
ikatan peptida pada protein galendo yang
selanjutnya meningkatkan gugus amina dan
karboksil yang bersifat polar, sehingga
meningkatkan kelarutan protein dalam air
(Astuti 2003).
Ringkasan proksimat galendo basah,
tepung galendo, dan serbuk hidrolisat protein
disajikan pada Tabel 5. Kadar karbohidrat
dinyatakan sebagai selisih antara jumlah
bahan dengan komponen proksimat yang telah
diketahui. Karbohidrat yang terkandung dalam
substrat galendo tidak menghambat kinerja
enzim papain dalam menghidrolisis protein
serta terendapkan pada proses sentrifugasi,
sehingga menyebabkan perubahan kadar
karbohidrat dalam serbuk hidrolisat menjadi
15% lebih rendah dari tepung galendo, yaitu
sebesar 15,45%(b/b). Hal ini juga ditunjukkan
oleh perubahan konsentrasi gula pereduksi
menjadi 31% lebih rendah dari tepung
galendo.
Jika dibandingkan dengan tepung
galendo, hasil analisis proksimat terhadap
serbuk hidrolisat menunjukkan penurunan
kandungan lemak, air, dan abu berturut-turut
sebesar 42%, 25%, dan 46%. Hal ini
menunjukkan proses hidrolisis berlangsung
efektif menghasilkan hidrolisat dengan
karakteristik dan nilai mutu yang lebih baik,
lebih stabil, dan tahan lama. Kelarutan serbuk
hidrolisat di dalam air meningkat menjadi 1,5
kali lebih besar dari tepung galendo yang
menunjukkan kemudahan fortifikasi makanan.
Disamping itu, rendahnya kandungan lemak
mengindikasikan serbuk hidrolisat protein
galendo potensial untuk dimanfaatkan sebagai
suplemen diet dan formulasi makanan bayi
(Hidayat 2005).
Komposisi asam amino penyusun protein
menentukan kualitas hidrolisat protein dan
nilai gizinya. Hidrolisis protein secara
enzimatis yang berlangsung sempurna akan
menghasilkan hidrolisat yang terdiri dari 18
sampai 20 jenis asam amino. Analisis
komposisi asam amino yang terkandung
dalam hidrolisat protein galendo dengan
metode HPLC menggunakan reagen OPA
menghasilkan 15 jenis asam amino baik yang
bersifat esensial maupun nonesensial. Asam
amino sistein, prolin, dan triptofan tidak dapat
diidentifikasi dengan metode ini.
Hasil analisis asam amino dengan metode
HPLC disajikan pada Gambar 10 dan Tabel 6.
Konsentrasi asam amino tertinggi yang
terkandung dalam serbuk hidrolisat protein
galendo adalah asam glutamat sebesar
12,47%, diikuti arginin 7,22%, asam aspartat
5,91%, leusin 4,20%; dan valin 3,64%.
Histidin merupakan asam amino pembatas
dengan konsentrasi terkecil yaitu sebesar
1,51%.
Tabel 5 Ringkasan komposisi galendo basah, tepung galendo, dan serbuk hidrolisat protein per
100 gram
Produk
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat*
(g)
Air
(g)
Abu
(g)
Galendo basah
Tepung galendo
Serbuk hidrolisat protein
14,49
59,48
70,22
27,91
11,74
6,81
18,11
15,45
57,49
8,53
6,37
2,14
1,15
*by difference
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
12
Gambar 10 Kromatogram HPLC hidrolisat
protein galendo
Tabel 6 Hasil analisis asam amino hidrolisat
protein galendo dengan HPLC
*
No
Asam amino
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Asam aspartat
Asam glutamat
Serin
Histidin*
Glisin
Threonin*
Arginin
Alanin
Tirosin
Metionin*
Valin*
Fenilalanin*
Isoleusin*
Leusin*
Lisin*
Konsentrasi
% (b/b)
µM
5,91
31312
66121 12,47
2,10
11106
1,51
7987
3,11
16482
1,86
9859
7,22
38256
2,58
3673
1,63
8664
1,71
9073
3,64
19280
3,08
16296
2,57
13607
4,20
22281
2,40
12706
esensial
Asam glutamat sebagai asam amino
nonesensial merupakan sumber energi utama
bagi sel
usus (Reeds 2000). Menurut
Augustin et al. (2007), 60% asupan asam
glutamat dalam makanan dimetabolisme oleh
sel usus dan hanya 4% yang dikeluarkan dari
tubuh. Selain itu, asam glutamat berperan
sebagai neurotarsmitter dalam otak yang
menunjang fungsi berpikir, mempermudah
proses belajar, dan memperkuat ingatan.
Lee dan Ho (2002) mengemukakan
bahwa asam glutamat memiliki rasa asam dan
umami (gurih), sehingga kandungan asam
glutamat yang tinggi menyebabkan hidrolisat
protein galendo dapat dimanfaatkan sebagai
penyedap makanan. Asupan asam glutamat
dan asam amino bercabang (leusin, isoleusin,
dan valin) dapat meningkatkan metabolisme
di otot dengan cara meningkatkan sintesis
protein
dan
menurunkan
proteolisis
(Manninen 2004). Oleh karena itu, hidrolisat
protein galendo dapat dimanfaatkan sebagai
makanan suplemen bagi atlet maupun orangorang yang ingin memperbesar massa otot
tubuhnya. Komposisi asam glutamat bersama
dengan sistein dan glisin berperan sebagai
prekursor dalam sintesis glutation, suatu
molekul antioksidan yang berperan penting
dalam mekanisme detoksifikasi di hati.
Asupan asam glutamat yang berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan sistem syaraf
sehingga dapat menimbulkan penyakit
Alzheimer dan amyotrophic lateral sclerosis
(Sabariyyah 2005).
Arginin merupakan asam amino esensial
untuk bayi dan anak-anak yang berperan
menstimulasi
pembentukan
hormon
pertumbuhan yang disegregasikan oleh
hypothalamus dan penting untuk pembaharuan
sel, terutama untuk regenerasi ginjal, otot dan
sel kartilago (Alba et al. 1988; Koesel et al.
2001; Poedjiadi 2006). Penambahan arginin
ke dalam minuman kaya karbohidrat memiliki
efek insulinotropik yang turut berperan dalam
pembentukan otot (Ivy et al. 2002). Arginin
juga merupakan nutrisi penting yang
dibutuhkan oleh penderita AIDS dan penderita
penyakit kronis dalam rangka meningkatkan
sistem imun. Asam amino histidin bersifat
esensial
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan anak-anak, namun tidak
esensial bagi orang dewasa (Poedjiadi 2006).
Penetapan
nilai
kimia
protein
mengindikasikan kualitas produk hidrolisat
yang dihasilkan dalam upaya pemanfaatannya
sebagai suplemen makanan. Nilai kimia
merupakan perbandingan konsentrasi asam
amino esensial dalam produk hidrolisat
protein terhadap pola provisional yang
menyatakan kebutuhan asupan asam amino
bagi manusia (WHO 2002). Nilai kimia
hidrolisat protein galendo disajikan pada
Tabel 7.
Hidrolisat protein galendo kaya asam
amino valin dan isoleusin dengan nilai kimia
berturut-turut sebesar 104 dan 92, yang berarti
konsumsi produk hidrolisat dapat memenuhi
seluruh kebutuhan asam amino valin dan 92%
kebutuhan isoleusin bagi metabolisme tubuh.
Hidrolisat protein galendo defisien asam
amino lisin dengan nilai kimia 41. Hal ini
disebabkan bereaksinya lisin dengan gula
sederhana
pada
suhu
tinggi
yang
menimbulkan reaksi browning selama proses
pengeringan.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
13
Tabel 7 Nilai kimia hidrolisat protein galendo
terhadap kebutuhan asam amino
esensial pola provisional WHO
Hidrolisat
Pola
galendo provisional*
% (b/b)
% (b/b)
2,57
2,80
Isoleusin
4,20
6,60
Leusin
2,40
5,80
Lisin
4,71
6,30
Fenilalanin
Metionin
1,71
2,50
Treonin
1,86
3,40
Triptofan
T
1,10
Valin
3,64
3,50
Asam
amino
esensial
Nilai
kimia
92
64
41
75
68
55
104
T : Tidak teridentifikasi
adalah asam glutamat sebesar 12,47%(b/b),
sedangkan histidin merupakan asam amino
pembatas dengan konsentrasi terkecil yaitu
sebesar 1,51%(b/b).
Saran
Analisis konsentrasi asam amino sistein,
prolin, dan triptofan dari hidrolisat protein
galendo perlu dilakukan dengan metode
HPLC menggunakan pre-collum derivatization
yang berbeda. Selain itu, perlu dilakukan uji
toksisitas dan uji daya cerna in vitro untuk
mengetahui
keamanan
dan
efektifitas
pemanfaatan hidrolisat protein galendo lebih
lanjut sebagai alternatif bahan tambahan
makanan atau suplemen protein tinggi.
*WHO 2002
Efektifitas proses hidrolisis ditunjukkan
oleh kandungan protein terlarut yang tinggi
dan komposisi asam amino yang lengkap baik
asam amino esensial maupun nonesensial
dalam produk hidrolisat. Selain itu, hidrolisat
umumnya mengandung peptida dengan bobot
molekul rendah terdiri atas 2 hingga 4 residu
asam amino yang lebih mudah diabsorpsi
dalam metabolisme tubuh. Oleh karena itu,
hidrolisat protein galendo dapat dimanfaatkan
sebagai menu bagi para penderita gangguan
pencernaan dengan memanfaatkan asam
amino esensial yang terdapat di dalamnya.
Hidrolisat protein galendo juga dapat
dimanfaatkan sebagai intermediet isolasi asam
amino bebas untuk memenuhi kebutuhan
industri, pangan dan kesehatan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Galendo, limbah industri VCO, dapat
diolah menjadi hidrolisat protein. Papain
sebagai enzim proteolitik dapat digunakan
untuk menghasilkan hidrolisat protein
galendo. Kondisi optimum untuk hidrolisis
galendo dengan enzim papain adalah pada
konsentrasi substrat 3,16%(b/v), konsentrasi
enzim 0,2%(b/v), pH 7,0, suhu inkubasi 70oC,
dan waktu hidrolisis selama 3 jam. Aktivitas
proteolitik papain relatif sebesar 1460,63
Unit/ml untuk menghasilkan hidrolisat dengan
kandungan protein total 70,22%(b/b) dan
protein terlarut 796,41 mg/ml. Produksi
hidrolisat protein pada kondisi optimum
menghasilkan rendemen sebanyak 1,47%(b/v).
Komposisi asam amino tertinggi yang
terkandung dalam hidrolisat protein galendo
DAFTAR PUSTAKA
Alba-Roth J, Müller O, Schopohl J, von
Werder K. 1988. Arginine stimulates
growth hormone secretion by suppressing
endogenous somatostatin secretion. J Clin
Endocrinol Metab 67(6):1186-9.
Anang SA. 1991. Kelapa: Kajian Sosial
Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Aditya
Media.
[AOAC] Association of Official Analitical
Chemists. 1999. Official Method of
analysis. Ed ke-17. Virginia: AOAC.
[APCC] Asia Pacific Coconut Community.
2004. Coconut statistical yearbook 2003.
Astuti NS. 2003. Pengaruh konsentrasi jagung
dan
waktu
hidrolisis
terhadap
karakteristik hidrolisat protein secara
enzimatik [skripsi]. Bandung: Universitas
Pasundan.
Augustin H, Grosjean Y, Chen K, Sheng Q,
Featherstone DE. 2007. Nonvesicular
release of glutamate by glial xCT
transporters
suppresses
glutamate
receptor
clustering
in
vivo.
J
Neuroscience 27(1):111-123.
Belitz HD, Grosch W. 1999. Food Chemistry.
Germany: Springer.
Bergmeyer HU, Grassi M. 1983. Methods of
Enzymatic Analysis. Ed ke-3. Florida:
Verlag Chemie.
Beveridge AJ. 1996. A theoretical study of the
active sites of papain and S195C rat
trypsin: Implication for the low reactivity
of mutant serine proteinases. J Protein
Sci 5:1355:1365.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
14
Bucci LR, Unlu L. 2000. Protein and Amino
Acid Supplements in Exercise and Sport
in: Energy Yielding Macronutrients and
Energy Metabolism in Sports Nutrition.
Florida: CRC Press.
Davidex J, Velisek J, Pokarny J. 1990.
Chemical
Change
During
Food
Processing.
California:
Elsevier
Academic Press.
Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan
Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa.
Jakarta:
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. 2008. Pusat data
statistik: Produksi kelapa nasional.
http://database.deptan.go.id/bdspweb/bds
p2007/hasil_ind.asp. [27 Februari 2008]
[EDC] Enzyme Development Corporation.
1999.
Meat Tenderizing: A Brief
Discussion. New York: EDC.
[EDC] Enzyme Development Corporation.
2001. Traditional Baking Enzymes. New
York: EDC.
Fachraniah. 2002. Pembuatan peptone dari
bungkil kedelai dan limbah bir dengan
enzim papain untuk media pertumbuhan
bakteri
[tesis].
Bogor:
Program
Pascasarjana, IPB.
[IDEA] Investment in Developing Export
Agriculture Product. 2000. Papain.
Comertial Buletin 13:1-5.
Ivy JL, Goforth HW Jr, Damon BM,
McCauley TR, Parsons EC, Price TB.
2002. Early post-exercise muscle
glycogen recovery is enhanced with a
carbohydrate-protein supplement. J Appl
Physiol 93:1337–1344.
Johnson
AH,
Peterson
MS.
1974.
Encyclopedia of Food Technology.
Volume ke-2. Westport: The AVI Publ.
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak
dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press
Kirk RE, Ortmer JB. 1953. Encyclopedia of
Chemical Technology. Volome ke-5. New
York: The Interscience Encyclopedia.
Koesel, Kurt, Ray J. 2001. Multiple usage of
green
papaya
in
healing.
http://www.universal-tao.com/article.html
[27 Februari 2008]
Lee TC, Ho CT. 2002. Bioactive Compounds
in Foods: Effects of Processing and
Storage.
Washington:
American
Chemical Society.
Lehninger AL, DL Nelson, MM Cox. 2004.
The Principles of Biochemistry. 4th Ed.
New York: Worth Publisher.
[FAO] Food and Agriculture Organization of
the United Nations. 2004. The Pasific
Island Food Composition Tables. Ed Ke2. Rome: FAO.
Leipner J, Saller R. 2000. Systememic
enzyme therapy in oncology: effect and
mode of action. J Drugs 59(4):769-780.
Fennema OR. 1996. Principles of Food
Science: Food Chemistry. New York:
Marcel Dekker.
Leung AY. 1996. Encyclopedia of Common
Natural Ingredients Used in Food, Drugs,
and Cosmetics. Ed ke-2. New York:
Interscience.
Giese J. 1994. Protein as ingredients: types,
functions, applications. J Food Tech.:5060.
Hagenmaier R. 1980. Coconut Aqueous
Processing. Philippines: San Carlos
Publications.
Harrison MJ, NA Burton, LH Hillier. 1997.
The mechanism of the papain catalysed
amide hydrolysis: Prediction with a
hybrid quantum mechanical or molecular
mechanical potential. J Am Chem Soc
119:12285–12291
Hidayat T. 2005. Pembuatan hidrolisat protein
dari ikan selar kuning (Caranx leptolepis)
dengan menggunakan enzim papain
[skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Lowry OH, NJ Rosebrough, AL Farr, RJ
Randall. 1951. Protein measurement with
the folin phenol reagent. J Biol Chem
193:265-270.
Mahmud Z, Ferry Y. 2005. Prospek
pengolahan hasil samping buah kelapa. J
Litbang Perkebunan 4(2):55-63.
Manninen AH. 2004. Protein hydrolysates in
sports and exercise: a Brief review. J
Sports Science and Medicine 3:60-63.
Muchtadi D. 1992. Enzim dalam Industri
Pangan. Bogor: PAU-IPB.
Muhidin D. 1999. Agroindustri Papain dan
Pektin. Jakarta: Penebar Swadaya.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
15
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell
VW. 2003. Harper Biochemistry. Ed ke25. Hartono A, penerjemah; Bani AP,
Tiara MN, editor. Jakarta: EGC.
Pedersen. 1994. Removing bitternes from
protein hidrolysates. Di dalam: Food
Industry X. Chicago: Institute of Food
Technology.
Pedroza-Islas R, JA Ramirez, EJV Carter.
2000. Using biopolimer blends for shrimp
feedstuff
microencapsulation-II:
dissolution and floatability kinetics as
solution
criteria.
Food
Research
International 33:119-124.
Pelczar MJJr, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Volume ke-1. Hadioetomo
RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL,
penerjemah. Jakarta : UI Pr. Terjemahan
dari: Elements of Microbiology.
Poedjiadi A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: UI-Press.
Pigot GM, Tucker BW. 1990. Utility Fish
Flesh Effectively While Maintaining
Nutritional Qualities, Sea Food Effect of
Technology on Nutrition. New York:
Marcel Decker.
Purwadaria T. 2004. Bungkil kelapa
fermentasi untuk pakan itik [publikasi
elektronis]. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Indonesia
26(5):9-10.
Schimidi MK., Taylor SL, Nordlee JA. 1994.
Use of hydrolisate-based product in
special medical diets. J Food Tech.
Sediaoetama D A. 1996. Ilmu Gizi. Cetakan
ke-3. Jakarta: Dian Rakyat.
Soemaatmadja E, Djoerwani, AS Herman.
1984. Pemanfaatan Bungkil dan Ampas
Kelapa. Bogor: Balai Penelitian Kimia.
Somogyi M. 1952. Comparative study of
Xylanase kinetics using dinitrosalicylic,
arsenomolibdate,
and
ion
chromatographics assay. J Biol Chem
195:19-23. Cetak ulang dalam Appl
Biochem & Biotech 1998;70-72:257-265.
Suhartono MT. 1992. Protease. Bogor: PAU
Bioteknologi IPB.
Warisno A. 2003. Budidaya Kelapa Genjah.
Yogyakarta: Kanisius.
Williams AP. 1998. Determination of Amino
Acid. HPLC in Food Analysis. Academic
Pr Limited.Winarno FG. 1986. Kimia
Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
[WHO] World Health Organization. 2002.
WHO/FAO report: Energy and Protein
Requirements. WHO Technical Report.
Ser. no. 724. Geneva: WHO.
Zayas JF. 1997. Functionality of Protein in
Food. Germany: Springer.
Reeds PJ. 2000. Intestinal glutamate
metabolism. J Nutrition 130(4):978-982.
Rehm HJ, G Reed. 1995. Biotechnology:
Enzymes, Biomass, Food, and Feed. New
York: VCH.
Rindengan B. 1988. Mempelajari penggunaan
konsentrat protein kelapa (Cocos nucifera
L.) untuk makanan bayi [tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, IPB.
Rindengan B, A Lay, H Novarianto, H
Kembuan,
Z
Mahmud.
1995.
Karakterisasi daging buah kelapa hibrida
untuk bahan baku industri makanan.
Laporan Hasil Penelitian. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sabariyyah PN. 2005. Pemanfaatan enzim
papain dalam produksi hidrolisat protein
susu sapi [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
16
LAMPIRAN
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
17
Lampiran 1 Tahapan penelitian
Produksi
tepung galendo
Tepung galendo
(Analisis proksimat)
Refined papain
• Aktivitas proteolitik
• Kinetika reaksi (Km & Vmaks)
Optimasi kondisi hidrolisis
(jumlah peptida terlarut optimum)
•
•
•
•
•
Konsentrasi substrat
Konsentrasi enzim
pH
Suhu inkubasi
Waktu hidrolisis
Produksi hidrolisat protein
pada kondisi optimum
Pemekatan hidrolisat protein
(spray-drying)
Serbuk campuran asam amino dan peptida
Karakterisasi produk
• Analisis proksimat
• Analisis asam amino dengan HPLC
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
18
Lampiran 2 Produksi tepung galendo
Galendo basah
Ekstraksi dengan heksana (1:5),
200 rpm, 2 x 2 jam; suhu ruang
Dekantasi
Bubur galendo bebas minyak
Residu heksana
Evaporasi
Oven 50oC, 24 jam
Galendo kering
Digiling dan diseragamkan
lolos 50 mesh
Tepung galendo
Perhitungan :
2026,11 gram
galendo basah
ekstraksi,
evaporasi
1460,62 gram
bubur galendo
oven,
digiling
lemak terekstrak
 2026,11 − 1460,62 
=
 x 100% = 27,91%
2026,11


kadar
 1460 ,62 − 295 ,74 
= 
 x 100 %
2026 ,11


air
rendemen
=
= 57 , 49 %
295,74
x 100% = 14,49%
2026,11
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
295,74 gram
tepung galendo
19
Lampiran 3 Hidrolisis protein galendo, pemekatan hidrolisat, dan karakterisasi produk.
Larutan galendo
konsentrasi optimum
(pH 3,9)
NaOH 0,1 N
Pengaturan pH = pH optimum
Suspensi papain
konsentrasi optimum
dalam dapar fosfat
0,2 M pH optimum
Hidrolisis pada kondisi
optimum, kec. 120 rpm
Inaktivasi enzim
(simpan pada suhu 4oC, 24 jam)
Sentrifugasi
t=15’,T=40C,
kec.= 10.000 rpm
Hidrolisat protein total
(campuran peptida & asam amino)
Spray-drying
Serbuk campuran peptida
dan asam amino
• Analisis proksimat
• Karakterisasi asam amino dengan
HPLC
1400 ml filtrat
(hidrolisat total)
rendemen
Spray Drying
20,45 gram tepung hidrolisat
20,45 g x 100 % = 1,47 %(b/v)
= ________
1400 ml
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Endapan
20
Lampiran 4 Analisis aktivitas proteolitik enzim papain metode hidrolisis kasein (Bergmeyer &
Grassi 1983)
Prinsip pengukuran aktivitas proteolitik enzim papain dengan metode hidrolisis kasein
adalah mengukur banyaknya tirosin yang dihasilkan dari hidrolisis kasein oleh satu konsentrasi
papain pada suhu 40oC, pH 6,5.
Prosedur:
Disiapkan tiga buah tabung reaksi untuk blanko, standar, dan sampel. Larutan kasein 1%
pH 7,0 dimasukkan ke dalam setiap tabung masing-masing 0,6 ml. Sejumlah 0,2 ml larutan dapar
fosfat pH 6,5 ditambahkan ke dalam tabung blanko, untuk tabung standar ditambahkan larutan 0,2
ml tirosin 5 mM, dan untuk tabung sampel ditambahkan 0,2 ml larutan papain 0,1%. Ketiga
tabung dipanaskan dalam penangas air pada suhu 40oC selama 5 menit. Reaksi dihentikan dengan
menambahkan 2 ml TCA 0,1 M. Kemudian ditambahkan 0,2 ml larutan dapar fosfat pH 6,5 ke
dalam ketiga tabung tersebut, lalu dihomogenkan dan disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm
selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh dipipet masing-masing 0,6 ml. Kemudian
ditambahkan masing-masing 2 ml NaOH 1 M dan 0,4 ml larutan folin, divortex, diamkan selama
10 menit, dan dianalisis dengan spektrofotometer pada λ 578 nm.
Pada penentuan kinetika reaksi enzim papain terhadap substrat kasein, digunakan
konsentrasi papain 0,5%(b/v) dengan konsentrasi substrat kasein bervariasi antara 0,2-2,5%(b/v).
Prosedur analisis serupa dengan penentuan aktivitas proteolitik enzim papain metode hidrolisis
kasein. Satu unit proteolitik didefinisikan sebagai jumlah μmol tirosin yang terbentuk per menit
pada kondisi assay.
Kinetika reaksi enzim papain terhadap substrat kasein
Konsentrasi kasein
(%) b/v
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,50
2,00
2,50
Aktivitas proteolitik
(Unit/ml)
547,45
1162,04
1523,08
1629,77
1661,93
1826,57
2070,50
2119,47
1/[S]
1/AE
5,00
2,50
1,67
1,25
1,00
0,67
0,50
0,40
0,0018
0,0009
0,0007
0,0006
0,0006
0,0005
0,0005
0,0005
Perhitungan :
Aktivitas proteoliti k
=
A sampel - A blanko
A standar - A blanko
x
1
1
x
x Fp
t
V papain
0.425 - 0.054
1
1
x
x
x 1000
0.308 - 0.054
5
0.2
= 1460 .63 U / ml
=
Km
V maks
 1 
1

 +
 [S ]  V maks
Persamaan Lineweaver-Burk adalah;
1
V
=
dengan persamaan garis yang diperoleh;
y
= 0,0003 x + 0,0003
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
21
Lampiran 5 Penentuan kadar N total (metode Kjeldahl, AOAC 1999)
Prinsip penentuan kadar N-total dengan metode Kjeldahl adalah penetapan protein
berdasarkan oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi N menjadi amonia. Selanjutnya amonia
bereaksi dengan kelebihan asam membentuk amonium sulfat. Larutan dibuat menjadi basa dan
amonia diuapkan untuk kemudian diserap oleh larutan asam borat. N yang terkandung dalam
larutan dapat ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan HCl.
Prosedur :
Sejumlah 0,51 g sampel ditimbang di dalam tabung Kjeldahl, kemudian ditambahkan 2 g
campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat. Campuran selen dibuat dari 2,5 g serbuk SeO2, 100 g
K2SO4, dan 20 g CuSO4.5H2O. Larutan sampel dipanaskan di atas pemanas listrik atau bunsen
selama dua jam sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijauan, lalu didinginkan.
Selanjutnya larutan sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditepatkan
sampai tanda tera. Sejumlah 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam alat destilasi dan
ditambahkan 5 ml NaOH 30% dan labu destilasinya segera ditutup. Sebagai penampung,
erlenmeyer berisi 10 ml larutan asam borat (H3BO3) 2% dan 2-4 tetes larutan indikator (campuran
bromcresol green 0,1% dan merah metil 0,1% dalam alkohol 95% (5:1)) diletakkan di bawah
kondensor dan diusahakan ujung pipa kondensor selalu tercelup dalam larutan borat. Destilasi
dilakukan selama 10 menit. Ujung pipa dibilas dengan air suling, kemudian larutan dititrasi
dengan HCl 0,01 N hingga warna larutan menjadi ungu seulas
Perhitungan:
V.HCl x N.HCl x 0,014 x Fp
x 100%
bobot sampel
%N
=
Protein to tal
= % N x faktor konversi
Faktor konversi = 6,25 ( produk tur unan kelapa)
a. Tepung galendo
Hasil titrasi
:I
17,10 ml
II 17,60 ml
%N
Protein to tal
17,35 ml x 0,01 x 0,014 x 20
x 100% = 9,52%
0,51 g
= 9,52% x 6,25 = 59,48%
=
b. Produk hidrolisat protein
Hasil titrasi
:I
20,40 ml
II 20,55 ml
%N
Protein to tal
20, 48 ml x 0,01 x 0,014 x 20
x 100% = 11,24%
0,51 g
= 11,24% x 6, 25 = 70,22%
=
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
22
Lampiran 6 Penentuan konsentrasi protein terlarut (Lowry 1951)
Metode Lowry merupakan salah satu reaksi warna untuk uji protein yang konsentrasinya
rendah (1-300 µg/ml), Prinsip penentuan kadar protein terlarut dengan metode Lowry adalah
reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat
oleh tirosin dan triptofan yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna biru keunguan.
Intensitas warna kompleks sebanding dengan kadar protein.
Pereaksi:
Lowry A : Na2CO3 2% (b/v) dalam larutan NaOH 0,1 N
Lowry B : CuSO4 0,5% (b/v) dalam larutan Na-K- tartrat 1%(b/v)
Lowry C : Campuran Lowry A dan B (50:1) (dibuat insitu)
Lowry D : Pereaksi Folin Ciocalteau dan akuades (1:1) (dibuat insitu)
Sejumlah sampel (50-500 µl) ditambahkan akuades hingga volumenya 4 ml. Kemudian
ditambahkan 5,5 ml pereaksi Lowry C, dikocok, dan didiamkan selama 15 menit. Lalu Lowry D
ditambahkan sebanyak 0,5 ml, dikocok dengan cepat, dan dibiarkan selama 30 menit hingga
terbentuk warna biru. Serapannya diukur pada panjang gelombang 650 nm.
Untuk kurva standar protein, sampel digantikan dengan stok Bovine Serum Albumin 100
µg/ml. Sederetan standar BSA dibuat dengan konsentrasi 0, 20, 40, 60, 80 dan 100 µg/ml.
Perlakuan selanjutnya sama seperti prosedur pada analisis kadar protein terlarut.
Konsentrasi standar BSA dan absorban pada λ 650 nm
Konsentrasi BSA (mg/ml)
0,00
0,02
0,04
0,06
0,08
0,10
Abs = K1 (Kons) + K0
Abs = 5,5700 [Kons] + 0,0237
Absorban
0,000
0,145
0,264
0,372
0,467
0,565
0.700
y = 5.5700x + 0.0237
R2 = 0.9935
Absorban
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
Konsentrasi BSA (mg/mL)
Kurva standar protein BSA pada panjang gelombang 650 nm
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
23
Lampiran 7 Konsentrasi protein dan N-terlarut galendo basah, tepung galendo, dan hidrolisat
protein
Konsentrasi protein terlarut
Absorban
Konsentrasi
Fp
Konsentrasi total
(mg/ml)
Rata-rata
Galendo basah
0,158
0,157
0,024
0,024
10000
241,11
239,32
240,22
Tepung galendo
0,200
0,212
0,032
0,034
10000
316,52
338,06
327,29
Hidrolisat protein
0,245
0,246
0,040
0,040
20000
794,61
798,20
796,41
Sampel
Perhitungan :
Absorban
= 5,5700[Kon s] + 0,0237
Konsentras i
 Abs − 0.0237 
= 
 x Fp
5,57


Peningkata n kelarutan protein
konsentras i tepung galendo
konsentras i galendo basah
327 , 29 mg/ml
=
240 ,22 mg/ml
=
= 1,4 kali
Peningkata n kelarutan protein
konsentras i produk hidrolisat
konsentras i tepung galendo
796 ,41 mg/ml
=
327 .29 mg/ml
=
= 2,4 kali
Peningkata n kelarutan protein
=
konsentras i produk hidrolisat
konsentras i galendo basah
796 , 41 mg/ml
240 .22 mg/ml
= 3,3 kali
=
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
24
Lampiran 8 Penentuan konsentrasi total gula pereduksi (Somogyi-Nelson 1952)
Analisis kadar gula tereduksi dilakukan dengan metode Somogyi-Nelson, yang
menggunakan glukosa sebagai standar. 1 ml sampel ditambahkan 1 ml Nelson C, kemudian
diinkubasi selama 20 menit pada penangas air mendidih. Selanjutnya didinginkan dan ditambahkan
1ml reagen arsenomolibdat, dikocok sampai endapan Cu2O larut sempurna dan diencerkan dengan
akuades hingga volumenya menjadi 10 ml. Absorbansinya dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 520 nm. Blanko menggunakan akuades sebagai pengganti sampel.
Reagen Somogyi-Nelson:
a.
Reagen Nelson A
Reagen Nelson A terdiri dari 12,5g Na2CO3 anhidrat, 12,5 g garam KNa.Tartrat, 10 g
NaHCO3 dan 100 g Na2SO4 anhidrat yang dilarutkan dalam akuades hingga tepat 500 ml.
b.
Reagen Nelson B
Reagen Nelson B terdiri dari 7,5 g CuSO4.5H2O yang dilarutkan dalam 50 ml air demineral
dan ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat.
c.
Larutan Stok C
Larutan stok C dibuat dengan mencampur reagen A dan B dengan perbandingan 25:1 (in situ)
d.
Pereaksi Arsenomolibdat
Larutan 1 terdiri dari 25 g (NH4)2MoO4 dalam 450 ml akuades dan 25 ml H2SO4. Larutan 2
terdiri dari 3 g (Na2HAsO4.7H2O) yang dilarutkan dalam 25 ml akuades. Pereaksi
arsenomolibdat dibuat dengan mencampurkan larutan 2 ke dalam larutan 1 dan
dihomogenkan. Kemudian diinkubasi pada 370C selama 24 jam dan disimpan dalam botol
coklat di lemari pendingin.
Konsentrasi dan absorban standar glukosa pada λ 520 nm
K
o
n
s
Konsentrasi BSA (mg/ml)
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
Absorban
0.000
0.109
0.220
0.333
0.399
0.531
=
K1 (Abs) + K0
Kons = 5,1971 (Abs) + 0,0055
0.600
y = 5.1971x + 0.0055
R2 = 0.9955
Absorban
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
Konsentrasi glukosa (m g/mL)
Kurva standar glukosa pada λ 520 nm
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
0.10
25
Lampiran 9 Konsentrasi gula pereduksi tepung galendo dan hidrolisat protein
Sampel
Absorban
Konsentrasi
0,766
0,804
0,540
0,542
0,146
0,154
0,103
0,103
Tepung galendo
Hidrolisat protein
Fp
1000
1000
Konsentrasi total
(mg/ml)
146,33
153,64
102,85
103,23
Rata-rata
149,99
103,04
Perhitungan :
Konsentras i gula tepung galendo
 Abs − 0,0055 
= 
 x Fp
5,1971


 0,766 − 0,0055 
= 
 x 100
5,1971


= 146 ,33 mg/ml
Lampiran 10 Analisis kadar lemak (metode soxhlet, AOAC 1999)
Sebanyak 2 g sampel dibungkus dengan kertas saring dan diekstrak dengan pelarut
heksana pada labu dan alat destilasi soxhlet secara refluks selama 5-6 jam. Pelarut yang masih
tercampur dengan lemak di pisahkan dengan cara destilasi. Lemak hasil ekatraksi yang tertampung
dalam labu dikeringkan dalam oven 110oC hingga diperoleh bobot yang konstan. Kadar lemak
dapat dihitung dengan rumus :
Kadar lemak (%)
=
bobot labu & lemak setelah ekstraksi - bobot labu
x 100 %
bobot sampel awal
Kadar lemak tepung galendo dan hidrolisat protein
Sampel
Tepung
galendo
Hidrolisat
protein
Bobot
sampel
(g)
2,0008
2,0005
2,0000
2,0005
2,0005
2,0011
Bobot labu + sampel
sebelum ekstraksi
(g)
156,9125
157,0233
160,4412
155,7404
158,4111
156,5379
Bobot labu
setelah ekstraksi
(g)
157,1506
157,2542
160,6768
155,6090
158,2755
156,3957
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Kadar
lemak
% (b/b)
11,54
11,90
11,78
6,57
6,78
7,07
Rata-rata
11,74
6,81
26
Lampiran 11 Analisis kimia tepung galendo
a.
Kadar air (Gravimetri, AOAC 1999)
Sejumlah 1 g sampel ditimbang dengan teliti dan dimasukkan ke dalam cawan porselen kering
yang telah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3
jam. Setelah kering, cawan tersebut didinginkan di dalam desikator dan ditimbang.
Pengeringan contoh dilakukan sampai diperoleh bobot konstan.
Kadar air (%) =
W1 - W2
x100%
W1
Keterangan : W1
= bobot sampel awal (g)
W2
= bobot sampel akhir (g)
Perhitungan kadar air
Bobot awal
(g)
0,9948
1,0014
1,0094
0,5000
0,5000
0,5000
Sampel
Tepung
galendo
Hidrolisat
protein
b.
Bobot akhir
(g)
0,9048
0,9196
0,9249
0,4689
0,4675
0,4681
Kadar air
(%)
9,05
8,17
8,37
6,22
6,50
6,38
Kadar air
rata-rata (%)
8,53
6,37
Kadar abu (Gravimetri, AOAC 1999)
Sejumlah sampel hasil analisis kadar air yang telah diketahui bobotnya diabukan dalm tanur
bersuhu 600oC selama 6 jam. Kemudian cawan yang telah berisi abu tersebut didinginkan
dalam desikator dan ditimbang. Pengabuan contoh dilakukan sampai diperoleh bobot konstan.
Kadar abu (%)
=
bobot abu (g)
x100%
bobot sampel awal (g)
Perhitungan kadar abu
Sampel
Tepung
galendo
Hidrolisat
protein
Bobot awal
(g)
0,9948
1,0014
1,0094
0,5000
0,5000
0,5000
Bobot abu
(g)
0,0204
0,0198
0,0242
0,0057
0,0066
0,0049
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Kadar abu
(%)
2,05
1,98
2,40
1,14
1,32
0,98
Kadar abu
rata-rata (%)
2,14
1,15
27
c.
Kelarutan (Pedroza-Islas et al. 2000)
Sejumlah 0,3 g sampel ditimbang dengan teliti dan ditambahkan 25 ml akuades. Larutan
dipanaskan pada suhu 28oC selama 2 jam, kemudian disaring dengan kertas saring Whatman
No.40 menggunakan pompa vacum. Filtrat dikeringkan pada suhu 60oC. Setelah kering,
cawan tersebut didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Pengeringan contoh dilakukan
sampai diperoleh bobot konstan.
Kelarutan (%) =
bobot bahan terl arut (g)
x 100 %
bobot bahan awal (g)
Perhitungan kelarutan
Sampel
Tepung
galendo
Hidrolisat
protein
Bobot awal
(g)
0,3000
0,3003
0,3003
0,3000
0,3000
0,3002
Bobot sampel
kering (g)
0,1589
0,1512
0,1437
0,2317
0,2352
0,2292
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Kelarutan
(%)
52,97
50,35
47,85
77,23
78,40
76,38
Kelarutan
rata-rata (%)
50,39
77,34
28
Lampiran 12 Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai konsentrasi substrat
Konsentrasi substrat
[S] (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Konsentrasi hidrolisat protein terlarut
(mg/ml)
Kontrol
Sampel
Kenaikan (V)
1,10
3,89
2,79
2,45
6,48
4,03
3,67
8,96
5,30
6,13
11,66
5,53
7,26
12,87
5,61
7,96
13,89
5,93
8,27
14,22
5,94
9,33
15,08
5,74
10,47
16,37
5,89
11,03
17,03
6,01
1/[S]
1/V
1,00
0,50
0,33
0,25
0,20
0,17
0,14
0,13
0,11
0,10
0,358
0,248
0,189
0,181
0,178
0,169
0,168
0,174
0,170
0,167
Lampiran 13 Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai konsentrasi enzim
Konsentrasi
enzim (%)
0,01
0,05
0,10
0,20
0,40
0,60
0,80
Konsentrasi hidrolisat protein terlarut (mg/ml)
Kontrol
Sampel
Kenaikan
129,55
160,61
31,06
144,37
197,09
52,72
150,92
215,90
64,97
161,18
248,10
86,92
209,06
290,56
81,50
239,55
298,82
59,27
267,48
318,77
5130
Lampiran 14 Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai pH
pH
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
7,5
8,0
Konsentrasi hidrolisat protein terlarut (mg/ml)
Kontrol
Sampel
Kenaikan
146,93
235,56
88,63
148,07
241,26
93,19
145,79
254,94
109,14
145,51
284,57
139,07
147,79
315,92
168,13
161,75
309,94
148,19
164,60
305,95
141,35
Lampiran 15 Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai suhu inkubasi
Suhu inkubasi
(oC)
55
60
65
70
75
Konsentrasi hidrolisat protein terlarut (mg/ml)
Kontrol
Sampel
Kenaikan
162,32
240,40
78,08
161,18
248,10
86,92
162,32
259,50
97,18
164,32
269,19
104,87
168,02
264,34
96,32
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
29
Lampiran 16
Konsentrasi hidrolisat protein terlarut pada berbagai waktu hidrolisis
Waktu hidrolisis
Konsentrasi hidrolisat protein terlarut (mg/ml)
(menit)
Kontrol
Sampel
Kenaikan
0
15
30
45
60
120
180
240
300
153,77
142,94
151,21
165,46
155,20
170,58
145,51
161,18
158,62
156,91
192,81
235,56
257,50
251,80
269,19
260,07
266,34
260,92
3,13
49,87
84,35
92,05
96,61
98,60
114,56
105,16
102,31
Lampiran 17 Kromatogram HPLC standar asam amino
Keterangan :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Asam amino
Asam aspartat
Asam glutamat
Serin
Histidin
Glisin
Threonin
Arginin
Alanin
Tirosin
Metionin
Valin
Fenilalanin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Perhitungan :
[asam amino] =
µmol AA
% asam amino =
luas puncak sampel
luas puncak standar
x 0,5 µmol/ml x 5 ml
µmol AA x Mr AA x 100
µg sampel
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Luas puncak
458564
476787
537260
438358
474713
521353
484325
437117
417028
339210
502873
358870
447038
399870
229275
30
Lampiran 18 Bahan baku yang digunakan dan produk yang dihasilkan dalam penelitian
Enzim refined papain
Tepung galendo
Filtrat hidrolisat protein
Lampiran 19 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
waterbath
HAAKE Fisons DC 3
Waterbath
thermomix B-Braun
& Stirer Biiodrive
Sentrifuse kokusan
H-103 N series
Sentrifuse Beckman J2-21M/E
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Spektrofotometer UV-Vis
Hitachi U-2000
Spray Dryer
Download