1 UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH PRODI HARI/TGL SIFAT DOSEN MAHASISWA : Desain Pembelajaran Kimia : S2 Pendidikan Kimia : Kamis, 7 April 2022 : Take Home, dikumpul tgl 9 April 2022 pkl 12.00 : Prof. Dr. Ucu Cahyana, M.Si : Norbertus Krisnu P (1311821001) 1. Jelaskan analisis saudara tentang karakteristik materi kimia untuk jenjang SMP dan SMA dari berbagai referensi (dilengkapi dengan gambar skema) Karakteristik materi kimia pada jenjang SMP dapat ditinjau dari beberapa aspek: Kompleksitas text dan kosakata dalam terminologi kimia yang dipakai relatif sederhana dan konstekstual. Pada tingkat perkembangan kognitif siswa-siswa SMP menurut Jean Piaget umur 12 tahun ke atas, memiliki tingkat kognitif operasional formal yaitu mampu berpikir logis mengenai soal abstrak serta menguji hipotesis secara sistematis. Kimia pada jenjang SMP karakteristiknya terfokus pada bidang ilmu yang mengkaji materi, perubahan dan energi yang menyertainya, dan aplikasi sehari-hari yang mudah dilihat / diobservasi terkait dengan mata pelajaran IPA (fisika, biologi, kimia) pengembangan kompetensi peserta didik secara utuh. Oleh karena itu, kimia pada IPA jenjang SMP relatif sederhana dan dengan porsi jumlah jam mengajar yang sedikit. Pendekatan konstektual learning (CTL) dapat digunakan pada desain pembelajaran sains sederhana dan pada tahap awal untuk membangun fondasi sains siswa SMP. Pada segitiga Maslow, aktualisasi diri pada tahap perkembangan siswa remaja dapat dijadikan acuan pembuatan tugas-tugas siswa dalam pembelajaran konstektual yang bermakna, seperti pembuatan lagu bertema kimia, poster-poster kimia, atau pembelajaran berbasis performance. 2 Materi lebih banyak berupa gambar-gambar atau video Pada teori belajar behavioristik, belajar merupakan interaksi antara stimulus dan respons. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dengan respon yang ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Siswa berinteraksi dengan gambargambar dan video sains (IPA) memberikan pengkondisian lingkungan belajar yang menarik minat siswa untuk mendalami sains pada jenjang yang lebih tinggi. Minat sains yang tinggi pada jenjang SMP merupakan modal bagi siswa di jenjang SMA nanti. Menurut Senge (2004) bahwa proses berpikir seseorang memerlukan bangunan model mental yang baik. Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membangun model mentalnya menyebabkan orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan berpikir, sehingga tidak mampu melakukan pemecahan masalah dengan baik. Oleh karena itu, minat dan mental sains yang baik harus dipupuk saat awal-awal pertumbuhan kognitif siswa. Pada jenjang SMP, aspek kognitif relatif berpusat pada observasi/ pemahaman/aplikasi, tetapi dapat juga ditingkatkan sampai C5 (mengevaluasi) & C6 (mencipta) dengan model-model pembelajan / pendekatan scaffolding. Pada tabel materi kimia SMP dan SMP dapat dilihat perbedaan kedalaman dan luas materinya. Materi kimia SMP yang sederhana dan terlihat surface-approach dapat dijadikan pembelajaran dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi dengan scaffolding. Berkenaan dengan ini, siswa SMP dituntut lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains tidak secara verbalistis (Liliasari, 2007). Model pembelajaran scaffolding seperti case-base learning, sebagai contoh dimana siswa bermain role-play sebagai detektif untuk memecahkan kasus yang berhubungan dengan asam-basa atau pembuatan projek sederhana untuk memecahkan masalah lingkungan di rumah dapat menunjang pembelajaran siswa SMP. Berikut ini adalah topik-topik yang umum diajarkan pada jenjang kimia SMP dan SMA. 3 No 1 Materi Kimia SMP (Umum) Materi Kimia SMA (Umum) Pengenalan topik Kimia Teori Atom Bahan Kimia di Rumah Tangga Struktur Atom Bahan Kimia (Zat Aditif) Bilangan Kuantum Bahan Pewarna Konfigurasi Elektron Bahan Penyedap dan Elektron Valensi Pemberi Aroma Sistem Periodik Unsur Zat Kimia sebagai Bahan Tata Pemanis Zat Kimia Sebagai Hukum Dasar Kimia Pewangi Stoikiometri Bahan Kimia Sebagai Rumus dan Empiris & Rumus Molekul Bahan Kimia Sebagai Ikatan Kimia Pembersih Ikatan Hidrogen Bahan Kimia Pembasmi Larutan Elektrolit dan Non Serangga Senyawa Persamaan Reaksi Pemutih Nama Zat Kimia Pengawet Elektrolit Reaksi Redoks Hidrokarbon dan Minyak Bumi Termokimia Makanan dan Minuman 2 Partikel-Partikel Materi Pengertian Molekul Laju Reaksi Pengertian Atom Kesetimbangan Kimia Struktur Atom Koloid Pengertian Ion Teori Asam Basa Ion dalam Kehidupan Stoikiometri Larutan Kehidupan Larutan Penyangga Larutan Asam Basa Titrasi Asam Basa Hidrolisis Garam Kelarutan Garam 4 3 Unsur dan Cara Penulisan Sifat Koligatif Larutan Lambang Reaksi Pengertian Unsur Secara dan Elektrokimia Kimia Sel Elektrolisis Lambang Unsur Zaman Sel Volta Alkimia Hukum Faraday Lambang Unsur Tabel Reaksi Adisi, Substitusi, & Periodik 4 Redoks Rumus Kimia Senyawa Pengertian Senyawa Pengertian dan Tata Eliminasi Korosi Biomolekul Kimia Unsur Logam Alkali & Alkali Tanah Gas Mulia Benzena Turunan Alkana Isomer Polimer Nanopartikel/nanoteknologi Nama Senyawa Biner Definisi dan Contoh Senyawa Terner Aturan Penulisan Rumus Kimia dan Nama Senyawa sederhana 5 Campuran dan Beberapa Sifat Larutan Perbedaan Zat Murni dan Campuran Pengertian 5 Campuran Homogen dan Campuran Heterogen Mengetahui Jumlah Campuran Suatu Zat Pemisahan Campuran Berdasarkan Sifat Kimia Zat Pemisahan Campuran Berdasarkan Fisika Zat Pemisahan Campuran Ekstraksi Pemisahan Campuran Kromatografi Pemisahan Campuran Sublimasi Pemisahan Campuran Kristalisasi Pemisahan Campuran Distilasi Pemisahan Campuran Filtrasi 6 Asam, Basa, dan Garam Sifat-sifat Asam, Basa, dan Garam Identifikasi Sifat asam, Basa dan Garam Derajat Keasaman dan Kebasaan (pH dan pOH) Cara Menentukan pH Suatu Larutan Cara Mengetahui Kekuatan Asam dan 6 Basa Larutan Asam, Basa, dan Garam Bersifat Elektrolit Daftar senyawa yang bersifat asam Daftar senyawa yang bersifat basa Karakteristik materi kimia pada jenjang SMA: Karakteristik topik-topik pada jenjang SMA bersifat analisis, memicu stimulus keingintahuan siswa untuk problem solving, dan memerlukan tingkat berpikir kritis. Kemampuan atau keterampilan berpikir kritis oleh Fisher (2009) dikembangkan menjadi indikator-indikator: Memfokuskan pertanyaan, Menganalisis argumen, Bertanya dan menjawab Pertanyaan, Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya, Mengidentifikasi asumsi, Menentukan suatu tindakan dan Berinteraksi dengan orang lain. Siswa SMA akan lebih banyak mengalami konflik ketika proses pembelajaran di kelas berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Kompleksitas materi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi hambatan atau sebaliknya sebagai modal pengalaman belajar. Rahmawati (2013) menyatakan bahwa proses pembelajaran kimia, seharusnya tidak hanya terfokus pada pengetahuan, akan tetapi juga pada bagaimana pengaplikasian ilmu kimia dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan karakteristik topik-topik kimia di jenjang SMA. Sebagaimana dinyatakan oleh Johnstone bahwa fenomena kimia meliputi tiga level, yaitu makroskopik yang bersifat nyata kasat mata, submikroskopik yang bersifat nyata tetapi tidak kasat mata (abstrak), dan simbolik (Johnstone, 2006.). Dengan kompleksitas materi kimia di 7 jenjang SMA, aktivitas belajar harus berpusat pada tiga level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Sehingga, diharapkan siswa SMA mampu: o Pertama, memahami adanya hubungan yang erat antara kimia dengan situasi, kondisi, dan kejadian di lingkungan sekitarnya. o Kedua, terampil dalam menyelesaikan masalah secara mandiri melalui proses berpikir tingkat tinggi (HOTS). o Ketiga, membangun konsep kimia secara mandiri (students centered) Akan tetapi, pada sisi lain, dengan kompleksitas materi kimia SMA yang jauh lebih tinggi daripada materi SMP, gap beban kognitif tinggi, dan rendahkan kemandirian belajar siswa, siswa SMA justru dapat terjebak pada miskonsepsi pada topik-topik tertentu atau menurunnya minat sains. Hal ini ditandai dengan siswa SMA yang hanya fokus pada nilai tetapi tidak pada peningkatan skills kimia. Padahal, kunci pokok dalam pemecahan masalah kimia adalah pada kemampuan merepresentasikan fenomena kimia pada level submikroskopik (Treagust, et al., 2003). Materi kimia SMA relatif lebih abstrak daripada materi SMP. Terkait dengan Coll (2008), materi belajar yang kompleks dan abstrak perlu didukung dengan penggunaan model visual, sehingga perlu adanya latihan menginterpretasikan gambar visual submikro melalui pembelajaran yang melibatkan 3 level fenomena kimia. Devetak, et al. (2009) menemukan bahwa siswa yang belum pernah di latih dengan representasi eksternal akan mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan struktur submikro dari suatu molekul. Atas dasar ini, desain pembelajaran pada materi SMA harus dimulai dari diagnostik / screening awal kemampuan siswa. Berikut desain pembelajaran Kemp pada topik / materi kimia jenjang SMA: 8 Materi kimia SMA memiliki karakteristik spesifik, maka dalam memecahkan masalah perlu di-scaffolding berdasarkan multi level representasi (makroskopik, simbolik, dan sub-mikroskopik). Jika mengacu pada Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pembelajaran, yang di dalamnya mengisyaratkan tentang pentingnya penerapan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, maka penguasaan guru tentang scaffolding menjadi penting agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Menurut Benyamin S. Bloom ada tiga ranah yaitu: Ranah kognitif, Ranah afektif, dan Ranah psikomotorik yang dapat dikembangkan pada tiap indikator belajar. Karakteristik hambatan belajar pada materi kimia SMA menurut Wiseman (1981), kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah. Karakteristik ilmu kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985) sebagai berikut: 9 o Abstrak; Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak nampak, yang menurut siswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung. o Terlalu menyederhanakan penyederhanaanya berakibat diperlukan pemikiran miskonsepsi;.Dalam dan pendekatan tertentu agar siswa tidak mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan tersebut. o Berurutan (pra-syarat yang rumit); Topik-topik kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu. Misalnya, kita tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk membentuk molekul, jika atom dan karakteristiknya tidak dipelajari terlebih dahulu; o memecahkan soal-soal jenjang SMA dengan hukum-hukum / konsep tertentu dan tidak hanya proses matematis sederhana; o Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak Dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari, siswa dituntut untuk dapat merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan seefisien mungkin. (Rusmansyah dan Irhasyuarna,Y , 2002) o Bukan hanya sekedar hafalan istilah, tetapi ada proses berpikir didalamnya, tertutama pada hubungan antar variabel Karakteristik materi jenjang SMA diatas menuntut siswa untuk memiliki kemampuan minimal 4C (creativity, critical thinking, collaboration, computational skills) dan untuk itu perlu support dari lingkungan belajar sehingga menghilangkan ketakutan (chemistry phobia). Siswa harus relaks dalam belajar dan tetap tertantang untuk belajar. 10 Sumber: Rahmawati Y. Revealing and reconceptualising teaching identity through the landscapes of culture, religion, transformative learning, and sustainability education: A transformation journey of a science educator. Curtin University, 2013. Johnstone, A.H., 2006. “Chemical education research in Glasgow in perspective.” Chemistry Education Research and Practice. 7, No. 2. p. 49-63. Liliasari., 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In The 21st Century Science Education. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Science Education., 27 October 2007. Bandung. 13 – 18. Treagust, D. F., Chittleborough, G. D., & Mamiala, T., 2003. “The role of submicroscopic and symbolic representations in chemical explanations.” International Journal of Science Education. 25, No. 11, p. 1353–1368 Coll, R.K. 2008. “Chemistry Learners’ Preferred Mental Models for Chemical Bonding.” Journal of Turkish Science Education. 5, (1), p. 22 – 47. Devetak, I., Erna, D.L., Mojca, J., and Glažar, S.A. 2009. “Comparing Slovenian year 8 and year 9 elementary school pupils’ knowledge of electrolyte chemistry and their intrinsic motivation.” Chem. Educ. Res. Pract. 10, p. 281–290. Senge, P.M., 2004. The Fifth Discipline. The Art and Practice of The Learning Organization. Doubleday Dell Publishing Group, Inc. New York. Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. 11 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konsep pembelajaran dan manajemen pembelajaran (sebutkan sumber referensi) Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan penguatan (reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar dengan adanya ganjaran dan pujian (rewards) dari guru atas hasil belajarnya. Menurut Gagne dan Briggs (1979), konsep belajar adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Menurut Sahertian (2000: 134), managemen pembelajaran adalah proses merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan proses belajar mengajar, menilai proses dan hasil, serta mengembangkan manajemen kelas. Untuk melakukan managemen pembelajaran, guru harus memilik skills: Penguasan bahan pelajaran Pengelolaan program belajar mengajar Pengelolaan kelas dengan mengatur tata ruang kelas yang menciptakan iklim belajar yang sesuai, Pemakaian media sumber belajar; Pengelolaan interaksi belajar mengajar: Penguasan landasan-landasan kependidikan Penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Sumber: Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, cet. 8; Bandung: Alfabeta, 2010, h. 14. Sahertian, Piet A., 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 12 3. Bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran, mengelola pembelajaran dan menyusun evaluasi dalam pembelajaran kimia berbasis pendekatan saintifik ? (dilengkapi dengan gambar skema hubungan antar konsep) Penyusunan perencanaan dimulai dengan melakukan analisa materi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan belajar. Pada analisis materi, KD dan indikator dianalisa tingkat kedalaman dan jangkauan waktu pembelajarannya dan ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendekatan saintifik dapat masuk ke dalam semua topik kimia dengan catatan terdapat sintaks yang meliputi: Mengamati. Kegiatan mengamati mengobservasi antara dilakukan objek dengan yang mengamati dianalisis dengan atau materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Menanya. Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Mengumpulkan informasi/mencoba. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara yakni dapat membaca berbagai sumber, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Menalar/mengasosiasi. Kegiatan ini yakni proses berfikir yang logis dan sistematis atas faktafakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Mengomunikasikan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola 13 Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Saintifik ini disebut sebagai 5M. Karakter peserta didik yang cocok untuk pendekatan ini adalah siswa yang aktif, mandiri, dan student-centered. Lingkungan belajar yang mendukung pendekatan saintifik adalah lingkungan belajar yang terbuka untuk pendapat/diskusi kelompok dan dukungan media belajar yang tepat. Pada tahap perencanaan, guru dapat mengalokasikan waktu, baik dengan flip-classroom maupun tatap muka. Pendekatan saintifik dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif, inkuiri, problem-based learning, dll. Ini dapat digunakan pada semua topik kimia, karena menurut Hosnan (2014) pendekatan ini berpusat pada peserta didik, melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip, melibatkan prosesproses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, dapat mengembangkan karakter peserta didik. Dengan demikian, pendekatan saintifik memerlukan mental kemandirian siswa yang kuat. Contoh: Modul / LKPD yang dikembangkan dengan pendekatan saintifik 5M dilengkapi dengan panduan mind map. Materi koloid yang bersifat informatif yang mengharuskan siswa untuk banyak menghafal akan lebih mudah dipadukan dengan penggunaan mind map untuk memudahkan dalam belajar dan penguasaan materi pada topik ini. Modul yang dikembangkan dengan 5 tahapan saintifik yaitu mengamati fenomena-fenomena koloid di lingkungan sekitar, menanyakan / membuat pertanyaan tentang fenomena koloid, mengumpulkan data dengan membuat eksperimen efek tyndal dengan membuat video, mengasosiasi mengola data, dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Siswa diminta untuk membuat mindmap terkait temuan mereka. Rubrik penilaian sebagai berikut: Kriteria pembuatan mindmap 1. Mengenal jenis-jenis koloid & memberikan contoh dengan tepat 2. Pada mindmap terdapat kaitan dengan fenomena / kegunaan koloid 14 sehari-hari. 3. Menggunakan kata kunci berdasarkan sifat-sifat koloid dengan tepat. 4. Menyusun desain mindmap dengan menu interaktif (digital) / fisik 5. Mempresentasikan produk mindmap dengan sikap sains Penilaian Unjuk Kerja Sains Presentasi Mindmap Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Mengenal jenis-jenis koloid & memberikan contoh dengan tepat Menggunakan kata kunci berdasarkan sifatsifat koloid. Menggunakan kata kunci berdasarkan sifatsifat koloid dengan tepat. Menyusun desain mindmap dengan menu interaktif (digital) / fisik Mempresentasikan produk mindmap dengan sikap sains Pada evaluasinya, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, mengevaluasi, dan berkomunikasi antar kelompok. Bentuk-bentuk evaluasi yang bersifat reflektif dan formatif cocok untuk pendekatan saintifik. Sumber: Ghozali, I. (2017). Pendekatan Scientific Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pedagogik, 04(01), 1–13 MacDonell, C. 2007. Project-Based Inquiry Units for Young Children: First Step to Research for Grade Pre-K-2. Ohio: Linworth Publishing,Inc 15 4. Bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran, mengelola pembelajaran dan menyusun evaluasi dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan pembelajaran STEAM ? (dilengkapi dengan gambar keterkaitan antar konsep) Pendidikan STEM disusun dengan beberapa pertanyaan dasar seperti: bagaimana konsep, prinsip, teknik sains, teknologi, engineering dan matematika digunakan secara terintegrasi untuk mengembangkan produk, proses, dan sistem yang bermanfaat bagi kehidupan Penyusunan perencanaan dimulai dengan melakukan analisa materi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan belajar. Tools yang dapat dipakai adalah diagnostik test untuk mengetahui karakter, minat, dan bakat siswa. Alur yang biasa digunakan untuk pendekatan STEAM adalah dengan EDP yakni Engineering Design Process (aktivitas membuat karya). Langkah-Langkah Implementasi STEAM: Identifikasi berbagai KD Identifikasi topik yang sesuai dengan KD Rumuskan indikator pencapaian kompetensi (IPK) Analisa STEM pada topik terpilih kemudian buat rancangan pembelajaran dalam RPP 16 Berikut ini adalah contoh analisis KD dan Indikator pada topik tertentu dengan pendekatan STEAM. Topik yang relevan sebagai contoh adalah elektroplating. Kompetensi Dasar (Mapel Kimia) 3.6 Menerapkan stoikiometri reaksi redoks dan hukum Faraday untuk menghitung besaranbesaran yang terkait sel elektrolisis. 4.6 Menyajikan rancangan prosedur penyepuhan benda dari logam dengan ketebalan lapisan dan luas tertentu. Topik : Elektroplating (Penyepuhan Logam) Indikator Pencapaian Kompetensi 3.6.1 Mengidentifikasi masalah dalam kehidupan sehari-hari yang terkait pelapisan logam atau elektroplating. 3.6.2 Menerapkan konsep elektrolisis pada rancangan pelapisan logam. 3.6.3 Menerapkan hukum Faraday pada rancangan pelapisan logam. . 4.6.1 Merancang prosedur pelapisan dengan ketebalan dan luas tertentu. 4.6.2 Merangkai alat sesuai dengan rancangan (produk rancangan). 4.6.3 Merancang prosedur pelapisan dengan ketebalan dan luas tertentu. 4.6.4 Menguji coba rancangan prosedur pelapisan benda – benda dari logam. 4.6.5 Menganalisis data hasil ujicoba pelapisan benda – benda dari logam. 4.6.6 Menyimpul proses pelapisan benda benda dari logam berdasarkan percobaan. Indikator Pencapaian Kompetensi 4.6.7 Menyempurnakan rancangan badasarkan hasil uji coba. 4.6.8 Mengkalkulasi rancangan biaya pelapisan logam. 4.6.9 Mengidentifikasi dampak dampak lingkungan akibat limbah pelapisan logam dan pemecaha masalahnya. 17 Guru dapat menyusun perencanaan pembelajaran pada STEAM sebagai berikut: Pada tahap awal pembelajaran, siswa dan guru sebagai fasilitor menentukan permasalahan. Pada tahap ini, tahap Ask, Imagine, Plan, Create, Improve adalah siklus dan siswa dapat mundur dan maju dengan evaluasi. ASK IMAGINE 1 Suatu logam dapat melapisi . logam lain dengan cara elektrolisis 2 Pastikan ada kebutuhan solusi .3 akan Identifikasi kriteria dan (Batasan) 1. Apa solusinya? buatlah dugaan bagaimana solusi dari masalah bercurah idetersebut? dan gagasan 2 Saling . . PLAN CREATE Membuat atau menciptakan rencana yang akan dibuat. Mengembangkan rencana yang telah dibuat IMPROVE 1. Evaluasi, komunikasi dan kemudian refleksi 18 Siklus yang terjadi pada pembelajaran STEAM adalah Pada tahap evaluasi, siswa dapat membuat jurnal perkembangan eksperimennya (reflectrive jurnals) dan menjawab beberapa pertanyaan sebagai contoh: Bagaimana tim / kelompok anda berkomunikasi? Bagaimana data perkembangan proyek dapat dishare ke teman-teman kelompok? Mengapa ide ini penting? Apa yang menjadi faktor keberhasilan kelompok ini? Bagaimana memaksimalkan produktivitas kerja kelompok? Bagaimana mengetahui produk ini berhasil? Bagaimana mengukur keberhasilan produk? Bagaimana Anda mencari pengetahuan untuk menyelesaikan masalah? Apa yang harus dilakukan jika menemui kendala? Sumber / bahan apa saja yang diperlukan? Bagaimana mengetahui produk / alat bekerja? Apa saja yang telah dipelajari? Bagaimana untuk mempresentasikan produk ini? Apa solusi produk ini menjawab permasalahan di awal? 19 Sumber: Hadinugrahaningsih, T., Rahmawati, Y., & Ridwan, A. (2017, August). Developing 21st century skills in chemistry classrooms: Opportunities and challenges of STEAM integration. In AIP Conference Proceedings (Vol. 1868, No. 1, p. 030008). AIP Publishing LLC. Rahmawati, Y., Hadinugrahaningsih, T., Ridwan, A., Palimbunga, U. S., & Mardiah, A. (2021, April). Developing the critical thinking skills of vocational school students in electrochemistry through STEM-project-based learning (STEM-PjBL). In AIP Conference Proceedings (Vol. 2331, No. 1, p. 040002). AIP Publishing LLC. 5. Bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran, mengelola pembelajaran dan menyusun evaluasi dalam pembelajaran kimia dengan menggunakan model kurikulum 2022 ? Pada kurikulum 2022 atau prototipe, guru menyusun perencanaan pembelajaran dengan meninjau informasi umum dan komponen inti. Pada informasi umum, terdapat kompetensi awal siswa, sarana prasarana, target belajar, profile pemuda pancasila, dan model pembelajaran yang digunakan. Pada komponen inti terdapat: Tujuan pembelajaran Pemahaman bermakna Pertanyaan pemantik Persiapan pembelajaran Kegiatan pembelajaran Asessmen Pengayaan dan remedial Refleksi peserta didik dan guru Profil Pelajar Pancasila (PPP) dapat tercermin dalam konten dan/atau metode pembelajaran yang digunakan. 20 Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021, dan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 yang dirangkum dalam Program Sekolah Penggerak, Kimia merupakan pembelajaran yang bersifat praktis. Peserta didik dilatih untuk melakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif sederhana baik secara individu maupun kolaboratif mengenai berbagai fenomena kehidupan dunia nyata. Pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Kegiatan inti saat pembelajaran dapat diformulasikan dengan aktivitas Higher Order Thinking (HOTS) yang berpusat pada: Kegiatan Literasi melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Critical Thinking pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik Collaboration mendiskusikan, mengumpulkan informasi, dan saling bertukar informasi Commonication mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan Creativity membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan membuat produk aplikasi dari pengetahuan yang dipelajari. 21 Pada evaluasi dibuat sebagai berikut: No 1 Aspek yang Bentuk Instrumen Waktu dinilai Penilaian Penilaian Penilaian Sikap Observasi Pengamatan dan Jurnal sikap (jurnal) Selama KBM 2 Pengetahuan Tes tertulis Soal tes Setelah KBM 3 Keterampilan Unjuk kerja Pengamatan Pada saat Laporan unjuk kerja presentasi tertulis Penilaian & laporan Pengumpulan tertulis tugas Sumber: Mulyasa, H. E. (2021). Menjadi guru penggerak merdeka belajar. Bumi Aksara. Faizah, F., & Widyastuti, S. R. (2022). Pengaruh LKS Kimia Berbasis Problem Solving terhadap HOTS (Higher Order Thinking Skills). PENDIPA Journal of Science Education, 6(2), 331-337. 22