Uploaded by Nabila Miranda

MAKALAH ISTISHNA DAN ISTISHNA PARALEL

advertisement
MAKALAH ISTISHNA DAN ISTISHNA PARALEL
AKUNTANSI SYARIAH
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
CHRISTOFER
NABILLA MIRANDA
RATU SANTANA DEWI PERTIWI. S
OKI IRAWAN
(B1031211030)
(B1031211040)
(B1031211006)
(B1031211008)
Dosen Pengampu
Muhammad Fahmi, SE, M.M.
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
KALIMANTAN BARAT 2022
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan bumi beserta isinya
dan memberkahi ilmu kepada umat manusia, sehinnga dapat terselesaikannya makalah dengan
judul “Istishna dan Istishna Paralel” ini dengan tepat waktu.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini kami mengalami kesulitan, dan didalam makalah
ini pastinya masih banyak memiliki kekurangan, karena wawasan kami yang kurang. Dan
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yakni Bapak Idel
Waldelmi, yang mana telah mengarahkan kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, serta pembaca dapat memberikan saran ataupun kritik agar kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Kelompok 4
Pontianak, 21 April 2021
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A.Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B.Landasan Teori ...................................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
A.
AKAD ISTISHNA .............................................................................................................. 2
B.
ISTISHNA PARALEL ......................................................................................................... 5
C.
PENJURNALAN ISTISHNA DAN PARALEL .......................................................................... 7
BAB III ........................................................................................................................................ 12
PENUTUP ................................................................................................................................... 12
Kesimpulan............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak
lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan
didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana.
Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang
diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapakan kepercayaan diri pemberi
pembaiyaan sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiyaan
yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad
pembiayaan (Ismail, 2011). Istishna merupakan salah satu bentuk jual beli dengan pemesanan
yang mirip dengan salam yang merupakan jual beli untuk forward kedua yang dibolehkan
oleh syariah. Jika perusahaan mengerjakan untuk memproduksi barang yang dipesan dengan
bahan baku dari perusahaan, maka kontrak/akad istishna muncul. Agar akad istishna menjadi
sah, harga harus ditetapkan di awal sesuai kesepakatan dan barang harus memiliki spesifikasi
yang jelas yang telah disepakati bersama. Dalam istishna pembayaran dapat di muka, dicicil
sampai selesai, atau dibelakang, serta istishna biasanya diaplikasikan untuk industry dan
barang manufatur.
Kontrak istishna menciptakan kewajiban moral bagi perusahaan untuk memproduksi
barang pesanan pembeli. Sebelum perusahaan mulai memproduksinya, setiap pihak dapat
membatalkan kontrak dengan memberitahukan sebelumnya kepada pihak yang lain. Namun
demikian, apabila perusahaan sudah memulai produksinya, kontrak istishna tidak dapat
diputuskan secara sepihak.
B. Landasan Teori
Perbankan syariah sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar ke
seluruh dunia. Di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah saat ini
mengalami kemajuan yang pesat. Krisis keuangan global di satu sisi telah membuat
perbankan syariah berkembang. Selain masyarakat dunia, para pakar dan pengamat kebijakan
ekonomi tak hanya sekedar melirik ke arah perbankan syariah, mereka juga tertarik untuk
menerapkan konsep syariah secara serius (Darmoko dan Nuriyah, 2012)
Fenomena tingkat profitabilitas yang diperoleh bank syariah di Indonesia pada saat ini
sangat menarik, baik dari segi pemilik dana, investor maupun masyarakat khususnya
yangmenganut prinsip syariah. Seperti yang tercatat pada laporan Bank Indonesia (BI) pada
akhir tahun 2005, profitabilitas perbankan syariah secara umum mencapai tingkat keuntungan
sebesar Rp238,6 milliar, profitabilitas perbankan syariah tersebut meningkat sebesar Rp76,3
miliar (47%) dari tahun 2004 (www.bi.go.id)
Berdasarkan statistik perbankan syariah yang terdapat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
tahun 2014, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah merupakan penyaluran dana terbesar
perbankan syariah tahun 2014 yaitu sebesar 78,91%. Kemudian diikuti penempatan BI
13,69%, surat berharga 4,15%, penempatan di bank lain 2,50%, tagihan lainnya 0,73% dan
penyertaan 0,02%.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. AKAD ISTISHNA
1. DEFINISI AKAD ISTISHNA
Istishna berasal dari kata shana 'a yang artinya membuat kemudian. Istishna' secara bahasa
artinya meminta dibuatkan. Menurut terminologi merupakan perjanjian terhadap barang
jualan yang berada dalam kepemilikan penjual dengan syarat dibuatkan oleh penjual, atau
meminta dibuatkan secara khusus sementara bahan bakunya dari pihak penjual. Menurut
beberapa literatur lain istishna' dapat diartikan sebagai transaksi dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan dan penjual.
2. KARAKTERISTIK AKAD ISTISHNA
Karakteristik utama dalam transaksi dengan basis akad istishna adalah barang pesanan
harus memenuhi kriteria:
 Memerlukan proses pembuatan;
 Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal; dan
 Diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya.
3. RUKUN AKAD ISTISHNA
Rukun dalam transaksi dengan menggunakan akad istishna' antara lain :
 Pelaku
Pelaku dalam hal ini maksudnya adalah pihak pemesan (mustashni) dan pihak yang
dimintakan kepadanya pengadaaan atau pembuatan barang yang dipesan, yang diistilahkan
dengan sebutan shani'.
 Objek yang diakadkan
Objek yang diakadkan atau disebut dengan al-mahal adalah rukun yang kedua dalam akad
ini, sehingga yang menjadi objek dari akad ini bukan atas suatu barang, namun akadnya
adalah akad yang mewajibkan pihak kedua untuk mengerjakan sesuatu sesuai pesanan.
 Shighat (ljab qabul)
Ijab qabul adalah akadnya itu sendiri. Ijab adalah lafadz dari pihak pemesan yang meminta
kepada sescorang untuk membuatkan sesuatu untuknya dengan imbalan tertentu. Dan qabul
adalah jawaban dari pihak yang dipesan untuk menyatakan persetujuannya atas kewajiban dan
haknya itu.
4. SYARAT AKAD ISTISHNA
Selain dari rukun yang harus terpenuhi, bai' al-istishna' juga mengharuskan tercukupinya
segenap syarat pada masing-masing rukun. Berikut adalah uraian di antara dua rukun
terpenting, yaitu modal dan barang.
1. Modal transaksi bai'al istishna :
 Mashnu' menjelaskan jenis, bentuk, kadar, sifat, kualitas, kuantitas.
2

Tsaman diketahui semua pihak, bisa dibayar saat akad, dicicil atan tangguh. Harga
tidak berubah kecuali disepakati.
2. Syarat barang yang dipesan :
 Harus spesifik dan dapat diakui sebagai utang
 Harus bisa diidentifikasi secara jelas
 Penyerahan barang dilakukan di kemudian hari
 Boleh menentukan tanggal waktu di masa yang akan datang untuk penyerahan barang
Menjelaskan tempat penyerahan
 Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual
 Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
hukumnyamengikat, tidak boleh dibatalkan schingga penjual tidak dirugikan karena ia
telah menjalakan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan
 Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan
memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
5. KETENTUAN PEMBAYARAN
Ketentuan tentang pembayaran dalam akad istishna' adalah sebagai berikut:
 Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat, demikian juga degan cara pembayarannya.
 Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila
setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka
penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli.
 Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan.
 Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
6. PERBANDINGAN DENGAN AKAD SALAM
Subjek
Salam
Harga
Sifat Kontrak
Dibayar saat kontrak
Mengikat secara
kontrak (thabi’i)
Istishna
Keterangan
Boleh saat kontrak,
boleh di angsur,
boleh klemudian hari
Cara penyelesaian
pembayaran
merupakan
perbedaan utama
antara salam dan
Istishna
Mengikat secara
ikutan (thaba’i)
3
Salam mengikat
semua pihak sejak
semula, sedangkan
Istishna mengikat
berdasarkan
pandangan para
fuqaha demi
kemashlatan, serta
tidak bertentangan
dengan aturan syariah
Kontrak Paralel
Salam Paralel
Istishna Paralel
7.
Baik Salam Paralel
maupun Istishna
Paralel sah apabila
kedua kontrak secara
hukum terpisah
SKEMA
AKAD ISTISHNA
Gambar di atas adalah skema akad istishna dimana bank syariah diposisikan sebagai
penjual. Dalam hal ini nasabah memesan barang yang sesuai spesifikasi kepada bank. Ketika
sepakat, bank memesan barang tersebut kepada produsen pembuat. Sembari barang tersebut
dibuat, Nasabah membayar uang kepada bank bisa dengan cara bayar diawal, dicicil ataupun
diakhir. Ketika barang tersebut jadi maka barang dikirimkan langsung kepada nasabah
pemesan.
8. CONTOH SOAL
PT. INTAN PERMAI yang memproduksi jilbab dengan harga jual Rp 6.250. PT. INTAN
PERMAI memerlukan modal sebesar Rp 83.750.000 untuk menjalankan produksi sesuai
pesanan, apabila harga jual yang disepakati sebesar Rp 6.790. Berapakah keuntungan yang
didapatkan?
4
Total Pinjaman
Rp 83.750.000
Harga Barang Normal 6.250
Total Barang DihasilkanRp 13.400
Harga Jual Barang
6.790
Total Barang Terjual Rp 90.986.000
Total Keuntungan
Rp 7.236.000
Jurnal akuntansi transaksi salam yang harus dibuat oleh pembeli yaitu bank syariah sebagai
berikut ini.
Tanggal
1/4/21
Keterangan
Debit
Kas
Rp. 90.986.000
Hutang Usaha Dalam Negeri
Tanggal
4/4/21
Rp. 90.986.000
Keterangan
Debit
Piutang Salam
7/4/21
Rp. 83.750.000
Keterangan
Debit
Persediaan Barang Salam
11/4/21
Kredit
Rp. 83.750.000
Piutang Salam
Tanggal
Kredit
Rp. 83.750.000
Kas
Tanggal
Kredit
Rp. 83.750.000
Keterangan
Debit
Hutang Usaha Dalam Negeri
Kredit
Rp. 90.986.000
Persediaan Barang Salam
Rp. 83.750.000
Margin Salam
Rp. 7.236.000
B. ISTISHNA PARALEL
1. DEFINISI ISTISHNA PARALEL
Istishna' paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara pemesan (pembeli, mustashni')
dengan penjual (pembuat, shani'), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada
mustashni', penjual memerlukan pihak lain sebagai shani.
2. KARAKTERISTIK ISTISHNA PARALEL
Ketentuan dalam akad istishna' paralel antara lain :
 Akad antara entitas (pembeli) dan produsen (penjual) terpisah dari akad antara entitas
(penjual) dan pembeli akhir; dan
5

Kedua akad tidak saling bergantung (ta'alluq)
3. RUKUN ISTISHNA PARALEL
Ketentuan rukun yang terdapat pada akad Istishna berlaku pula pada Istishna Paralel
Rukun dalam transaksi dengan menggunakan Istishna Paralel antara lain :
 Pelaku
Pelaku dalam hal ini maksudnya adalah pihak pemesan (mustashni) dan pihak yang
dimintakan kepadanya pengadaaan atau pembuatan barang yang dipesan, yang diistilahkan
dengan sebutan shani'.
 Objek yang diakadkan
Obyek yang diakadkan atau disebut dengan al-mahal adalah rukun yang kedua dalam akad
ini, sehingga yang menjadi objek dari akad ini bukan atas suatu barang, namun akadnya
adalah akad yang mewajibkan pihak kedua untuk mengerjakan sesuatu sesuai pesanan.
 Shighat (ljab qabul)
Ijab qabul adalah akadnya itu sendiri. Tjab adalah lafadz dari pihak pemesan yang meminta
kepada sescorang untuk membuatkan sesuatu untuknya dengan imbalan tertentu. Dan qabul
adalah jawaban dari pihak yang dipesan untuk menyatakan persetujuannya atas kewajiban dan
haknya itu.
4. SKEMA ISTISHNA PARALEL
Dari skema diatas dapat disimpulkan :



Pembeli memesan kepada pihak penjual
Penjual membuat pesanan dari pembeli ke pihak produsen
Pihak produsen membuatkan pesanan dari penjual
6




Setelah barang selesai dibuat, produsen akan menagih penjual atas barang yang
dipesan
Setelah barang ditangan penjual, maka penjual akan menagih kepada pembeli
Setelah barang ditangan pembeli, maka pembeli akan melakukan pelunasan kepada
penjual
Setelah penjual mendapat uang pelunasan dari pemberi, penjual akan melakukan
pelunasan kepada produsen.
5. CONTOH SOAL
Contoh kasus :
Akad istishna dan penyelesaiannya terjadi CV SINAR JAYA yang menerima pekerjaan
membangun aset senilai Rp 400.000.000 dengan harga pokok produksi sebesar Rp
160.000.000. Persentase penyelesaian ditahun pertama dan kedua adalah 40% dan 60%.
Buatlah jurnal akuntansi istishna yang diperlukan!
Cara menghitung pendapatan akad istishna metode persentase penyelesaian dilakukan agar
entitas memperoleh penghasilan yang dilaporkan tahun berjalan. Adapun contoh perhitungan
penghasilan akuntansi istishna yang didapatkan oleh CV SINAR JAYA adalah
Tahun
Persentase
Penghasilan
Pertama
40 %
Rp.160.000.000
Rp.64.000.000
Rp.96.000.000
Kedua
60 %
Rp.240.000.000
Rp.96.000.000
Rp.144.000.000
Rp.600.000.000
Rp.160.000.000
Rp.240.000.000
Jumlah
Beban
Laba
Jurnal akuntansi istishna paralel boleh mengakui pendapatan menggunakan metode kontrak
selesai atau metode persentase penyelesaian. Penyebab akad istishna batal adalah
keterlambatan penyelesaian pekerjaan atau pembayaran tidak dibayarkan oleh pembeli.
Adapun jurnal akad istishna bagi perbankan syariah adalah
Tanggal
01/08/21
Keterangan
Debit
Harga Pokok Istishna
Rp.64.000.000
Aset Istishna dalam Penyelesaian
Rp.96.000.000
Pendapatan Istishna
Kredit
Rp.160.000.000
C. PENJURNALAN ISTISHNA DAN PARALEL
1. Biaya Istishna dan Paralel
 Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan
7

Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan prakad
Jurnal yang dibuat oleh entitas produsen untuk mencatat
perolehan istishna adalah sebagai berikut:
Tgl Aset istishna dalam penyelesaian
biaya
Rp xx
Kas/rekening supplier/bahan, dsb
Rp xx
Pada akad istishna paralel, PSAK telah mengaur pengakuan dan pengukuran biaya
peroleh istishna paralel sebagai berikut.
Biaya istishna paralel terdiri dari:
 Biaya perolehan barang pesanan sebagai tagihan produsen atau kontraktor kepada
entitas
 Biaya tidak langsung adalah biaya-biaya overhead termasuk biaya akad dan prakad
 Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya,
jika ada.
Jurnal yang dibuat oleh entitas syariah adalah:
Tgl Aset istishna dalam penyelesaian
Rp xx
Rekening kontraktor/kas
Rp xx
2. Pendapatan Istishna dan Paralel
Pengakuan pendapatan istishna dan istishna paralel diatur dalam PSAK dan penjelasannya
seperti berikut:
 Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode presentase penyelesaian atau
metode akad selesai
 Akad adalah selesai jika proses pembuatan barang pemesanan selesai dan diserahkan
kepada pembeli.
Jika menggunakan metode presentase penyelesaian, maka entitas syariah akan membuat
jurnal untuk mengakui pendapatan sebagai berikut:
Tgl Harga pokok istishna
Rp xx
Aset istishna dalam penyelesaian
Rp xx
Pendapatan istishna
Rp xx
Jika menggunakan akad selesai, maka pada saat entitas syariah menerima aset istishna dari
kontraktor, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl Aset istishna
Rp xx
Aset istishna dalam penyelesaian
8
Rp xx
3.
Akuntansi untuk Pembeli
Bank sebagai pembeli PSAK No. 104 (2007) telah mengatur pengakuan dan
pengukurannya sebagai berikut.

Pembeli mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang
ditagih pembeli dan sekaligus mengakhiri utang istishna kepada penjual.
Dalam hal ini, jurnal yang dibuat bank adalah sebagai berikut:
Tgl Aktiva istishna dalam penyelesaian
Rp xx
Utang istishna

Rp xx
Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh
lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli
yang disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui
sebagai beban istishna tangguhan.
Untuk itu pembeli akan mengakui dengan jurnal sebagai berikut:
Tgl Aktiva istishna
Rp xx
Beban istishna tangguhan
Rp xx
Utang istishna

Rp xx
Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan utang istishna.
Jurnal yang akan dibuat oleh pembeli untuk mengamortisasi beban istishna tangguhan adalah:
Tgl Beban istishna
Rp xx
Beban istishna tangguhan

Rp xx
Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual
dan mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian ini dikurangkan dari garansi
penelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian tersebut melebihi
garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Untuk masalah ini entitas syariah akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut:

Apabila kerugian lebih kecil dari garansi penyelesaian proyek
Pada saat penjual menyerahkan uang garansi kepada pembeli (bank):
9
Tgl Kas
Rp xx
Uang garansi penyelesaian proyek
Rp xx
Pada saat pembebanan kerugian pembeli (bank):
Tgl Uang garansi penyelesaian proyek
Rp xx
Rekening lain-lain

Rp xx
Apabila kerugian lebih besar dari garansi penyelesaian proyek
Pada saat penjual menyerahkan uang garansi kepada pembeli (bank):
Tgl Kas
Rp xx
Uang garansi penyelesaian proyek
Rp xx
Pada saat pembebanan kerugian pembeli (bank):
Tgl Uang garansi penyelesaian proyek
Piutang jatuh tempo
Rp xx
Rp xx
Rekening lain-lain

Rp xx
Jika pembeli menolak menerima arang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
dan tidak dapat memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan
kepad apenjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang
jatuh tempo kapada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Dalam hal ini, pembeli (bank) akan mencatat sebagai berikut:
Pembeli ditagih oleh penjual:
Tgl Aktiva istishna
Rp xx
Beban istishna tangguhan
Rp xx
Utang istishna
Rp xx
Pada saat membayar kepada penjual:
Tgl Utang istishna
Rp xx
Kas
Rp xx
10
Pada saat mengakui penarikan kembali atas pembayaran kepada penjual:
Tgl Kas
Rp xx
Piutang jatuh tempo
Rp xx
Aset istishna dalam penyelesaian

Rp xx
Jika pembeli (bank) menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi,
maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar
dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode
berjalan.
Dalam hal ini, bank akan mencatat sebagai berikut:
Tgl Aset istishna
Rp xx
Kerugian penurunan nilai aktiva istishna
Rp xx
Aset istishna dalam penyelesaian
Rp xx
Kerugian penurunan nilai aktiva istishna dilaporkan laba rugi sebagai beban lain-lain.

Dalam istishna paralel, jika pembeli akhir menolak menerima barang pesanan karena
tidak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan
nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok istishna. Selisih yang
terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Dalam hal ini, bank akan mencatat sebagai berikut:
Tgl Aset istishna
Rp xx
Kerugian penurunan aktiva istishna
Aset istishna dalam penyelesaian
11
Rp xx
Rp xx
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesan dan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dengan persyaratan tertentu yang di sepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’) (fatwa DSN MUI) shani akan menyiapkan barang
yang di pesan dengan spesifikasi yang telah di sepakati di mana ia dapat menyiapkan
sendiri atau melalui pihak lain.
Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna dimana penjual dan pemesan untuk
memenuhi kewajibanya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna dengan pihan lain
(sub kontraktor) yang dapat memenuhi asset yang di pesan pemesan, syarat
akad istishna pertama antara penjual dan pemesan tidak bergantung pada istishna, kedua
antara penjual dan pemasok, selain itu akad antara pemesan dan penjual dan akad antara
penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan
selama kontruksi.
Istishna hukumnya boleh karena hal itu telah dilakukan oleh masyarakat muslim sejak
masa awal tanpa ada ulama yang mengingkarinya. Ketentuan syar’i transaksi istishna diatur
dalam Fatwa DSN Nomor 06/DSN/MUI/IV/2000 tentang jual beli istishna. Fatwa tersebut
mengatur ketentuan pembayaran dan ketentuan barang. Karena istishna mirip dengan
transaksi salam, beberapa ketentuan salam juga berlaku pada transaksi istishna.
Dengan adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DPS menuntut bank syariah
untuk hati-hati dalam melakukan transaksi jual beli istishna ddan istishna paralel dengan para
nasabah. Disamping itu, bank juga dituntut untuk melaksanakan tertib administrasi agar
berbagai dokumen yang diperlukan DPS dapat tersedia setiap saat dilakukan pengawasan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: salemba empatjakarta.
Yaya, Riyal, dkk. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Wiyono, Slamet dan Taufan Maulamin. 2012. Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: salemba empatjakarta), 2008, h.216
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat), 2012, h. 254-256
Drs. Slamet Wiyono, Ak, MBA, SAS dan Taufan Maulamin, SE, Ak, MM, Memahami
Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Mitra Wacana Media), 2012, h. 162-178
Rizal Yaya, dkk, Op. Cit., h. 256-258
13
Download