Uploaded by fadhila firdianika

COVID-19 DAN DEMOKRASI INDONESIA

advertisement
COVID-19 DAN DEMOKRASI INDONESIA
Masyarakat sipil yang kuat merupakan prasyarat bagi demokrasi yang
kuat. Oleh karena itu, perlu penguatan kapasitas masyarakat sipil dengan
meningkatkan peran, fungsi dan status organisasi masyarakat sipil di Indonesia.
Selain itu, struktur pengambilan keputusan formal harus diperbaiki dengan
memperkuat perangkat pengambilan keputusan yang ada dan tradisional, dengan
tetap memperhatikan
aspirasi masyarakat. . Prinsip demokrasi yang
memungkinkan adanya perbedaan pendapat, tidak memungkinkan untuk
mengharamkan pemahaman yang meluas. Yang bisa dilakukan adalah
meningkatkan pemahaman publik terhadap isu-isu tersebut. Di sisi lain, kita juga
harus memahami bahwa demokrasi bukan hanya tentang perbedaan pendapat.
Padahal, kedewasaan demokrasi jauh lebih dari itu. Prinsip demokrasi yang
memungkinkan adanya perbedaan pendapat, tidak memungkinkan untuk
mengharamkan pemahaman yang meluas.
Penyakit virus Corona bernama COVID19 (Coronavirus Disease 2019)
dan pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus
ini menyebar dengan sangat cepat dan telah menyebar ke sebagian besar negara
termasuk Indonesia dalam beberapa bulan. Hal ini menyebabkan beberapa negara
menerapkan kebijakan penutupan untuk mencegah penyebaran virus Corona. Di
Indonesia, pemerintah menerapkan Kebijakan Penegakan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM), menerapkan social distancing, menghimbau karyawan untuk
bekerja dari rumah, membangun rumah sakit khusus untuk penanganan Covid-19,
dll. Dengan kebijakan pemerintah ini dan situasi yang semakin genting, tentunya
akan berdampak pada masyarakat, baik golongan kecil maupun elit. Kondisi
demokrasi di Indonesia saat ini diganggu oleh ketidakstabilan ekonomi bahkan
sebelum virus corona, dan semakin memburuk setelah terkena dampak Covid19.
Covid-19 juga berpeluang menjadi faktor pembatas dalam penerapan prinsip
demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Indonesia
sebagai salah satu negara yang terkena dampak pandemi COVID-19 banyak
mengalami kerugian sosial, ekonomi, dan budaya. melawan virus. Kekhawatiran
semacam ini tidak hanya berkembang di Indonesia tetapi juga di belahan dunia
lain. Pandemi Covid-19 yang melanda sebagian besar negara di dunia memiliki
keterbatasan tersendiri yang membutuhkan perubahan cara pandang dan
mekanisme operasi yang tidak biasa. Dalam konteks politik, pandemi Covid-19
telah mengubah secara signifikan proses pembuatan kebijakan yang dipimpin oleh
pemerintah, cara parlemen menjalankan tugas pokok dan fungsinya, pelaksanaan
pemilu, strategi partai dalam mencapai kepentingan politiknya, dan lagi.
Covid19 menciptakan kebiasaan baru dan meningkatkan kesadaran akan
banyak hal. Namun karakteristik government dan governance yang lebih besar
pengaruhnya dalam menjaga eksistensi demokrasi dan politik daripada eksistensi
pandemi itu sendiri, dan perubahan tersebut tidak dalam bentuk fleksibilitas dan
koordinasi, umumnya merupakan proses yang alami. Untuk keadaan darurat dan
krisis. Misalnya, pelaksanaan PPKM darurat yang dikritik masyarakat karena
membatasi mata pencaharian, tampak tidak demokratis karena tidak sepenuhnya
diinginkan masyarakat. Namun, pembuatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
pada dasarnya didasarkan pada kepentingan rakyat. Artinya, untuk mencegah
masyarakat terpapar virus Covid-19 yang terus meluas. Dalam hal kebijakan PPKM
darurat, terlihat jelas bahwa pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah terkesan tidak berdasarkan keinginan masyarakat. Namun, pembuatan
kebijakan pemerintah dikaitkan dengan situasi saat ini di mana kasus positif
semakin sering terjadi, dan kegiatan masyarakat perlu dibatasi untuk
mengendalikannya. Jika aktivitas komunitas tidak dibatasi, maka komunitas itu
sendiri memiliki makna negatif. Demokrasi sebenarnya adalah sistem politik yang
paling mapan dan didukung oleh hampir setiap negara di dunia. Indonesia sendiri
menganut demokrasi berbasis Pancasila. Meskipun istilah demokrasi tidak secara
eksplisit disebutkan dalam Pancasila dan Konstitusi, nilai-nilai demokrasi implisit
seperti musyawarah dan penghormatan hak asasi manusia disebutkan dalam dua
konvensi dasar nasional. Pemerintah Indonesia juga telah berjanji untuk
mengembangkan demokrasi dengan memperkuat hak-hak politiknya. Meskipun
sistem politiknya sudah mapan dan sejalan dengan ideologi dan konstitusi, tidak
dapat disangkal bahwa masih ada kesenjangan dan tantangan besar dalam
pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
REFERENSI
Andriansyah, A. (2020). Penerapan Asas Salus Populi Suprema Lex Pada
Pelaksanaan Demokrasi Di Tengah Wabah Covid-19. Jurnal Kajian
Lemhannas RI, 8(3), 300-309.
Hamdani, F. (2020, December). Diskursus Hukum: Marwah Demokrasi dan HAM
Pasca Pilkada Serentak 2020 di Era Pandemi Covid-19. In Seminar
Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang (Vol. 6, No. 1).
Kusmanto, H., Ekayanta, F. B., & Bahri, S. (2022). Dampak Pandemi Covid-19
terhadap Demokratisasi dan Desentralisasi di Indonesia. Langgas: Jurnal
Studi Pembangunan, 1(1), 9-17.
Download