Dinamika dan Perpindahan Panas Politeknik Negeri Sriwijaya Prodi D4 Teknik Mesin Produksi dan Perawatan Oleh Ozkar F Homzah, MT.,M.Sc Perpindahan panas Konduksi Dasar dari perpindahan panas secara konduksi ini diperkenalkan oleh Fourier. Dalam suatu sistem yang didalamnya terdapat aliran seperti, heat flow, fluid flow, electricity flow, dapat kita amati bahwa flow quantity merupakan perbandingan antara potensial dan resistance pada sistem tersebut. 1 Jika kita menerapkannya pada hukum ohm untuk persamaan diatas, maka voltase merupakan driving potensial dan hambatan tersebut merupakan harga resistance. Sebaliknya, dari persamaan diatas dimana 2 buahpermukaan yang memiliki perbedaan temperatur dan memiliki resistance terhapa aliran panas, maka dapat dituliskan dalam suatu persamaan sebagai berikut: 2 Dimana conductance adalah kebalikan dari resistance, sehingga agar persamaan diatas setara dengan persamaan (1), maka kedua persamaan tersebut harus memiliki dimensi yang sama. Maka dilakukan pengukuran terhadap quantity of heat Q’ (Btu) yang dikirimkan pada suatu dinding dengan interval waktu θ (hr) tertentu dan pengukuran perbedaan temperatur yang terjadi Δt (oF). Sehingga dapat ditulis: 3 Apa dimensi dari conductance??? Besarnya nilai conductance diukur dari property dari dinding tersebut, meskipun angka ini didapatkan dari hasil eksperimen. Conductance merupakan quantity dari suatu material pada ketebalan 1ft, dengan luas area heat flow 1 ft2, selama 1 jam, dengan perbedaan temperatur 1 oF. Hubungan antara thermal conductivity dan conductance ketebalan dinding B dan luas area A didapat persamaan : 5 Sehingga : Hukum Fourier Hukum fourier, memperlihatkan hubungan dasar yang menguasai aliran kalor melalui konduksi ialah berupa kesebandingan yang ada antara laju aliran kalor melintas permukaan isotermal dan gradien suhu yang terdapat pada permukaan itu. Hubungan umum ini, berlaku pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada setiap waktu. Hukum ini dapat dituliskan sebagai berikut: 6 Dimana: A = luas permukaan isotermal n = jarak, diukur normal (tegak lurus) terhadap permukaan itu q = laju alir kalor melintas permukaan itu pada arah normal terhadap permukaan. T = suhu k = konstanta proporsionalitas Contoh aliran satu dimensi, pada mulanya dinding itu berada pada suhu 80 oF. Distribusi suhu pada dinding itu dinyatakan dengan garis 1. pada suhu keseimbangan suhu , T tidak bergantung pada waktu maupun posisi. Sekarang kita andaikan bahwa sisi tiba-tiba dikenakan pada gas cerobong yang suhunya 1200 oF. Jika tahanan terhadap aliran kalor antara gas dan dinding itu dapat diabaikan, suhu pada sisi dinding yang dikenai gas akan langsung naik menjadi 1200 oF dan kalorpun mulai mengalir. Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi keadaan steady (steady state conduction). Pada keadaan stedi T hanya merupakan fungsi posisi semata-mata, laju alir kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk aliran steady state satu dimensi dapat ditulis: 7 Dalam satuan teknik, q diukur dalam Btu/jam atau watt Dan dT/dn dalam oF/ft atau oC/m Satuan k, Btu/ft2 jam (oF/ft) k merupakan fungsi suhu, walaupun bukan fungsi kuat. Artinya untuk jangkauan suhu yang tidak besar, k dapat dianggap konstan. Tetapi untuk jangkauan suhu yang lebih lebar, konduktivitas termal dapat didekati dengan persamaan dalam bentuk. Dimana a dan b adalah konstanta empirik, nilai tertinggi pada logam dan terendah bahan berbentuk serbuk yang telah dihampakan oleh udara.