TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN DAN APLIKASINYA Diterjemahkan dan diringkas dari S.A. Shinde, et al. (2018) “Recombinant DNA technology and its applications : a review”, International Journal of MediPharm Research, 2018, 4(2), pp79-88 Oleh: Ahmad Naharuddin Ramadhan, M.Pd.1 1 Mahasiswa Doktoral Ilmu Pendidikan, Konsentrasi Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Yogyakarta Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes.2 2 Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta Pendahuluan Kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh tiga faktor: kekurangan bahan pangan, masalah kesehatan, serta masalah lingkungan. Pangan dan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia selain dari lingkungan yang bersih dan aman. Dengan meningkatnya populasi dunia pada tingkat yang lebih tinggi, kebutuhan manusia akan makanan meningkat dengan cepat. Manusia membutuhkan makanan yang aman dengan harga yang wajar. Beberapa masalah kesehatan terkait manusia di seluruh dunia menyebabkan kematian dalam jumlah besar. Sekitar 36 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit tidak menular dan menular, seperti penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, AIDS / HIV, tuberkulosis, malaria. Meskipun upaya ekstensif telah dilakukan, produksi pangan dunia saat ini jauh lebih rendah daripada kebutuhan manusia, dan fasilitas kesehatan bahkan di bawah standar di negara-negara dunia ketiga. Peningkatan pesat industrialisasi telah meningkatkan pencemaran lingkungan. Demikian pula limbah industri telah mempengaruhi marinir akuatik (secara langsung) serta kehidupan manusia (secara tidak langsung). Oleh karena itu, permasalahan tersebut mendesak untuk ditangani melalui teknologi modern. Tidak seperti pendekatan tradisional untuk mengatasi masalah pertanian, kesehatan, dan lingkungan melalui pemuliaan tanaman, obat-obatan tradisional, dan degradasi polutan dengan teknik konvensional. Rekayasa genetika menggunakan alat dan pendekatan modern, seperti kloning dan transformasi genetik, yang lebih sedikit memakan waktu dan menghasilkan lebih banyak produk yang dapat diandalkan. Misalnya, dibandingkan dengan pemuliaan konvensional yang mentransfer sejumlah besar gen spesifik dan nonspesifik ke penerima, rekayasa genetika hanya mentransfer blok kecil dari gen yang diinginkan ke target melalui berbagai pendekatan, seperti transformasi biolistik (gun gene) atau menggunakan bantuan Agrobacterium tumefaciens. Perubahan pada genom tanaman disebabkan baik oleh gen target yang direkombinasikan atau melalui modifikasi pada situs spesifik yang diperantarai oleh nuclease. Integrasi genom pada situs spesifik termediasi oleh rekombinase serta mutagenesis yang diarahkan oleh oligonukleotida juga dapat digunakan. Teknologi DNA rekombinan memainkan peran penting dalam bidang kesehatan dengan mengembangkan vaksin dan obat-obatan baru. Strategi pengobatan juga ditingkatkan dengan mengembangkan kit diagnostik, perangkat pemantauan, dan pendekatan terapeutik baru. Pembuatan insulin manusia sintetis, eritropoietin oleh bakteri yang dimodifikasi secara genetic, 1 dan produksi tikus mutan eksperimental jenis baru untuk tujuan penelitian adalah beberapa contoh utama rekayasa genetika dalam bidang kesehatan. Demikian pula, strategi rekayasa genetika telah digunakan untuk mengatasi masalah lingkungan seperti mengubah limbah menjadi biofuel dan bioetanol, membersihkan tumpahan minyak di lautan; karbon; serta limbah beracun lainnya, demikian pula digunakan untuk mendeteksi arsenik dan kontaminan lain dalam air minum. Mikroba hasil rekayasa genetika juga efektif digunakan dalam biomining dan bioremediasi. Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan Pangan Pemuliaan tanaman dengan introduksi gen tertentu saja sesuai keinginan, dengan hasil banyak & waktu cepat Menghasilkan hewan ternak dengan produksi susu lebih banyak, laju pertumbuhan lebih cepat, dsb Kesehatan Pengembangan vaksin dan obatobatan baru Pembuatan insulin manusia sintetis untuk penderita diabetes Pendekatan terapeutik gen yang baru Lingkungan Mengolah limbah biofuel dan bioetanol membersihkan tumpahan minyak, dan kontaminan lainnya biomining dan bioremediasi Munculnya teknologi DNA rekombinan merevolusi perkembangan ilmu biologi dan menyebabkan serangkaian perubahan dramatis. Teknologi ini menawarkan peluang baru dalam inovasi untuk menghasilkan berbagai macam produk terapeutik dengan efek langsung dalam genetika medis dan biomedis dengan memodifikasi mikroorganisme, hewan, dan tumbuhan untuk menghasilkan zat yang berguna secara medis. Kebanyakan obat bioteknologi bersifat rekombinan yang memainkan peran kunci melawan penyakit mematikan manusia. Produk farmasi yang disintesis melalui teknologi DNA rekombinan, benar-benar mengubah kehidupan manusia sedemikian rupa sehingga Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyetujui lebih banyak obat rekombinan pada tahun 1997 daripada beberapa tahun sebelumnya, yang meliputi anemia, AIDS, kanker (Sarkoma Kaposi, leukemia, dan kolorektal, ginjal, dan kanker ovarium), kelainan keturunan (fibrosis kistik, hiperkolesterolemia familial, penyakit Gaucher, hemofilia A, penyakit imunodefisiensi gabungan yang parah, dan sindrom Turners), ulkus kaki diabetik, difteri, kutil kelamin, hepatitis B, hepatitis C, defisiensi hormon pertumbuhan manusia, dan sklerosis ganda. Mengingat tanaman mengembangkan transfer multigen, maka integrasi pada situs spesifik dan ekspresi gen yang diatur secara spesifik adalah pendekatan lanjut yang sangat krusial dalam teknologi DNA rekombinan pada tanaman. Regulasi transkripsional gen-gen yang bersifat endogen, keefektifannya di lokasi baru, dan kontrol ekspresi transgen yang presisi merupakan tantangan utama dalam bioteknologi tanaman yang membutuhkan pengembangan lebih lanjut agar dapat digunakan dengan sukses. Teknologi DNA Rekombinan dan Sejarahnya 2 Teknologi DNA rekombinan merupakan serangkaian prosedur yang digunakan untuk menggabungkan (re-kombinasi : penggabungan ulang) segmen DNA. Molekul DNA rekombinan dibangun dari dua atau lebih segmen molekul DNA yang berbeda. Dalam kondisi tertentu, molekul DNA rekombinan dapat memasuki sel dan bereplikasi di sana, baik dengan sendirinya atau setelah diintegrasikan ke dalam kromosom. Molekul DNA rekombinan (rDNA) adalah molekul DNA yang dibentuk dengan metode laboratorium rekombinasi gen (seperti kloning molekuler) untuk menyatukan materi genetik dari berbagai sumber, menciptakan urutan yang tidak akan ditemukan dalam genom secara alamiah. DNA rekombinan pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1973 oleh Herbert Boyer, dari Universitas California di San Francisco, dan Stanley Cohen, dari Universitas Stanford, yang menggunakan enzim restriksi E. coli untuk memasukkan DNA asing ke dalam plasmid. DNA rekombinan adalah nama umum untuk sepotong DNA yang telah dibuat dari hasil kombinasi dari dua untai atau lebih. Rekombinasi DNA dimungkinkan karena molekul DNA dari semua organisme memiliki struktur kimia yang sama, dan hanya berbeda dalam urutan nukleotida dalam keseluruhan struktur yang identik itu. Molekul DNA rekombinan kadangkadang disebut DNA chimeric, karena dapat dibuat dari DNA dari spesies yang berbeda, seperti mitos chimera1. Teknologi R-DNA menggunakan urutan palindromik dan mengarah ke produksi ujung yang lengket (sticky end) atau tumpul (blunt end). (a) (b) Gambar 1. (a) Urutan palindromik adalah urutan asam nukleat dalam molekul DNA atau RNA untai ganda dimana pembacaan ke arah tertentu (misalnya 5 'sampai 3') pada satu untai cocok dengan pembacaan urutan dalam arah yang sama (misalnya 5 'sampai 3') di untai komplementer. (b) Ujung yang lengket dan ujung tumpul. Urutan DNA yang digunakan dalam konstruksi molekul DNA rekombinan dapat berasal dari spesies apa pun. Misalnya, DNA tumbuhan dapat bergabung dengan DNA bakteri, DNA 1 Khimaira (Yunani: Χίμαιρα; Chímaira) adalah makhluk legendaris dari mitologi Yunani yang merupakan gabungan dari tiga hewan: ular, kambing, dan singa. 3 manusia dapat bergabung dengan DNA jamur. Selain itu, urutan DNA yang tidak terjadi di mana pun di alam dapat dibuat secara sintetis, dan digabungkan ke dalam molekul rekombinan. Dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan dan DNA sintetis, secara garis besar setiap rangkaian DNA dapat dibuat dan dimasukkan ke dalam berbagai organisme hidup yang beraneka ragam. Protein yang dihasilkan dari ekspresi DNA rekombinan di dalam sel hidup disebut protein rekombinan. Ketika DNA rekombinan yang mengkode protein dimasukkan ke dalam organisme inang, protein rekombinan tidak selalu diproduksi. Ekspresi protein asing membutuhkan penggunaan vektor ekspresi khusus dan seringkali memerlukan restrukturisasi yang signifikan dengan sekuen kode asing. Gambar 2. Crossing over yang akhirnya menyebabkan rekombinasi genetic DNA rekombinan (recombinant DNA) berbeda dari rekombinasi genetik (genetic recombination/genetic reshuffling), dimana DNA rekombinan itu dihasilkan secara artifisial dalam tabung reaksi, sedangkan rekombinasi genetic merupakan proses biologis normal yang menghasilkan remixing urutan DNA yang pada dasarnya secara alamiah dapat terjadi pada semua organisme.2 Apa itu DNA Rekombinan? Ini adalah pertanyaan yang bagus. Perlu kita sepakati terlebih dahulu bahwa rDNA adalah singkatan dari DNA rekombinan. Sebelum kita sampai ke bagian "r", kita perlu memahami DNA terlebih dahulu. DNA ibarat penjaga semua informasi yang dibutuhkan untuk menciptakan kembali suatu organisme. Semua DNA terdiri dari 3 komponen: gula pentosa, fosfat, dan basa nitrogen. Ada empat basa nitrogen, adenin (A), timin (T), guanin (G), dan sitosin (C). Basa nitrogen ditemukan berpasangan, dengan A & T dan G & C berpasangan. Urutan basa nitrogen dapat diatur dalam cara yang tak terbatas, dan strukturnya dikenal sebagai "heliks ganda" (double-helix). Gula yang menyusun DNA adalah deoksiribosa. Empat basa nitrogen penyusunnya adalah sama untuk semua organisme. Urutan dan jumlah basa nitrogen inilah yang menjadi sumber keanekaragaman hayati. DNA tidak secara nyata membuat organisme, ia hanya membuat protein. DNA ditranskripsi menjadi mRNA dan mRNA ditranslasi menjadi protein, dan protein kemudian terekspresi membentuk fenotip suatu 2 Rekombinasi genetika merupakan proses pemutusan seunting bahan genetika yang kemudian diikuti oleh penggabungan dengan molekul DNA lainnya. Pada eukariota rekombinasi biasanya terjadi selama meiosis sebagai pindah silang kromosom antara kromosom yang berpasangan. 4 organisme. Dengan mengubah sekuen DNA, cara pembentukan protein berubah. Ini mengarah ke pembentukan protein yang berbeda, atau protein yang inaktif. Sekarang kita tahu apa itu DNA. Dari sinilah kita akan masuk mempelajari bagaimana rekombinan itu. Istilah DNA rekombinan mengacu pada pengambilan sepotong DNA, dan menggabungkannya dengan untai DNA lain. DNA rekombinan juga terkadang disebut sebagai "chimera". Dengan menggabungkan dua atau lebih untai DNA yang berbeda, para ilmuwan dapat membuat untai DNA yang baru hasil rekayasa. Proses rekombinan yang paling umum melibatkan penggabungan DNA dari dua organisme yang berbeda. Tiga Metode Pembuatan DNA Rekombinan Ada tiga metode berbeda yang digunakan untuk membuat DNA rekombinan: (1) Transformasi, (2) Introduksi Fag (Bakteriofag), dan (3) Transformasi Non-Bakteri. Masingmasing akan dijelaskan secara terpisah di bawah ini. (1) Transformasi [Menggunakan Bantuan Bakteri] Langkah pertama dalam transformasi adalah memilih sepotong DNA untuk dimasukkan ke dalam vector (biasanya berupa plasmid bakteri). Langkah kedua adalah memotong potongan DNA tersebut dengan enzim restriksi dan kemudian mengikat sisipan DNA ke dalam vektor dengan DNA Ligase. Gambar 3. Mentransformasi gen interest ke suatu plasmid bakteri. Sisipan berisi selectable marker (penanda) yang memungkinkan untuk identifikasi molekul rekombinan. Penanda antibiotik sering digunakan agar sel inang (dalam hal ini bakteri) tanpa vektor (yakni gagal dimasuki molekul rekombinan) mati saat terpapar antibiotik tertentu, dan inang vektor akan hidup karena resisten. 5 Gambar 4. GFP (green fluorescence protein) sebagai marker Vektor dimasukkan ke dalam sel inang, dalam proses yang disebut transformasi. Salah satu contoh sel inang yang mungkin adalah E. Coli. Sel inang harus dipersiapkan secara khusus untuk mengambil DNA asing. Penanda (selectable marker) yang digunakan bisa berupa resistensi antibiotic (misal: di-insert ampicillin resistance gene), perubahan warna (misal: diinsert gen lacZ yang mengkode enzim β-galaktosidase yang bisa mencerna X-gal sehingga menghasilkan warna biru), atau karakteristik lain yang dapat membedakan inang chimera (yang berhasil diubah/direkayasa) dari inang yang tidak. Setiap vektor memiliki properti yang berbeda untuk membuatnya sesuai dengan penggunaan yang diinginkan. Gambar 5. Salah satu contoh selectable marker dengan menggunakan gen lacZ. Sel bakteri yang tidak membawa vector (plasmid) yang berisi DNA rekombinan akan menghasilkan enzim β-galaktosidase yang mencerna X-gal sehingga menghasilkan warna biru. Hal ini karena gen lac-Z tidak mengalami disrupsi. 6 (2) Transformasi non-Bakteri Gambar 6. (a) Skema mikroinjeksi DNA, (b) Menginjeksi DNA secara langsung ke dalam nucleus ketika dilihat di bawah mikroskop Ini adalah metode yang sangat mirip dengan transformasi yang dijelaskan pada nomor satu di atas. Satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah bahwa transformasi non-bakteri tidak menggunakan bantuan bakteri seperti E. Coli atau selainnya sebagai inangnya. Dalam hal ini, digunakan metode mikroinjeksi, dimana DNA disuntikkan langsung ke inti sel yang akan diubah. Dalam biolistic (menggunakan gene gun), sel inang di-“bombardir” dengan mikroproyeksi berkecepatan tinggi, seperti partikel emas atau tungsten yang telah dilapisi DNA. Gambar 7. Gene gun untuk metode biolistic (3) Introduksi Fag Pengenalan fag adalah proses transfeksi, yang ekuivalen dengan transformasi, hanya saja dalam ini fag (virus) digunakan sebagai pengganti bakteri. Pengemasan vector dilakukan secara in vitro. Ini menggunakan fag lambda atau MI3 untuk menghasilkan plak fag yang mengandung rekombinan. Rekombinan yang dibuat dapat diidentifikasi dengan perbedaan antara rekombinan dan non rekombinan dengan menggunakan berbagai metode seleksi. Kerja dari rDNA 7 Gambar 8. Konstruk transgene yang representative dan desain primer untuk keperluan genotyping DNA rekombinan bekerja ketika sel inang mengekspresikan protein dari gen rekombinan. Sejumlah besar protein rekombinan tidak akan diproduksi oleh inang jika faktor ekspresi tidak ditambahkan. Ekspresi protein tergantung pada gen yang dikelilingi oleh sekumpulan sinyal yang memberikan instruksi pada sel untuk transkripsi dan translasi. Sinyalsinyal ini termasuk promotor, situs pengikatan ribosom (ribosom binding site), dan terminator. Vektor ekspresi, di mana DNA asing dimasukkan, harus mengandung sinyal-sinyal ini. Sinyal tersebut bersifat spesifik untuk masing-masing spesies. Dalam kasus E. Coli, sinyal tersebut harus diambilkan dari E. Coli karena E. Coli tidak mungkin memahami sinyal dari promotor dan terminator yang diambil dari gen manusia. Masalah dapat terjadi ketika gen mengandung intron atau mengandung sinyal yang bertindak sebagai terminator bagi inang bakteri. Hal ini mengakibatkan penghentian yang prematur, dan protein rekombinan bisa jadi tidak diproses dengan benar, tidak dapat terlipat dengan benar, atau bahkan mungkin terdegradasi. Produksi protein rekombinan yang dikehendaki dalam sistem eukariotik umumnya mengambil tempat pada yeast dan fungi yang berfilamen. Penggunaan sel hewan sulit dilakukan karena banyak yang membutuhkan permukaan penyangga yang kokoh, tidak seperti bakteri, dan memiliki kebutuhan pertumbuhan yang kompleks. Hanya saja, beberapa protein terlalu kompleks untuk diproduksi dalam bakteri, jadi sel eukariotik harus digunakan. Bahan-Bahan yang Dibutuhkan 1. Enzim-enzim yang meliputi: (a) enzim restriksi -untuk memotong untai DNA pada bagian yang diinginkan, (b) DNA polymerase -untuk mensintesis untai DNA-, (c) ligase -membantu merekatkan DNA yang telah terpotong menjadi DNA yang fungsional. Enzim restriksi yang digunakan dalam teknologi DNA rekombinan memainkan peran utama dalam menentukan lokasi di mana gen yang diinginkan akan dimasukkan ke dalam genom vektor. Ada dua jenis enzim restriksi, yaitu Endonuklease dan Eksonuklease. Endonuklease memotong di dalam untai DNA sedangkan Exonucleases menghilangkan nukleotida dari ujung untai. Endonuklease restriksi memotong pada urutan tertentu yang biasanya merupakan urutan palindrom. Gen of interest serta vektor (plasmid atau yang sejenisnya) dipotong oleh enzim restriksi yang sama untuk mendapatkan sticky notes yang saling melengkapi, sehingga membuat kerja ligase mudah untuk mengikat gen yang diinginkan ke vector (lihat gambar 3). 2. Vektor, yang berfungsi membawa dan mengintegrasikan gen yang diinginkan. Vektor merupakan bagian yang sangat penting dari teknologi DNA rekombinan karena mereka adalah kendaraan utama yang membawa gen yang diinginkan ke dalam organisme inang. Plasmid dan bakteriofag adalah vektor paling umum dalam teknologi DNA rekombinan yang digunakan karena memiliki jumlah copy yang sangat tinggi. 8 3. Host (inang), yakni organisme yang menjadi tempat dimana DNA rekombinan dimasukkan. Host adalah alat utama teknologi DNA rekombinan yang mengambil vektor hasil rekayasa yang telah berisi DNA yang diinginkan. Langkah-Langkah Teknologi DNA Rekombinan Gambar 9. Langkah dasar teknologi DNA rekombinan menggunakan plasmid bakteri sebagai vector kloning 9 Seleksi dan isolasi DNA yang akan di-insert-kan : pemilihan segmen DNA of interest yang akan dikloning. Segmen DNA yang diinginkan ini kemudian diisolasi secara enzimatis. Segmen DNA of interest ini disebut sebagai DNA insert atau DNA target atau foreign DNA. Memilih vektor yang cocok : vektor kloning adalah molekul DNA yang dapat mereplikasi dirinya sendiri, tempat di mana DNA insert akan diintegrasikan. Vektor yang paling umum digunakan adalah plasmid dan bakteriofag. Menyisipkan DNA insert ke dalam vector untuk menciptakan molekul rDNA : DNA insert dipotong oleh enzim restriksi dan disambungkan oleh enzim ligase ke DNA vektor untuk membentuk konstruk rDNA. Memasukkan rDNA ke inang yang cocok : sel inang yang sesuai dipilih dan molekul rDNA dimasukkan ke dalamnya. Proses ini sering disebut transformasi. Biasanya inang yang dipilih adalah sel bakteri seperti E. coli (prokariot), demikian juga yeast atau fungi (eukariot). Menyeleksi sel inang yang memuat vektor rekombinan : Sel yang berhasil ditransformasi dipisahkan dari sel yang tidak dengan menggunakan berbagai metode, misalnya dengan marker (penanda). Ekspresi dan multiplikasi DNA insert di dalam tubuh inang: Akhirnya, harus dipastikan bahwa DNA insert yang dimasukkan ke dalam vektor betul-betul mengekspresikan karakter yang diinginkan dalam sel inang. Sel inang hasil transformasi juga digandakan untuk mendapatkan salinan dalam jumlah yang cukup. Aplikasi Teknologi DNA Rekombinan Produksi tanaman transgenic: Dengan memanfaatkan alat dan teknik rekayasa genetika dimungkinkan untuk menghasilkan tanaman transgenik. Banyak tanaman transgenik telah dikembangkan dengan kualitas yang lebih baik seperti ketahanan terhadap herbisida, serangga atau virus dan lain sebagainya. 10 Produksi hewan transgenic: Dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan, gen yang diinginkan dapat disisipkan ke dalam hewan untuk menghasilkan hewan transgenik. Metode teknologi DNA rekombinan membantu peternak hewan untuk meningkatkan kecepatan breeding serta hewan-hewan ternak yang memiliki sifat-sifat unggul. Ini membantu produksi hewan ternak yang lebih baik untuk memastikan lebih banyak keuntungan komersial. Kegunaan hewan transgenik yang penting secara komersial lainnya adalah produksi protein dan senyawa farmasi tertentu. Hewan transgenik juga berkontribusi untuk mempelajari fungsi gen pada spesies hewan yang berbeda. Ahli bioteknologi telah berhasil menghasilkan babi, domba, tikus, dan sapi transgenik. Produksi hormone: Dengan munculnya teknik teknologi DNA rekombinan, sel bakteri seperti E. coli digunakan untuk produksi bahan kimia yang berbeda seperti insulin, somatostatin, somatotropin dan pendorphin. Human Insulin Hormone yaitu, Humulin adalah produk terapeutik pertama yang dihasilkan dengan penerapan teknologi DNA rekombinan. Produksi vaksin: Vaksin adalah sediaan kimiawi yang mengandung patogen dalam keadaan dilemahkan atau tidak aktif yang dapat diberikan kepada manusia atau hewan untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi. Sejumlah vaksin telah disintesis secara biologis melalui teknologi DNA rekombinan, vaksin ini efektif melawan berbagai penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri, virus atau protozoa. Diantaranya adalah vaksin untuk polio, malaria, kolera, hepatitis, rabies, cacar, dll. Pembuatan vaksin DNA telah merevolusi pendekatan pengobatan penyakit menular. Biosintesis interferon: Interferon adalah glikoprotein yang diproduksi dalam jumlah yang sangat sedikit oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon memiliki sifat antivirus dan bahkan anti-kanker. Dengan metode teknologi DNA rekombinan, gen fibroblas manusia (yang menghasilkan interferon pada manusia) dimasukkan ke dalam plasmid bakteri. Bakteri hasil rekayasa genetika ini diklon dan dikultur sehingga gen tersebut diekspresikan dan interferon diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak. Interferon ini, setelah diproduksi, kemudian diekstraksi dan dimurnikan. Produksi antibiotic: Antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme sangat efektif melawan berbagai penyakit virus, bakteri, atau protozoa. Beberapa antibiotik penting adalah tetrasiklin, penisilin, streptomisin, novobiocin, bacitracin, dll. Teknologi DNA rekombinan membantu meningkatkan produksi antibiotik dengan memperbaiki strain mikroba melalui modifikasi karakteristik genetik. Produksi enzim: Sebagaimana kita ketahui bahwa enzim dikodekan oleh gen, maka jika terjadi perubahan pada suatu gen maka pasti struktur enzim juga berubah. Rekayasa enzim menggunakan prinsip yang sama dan dapat dijelaskan sebagai modifikasi struktur enzim dengan menginduksi perubahan pada gen yang menyandikan enzim tersebut. Pencegahan dan diagnosis suatu penyakit: Metode dan teknik rekayasa genetika telah memecahkan masalah dalam metode konvensional untuk diagnosis penyakit. Ia juga menyediakan metode untuk pencegahan sejumlah penyakit seperti AIDS, kolera, dll. Antibodi monoklonal adalah alat yang berguna untuk diagnosis penyakit. Antibodi monoklonal diproduksi dengan menggunakan teknik yang disebut teknologi hybridoma. 11 Terapi gen: Terapi gen tidak diragukan lagi merupakan bidang rekayasa genetika yang paling bermanfaat bagi manusia. Terapi gen melibatkan pengiriman gen tertentu ke dalam tubuh manusia untuk mengkoreksi suatu kelainan atau penyakit. Jadi, terapi gen adalah pengobatan penyakit dengan transfer dan ekspresi gen ke dalam sel pasien untuk mengembalikan kenormalan aktivitas sel. Pengolahan limbah dan bioremediasi: Rekayasa genetika memberikan kontribusi terhadap perlindungan lingkungan dengan berbagai cara. Yang paling penting untuk disebutkan adalah pendekatan baru yang digunakan untuk pengolahan limbah dan bioremediasi. 12