PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.01/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. b. Mengingat 1. 2. 3. 4. 5. Memperhatikan : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, dipandang perlu untuk menyempurnakan organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006; Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007; Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2007; Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20/P Tahun 2005; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam surat Nomor B/1697/M.PAN/7/2008 tanggal 8 Juli 2008; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA. –2– KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA BAB I Bagian Pertama Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tipologi Pasal 1 (1) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang selanjutnya dalam keputusan ini disebut Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara. (2) Kantor Wilayah dipimpin oleh seorang Kepala. Pasal 2 Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan tugas di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi: a. pemberian bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan di bidang kekayaan negara; b. pemberian bimbingan teknis, supervisi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang penilaian; c. pemberian bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengurusan piutang negara; d. pemberian bahan pertimbangan atas usul penghapusan, keringanan hutang, pencegahan, paksa badan atau penyelesaian piutang negara; e. pemberian bimbingan teknis pengelolaan barang jaminan dan pemeriksaan harta kekayaan atau barang jaminan yang tidak diketemukan milik penanggung hutang atau penjamin hutang; f. pemberian bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan, evaluasi, dan verifikasi lelang serta pengembangan lelang; g. pemberian pelayanan bantuan hukum di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang; h. pemberian bimbingan teknis pemantauan, evaluasi, dan pelaksanaan pelayanan informasi serta pelaksanaan verifikasi pengurusan piutang negara dan lelang; i. pembinaan terhadap Penilai, Usaha Jasa Lelang, dan Profesi Pejabat Lelang; –3– j. pelaksanaan dan pengawasan teknis pengurusan piutang negara dan lelang; pengelolaan kekayaan negara, penilaian, k. pelaksanaan penilaian dan pengurusan piutang negara; l. pelaksanaan administrasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Bagian Kedua Susunan Organisasi Kantor Wilayah Pasal 4 Kantor Wilayah terdiri dari: a. Bagian Umum; b. Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara; c. Bidang Penilaian; d. Bidang Piutang Negara; e. Bidang Lelang; f. Bidang Hukum dan Informasi; g. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 5 Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, protokol, tata usaha, dan rumah tangga, serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan barang milik negara di lingkungan kantor wilayah. Pasal 6 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Bagian Umum menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan penyusunan rencana strategik dan laporan akuntabilitas; b. pelaksanaan urusan kepegawaian; c. pelaksanaan urusan keuangan; d. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga; e. serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan barang milik negara di lingkungan kantor wilayah. –4– Pasal 7 Bagian Umum terdiri dari: a. Subbagian Kepegawaian; b. Subbagian Keuangan; c. Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga. Pasal 8 (1) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian. (2) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan. (3) Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, perlengkapan dan rumah tangga, penyiapan bahan penyusunan rencana strategik dan laporan akuntabilitas, serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan barang milik negara di lingkungan kantor wilayah. Pasal 9 Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara mempunyai tugas melaksanakan pemberian bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, akuntansi, pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan di bidang kekayaan negara. Pasal 10 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan bimbingan teknis dan evaluasi penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan barang milik negara/kekayaan negara; b. penyiapan bahan bimbingan teknis penatausahaan, akuntansi, dan penyusunan daftar barang milik negara/kekayaan negara ; c. penyiapan bahan penetapan satus penggunaan, pemanfaataan, pemindahtanganan dan penghapusan barang milik negara/kekayaan negara; d. penyiapan bahan penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, akuntansi, pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan barang milik negara/kekayaan negara; e. penyiapan bahan penatausahaan, akuntansi, dan penyusunan daftar barang milik negara/kekayaan negara. –5– Pasal 11 Bidang Pengelolaan Kekayaan Negara terdiri dari: a. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara I; b. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara II; c. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara III. Pasal 12 Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara I, II, dan III masing-masing mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan, penatausahaan, akuntansi, dan penyusunan daftar barang milik negara serta penetapan status penggunaan, pemanfaataan, pemindahtanganan dan penghapusan barang milik negara/kekayaan negara kekayaan negara lingkup I, II, dan III, sesuai penugasan yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. Pasal 13 Bidang Penilaian mempunyai tugas melaksanakan pemberian bimbingan teknis, supervisi, pemantauan, evaluasi dan bimbingan terhadap Penilai serta pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian sumber daya alam, properti, properti khusus dan usaha. Pasal 14 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Bidang Penilaian menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan bimbingan teknis, supervisi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang penilaian sumber daya alam, properti, properti khusus dan usaha; b. penyiapan bahan bimbingan teknis penelitian, pengolahan data dan informasi di bidang penilaian sumber daya alam, properti, properti khusus dan usaha; c. penyiapan bahan bimbingan terhadap Penilai; d. penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian. Pasal 15 Bidang Penilaian terdiri dari: a. Seksi Penilaian Sumber Daya Alam; b. Seksi Penilaian Properti; c. Seksi Penilaian Properti Khusus dan Usaha. –6– Pasal 16 (1) Seksi Penilaian Sumber Daya Alam mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, supervisi, pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis penelitian, pengolahan data dan informasi, bimbingan terhadap penilai serta pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian sumber daya alam. (2) Seksi Penilaian Properti mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, supervisi, pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis penelitian, pengolahan data dan informasi, bimbingan terhadap penilai serta pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian properti. (3) Seksi Penilaian Properti Khusus dan Usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, supervisi, pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis penelitian, pengolahan data dan informasi, bimbingan terhadap penilai serta pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian properti khusus dan usaha. Pasal 17 Bidang Piutang Negara mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan pengurusan piutang negara, pemberian bahan pertimbangan atas usul penghapusan piutang instansi pemerintah daerah, pencegahan bepergian ke luar negeri, paksa badan atau penyelesaian piutang negara, penyiapan bahan penetapan persetujuan/penolakan keringanan hutang, serta bimbingan teknis pengelolaan barang jaminan dan pemeriksaan harta kekayaan atau barang jaminan yang tidak diketemukan milik penanggung hutang atau penjamin hutang. Pasal 18 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Bidang Piutang Negara menyelenggarakan fungsi: a. pemberian bimbingan teknis dan pemantauan pelaksanaan penetapan, penagihan dan eksekusi piutang negara; b. penyiapan bahan pertimbangan atas usul penghapusan, pencegahan bepergian ke luar negeri, paksa badan atau penyelesaian piutang negara; c. penyiapan bahan penetapan persetujuan/penolakan atas usul keringanan hutang; d. pemberian bimbingan teknis verifikasi pengurusan piutang negara; e. penggalian potensi piutang negara; f. pelaksanaan pengurusan piutang negara; g. pemberian bimbingan teknis dan pemantauan pelaksanaan pemeriksaan harta kekayaan atau barang jaminan yang tidak diketemukan milik penanggung hutang atau penjamin hutang; h. pemberian bimbingan teknis pengelolaan dan pemantauan pelaksanaan pengamanan, pemberdayaan dan pemasaran barang jaminan. –7– Pasal 19 Bidang Piutang Negara terdiri dari: a. Seksi Piutang Negara I; b. Seksi Piutang Negara II; c. Seksi Piutang Negara III. Pasal 20 Seksi Piutang Negara I, II, dan III masing-masing mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan bimbingan teknis dan evaluasi penetapan, penagihan, eksekusi barang jaminan dan/atau harta kekayaan milik penanggung hutang atau penjamin hutang, dan memberikan bahan pertimbangan atas permohonan keringanan jangka waktu dan/atau jumlah hutang, usul paksa badan penanggung hutang dan/atau penjamin hutang, penghapusan piutang negara, penataan dan pengamanan, pemblokiran serta pemeriksaan barang jaminan milik penanggung hutang dan/atau penjamin hutang, melakukan pendataan, pengolahan dan pengelolaan barang jaminan piutang negara, sesuai penugasan yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. Pasal 21 Bidang Lelang mempunyai tugas melaksanakan bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan, evaluasi, verifikasi, dan pengembangan lelang, dan bimbingan terhadap Profesi Pejabat Lelang, dan Jasa Lelang, serta pengawasan lelang. Pasal 22 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Bidang Lelang menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan, evaluasi, verifikasi dan penatausahaan risalah lelang, dan pengembangan lelang; b. penyiapan bahan pengawasan lelang; c. pelaksanaan pemeriksaan kinerja lelang dan pembukuan hasil lelang; d. penyiapan bahan bimbingan dan pelaksanaan pengawasan Profesi Pejabat Lelang dan Jasa Lelang. Pasal 23 Bidang Lelang terdiri dari: a. Seksi Bimbingan Lelang I; b. Seksi Bimbingan Lelang II; c. Seksi Bimbingan Lelang III. –8– Pasal 24 Seksi Bimbingan Lelang I, II, dan III masing-masing mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, penggalian potensi, pemantauan, evaluasi, verifikasi dan penatausahaan risalah lelang, dan pengembangan lelang, pengawasan lelang, dan pemeriksaan kinerja lelang dan pembukuan hasil lelang serta bimbingan dan pelaksanaan pengawasan profesi Pejabat Lelang dan Jasa Lelang lingkup I, II, dan III, sesuai penugasan yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. Pasal 25 Bidang Hukum dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan pelayanan bantuan hukum dan bimbingan teknis pemantauan, evaluasi, dan pelaksanaan pelayanan informasi di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang, serta pelaksanaan verifikasi pengurusan piutang negara dan lelang. Pasal 26 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Bidang Hukum dan Informasi menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan bimbingan dan pelaksanaan pelayanan bantuan hukum, penelaahan hukum, serta penanganan perkara di bidang kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang negara dan lelang; b. penyiapan bahan bimbingan teknis pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang; c. pelaksanaan verifikasi pengurusan piutang negara dan lelang; d. penyiapan bahan bimbingan teknis registrasi dan penatausahaan berkas pengurusan piutang negara; e. pelaksanaan pengolahan data, dan penyajian informasi di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang; f. pengawasan implementasi sistem aplikasi; g. pelaksanaan pengelolaan jaringan komunikasi data. Pasal 27 Bidang Hukum dan Informasi terdiri dari: a. Seksi Bantuan Hukum; b. Seksi Verifikasi; c. Seksi Pengolahan Data dan Layanan Informasi. –9– Pasal 28 (1) Seksi Bantuan Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan dan pelaksanaan pelayanan bantuan hukum, penelaahan hukum, serta penanganan perkara di bidang kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang negara dan lelang. (2) Seksi Verifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang, bimbingan teknis registrasi dan penatausahaan berkas pengurusan piutang negara, serta verifikasi pengurusan piutang negara dan lelang. (3) Seksi Pengolahan Data dan Layanan Informasi mempunyai tugas melakukan pengolahan data, dan penyajian informasi di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang, serta pengawasan implementasi sistem aplikasi dan pengelolaan jaringan komunikasi data. BAB II KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG Bagian Pertama Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tipologi Pasal 29 (1) Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang selanjutnya dalam Keputusan ini disebut KPKNL adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. (2) KPKNL dipimpin oleh seorang Kepala. Pasal 30 KPKNL mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara, dan lelang. Pasal 31 Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, KPKNL a. inventarisasi, pengadministrasian, pendayagunaan, pengamanan kekayaan negara; b. registrasi, verifikasi dan analisa pertimbangan permohonan pengalihan serta penghapusan kekayaan negara; c. registrasi penerimaan berkas, penetapan, penagihan, pengelolaan barang jaminan, eksekusi, pemeriksaan harta kekayaan milik penanggung hutang/penjamin hutang; – 10 – d. penyiapan bahan pertimbangan atas permohonan keringanan jangka waktu dan/atau jumlah hutang, usul pencegahan dan penyanderaan penanggung hutang dan/atau penjamin hutang, serta penyiapan data usul penghapusan piutang negara; e. pelaksanaan pelayanan penilaian; f. pelaksanaan pelayanan lelang; g. penyajian informasi di bidang kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang; h. pelaksanaan penetapan dan penagihan piutang negara serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi barang jaminan; i. pelaksanaan pemeriksaan barang jaminan milik penanggung hutang atau penjamin hutang serta harta kekayaan lain; j. pelaksanaan bimbingan kepada Pejabat Lelang; k. inventarisasi, pengamanan, dan pendayagunaan barang jaminan; l. pelaksanaan pemberian pertimbangan dan bantuan hukum pengurusan piutang negara dan lelang; m. verifikasi dan pembukuan penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil lelang; n. pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 32 KPKNL terdiri dari: a. Subbagian Umum; b. Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara; c. Seksi Pelayanan Penilaian; d. Seksi Piutang Negara; e. Seksi Pelayanan Lelang; f. Seksi Hukum dan Informasi; g. Kelompok Jabatan Fungsional. Pasal 33 (1) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengkoordinasian penyelesaian temuan hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional, penyiapan bahan penyusunan rencana strategik dan laporan akuntabilitas, serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan barang milik negara di lingkungan KPKNL. – 11 – (2) Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan status penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, bimbingan teknis, pengawasan dan pengendalian, penatausahaan dan penyusunan daftar barang milik negara/kekayaan negara. (3) Seksi Pelayanan Penilaian mempunyai tugas melakukan penilaian yang meliputi identifikasi permasalahan, survei pendahuluan, pengumpulan dan analisa data, penerapan metode penilaian, rekonsiliasi nilai serta kesimpulan nilai dan laporan penilaian untuk kepentingan penilaian kekayaan negara, sumber daya alam, real properti, properti khusus dan usaha serta penilaian atas permintaan Badan Hukum Pemerintah dan penilaian terhadap obyek-obyek penilaian yang diamanatkan oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah. (4) Seksi Piutang Negara mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan dan penagihan piutang negara serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang dan/atau penjamin hutang, pemblokiran, eksekusi barang jaminan dan/atau harta kekayaan lain, pemberian pertimbangan keringanan hutang, pengusulan pencegahan ke luar wilayah RI, pengusulan dan pelaksanaan paksa badan, penyiapan pertimbangan penyelesaian atau penghapusan piutang negara, inventarisasi piutang negara, pemeriksaan barang jaminan milik penanggung hutang, serta inventarisasi, registrasi, pengamanan, pendayagunaan, dan pemasaran barang jaminan. (5) Seksi Pelayanan Lelang mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dokumen persyaratan lelang dan dokumen obyek lelang, penyiapan dan pelaksanaan lelang, serta penyusunan minuta risalah lelang, pelaksanaan verifikasi dan penatausahaan risalah lelang, pembukuan penerimaan hasil lelang, pembuatan salinan, petikan dan grosse risalah lelang, penggalian potensi lelang, pelaksanaan superintendensi Pejabat Lelang serta pengawasan Balai Lelang dan pengawasan lelang pada Perum Pegadaian dan lelang kayu kecil oleh PT. Perhutani (Persero). (6) Seksi Hukum dan Informasi mempunyai tugas melakukan registrasi dan penatausahaan berkas kasus piutang negara, pencatatan surat permohonan lelang, penyajian informasi, pemberian pertimbangan dan bantuan hukum kekayaan negara, penilaian, pengurusan piutang negara dan lelang, serta verifikasi penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil lelang. BAB III KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Pasal 34 Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. – 12 – Pasal 35 (1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. (2) Setiap kelompok tersebut pada ayat (1) Pasal ini dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal. (3) Jumlah jabatan fungsional tersebut pada ayat (1) Pasal ini ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. (4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB IV TATA KERJA Pasal 36 Dalam melaksanakan tugas, setiap pemimpin satuan organisasi instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik di lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara serta dengan instansi lain di luar instansi vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sesuai dengan tugas pokok masing-masing. Pasal 37 Setiap pemimpin satuan organisasi wajib mengawasi pelaksanaan tugas bawahan masingmasing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 38 Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. Pasal 39 Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib pula disampaikan kepada pimpinan satuan unit organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. Pasal 40 Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan memberikan petunjuk kepada bawahan. – 13 – Pasal 41 (1) Para Kepala Bidang dan Kepala Bagian pada Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Bagian Umum menampung laporan tersebut serta menyusun laporan berkala Kantor Wilayah. (2) Para Kepala Seksi pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, dan Kepala Subbagian Umum menampung laporan tersebut serta menyusun laporan berkala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang. (3) Para Pejabat Fungsional menyampaikan laporan kepada pejabat struktural yang membawahkannya. BAB V LOKASI Pasal 42 (1) Sejak berlakunya keputusan ini, terdapat: a. 17 (tujuh belas) Kantor Wilayah; b. 89 (delapan puluh sembilan) Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang. (2) Nama, lokasi, dan wilayah kerja: a. Kantor Wilayah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I; b. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, Peraturan ini. BAB VI ESELONISASI Pasal 43 (1) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara adalah jabatan struktural eselon II.a. (2) Kepala Bagian dan Kepala Bidang pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara adalah jabatan struktural eselon III.a. (3) Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang adalah jabatan struktural eselon III.a. – 14 – (4) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara adalah jabatan struktural eselon IV.a. (5) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang adalah jabatan struktural eselon IV.a. BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 44 Pembagian wilayah kerja KPKNL Jakarta I, II, III, IV, dan V sebagaimana tercantum dalam lampiran II diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal setelah mendapat persetujuan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 45 Selama Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini belum dapat dilaksanakan secara efektif, maka organisasi instansi vertikal yang telah ada sebelum ditetapkannya Peraturan ini, dinyatakan tetap berlaku. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 46 Perubahan atas organisasi dan tata kerja menurut Peraturan ini ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.01/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NAMA, LOKASI, DAN WILAYAH KERJA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA DAERAH ADMINISTRASI KPKNL PEMERINTAHAN Propinsi Nangroe Aceh 1. Banda Aceh Darussalam 2. Lhokseumawe 3. Meulaboh 1. KANWIL I DJKN BANDA ACEH BANDA ACEH 2. KANWIL II DJKN MEDAN MEDAN Propinsi Sumatra Utara 1. Medan 2. Binjai 3. Pematang Siantar 4. Kisaran 5. Padang Sidempuan 3. KANWIL III DJKN PEKANBARU PEKANBARU 1. Propinsi Riau 2. Propinsi Sumatera Barat 3. Propinsi Kepri 1. Padang 2. Bukit Tinggi 3. Pekan Baru 4. Batam 5. Tanjung Pinang 6. Dumai 4. KANWIL IV DJKN PALEMBANG PALEMBANG 1. Propinsi Sumatera Selatan 2. Propinsi Bangka Belitung 3. Propinsi Jambi 1. Jambi 2. Palembang 3. Lahat 4. Pangkal Pinang 5. Baturaja 5. KANWIL V DJKN BANDAR LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 1. Propinsi Lampung 2. Propinsi Bengkulu 1. Bengkulu 2. Curup 3. Bandar Lampung 4. Metro 6. KANWIL VI DJKN SERANG SERANG Propinsi Banten 1. Serang 2. Tangerang 3. Serpong 7. KANWIL VII DJKN JAKARTA JAKARTA Propinsi DKI Jakarta 1. Jakarta I 2. Jakarta II 3. Jakarta III 4. Jakarta IV 5. Jakarta V -2- NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA DAERAH ADMINISTRASI KPKNL PEMERINTAHAN Propinsi Jawa Barat 1. Bandung 2. Bekasi 3. Bogor 4. Purwakarta 5. Tasikmalaya 6. Cirebon 7. Sukabumi 8. KANWIL VIII DJKN BANDUNG BANDUNG 9. KANWIL IX DJKN SEMARANG SEMARANG 1. Propinsi Jawa Tengah 2. Propinsi D.I. Yogyakarta 1. Semarang 2. Surakarta 3. Kudus 4. Pekalongan 5. Tegal 6. Yogyakarta 7. Bantul 8. Sleman 9. Magelang 10. Purwokerto 10. KANWIL X DJKN SURABAYA SURABAYA Propinsi Jawa Timur 1. Surabaya 2. Sidoarjo 3. Malang 4. Jember 5. Pamekasan 6. Madiun 7. Bojonegoro 8. Kediri 11. KANWIL XI DJKN PONTIANAK PONTIANAK Propinsi Kalimantan Barat 1. Pontianak 2. Singkawang 3. Sanggau 12. KANWIL XII DJKN BANJARMASIN BANJARMASIN 1. Propinsi Kalimantan Tengah 2. Propinsi Kalimantan Selatan 1. Palangkaraya 2. Pangkalan Bun 3. Banjarmasin 4. Barabai 13. KANWIL XIII DJKN SAMARINDA SAMARINDA Propinsi Kalimantan Timur 1. Balikpapan 2. Samarinda 3. Tenggarong 4. Tarakan 5. Bontang LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.01/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NAMA, LOKASI DAN WILAYAH KERJA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 1. KPKNL BANDA ACEH BANDA ACEH 1. 2. 3. 4. 5. 2. KPKNL LHOKSEUMAWE LHOKSEUMAWE 1. KOTA LHOKSEUMAWE 2. KAB. ACEH UTARA 3. KAB. ACEH TENGAH 4. KAB. BIREUEN 5. KOTA LANGSA 6. KAB. ACEH TIMUR 7. KAB. ACEH TAMIANG 8. KAB. BENER MERIAH 9. KAB. GAYO LUES 10. KAB. ACEH TENGGARA 3. KPKNL MEULABOH MEULABOH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 4. KPKNL MEDAN MEDAN 1. KOTA MEDAN 2. KAB. DELI SERDANG 5. KPKNL BINJAI BINJAI 1. KOTA BINJAI 2. KAB. LANGKAT 3. KAB. TANAH KARO 6. KPKNL PEMATANG SIANTAR PEMATANG SIANTAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KOTA BANDA ACEH KOTA SABANG KAB. ACEH PIDIE KAB. ACEH BESAR KAB. PIDIE JAYA KAB. ACEH BARAT KAB. ACEH SELATAN KAB. SIMEULEU KAB. ACEH SINGKIL KOTA SUBULUSSALAM KAB. ACEH JAYA KAB. ACEH BARAT DAYA KAB. NAGAN RAYA KOTA PEMATANG SIANTAR KOTA TEBING TINGGI KAB. SAMOSIR KAB. SIMALUNGUN KAB. TOBA SAMOSIR KAB. DAIRI KAB. PAKPAK BHARAT -2- NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 7. KPKNL KISARAN KISARAN 1. KAB. ASAHAN 2. KOTA TANJUNG BALAI 3. KAB. LABUHAN BATU 8. KPKNL PADANG SIDEMPUAN PADANG SIDEMPUAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 9. KPKNL PADANG PADANG 1. KOTA PADANG 2. KOTA SAWAHLUNTO 3. KOTA SOLOK 4. KOTA PARIAMAN 5. KAB. PADANG PARIAMAN 6. KAB. KEPULAUAN MENTAWAI 7. KAB. PESISIR SELATAN 8. KAB. SAWAH LUNTO SIJUNJUNG 9. KAB. SOLOK 10. KAB. SOLOK SELATAN 11. KAB. DHARMASRAYA 10. KPKNL BUKIT TINGGI BUKIT TINGGI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. KOTA BUKIT TINGGI KOTA PAYAKUMBUH KOTA PADANG PANJANG KAB. AGAM KAB. LIMAPULUH KOTO KAB. PASAMAN KAB. PASAMAN BARAT KAB. TANAH DATAR 11. KPKNL PEKANBARU PEKANBARU 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KOTA PEKANBARU KAB. KAMPAR KAB. ROKAN HULU KAB. KUANTAN SENGINGI KAB. INDRAGIRI HULU KAB. INDRAGIRI HILIR KAB. PELALAWAN KOTA PADANG SIDEMPUAN KAB. TAPANULI SELATAN KAB. MANDAILING NATAL KAB. NIAS KAB. NIAS SELATAN KAB. SIBOLGA KAB. TAPANULI TENGAH KAB. TAPANULI UTARA KAB. HUMBANG HASUNDUTAN -3- NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 12. KPKNL BATAM BATAM 1. KOTA BATAM 2. KAB. KARIMUN 3. KAB. LINGGA 13. KPKNL TANJUNG PINANG TANJUNG PINANG 1. KOTA TANJUNG PINANG 2. KAB. KEPULAUAN RIAU 3. KAB. NATUNA 14. KPKNL DUMAI DUMAI 1. 2. 3. 4. KOTA DUMAI KAB. BENGKALIS KAB. SIAK KAB. ROKAN HILIR 15. KPKNL JAMBI JAMBI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. KOTA JAMBI KAB. BATANG HARI KAB. TANJUNG JABUNG BARAT KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR KAB. MUARA JAMBI KAB. BUNGO KAB. KERINCI KAB. MERANGIN KAB. SAROLANGUN KAB. TEBO 16. KPKNL PALEMBANG PALEMBANG 1. 2. 3. 4. 5. KOTA PALEMBANG KOTA PRABUMULIH KAB. BANYUASIN KAB. MUSI BANYUASIN KAB. OGAN ILIR 17. KPKNL LAHAT LAHAT 1. 2. 3. 4. 5. KAB. LAHAT KOTA PAGAR ALAM KOTA LUBUK LINGGAU KAB. MUSI RAWAS KAB. MUARA ENIM 18. KPKNL PANGKAL PINANG PANGKAL PINANG 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KOTA PANGKAL PINANG KAB. BANGKA KAB. BANGKA SELATAN KAB. BANGKA TENGAH KAB. BANGKA BARAT KAB. BELITUNG KAB. BELITUNG TIMUR -4- NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 19. KPKNL BATURAJA BATURAJA 1. KAB. OGAN KOMERING ULU 2. KAB. OGAN KOMERING ULU TIMUR 3. KAB. OGAN KOMERING ULU SELATAN 4. KAB. OGAN KOMERING ILIR 20. KPKNL BENGKULU BENGKULU 1. 2. 3. 4. KOTA BENGKULU KAB. BENGKULU SELATAN KAB. KAUR KAB. SELUMA 21. KPKNL CURUP CURUP 1. 2. 3. 4. 5. KAB. REJANG LEBONG KAB. KEPAHYANG KAB. LEBONG KAB. BENGKULU UTARA KAB. MUKOMUKO 22. KPKNL BANDAR LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 1. 2. 3. 4. 5. KOTA BANDAR LAMPUNG KAB. LAMPUNG SELATAN KAB. TANGGAMUS KAB. LAMPUNG BARAT KAB. PESAWARAN 23. KPKNL METRO METRO 1. 2. 3. 4. 5. 6. KOTA METRO KAB. LAMPUNG TENGAH KAB. LAMPUNG TIMUR KAB. LAMPUNG UTARA KAB. TULANG BAWANG KAB. WAY KANAN 24. KPKNL SERANG SERANG 1. 2. 3. 4. KAB. SERANG KOTA CILEGON KAB. PANDEGLANG KAB. LEBAK 25. KPKNL TANGERANG TANGERANG KOTA TANGERANG 26. KPKNL SERPONG SERPONG KAB. TANGERANG 27. KPKNL JAKARTA I JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA 28. KPKNL JAKARTA II JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA 29. KPKNL JAKARTA III JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA 30. KPKNL JAKARTA IV JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA -5- NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 31. KPKNL JAKARTA V JAKARTA Sebagian wilayah DKI JAKARTA 32. KPKNL BANDUNG BANDUNG 1. 2. 3. 4. 5. 33. KPKNL BEKASI BEKASI 1. KOTA BEKASI 2. KAB. BEKASI 34. KPKNL BOGOR BOGOR 1. KOTA BOGOR 2. KAB. BOGOR 3. KOTA DEPOK 35. KPKNL PURWAKARTA PURWAKARTA 1. KAB. PURWAKARTA 2. KAB. KARAWANG 3. KAB. SUBANG 36. KPKNL TASIKMALAYA TASIKMALAYA 1. 2. 3. 4. 5. KOTA TASIKMALAYA KAB. TASIKMALAYA KOTA BANJAR KAB. CIAMIS KAB. GARUT 37. KPKNL CIREBON CIREBON 1. 2. 3. 4. 5. KOTA CIREBON KAB. CIREBON KAB. INDRAMAYU KAB. MAJALENGKA KAB. KUNINGAN 38. KPKNL SUKABUMI SUKABUMI 1. KOTA SUKABUMI 2. KAB. SUKABUMI 3. KAB. CIANJUR 39. KPKNL SEMARANG SEMARANG 1. 2. 3. 4. 5. KOTA SEMARANG KAB. SEMARANG KOTA SALATIGA KAB. DEMAK KAB. GROBOGAN 40. KPKNL SURAKARTA SURAKARTA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KOTA SURAKARTA KAB. BOYOLALI KAB. KARANGANYAR KAB. KLATEN KAB. SUKOHARJO KAB. SRAGEN KAB. WONOGIRI KOTA BANDUNG KAB. BANDUNG KOTA CIMAHI KAB. SUMEDANG KAB. BANDUNG BARAT -6- NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 41. KPKNL KUDUS KUDUS 1. 2. 3. 4. 5. KAB. KUDUS KAB. PATI KAB. JEPARA KAB. BLORA KAB. REMBANG 42. KPKNL PEKALONGAN PEKALONGAN 1. 2. 3. 4. KOTA PEKALONGAN KAB. PEKALONGAN KAB. BATANG KAB. KENDAL 43. KPKNL TEGAL TEGAL 1. 2. 3. 4. KOTA TEGAL KAB. TEGAL KAB. BREBES KAB. PEMALANG 44. KPKNL YOGYAKARTA YOGYAKARTA KOTA YOGYAKARTA 45. KPKNL BANTUL BANTUL 1. KAB. BANTUL 2. KAB. GUNUNG KIDUL 46. KPKNL SLEMAN SLEMAN 1. KAB. SLEMAN 2. KAB. KULON PROGO 47. KPKNL MAGELANG MAGELANG 1. 2. 3. 4. 5. KOTA MAGELANG KAB. MAGELANG KAB. PURWOREJO KAB. TEMANGGUNG KAB. WONOSOBO 48. KPKNL PURWOKERTO PURWOKERTO 1. 2. 3. 4. 5. KAB. BANYUMAS KAB. BANJARNEGARA KAB. PURBALINGGA KAB. KEBUMEN KAB. CILACAP 49. KPKNL SURABAYA SURABAYA 1. KOTA SURABAYA 2. KAB. GRESIK 50. KPKNL SIDOARJO SIDOARJO 1. 2. 3. 4. 5. KAB. SIDOARJO KOTA MOJOKERTO KAB. MOJOKERTO KOTA PASURUAN KAB. PASURUAN 51. KPKNL MALANG MALANG 1. 2. 3. 4. KOTA MALANG KAB. MALANG KAB. LUMAJANG KOTA BATU -7- NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 52. KPKNL JEMBER JEMBER 1. 2. 3. 4. 5. 6. KAB. JEMBER KAB. BANYUWANGI KAB. BONDOWOSO KOTA. PROBOLINGGO KAB. PROBOLINGGO KAB. SITUBONDO 53. KPKNL PAMEKASAN PAMEKASAN 1. 2. 3. 4. KAB. PAMEKASAN KAB. BANGKALAN KAB. SAMPNG KAB. SUMENEP 54. KPKNL MADIUN MADIUN 1. 2. 3. 4. 5. 6. KOTA MADIUN KAB. MADIUN KAB. MAGETAN KAB. NGAWI KAB. PONOROGO KAB. PACITAN 55. KPKNL BOJONEGORO BOJONEGORO 1. 2. 3. 4. KAB. BOJONEGORO KAB. LAMONGAN KAB. TUBAN KAB. NGANJUK 56. KPKNL KEDIRI KEDIRI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KOTA KEDIRI KAB. KEDIRI KOTA BLITAR KAB. BLITAR KAB. JOMBANG KAB. TULUNG AGUNG KAB. TRENGGALEK 57. KPKNL PONTIANAK PONTIANAK 1. 2. 3. 4. 5. KOTA PONTIANAK KAB. PONTIANAK KAB. KUBU RAYA KAB. KETAPANG KAB. KAYONG UTARA 58. KPKNL SINGKAWANG SINGKAWANG 1. KOTA SINGKAWANG 2. KAB. SAMBAS 3. KAB. BENGKAYANG 59. KPKNL SANGGAU SANGGAU 1. 2. 3. 4. 5. 6. KAB. SANGGAU KAB. SEKADAU KAB. LANDAK KAB. SINTANG KAB. MELAWI KAB. KAPUAS HULU -8- NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 60. KPKNL PALANGKARAYA PALANGKARAYA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. KOTA PALANGKARAYA KAB. KAPUAS KAB. PULANG PISAU KAB. KATINGAN KAB. GUNUNG MAS KAB. BARITO UTARA KAB. BARITO SELATAN KAB. BARITO TIMUR KAB. MURUNG RAYA 61. KPKNL PANGKALAN BUN PANGKALAN BUN 1. 2. 3. 4. 5. KAB. KOTAWARINGIN BARAT KAB. KOTAWARINGIN TIMUR KAB. LAMANDAU KAB. SUKAMARA KAB. SERUYAN 62. KPKNL BANJARMASIN BANJARMASIN 1. 2. 3. 4. 5. KOTA BANJARMASIN KAB. BANJAR KAB. BARITO KUALA KAB. TANAH LAUT KAB. BANJAR BARU 63. KPKNL BARABAI BARABAI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. KAB. HULU SUNGAI TENGAH KAB. HULU SUNGAI SELATAN KAB. HULU SUNGAI UTARA KAB. KOTA BARU KAB. TABALONG KAB. TAPIN KAB. BALANGAN KAB. TANAH BUMBU 64. KPKNL BALIKPAPAN BALIKPAPAN 1. KOTA BALIKPAPAN 2. KAB. PASIR 3. KAB. PENAJAM PASER UTARA 65. KPKNL SAMARINDA SAMARINDA 66. KPKNL TENGGARONG TENGGARONG 67. KPKNL TARAKAN TARAKAN KOTA SAMARINDA 1. KAB. KUTAI KARTANEGARA 2. KAB. KUTAI BARAT 1. KOTA TARAKAN 2. KAB. BERAU 3. KAB. BULUNGAN 4. KAB. MALINAU 5. KAB. NUNUKAN 6. KAB. TANA TIDUNG 68. KPKNL BONTANG BONTANG 1. KOTA BONTANG 2. KAB. KUTAI TIMUR -9- NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 69. KPKNL DENPASAR DENPASAR 1. 2. 3. 4. 5. KOTA DENPASAR KAB. BADUNG KAB. GIANYAR KAB. KLUNGKUNG KAB. TABANAN 70. KPKNL SINGARAJA SINGARAJA 1. 2. 3. 4. KAB. BULELENG KAB. BANGLI KAB. JEMBRANA KAB. KARANGASEM 71. KPKNL MATARAM MATARAM 1. 2. 3. 4. KOTA MATARAM KAB. LOMBOK BARAT KAB. LOMBOK TENGAH KAB. LOMBOK TIMUR 72. KPKNL BIMA BIMA 1. 2. 3. 4. 5. KOTA BIMA KAB. BIMA KAB. DOMPU KAB. SUMBAWA KAB. SUMBAWA BARAT 73. KPKNL KUPANG KUPANG 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. KOTA KUPANG KAB. KUPANG KAB. BELU KAB. LEMBATA KAB. SUMBA BARAT KAB. SUMBA TIMUR KAB. TIMOR TENGAH SELATAN KAB. TIMOR TENGAH UTARA KAB. ROTE NDAO 74. KPKNL MAUMERE MAUMERE 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KAB. SIKKA KAB. ALOR KAB. ENDE KAB. FLORES TIMUR KAB. MANGGARAI KAB. MANGGARAI BARAT KAB. NGADA 75. KPKNL MAMUJU MAMUJU 1. 2. 3. 4. 5. KAB. MAMUJU KAB. MAMUJU UTARA KAB. MAJENE KAB. POLEWALI MANDAR KAB. MAMASA - 10 - NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 76. KPKNL MAKASSAR MAKASSAR 1. KOTA MAKASSAR 2. KAB. BANTAENG 3. KAB. BULUKUMBA 4. KAB. GOWA 5. KAB. JENEPONTO 6. KAB. MAROS 7. KAB. PANGKEP 8. KAB. SELAYAR 9. KAB. SINJAI 10. KAB. TAKALAR 77. KPKNL PARE PARE PARE PARE 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KOTA PARE PARE KAB. BARRU KAB. PINRANG KAB. SIDENRENG RAPPANG KAB. SOPPENG KAB. WAJO KAB. BONE 78. KPKNL PALOPO PALOPO 1. 2. 3. 4. 5. 6. KOTA PALOPO KAB. LUWU KAB. LUWU UTARA KAB. LUWU TIMUR KAB. TANA TORAJA KAB. ENREKANG 79. KPKNL KENDARI KENDARI 1. KOTA KENDARI 2. KAB. KOLAKA 3. KAB. KOLAKA UTARA 4. KAB. KONAWE 5. KAB. KONAWE SELATAN 6. KAB. BOMBANA 7. KOTA BAU BAU 8. KAB. BUTON 9. KAB. BUTON UTARA 10. KAB. KONAWE UTARA 11. KAB. MUNA 12. KAB. WAKATOBI 80. KPKNL MANADO MANADO 1. KOTA MANADO 2. KAB. BOLAANG MONGONDOW 3. KAB. BOLAANG MONGONDOW UTARA 4. KAB. MINAHASA 5. KAB. MINAHASA UTARA 6. KAB. MINAHASA TENGGARA - 11 - NO. NAMA LOKASI WILAYAH KERJA 7. KAB. SANGIHE 8. KOTA BITUNG 9. KAB. KEPULAUAN TALAUD 10. KAB. MINAHASA SELATAN 11. KOTA TOMOHON 12. KOTA KOTAMOBAGU 13. KAB. SITARO 81. KPKNL GORONTALO GORONTALO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 82. KPKNL PALU PALU 1. KOTA PALU 2. KAB. BUOL 3. KAB. TOLI TOLI 4. KAB. DONGGALA 5. KAB. PARIGI MOUTONG 6. KAB. MAROWALI 7. KAB. BANGGAI 8. KAB. BANGGAI KEPULAUAN 9. KAB. POSO 10. KAB. TOJO UNA UNA 83. KPKNL TERNATE TERNATE 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. KOTA TERNATE KAB. HALMAHERA TENGAH KAB. HALMAHERA BARAT KAB. HALMAHERA TIMUR KAB. HALMAHERA SELATAN KAB. HALMAHERA UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN KAB. KEPULAUAN SULA 84. KPKNL AMBON AMBON 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. KOTA AMBON KAB. MALUKU TENGGARA BARAT KAB. MALUKU TENGAH KAB. MALUKU TENGGARA KOTA TUAL KAB. PULAU BURU KAB. SERAM BAGIAN BARAT KAB. SERAM BAGIAN TIMUR KAB. KEPULAUAN ARU KOTA GORONTALO KAB. GORONTALO KAB. GORONTALO UTARA KAB. BOALEMO KAB. BONE BOLANGO KAB. POHUWATO LAMPIRAN III-1 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.01/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA BAGAN ORGANISASI KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA BAGIAN UMUM SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN BIDANG PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA BIDANG PENILAIAN BIDANG PIUTANG NEGARA SUBBAGIAN KEUANGAN BIDANG LELANG SUBBAGIAN TATA USAHA DAN RUMAH TANGGA BIDANG HUKUM DAN INFORMASI SEKSI PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA I SEKSI PENILAIAN SUMBER DAYA ALAM SEKSI PIUTANG NEGARA I SEKSI BIMBINGAN LELANG I SEKSI BANTUAN HUKUM SEKSI PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA II SEKSI PENILAIAN PROPERTI SEKSI PIUTANG NEGARA II SEKSI BIMBINGAN LELANG II SEKSI VERIFIKASI SEKSI PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA III SEKSI PENILAIAN PROPERTI KHUSUS DAN USAHA SEKSI PIUTANG NEGARA III SEKSI BIMBINGAN LELANG III SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN LAYANAN INFORMASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG LAMPIRAN III-2 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.01/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA BAGAN ORGANISASI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG SUBBAGIAN UMUM SEKSI PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA SEKSI PELAYANAN PENILAIAN SEKSI PIUTANG NEGARA SEKSI PELAYANAN LELANG KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI HUKUM DAN INFORMASI