` EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE PERUMAHAN (Studi Kasus Perum Pesona Vista Desa Dayeuh Kecamatan Cileungsi) oleh: Nurul Ibad Taofiki1, Heny Purwanti2, Rubaiah Darmayanti3 ABSTRAK Sistem drainase di perumahan pesona vista ini adalah Sistem Drainase Mikro. Dalam metode perhitungan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel untuk mengetahui debit maksimum curah hujan, intensitas curah hujan digunakan rumus Mononobe, sedangkan perhitungan debit rencana digunakan Metode Rasional dimana Debit Rencana (QT) dan Debit Saluran (QS) dengan kala ulang 2 tahun sampai 5 tahun. Hasil evaluasi Debit Rencana dan Debit Eksisting saluran yaitu dimensi saluran yang cukup menampung debit banjir dengan menggunakan dimensi ekonomis yaitu penampang persegi. Jenis konstruksi yang digunankan adalah beton, terdapat beberapa saluran yang tidak dapat menampung debit banjir yaitu saluran sekunder 10 (S10) dan Saluran Sekunder 11 (S11). Maka di simpulkan bahwa kapasitas sistem drainase ini tidak layak untuk di gunakan karena beberapa faktor seperti penyempitan saluran, rusaknya kontruksi penampang saluran, adanya sampah diarea saluran, curah hujan yang tinggi, serta debit air yang masuk dari wilayah sekitar. Dari hasil perhitungan tersebut dimensi penampang saluran harus di rencanakan ulang agar mampu menampung air tersebut. Kata kunci: Sistem Drainase Mikro, Metode Gumbel, Mononobe, Metode Rasional 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana dan sarana (infrastruktur) merupakan bangunan dasar yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama dalam suatu ruang yang terbatas agar dapat bermukim dengan nyaman. Kabupaten Bogor merupakan sebuah kabupaten dengan kawasan permukiman yang sangat berkembang. Munculnya berbagai kawasan perumahan dan perluasan kawasan permukiman menunjukkan bahwa wilayah ini menjadi pilihan bagi pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Konsep awal setiap pembangunan adalah “Sustainable Development” yang berarti setiap pembangunan harus diimbangi dengan penjagaan ataupun pelestarian alam sekitar. Konsep ini pun diharuskan diterapkan oleh para developer – developer perumahan yang mengalih fungsi kan lahan yang masih lestari. Hal tersebut juga pada awalnya telah diterapkan pihak developer perumahan pesona vista yaitu salahsatunya dengan membuat sistem drainase yang disesuaikan dengan daya tampungnya terhadap lingkungan perumahan tersebut namun selanjutnya seiring bertambahnya alih fungsi sekitar perumahan yang tidak disertai kelengkapan infrastruktur drainase yang cukup menyebabkan sistem drainase perumahan pesona vista terganggu dan mengalami overload. 1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Maksud dari penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk mengevaluasi kapasitas sistem Drainase pada kawasan Perumahan Pesona Vista Desa Dayeuh Kecamatan Cileungsi. 1.2.2 Tujuan Tujuan dari Tugas Akhir ini yaitu: 1. Untuk mengetahui kapasitas penampang saluran eksisting apakah masih layak atau tidak. 2. Merencanakan kembali kapasitas penampang saluran drainase untuk mengatasi permasalah yang selama ini ada. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 1 ` 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Drainase Perkotaan Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan kebadan air dan atau kebangunan resapan buatan. Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban). Kriteria Desain drainase perkotaan memiliki ke-khususan, sebab untuk perkotaan ada tambahan variabel design seperti: keterkaitan dengan tata guna lahan, keterkaitan dengan master plan drainase kota, keterkaitan dengan masalah sosial budaya (kurangnya kesadaran masyarakat dalarn ikut memelihara fungsi drainase kota) dan lain-lain. Proses analisis hidrologi pada dasarnya merupakan proses pengolahan data curah hujan, data luas dan bentuk Daerah Pengaliran (Catchment Area), data kemiringan lahan/ beda tinggi, dan data tata guna lahan yang kesemuanya mempunyai arahan untuk mengetahui besarnya curah hujan rerata, koefisien pengaliran, waktu konsentrasi, intensitas curah hujan, dan debit banjir rencana. 2.2.1 Curah Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) diatas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. 2.1.1 Sistem Jaringan Drainase Perkotaan 2.2.2 Analisa Curah Hujan 1. Sistem Drainase Mayor Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu Daerah Tangkapan Air hujan (Catchment Area). Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. 2. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang mendapatkan hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian diramalkan besarnya curah hujan pada periode tertentu. Berikut dijabarkan tentang cara menentukan tinggi curah hujan areal. Ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan: a. Metode Aljabar b. Metode Poligon Thiessen c. Metode Isohyet 2.1.2 Pola Jaringan Drainase Pada sistem jaringan drainase terdiri dari beberapa saluran yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu pola jaringan. Dari bentuk pola jaringan dapat dibedakan sebagai berikut: a. Pola Siku b. Pola Pararel c. Pola Jaring-Jaring 2.2 Analisis Hidrologi 2.2.3 Analisa Frekuensi Frekuensi hujan adalah kemungkinan perulangan kejadian atau periode ulang (return period) curah hujan, run off, maupun banjir rencana. Analisa frekuensi yang dilakukan untuk memperkirakan/ meramalkan curah hujan maksimum digunakan Metode: 1. Distribusi Normal 2. Log Normal 3. Metode Gumbel 4. Log-Pearson III. 2.2.4 Daerah Pengaliran Daerah pengaliran merupakan daerah tempat curah hujan yang jatuh dan mengalir menuju saluran, sungai ataupun kali. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2 ` 2.2.5 Koefisien Aliran 2.2.9 Debit Air Kotor Koefisien aliran ( C ) adalah banyaknya air yang mengalir diatas permukaan tanah. Koefisien aliran ini tergantung dari berbagai faktor antara lain topografi, tata guna lahan, jenis lahan atau perkerasaan dan kemiringan tanah, intensitas hujan. Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik dari aktivitas dapur, kamar mandi, atau cuci baik dari lingkungan rumah tinggal, bangunan umum atau instansi, bangunan komersial dan sebagainya. Zat-zat yang terdapat dalam air buangan diantaranya adalah unsur-unsur organik tersuspensi maupun terlarut dan juga unsur-unsur anorganik serta mikroorganisme. (Kodoatie dan Sjarief, 2005). Kuantitasnya air limbah dapat diasumsikan adalah 50% -70% dari rata-rata pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari). Secara detail karakteristik limbah cair domestik dapat dilihat dibawah ini: 2.2.6 Waktu Konsentrasi Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus: tc = to + td.............................................(2.1) nd T0 =(2/3x3,28xLo. s)0,167...................(2.2) √ Td = L ................................................(2.3) 60 . V 2.2.7 Analisa Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan adalah besar curah hujan selama satu satuan waktu tertentu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisa data hujan baik secara statistik maupun secara empiris. Metode yang dipakai dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah Metode Mononobe yaitu apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia yang ada hanya data hujan harian. Persamaan umum yang dipergunakan untuk menghitung hubungan antara intensitas hujan T jam dengan curah hujan maksimum harian adalah sebagai berikut : I= R24 24 n ( ) ............................................... 24 t (2.4) Tabel 2.1. Pembuangan limbah cair rata-rata per orang setiap hari Jenis Bangunan Daerah perumahan - Rumah besar untuk keluarga tunggal - Rumah tipe tertentu untuk keluarga tunggal - Rumah untuk keluarga ganda (rumah susun) - Rumah kecil (cottage) Perkemahan dan motel - Tempat peristirahatan mewah Volume Limbah Cair (liter/orang/hari) 400 300 240 – 300 200 400 – 600 - Tempat parkir rumah berjalan (mobile home) 200 - Kemah wisata dan tempat parkir trailer 140 - Hotel dan motel Sekolah - Sekolah dengan asrama - Sekolah siang hari dengan kafetaria - Sekolah siang hari tanpa kafetaria Restoran: - Tiap pegawai - Tiap langganan - Tiap makanan yang disajikan Terminal transportasi: - Tiap pegawai - Tiap penumpang Rumah sakit Kantor Teater mobil (drive in theatre), per tempat duduk Bioskop, per tempat duduk Pabrik, tidak termasuk limbah cair industri dan cafeteria 200 300 80 60 120 25 – 40 15 60 20 600 – 1200 60 20 10 – 20 60 – 120 Sumber : soeparman dan suparmin, 2001 2.2.8 Debit Rencana 2.3 Analisa Hidrolika Untuk menghitung debit rencana pada studi ini dipakai perhitungan dengan metode Rasional. Metode Rasional adalah salah satu metode untuk menentukan debit aliran permukaan yang diakibatkan oleh curah hujan, yang umumnya merupakan suatu dasar untuk merencanakan debit saluran drainase. Q = 0,278.C.I.A…….................................(2.5) Sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air yang bebas (free surface) di mana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung, saluran terbuka umumnya digunakan pada lahan yang masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya relatif jarang, beban kiri dan kanan saluran relatif ringan. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3 ` 2.3.1 Penampang Saluran Penampang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang dapat melewatkan debit meksimum untuk luas penampang basah, kekasaran dan kemiringan dasar tertentu. Berdasarkan persamaan kontinuitas, tampak jelas bahwa untuk luas penampang melintang tetap, debit maksimum dicapai jika kecepatan aliran meksimum. Dari rumus Manning maupun Chezy dapat dilihat bahwa untuk kemiringan dasar dan kekasaran tetap, kecepatan maksimum dicapai jika jari-jari hidraulik R maksimum. a. Penampang persegi paling ekonomis Pada penampang melintang saluran berbentuk persegi dengan lebar dasar B dan kedalaman air h, luas penampang basah A= B x h dan keliling basah P. Maka bentuk penampang persegi paling ekonomis adalah jika kedalaman setengah dari lebar dasar saluran atau jari-jari hidrauliknya setengah dari kedalaman air. Gambar 2.1 Penampang Persegi (Suripin,2004) Untuk bentuk penampang persegi yang ekonomis : Luas penampang A = B× h........................(2.6) Keliling Basah P= B + 2h .........................(2.7) B B = 2h atau h = 2 .....................................(2.8) Jari-jari hidraulik R A Bh R = P = B+2h……………............................(2.9) Bentuk penampang melintang persegi yang paling ekonomis adalah jika : B h h = 2 atau R = 2........................................(2.10) b. Penampang trapesium paling ekonomis Saluran dengan penampang melintang bentuk trapesium dengan lebar dasar b, kedalaman h dan kemiringan dinding 1: m (gambar 2.2) Untuk bentuk penampang trapesium yang ekonomis : Gambar 2.2 Penampang Trapesium (Suripin,2004) LuasPenampang :A=(b+mh)h.…..….......(2.11) Keliling basah : P = b + 2h m2+ ...........(2.12) B = P - 2h m2+ 1…….........………......(2.13) Penampang trapesium paling ekonomis jika kemiringan dindingnya m = 1 √3 atau Ņē 60°. Dapat dirumuskan sebagai berikut : P = 2h √3.....………………….................(2.14) 2 B = 3 h √3……........…………….............(2.15) A = h2 √3……....……………….............(2.16) 2.3.2 Dimensi Saluran Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain debit yang dialirkan oleh saluran (QS) sama atau lebih besar dari debit rencana (QT). Hubungan ini ditunjukkan sebagai berikut : QS > QT …………………………......…(2.17) Debit suatu penampang saluran (QS) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini: QS = A x V...............................................(2.18) Dimana : A =Luas penampang saluran (m) V =Kecepatan rata-rata aliran didalam saluran (m/ detik) Sedangkan kapasitas saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus hidrolika (rumus Manning) pada persamaan-persamaan berikut: I 2 1 V = n . R3 . S2 ..........................................(2.19) A R = P .........................................................(2.20) Dimana : V = Kecepatan rata-rata (m/ detik) n = Koefisien kekasaran Manning (Tabel 2.2) R = Jari-jari hidrolik (m) S = Kemiringan dasar saluran A = Luas penampang (m2) P = Keliling basah saluran (m) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 4 ` Tabel 2.2. Koefisien kekasaran manning Koefisien Tipe Saluran Manning (n) a. Baja 0,011 – 0,014 b. Baja permukaan 0,021 – 0,030 gelombang c. Semen 0,010 – 0,013 d. Beton 0,011 – 0,015 e. Pasangan batu 0,017 – 0,030 f. Kayu 0,010 – 0,014 g. Bata 0,011 – 0,015 h. Aspal 0,013 Sumber : Wesli, 2008 Nilai kemiringan dinding saluran diperoleh berdasarkan bahan saluran yang digunakan. Nilai kemiringan dinding saluran dapat dilihat pada Tabel 2.3 Tabel 2.3. Hubungan Fakot Kemiringan dan Debit Air Bahan Saluran Batuan/ cadas Tanah lumpur Lempung keras/ tanah Tanah dengan pasangan batuan Lempung Tanah berpasir lepas Lumpur berpasir Kemiringan dinding (m) 0 0,25 0,5 – 1 1 1,5 2 3 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Pada penelitian ini pengumpulan data diperoleh dari hasil yang sudah ada yang berbentuk data sekunder dan data primer, yaitu: 3.1.1 Data sekunder Metode pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara: 1. Gambaran Umum Studi Perumahan Pesona Vista berada di JL. KH. Umar Rawailat, Dayeuh, Cileungsi Bogor terletak antara 6025’1.21” Lintang Selatan 106058’53.59” Bujur Timur. Perumahan pesona vista berbatasan dengan beberapa area yaitu bagian barat perumahan Villa Dayeuh, bagian utara sampai timur yaitu taman buah Mekarsari dan bagian selatan merupakan permukiman dan perkebunan. Lokasi tepatnya dapat dilihat gambar 3.1 Lokasi studi Sumber : Drainase Perkotaan (1997) 2.3.3 Tinggi Jagaan Tinggi jagaan adalah jarak vertikal dari permukaan air pada kondisi desain saluran terhadap puncak tanggul salurannya. Tabel 2.4. Besaran tinggi jagaan Q (m /de t) Tinggi Jagaan (m) <1 1– 2 3– 5 6 – 10 11 – 15 16 – 50 51 – 150 > 150 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,2 1,5 3 Sumber : Drainase Perkotaan (1997) Gambar 3.1 Lokasi Studi 2. Peta topografi dan kelerengan Kecamatan Cileungsi seperti halnya dengan kondisi wilayah lainnya yang berada di wilayah sekitarnya, yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, yaitu memiliki bentang alam relatif datar dengan ketinggian antara 100 - 200 m. Berdasarkan topografi yang ada relatif datar maka secara umum Kecamatan Cileungsi memiliki kemiringan 0 - 8 %. 3. Peta tata guna lahan Berdasarkan pola penggunaan lahan yang ada sebagian besar merupakan kawasan perumahan dan permukiman dengan luas 3.457,98 Ha atau sekitar 48,02% dari luas wilayah Kecamatan Cileungsi. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 5 ` 4. Daerah tangkapan air Daerah tangkapan air (catchment area) adalah daerah tempat curah hujan yang jatuh dan mengalir menuju saluran. Zona-zona daerah tangkapan air yang telah dibagi, dihitung luasnya kemudian dipergunakan untuk perhitungan debit pada permukaan. 3.1.3 Langkah-langkah Analisis 5. Peta hidrologi Potensi hidrologi yang terdapat di dalam Kecamatan Cileungsi secara umum meliputi air tanah dan air permukaan (sungai/ anak sungai/ situ), dimana potensi air tanahnya termasuk dalam klasifikasi cukup baik. 6. Data curah hujan harian maksimum 10 tahun terakhir. Data curah hujan dalam penelitian ini yaitu ST Setu Tunggilis dan ST Klapa Nunggal 10 tahun terakhir dari tahun 2006 sampai 2015. Data tersebut akan digunakan untuk mengetahui debit maksimum perencanaan drainase. 3.1.2 Data Primer a. Data Penampang Saluran Saluran eksisting ialah saluran yang sudah ada di lapangan, jenis saluran penampang di perumhan pesona vista ini ialah penampang persegi dan trapesium, dari kedua penampang tersebut jenis konstruksi untuk panampang saluran ini yaitu pasangan batu kali untuk ukuran 0.60 x 0.60 (m) dan 1.20 x 0.80 (m) ini termasuk saluran sekunder dan jenis konstruksi beton ukuran 0.30 x 0.30 (m) dan 040 x 0.40 (m) saluran tersier. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Penampang Saluran 4.2.1. Analisis Hidrologi Data curah hujan diambil dari Badan Meteorologi Dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor pengamatan curah hujan yang terdekat yaitu Stasiun Setu Tunggilis dan Stasiun Klapa Nunggal selama 10 tahun terakhir. Tabel 4.1. Data Curah Hujan b. Kondisi Lapangan Dari beberapa hasil pemasalahan-permasalahan banyaknya sampah yang saluran, kondisi saluran penyempitan saluran. Curah Hujan Harian Maksimum survey lapangan yang terjadi yaitu berada di dalam yang rusak serta Tahun ST. Setu Tunggilis ST. Klapa Nunggal 2006 90 65 2007 72 60 2008 76 97 2009 76 69 2010 77 175 2011 68 141 2012 76 210 2013 77 92 2014 70 132 2015 50 62 Sumber : BMKG Balai Besar Wilayah II Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 6 ` Perhitungan curah hujan maksimum ini menggunakan metode rata-rata aljabar dengan rumus sebagai berikut: 1 R = n (R1+R2+…+Rn) 1 R = 2 (90+65) R = 0.5 (155) = 77.5 mm Tabel 4.2. Analisa Curah Hujan Maksimum ST. Setu Tunggilis 90 72 76 76 77 68 76 77 70 50 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 ST. Klapa Nunggal 65 60 97 69 175 141 210 92 132 62 Hujan Maksimum 77.5 66 86.5 72.5 126 104.5 143 84.5 101 56 Sumber : perhitungan Tabel 4.3. Analisa Metode Gumbel Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Xi 77.5 66 86.5 72.5 126 104.5 143 84.5 101 56 917.5 k= Yt-Yn sn 0.497-0.495 0949 k= = 0.002 k 2 tahun = 0.002 k 5 tahun = 1.058 d. Hitung hujan dalam periode ulang T tahun Xt = Xr + (K . Sx) Xt 2 tahun = 91.75 + ( 0.002 x 27.167 ) = 91.81 mm Xt 5 tahun = 91.75 + ( 1.058 x 27.167 ) = 120.50 mm Tabel 4.4. Nilai Curah Hujan Rencana 4.2.2. Analisa Frekuensi Curah Hujan Analisa frekuensi curah hujan menggunakan Metode Gumbel, distribusi gumbel digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk analisis frekuensi banjir. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Yn = 0.495 Sn = 0.949 Yt 2 tahun = 0.497 Yt 5 tahun = 1.500 Nilai K (standar variabel) untuk harga - harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam persamaan : Xr 91.75 91.75 91.75 91.75 91.75 91.75 91.75 91.75 91.75 91.75 (Xi-Xr) -14.25 -25.75 -5.25 -19.25 34.25 12.75 51.25 -7.25 9.25 -35.75 (Xi-Xr)² 203.06 663.06 27.56 370.56 1173.06 162.56 2626.56 52.56 85.56 1278.06 6642.63 Sumber : perhitungan No. 1 2 Periode Ulang (Th) 2 5 Distribusi Gumbel 91,81 120,50 Sumber: Perhitungan 4.2.3. Daerah Pengaliran Dan Koefisien Aliran Daerah tangkapan hujan sangat tergantung terhadap kondisi lahan/ tanah yang ada. Berikut adalah gambar Luas Daerah Pengaliran Dan Koefisien Aliran Disekitar Studi. Luas daerah pengaliran ditentukan berdasarkan tata guna lahan wilayah studi dan disekitanya. dimana tiap-tiap segmen dicari luas daerah aliran yang akan membebani saluran dengan menggambar bentuk poligon menggunakan AutoCAD. a. Perhitungan Harga Rata-rata Xi 917.50 Xr = n = 10 = 91.75 mm b. Perhitungan Deviasi Standar 2 ∑ni=1 (Xi-Xr) Sx = √ n-1 6642.63 10-1 Sx = √ Sx = √738.069 Sx = 27.167 mm c. Perhitungan Nilai Faktor Frekuensi Untuk nilai n = 10, maka didapat nilai Yn, Sn dan Yt, yaitu : Gambar 4.1. Luas Daerah Pengaliran Dan Koefisien Aliran Disekitar Studi Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 7 ` I 2 tahun = 91.807 24 2/3 (0.03) 24 120.50 24 2/3 (0.03) 24 = 307.29 mm I 5 tahun = = 403.34 mm Berdasarkan analisa intensitas curah hujan, durasi dan frekuensi maka didapat hubungan antara ketiganya yang digambarkan dalam bentuk grafik lengkung IDF (Intensity Duration Frequency). Gambar 4.2. Jaringan Saluran Perumahan Pesona Vista Gambar 4.3. Grafik Lengkung IDF 4.2.4. Waktu konsentrasi Waktu kosentrasi dihitung berdasarkan persamaan berikut ini: Tc = to + td ðð to = (2/3 x 3.28 x Lo. ) 0.167 √ð L td = 60 .V sebagai contoh untuk bangunan: 0.10 to bangunan = (2/3 x 3.28 x 10. ) 0.167 √0.02 = 1.58 menit 81 td = 60 . 0.6 = 2.25 menit Tc = 2.56 + 2.25 = 4.81 menit = 0.08 jam 4.2.5. Intensitas curah hujan Intensitas curah hujan dihitung menggunakan metode mononobe, dengan rumus sebagai berikut: R Dari hasil pembacaan grafik lengkung IDF sebagai contoh intensitas curah hujan untuk periode 2 tahun yaitu 179 mm/ jam dengan nilai waktu konsentrasi (Tc) yaitu 0,08 jam atau 4.8 menit. 24 n I = 2424 ( t ) Salahsatu contoh perhitungan durasi 2 menit atau 0.03 jam : Nilai R24 didapat dari hasil Frekuensi Curah Hujan, yaitu : R24 2 tahun = 91.807 mm R24 5 tahun = 120.50 mm Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dimasukan dalam perhitungan berikut untuk mendapatkan nilai I periode ulang T tahun. 4.2.6. Debit Rencana Metode rasional adalah salahsatu metode untuk menentukan debit aliran permukaan yang diakibatkan oleh curah hujan, yang umumnya merupakan suatu dasar untuk merencanakan debit saluran drainase. Secara sistematis dapat ditulis menggunakan persamaan: QT = 0,278.C.I.A Salahsatu contoh perhitungan debit aliran tersier (t1) Nilai C dan A diambil dari hasil perhitungan Cacthment area dan koefisien pengaliran, yaitu: C = 0.91 ΣA = 854 m2 = 0.000854 km2 Nilai I diambil dari hasil pembacaan grafik intensitas curah hujan, yaitu : I 2 tahun = 179 mm/jam I 5 tahun = 222 mm/jam Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dimasukan dalam perhitungan berikut untuk mendapatkan nilai I periode ulang T tahun. Q 2 tahun = 0,278 x 179 x 0.70 x 0.00085 = 0.030 m3/detik Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 8 ` Q 5 tahun = 0,278 x 222 x 0.70 x 0.00085 = 0.037 m3/detik contoh perhitungan saluran eksisting sekunder 1 (s10) 4.2.7. Debit Air kotor Jumlah kebutuhan air bersih untuk daerah studi adalah 300 liter/hari/orang, didapat berdasarkan tabel 2.1 halaman 4, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut Dik : 300 liter/hari/orang = 0.0000035 m3/detik = 3,5 x 10-4 Asumsi = 5 orang/ rumah Contoh perhitungan: - Debit air bersih yang dibutuhkan 5 x 3,5 x 10-4 = 1,74 x 10-5 m3/det; - Kebutuhan air kotor terhadap sekunder 1 250 rumah x 1,74 x 10-5 = 4,34 x 10-3 m3/det 4.2.8. Analisa Hidrolika Perhitungan Analisa hidrolika ini menggunakan rumus manning, sebagai contoh di bawah ini: Contoh perhitungan saluran eksisting tersier 1 (t1) a. Luas penampang (A) A=bxh A = 0.40 x 0.40 A=0.16m2 b. Keliling basah (P) P = b + 2.h P = 0.40 + (2 x 0.40) P = 1.2 m2 c. Jari-jari hidrolis (R) A R= R= 2 I n 1 V = . R3 . S2 I 2 1 V = 0.030 . 0.393 . 0.022 V = 2.18 m/detik e. Debit saluran (Q) Q=AxV Q = 0.72 x 2.18 Q = 1.566 m3/ detik Berdasarkan contoh diatas didapatkan hasil aman dan tidak aman, dimana untuk saluran Sekunder 1 sampai dengan sekunder 9 aman sedangkan untuk sekunder 10 dan 11 dinyatakan tidak aman, maka dapat dilihat tabel dibawah ini : Qs Qt m³/detik m3/detik 2 tahun 5 tahun S 10 0,904 1,880 2,689 S 11 2,523 3,473 4,732 Sumber : perhitungan tidak aman tidak aman 1 V = n . R3 . S2 I 0.72 R = 2.30 R = 0.39 m d. Kecepatan aliran (V) Saluran R = 0.13 m d. Kecepatan aliran (V) 2 a. Luas penampang (A) A = (b + mh ) h A = (0.6 + 1 x 0.6) 0.6 A = 0.72 m2 b. Keliling basah (P) P = b + 2h √m2 +1 P = 0.6 + 2 x 0.6 √12 +1 P = 2.30 m c. Jari-jari hidrolis (R) A R=P Tabel 4.5. Perbandingan Kapasitas Eksisting dan Debit Rencana S10 dan S11 P 0.16 1,2 I Q = 0.394 m3/ detik 2 1 V = 0.015 . 0.133 . 0.022 V = 2.456 m/detik e. Debit saluran (Q) Q=AxV Q = 0.16 x 2.456 4.2.9. Rencana Perbaikan Penampang saluran Rencana perbaikan penampang saluran dilakukan untuk mencegah terjadinya genangan akibat saluran yang tidak mampu menampung debit yang mengalir. Dalam Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 9 ` perencanaan dimensi, penulis memberikan beberapa pilihan yang dapat diambil setelah dilakukan perhitungan berdasarkan faktor yang dapat dilihat dilapangan, dimensi saluran diperbesar namun tipe saluran direncanakan ulang. Adapun contoh perhitungannya seperti dilampirkan berikut ini : A. Saluran Rencana Sekunder 10 1. Saluran rencana sekunder 10 untuk periode ulang 2 tahun Data-data: Qt = 1.880 m3/detik Kemiringan saluran eksisting h1 = 1.57 m h2 = 0.65 m Δh = h1 – h2 = 0.92 m ΔL = 150 m1 S = Δh/ΔL = 0.0061 Koefisien kekasaran manning (n) beton =0.015 (tabel 2.2 halaman 5) a) penampang Trapesium ekonomis P= 2h √3 R= h/2 A= h2 √3 Q=AxV Q = h2 √3 x 1 ð h 2⁄ 3 x {2} xs 1 h 1⁄ 2 2⁄ 3 1.880 = h2 √3 x 0.015 x {2} h 2⁄ 3 1.880 = 1.732 h2x66.667 { } 2 h 1⁄ 2 x 0.0061 x 0.078 2/3 1.880 = 9.018 h2 x 1.587 1.880 = 9.018 x h8/3 1.587 8/3 1.880 = 5.681 x h 1.880 = h8/3 5.681 8⁄ 3 8/3 h = √0.33 h = 0.661 m Cari lebar dasar saluran (B) 2 B = 3 h√3 2 B = x 0.681 √3 3 B = 0.763 m 1 2⁄ 3 h 1.880 = 2h x h x 0.015 x {2} h x 0.0061 2⁄ 3 1.880 = 2h x h x 66.667x {2} 1.880 = 2h2 x 1.880 5.207 2 h ⁄3 {2} 2 h ⁄3 = 2h2 x 1.587 0.361 = 1.260 x h 0.361 1.260 8⁄ 3 1⁄ 2 x 0.078 x 5.207 8⁄ 3 8⁄ 3 =h 8⁄ 3 h h = √0.287 h = 0.626 m Cari Lebar Dasar Saluran B B = 2h B = 2 x 0.641 = 1.252 m 2. Saluran rencana sekunder 10 untuk periode ulang 5 tahun Data-data: Qt = 2,689 m3/detik Kemiringan saluran eksisting h1 = 1.57 m h2 = 0.65 m Δh = h1 – h2 = 0.92 m ΔL = 150 m1 S = Δh/ΔL = 0.0061 Koefisien kekasaran manning (n)= 0.015 (tabel 2.2 halaman 5) a) penampang Trapesium ekonomis P= 2h √3 R= h/2 A= h2 √3 Q=AxV Q = h2 √3 x 1 ð h 2⁄ 3 x {2} xs 1 h 1⁄ 2 2⁄ 3 2.689 = h2 √3 x 0.015 x {2} x 0.0061 h 2⁄ 3 2.689 = 1.732 h2 x 66.667 x {2} h 1⁄ 2 x 0.078 2/3 2.689 = 9.018 h2 x 1.587 2.689 = 9.018 x h8/3 1.587 8/3 2.689 = 5.681 x h 2.689 = h8/3 5.681 8⁄ 3 8/3 b) Penampang Persegi ekonomis Q=AxV Q=Bxhx 1 ð x 2 1 h ⁄3 {2} x s ⁄2 h = √0.47 h = 0.755 m Cari lebar dasar saluran (B) 2 B = 3 h√3 2 B = 3 x 0.76 √3 B = 0.872 m Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 10 ` 1 h 2⁄ 3 3.473 = h2√3x 0.015 x {2} x 0.0084 h 2⁄ 3 3.473 =1.732 h2 x 66.667 x {2} h 1⁄ 2 x 0.092 2/3 3.473 = 10.583 h2 x 1.587 b) Penampang Persegi ekonomis Q=AxV Q=Bxhx 1 ð x 2 1 h ⁄3 {2} x s ⁄2 2 1 h ⁄3 2.689 = 2h x h x 0.015 x {2} h x 2⁄ 3 2.689 = 2h x h x 66.667 x {2} 2.689 = 2h2 x 2.698 5.207 2 h ⁄3 {2} 2 h ⁄3 = 2h2 x 1.587 1 0.0061 ⁄2 x 0.078 x 5.207 3.473 = 10.583 x 3.473 = 6.667 x h 3.473 = h8/3 6.667 h8/3 1.587 8/3 8⁄ 3 h8/3 = √0.52 h = 0.783 m Cari lebar dasar saluran (B) 2 B = 3 h√3 2 B = x 0.783 √3 3 B = 0.904 m 8⁄ 3 0.516 = 1.260 x h 0.516 1.260 8⁄ 3 =h 8⁄ 3 8⁄ 3 h h = √0.410 h = 0.716 m Cari Lebar Saluran B B = 2h B = 2 x 0.7160. B = 1.431 m b) Penampang Persegi ekonomis Q=AxV Q=Bxhx 1 ð h 2⁄ 3 x {2} 3.473 = 2h x h x 1 0.015 xs 1⁄ 2 h 2⁄ 3 x{ } 2 h x 0.0084 2⁄ 3 3.473 = 2h x h x 66.667 x {2} B. Saluran Rencana Sekunder 11 1. Saluran rencana sekunder 11 untuk periode ulang 2 tahun Data-data: Qt = 3,473 m3/detik Kemiringan saluran eksisting h1 = 1,45 m h2 = 0,55 m Δh = h1 – h2 = 0,90 m ΔL = 107,25 m1 S = Δh/ΔL = 0,0084 Koefisien kekasaran manning (n) beton =0.015 (tabel 2.2 halaman 5) a) penampang Trapesium ekonomis P= 2h √3 R= h/2 A= h2 √3 Q=AxV Q = h2 √3 x 1 ð h 2⁄ 3 x {2} xs 1⁄ 2 h 2⁄ 3 h 2⁄ 3 3.473 = 2h2 x {2} 3.473 6.110 = 2h2 x 1.587 0.568 = 1.260 x h 0.568 1.260 8⁄ 3 1⁄ 2 x 0.092 1⁄ 2 x 6.110 8⁄ 3 8⁄ 3 =h 8⁄ 3 h h = √0.451 h = 0.742 m Cari Lebar Dasar Saluran B B = 2h B = 2 x 0.742 = 1.484 m 2. Saluran rencana sekunder 11 untuk periode ulang 5 tahun Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 11 ` Data-data: Qt = 4,732m3/detik Kemiringan saluran eksisting h1 = 1,45 m h2 = 0,55 m Δh = h1 – h2 = 0,90 m ΔL = 107,25 m1 S = Δh/ΔL = 0,0084 Koefisien kekasaran manning (n) =0.015 (tabel 2.2 halaman 5) 8⁄ 3 8 h ⁄3 h = √0.615 h = 0.833 m Cari Lebar Saluran B B = 2h B = 2 x 0.833 B = 1.666 m a) penampang Trapesium ekonomis P= 2h √3 A= h2 √3 Q=AxV Q = h2 √3 x R= h/2 1 ð 2⁄ 3 h x {2} xs 1 1⁄ 2 2⁄ 3 h 4.732 = h2 √3 x 0.015 x {2} 1⁄ 2 x 0.0084 2⁄ 3 h 4.732 =10.583 h2x66.667x{2} h x 0.092 2/3 4.732 = 10.583 h2 x 1.587 h8/3 Berdasarkan hasil perbandingan antara penampang trapesium dengan penampang persegi, maka dapat disimpulkan bahwa penampang yang efisien terhadap kondisi lahan adalah penampang persegi. dengan tinggi jagaan diperoleh dari tabel 2.4 halaman 5, Dapat di lihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.6. Rencana Saluran Sekunder 10 4.732 = 10.583 x 1,587 Periode Konstruksi Ulang 8/3 4.732 = 6.667 x h 4.732 = h8/3 6.667 2 Tahun 5 Tahun 8⁄ 3 h8/3 = √0.71 h = 0.879 m Cari lebar dasar saluran (B) 2 B = h√3 Beton Beton Saluran (QS) S 10 1.880 2.689 Persegi Trapesium b (m) Tinggi Jagaan (m) Lebar bawah Lebar atas 1.25 0.62 0.77 1.59 0.66 0.5 1.43 0.72 0.87 2.44 0.76 0.6 B (m) h (m) B (m) h (m) Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 4.7. Rencana Saluran Sekunder 11 Periode Konstruksi Ulang 3 2 B = 3 x 0.879 √3 B = 1,01 m 2 tahun 5 tahun Beton Beton Saluran (QS) S 11 3.473 4.732 Persegi Trapesium Tinggi B (m) b (m) Jagaan h (m) Lebar bawahLebar atas (m) 1.48 0.74 0.90 2.66 0.78 0.6 1.66 0.83 1.01 2.71 0.87 0.6 B (m) h (m) Sumber: Hasil Perhitungan 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. b) Penampang Persegi ekonomis Q=AxV Q=Bxhx 1 ð h 2⁄ 3 1⁄ 2 x {2} xs 1 h 2⁄ 3 4.732 = 2h x h x 0.015 x {2} h 1⁄ 2 x 0.0084 2⁄ 3 4.732 = 2h x h x 66.667 x {2} 4.732 = 2h2 x 4,732 6.110 = 2h2 x 2 h ⁄3 {2} 2 h ⁄3 1.587 8⁄ 3 0.774 = 1.260 x h 0.774 1.260 =h x 6.110 x 0.092 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh beberapa kesimpulan yang diharapkan dapat memenuhi maksud dan tujuan dari Tugas Akhir ini. Adapun kesimpulan yang diperoleh antara lain : 1. Berdasarkan analisa frekuensi curah hujan menggunakan metode gumbel dengan periode ulang 2 dan 5 tahun diperoleh nilai curah hujan yaitu R 2 Tahun = 91.81 mm dan R 5 Tahun = 120.50 mm 2. Intensitas curah hujan yang digunakan adalah intensitas curah hujan hasil pembacaan grafik lengkung IDF (Insensity 8⁄ 3 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 12 ` Duration Frequency) untuk waktu konsentrasi rencana. 3. Dari beberapa hasil analisis perhitungan kapasitas penampang saluran sebagian saluran tidak dapat menampung dimana QS < QT, seperti S10 QS = 0.904 m3/det untuk QT 2 Tahun = 1.880 m3/det QT 5 Tahun = 2.689 m3/det sedangkan S11 QS = 2.523 m3/det untuk QT 2 Tahun = 3.473 m3/det QT 5 Tahun = 4.732 m3/det. 4. Hasil evaluasi Debit Rencana dan Debit Eksisting saluran drainase mikro periode ulang 2 tahun dan 5 tahun di peroleh hasil QS < QT maka dapat di simpulkan bahwa drainase tersebut tidak layak digunakan, sehingga dari beberapa perhitungan ulang didapatkan dimensi saluran yang cukup menampung debit banjir dengan menggunakan dimensi ekonomis yaitu penampang persegi dengan ukuran B = 1.25 m; h = 0.62 m; Tinggi Jagaan = 0.50 m dengan kapasitas debit 1.880 m3/det untuk saluran kala ulang 2 tahun dan penampang persegi B = 1.43 m; h = 0.72 m; Tinggi Jagaan = 0.6 m dengan kapasitas debit 2.689 m3/det untuk kala ulang 5 tahun, kondisi ini untuk mengatasi saluran sekunder 10 (S10). Sedangkan untuk saluran sekunder 11 (S11) yaitu dengan penampang persegi dengan ukuran B = 1.48 m; h = 0.74 m; Tinggi Jagaan = 0.60 m dengan kapasitas debit 3.473 m3/det untuk saluran kala ulang 2 tahun dan penampang persegi B = 1.66 m, h = 0.83 m; Tinggi Jagaan = 0.60 m dengan kapasitas debit 4.732 m3/det untuk kala ulang 5 tahun. Dengan kondisi lahan yang sempit maka jenis konstruksi yang digunakan adalah beton. 5. Penyebab meluapnya banjir ini karena beberapa faktor seperti banyaknya sampah diarea saluran, curah hujan yang tinggi, serta debit air yang masuk dari wilayah sekitarnya. Selain itu terjadi penyempitan penampang di ujung saluran sehingga menyulitkan air untuk mengalir ke pembuangan akhir 5.2. 1. Perlu adanya operasi pemeliharaan untuk setiap perumahan agar terpelihara dengan baik 2. perlu adanya sumur resapan di setiap rumah untuk menggurangi Direct Run Off. 3. Sistem drainase selain disesuaikan dengan kondisi lapangan Harus di perhatikannya wilayah administrasi terutama dalam sistem drainasenya karena dalam hal ini sangat berpengaruh dalam setiap pembangunan 4. Diperlukan daerah kolam retensi untuk mengakomodir Direct Run Off. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 1997. Drainase Perkotaan. Jakarta: Penerbit Gunadarma 2. Dewan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3424. Jakarta 3. http://bahanreferensi.blogspot.co.id/2010/05/drainase.ht ml (20 september 2016) 4. http://bidinagtuns.blogspot.co.id/2010/11/c urah-hujan.html?m=1 (20 September 2016) 5. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Andi 6. Soemarto. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga 7. Soeparman dan Suparmin. 2001 Pembuangan Tinja dan Limbar Cair. Jakarta: Penerbit ECD 8. Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu RIWAYAT PENULIS 1. Nurul Ibad Taofiki, ST. (alumni 2016) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor. 2. Heny Purwanti, ST., MT. Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor. 3. Rubaiah Darmayanti, ST., M.Sc. Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor. Saran Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang bermanfaat untuk kelanjutan studi ini, yaitu: Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 13