LAPORAN I Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah TK2203 - Operasi Perpindahan Kalor Disusun Oleh Nama : Ganjar Palwaguna NIM : 13014094 Kelompok : 2 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Bagian 1 Deskripsi Heat Exchanger 1.1 Pengertian Heat Exchanger Heat Exchanger atau dalam bahasa Indonesia disebut alat penukar panas didefinisikan sebagai suatu alat yang dipergunakan untuk memindahkan/mentransfer energi panas antara satu fluida dengan fluida lain pada suatu beda temperatur tertentu. Pada sebagian besar heat exchanger, fluida kerja terpisah oleh suatu permukaan penukar panas, dan secara ideal fluida kerja dengan fluida pemanas/pendinginnya tidak saling bercampur. Gambar 1. Contoh Heat Exchanger tipe Shell and Tube[2] Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terhadap dinding pemisah (jika aliran tidak bercampur), maupun kontak langsung antar fluida (direct contact). Heat Exchanger sangat banyak diaplikasikan di industri-industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri pengolahan gas bumi, refrigerasi, pembangkit listrik, dan industri lainnya. Contoh sederhana heat exchanger pada kehidupan seharihari adalah pada radiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar. Kelompok 2 1 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.2 Klasifikasi Heat Exchanger Heat Exchanger dapat dikelompokkan berdasarkan perbedaan karakteristik penukar panasnya. Pengelompokkan tersebut dapat ditinjau dari aspek konstruksi mesin penukar panas, proses perpindahan, degree of surface compactness, pengaturan aliran, pass arrangements, fasa dari fluida kerja, dan mekanisme perpindahan panasnya. Berikut akan dijelaskan jenis heat exchanger berdasarkan klasifikasi tersebut. 1.2.1 Klasifikasi Heat Exchanger berdasarkan Konstruksinya Berdasarkan konstruksinya, alat penukar panas dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut.[1] 1. Tubular Heat Exchanger 2. Plate Heat Exchanger 3. Extended Surface Heat Exchanger 4. Regenerators 1.2.1.1 Tubular Heat Exchanger 1.2.1.1.1 Double-Pipe Exchanger Alat penukar panas tipe pipa ganda (Double-Pipe Exchanger) terdiri atas dua buah pipa yang tersusun secara konsentris. Biasanya, alat penukar panas jenis ini lebih lazim digunakan dalam bentuk pipaU dan lebih dikenal dengan nama hairpin exchanger. Tipe aliran yang digunakan adalah murni countercurrent. Jumlah pipa yang digunakan dapat divariasikan sesuai dengan kebutuhan, baik secara seri maupun paralel. Double-Pipe Exchanger diperuntukkan sebagai penukar panas dengan kapasitas kerja cukup kecil, kurang dari 300 ft2 dan cocok digunakan pada tekanan tinggi[1]. Penukar panas jenis ini memiliki fleksibilitas yang tinggi karena unitnya dapat ditambahkan maupun dikurangi sesuai kebutuhan, dengan desain yang mudah untuk dioperasikan dan peralatan yang digunakan sudah distandarisasi sehingga kualitasnya terjamin. Kelompok 2 2 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Hairpin Heat Exchangers merupakan desain yang paling efisien dalam menangani proses dengan keluaran fluida panas memiliki temperatur yang lebih rendah dibanding temperatur keluaran fluida pendingin (temperature cross) dan menghasilkan luas permukaan kontak yang paling kecil. Selain itu, penukar panas jenis ini juga banyak untuk mengoperasikan fluida dengan nilai fouling yang ringgi, seperti slurry. Hairpin Heat Exchangers sangat cocok digunakan apabila satu atau lebih dari kondisi-kondisi berikut terpenuhi 1. Proses perpindahan panas terjadi secara temperature cross 2. Fluida kerja bertekanan tinggi 3. Fluida kerja mengandung partikulat padat atau berupa slurry 4. Pressure drop yang diperbolehkan rendah 5. Ketika alat penukar panas menjadi subjeck dari perubahan panas mendadak 6. Ketika flow-induced vibration terjadi 7. Proses bersifat siklik Gambar 2. Hairpin Heat Exchanger[3] 1.2.1.1.2 Shell and Tube Heat Exchanger Pada sebuah industri proses, shell and tube heat exchanger digunakan dalam jumlah yang sangat besar, paling banyak di antara jenis alat penukar panas lainnya. Lebih dari 90% alat penukar panas yang dipakai di industri adalah berupa shell and tube. Kelompok 2 3 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Alat penukar panas jenis ini menjadi pilihan pertama saat mendesain suatu heat exchanger karena prosedur desain dan manufakturnya mudah dan dapat dibuat dari berbagai jenis material. Selain itu, codes dan desain standar sudah banyak tersedia. Tidak ada batasan desain dalam shell and tube, baik dari segi temperatur operasi, maupun tekanan. Gambar 3. Alat Penukar Panas Tipe Shell and Tube[4] 1.2.1.1.3 Coiled Tube Heat Exchanger (CTHE) CTHE tidak dapat dibersihkan secara mekanis sehingga alat penukar panas jenis ini hanya untuk fluida yang bersih, bebas partikulat padat, atau fluida yang fouling deposits-nya dapat dibersihkan secara kimiawi. Material yang digunakan pada HE tipe ini biasanya alumunium (untuk fluida cyrogenics) dan stainless steel untuk fluida dengan temperatur operasi yang tinggi sehingga CTHE merupakan alat penukar panas dengan harga yang tidak murah. Kelompok 2 4 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger CTHE memiliki beberapa keunggulan yang khusus, terutama ketika dioperasikan untuk temperatur rendah untuk kasus-kasus berikut. 1. Perpindahan panas secara simultan antara lebih dari dua aliran 2. Tekanan operasi tinggi 3. Diperlukan sejumlah besar unit perpindahan panas Gambar 4. Coiled Tube Heat Exchanger[5] 1.2.1.1.4 Linde Coil-Wound Heat Exchanger Linde coil-wound heat exchanger adalah alat penukar panas dengan range temperatur dan tekanan yang sangat besar dan cocok digunakan baik untuk aliran satu fasa maupun aliran dua fasa. Gambar 5. Linde Coil-Wound Heat Exchanger[6] Kelompok 2 5 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.2.1.2 Plate Heat Exchanger Plate Heat Exchanger (PHE) termasuk ke dalam jenis alat penukar panas yang jarang digunakan di industri, namun memiliki beberapa keunggulan dibanding penukar panas lainnya. PHE dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu Plate and Frame, Spiral Heat Exchanger, dan Panel Heat Exchanger. 1.2.1.2.1 Plate and Frame or Gasketed Plate Heat Exchanger Alat penukar panas jenis ini biasa digunakan sebagai alternatif dari shell and tube untuk penukaran panas cair-cair dengan tekanan rendah hingga menengah. Alat ini terdiri atas bagian plate dengan empat saliran inlet dan outlet, serta bagian frame. Gambar 6. Plate and Frame Heat Exchanger[7] 1.2.1.2.2 Spiral Plate Heat Exchanger Alat penukar panas jenis spiral plate (SPHE) ini digunakan sebagai alternatif Shell and Tube ketika fluida kerja yang digunakan mengandung partilkulat padat berupa slurry atau suspensi. SPHE digunakan dalam kasus-kasus sebagai berikut. Kelompok 2 6 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1. Fluida kerja memiliki kandungan partikulat padat hingga 50% 2. Fluida kerja memiliki nilai viskositas yang tinggi, hingga 500.000 cP, terutama pada proses pendinginan fluida viscous 3. SPHE digunakan pada proses reboiling, kondensasi, heating, maupun cooling dari fluida viscous, slurry, dan lumpur Gambar 7. Spiral Plate Heat Exchanger[8] 1.2.1.2.3 Plate or Panel Coil Heat Exchanger Panel Coil dapat memberikan hasil yang optimum pada proses pemanasan maupun pendinginan dari segi kontrol, efisiensi, dan kualitas produk. Keuntungan dari penggunaan alat penukar panas tipe ini adalah sebagai berikut. 1. Alat ini dapat mengatasi semua jenis fluida (uap, maupun uap bersuhu sangat tinggi) 2. Pengontrolan sirkulasi, temperatur, dan kecepatan laju perpindahan panas dapat dilakukan dengan akurat 3. Tidak terjadi kontaminasi dan maintenance 4. Efisiensi maksimum Kelompok 2 7 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 5. Dalam perancangan reaktor untuk proses tertentu, alat penukar panas jenis ini fleksibel dalam pemilihan media transfer panasnya Gambar 8. Panel Coil Heat Exchanger[9] 1.2.1.3 Extended Surface Exchanger Pada pertukaran panas dengan gas atau beberapa jenis cairan, ketika koefisien perpindahan panasnya sangat kecil, maka dibutuhkan luas permukaan kerja yang besar untuk meningkatkan laju perpindahan panasnya. Penambahan luas permukaan tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan “sirip” pada permukaan. Tube-fin heat exchanger (Gambar 9) dan plate-fin heat exchanger (Gambar 10) merupakan jenis penukar panas tipe ini yang paling banyak digunakan di industri. Kelompok 2 8 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Gambar 9. Tube-Fin Heat Exchanger[1] (GEA Iberica S.A., Vizcaya, Spain) Gambar 10. Plate-Fin Heat Exchanger[1] (a.) Skema alat, dan (b) Brazed alumunium HE (Linde AG, Engineering Division) 1.2.1.4 Regenerative Heat Exchanger Regenerator dapat terbagi menjadi fixed-matrix dan rotary regenerator. Alat penukar panas jenis ini umum diaplikasikan pada turbin gas suatu industri pembangkit listrik . Kelompok 2 9 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Regenerator Rotary Regenerator Fixed Matrix Dual Bed Valved Single Bed Fixed Matrixrotating Hoods Rotary Matrix Gambar 11. Klasifikasi Regenerator[1] 1.2.2 Klasifikasi Heat Exchanger berdasarkan Proses Perpindahan Panasnya Berdasarkan proses perpindahan panasnya, heat exchanger terbagi ke dalam dua jenis, yaitu alat penukar panas tipe kontak tak langsung (indirect contact) dan alat penukar panas tipe kontak langsung (direct contact). 1.2.2.1 Heat Exchanger tipe Kontak Tak Langsung Heat exchanger tipe ini melibatkan adanya suatu dinding pemisah antara fluida kerja dengan fluida pemana/pendinginnya. Oleh karena itu, pada tipe ini, tidak akan terjadi kontak secara langsung antara fluida-fluida yang terlibat. Pada tipe kontak tak langsung ini, heat exchanger diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu HE tipe directtransfer, storage type exchanger, dan fluidized-bed heat exchanger. 1.2.2.1.1 Heat Exchanger tipe Direct Transfer Pada alat penukar panas tipe ini, fluida kerja mengalir secara terus menerus melewati dinding pemisahnya. Yang membedakan heat exchanger tipe ini dengan tipe kontak tak langsung lainnya adalah aliran fluida kerjanya mengalir secara kontinu dan tak terhenti sama sekali. Heat exchanger tipe ini sering disebut dengan heat exchanger recuperator. Kelompok 2 10 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.2.2.1.2 Storage Type Exchanger Alat penukar panas tipe ini memindahkan panas secara bertahap melalui dinding pemisah. Pada alirannya, terjadi penyimpanan sesaat sehingga energi panas lebih lama tersimpan di dinding-dinding pemisahnya. Heat exchanger tipe ini sering disebut dengan regenerative heat exchanger. 1.2.2.1.3 Fluidized-Bed Heat Exchanger Pada alat penukar panas jenis ini, terdapat bed yang menyebabkan aliran fluida panas yang melewati bagian ini kecepatannya menurun karena tertahan bed yang ada dan panas yang terkandung akan lebih efisien diserap oleh padatan bed tersebut. Selanjutnya, fluida dingin mengalir melalui saluran pipa yang dialirkan melewati bed tersebut, dan secara bertahap panasnya ditrasfer ke fluida dingin. Gambar 12. Fluidized-Bed Heat Exchanger[10] Kelompok 2 11 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.2.2.2 Heat Exchanger tipe Kontak Langsung Perpindahan panas antara fluida satu dan lainnya pada alat tipe kontak langsung ini juga melibatkan pencampuran sejumlah massa fluida-fluida tersebut. Perpindahan panas yang terjadi biasanya juga melibatkan perubahan fasa dari salah satu fluida yang mengindikasikan terjadinya perpindahan panas dalam jumlah besar dan cepat. Heat Exchanger tipe ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Immiscible Fluid Exchanger HE tipe ini melibatkan dua fluida tapi tidak mempengaruhi fasa dari fluida tersebut, namun bisa saja diikuti dengan sedikit proses kondensasi maupun evaporasi. 2. Gas-Liquid Exchanger Contoh dari hear exchanger tipe ini adalah pada cooling tower di mana dua fluida yang dimaksud adalah air pendingin dan udara panas. 3. Liquid-Vapour Exchanger HE jenis ini biasanya bertujuan untuk menurunkan suhu dari uap air yang sangat panas dengan cara menyemprotkan sejumlah air ke dalam uap air panas tersebut. 1.2.3 Klasifikasi Heat Exchanger berdasarkan Surface Compactness Klasifikasi Heat Exchanger yang dilakukan berbasis luas bidang kontak perpindahan panas. Semakin luar permukaan kontak perpindahan panas per satuan volumenya, maka semakin efisien perpindahan panas yang terjadi. Pengklasifikasian berdasarkan faktor ini tentu disesuaikan dengan jenis fluida kerja yang digunakan. Heat exchanger berdasarkan klasifikasi ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut. 1. Compact Heat Exchanger (700m2/m3) 2. Laminar Flow Heat Exchanger (3000m2/m3) 3. Micro Heat Exchanger (15000m2/m3) Kelompok 2 12 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Gambar 13. Ilustrasi Compact Heat Exchanger[1] 1.2.4 Klasifikasi berdasarkan Pengaturan Aliran (Flow Arrangements) Aliran dalam sebuah heat exchanger dapat berupa aliran searah (parallel flow), aliran berlawanan arah (counter flow), dan aliran bersilangan (cross flow). Pemilihan jenis aliran pada heat exchanger sangat mempengaruhi efektivitas, arah aliran fluida, level temperatur, dan kriteria desain lainnya. 1.2.4.1 Parallel Flow Exchanger (Aliran Searah) Pada tipe ini, aliran fluida memasuki sisi yang sama pada sebuah heat exchanger dan beraliran searah satu sama lainnya, hingga kemudian keluar dari sisi yang lain. Pengaturan aliran jenis ini memiliki tingkat efektivitas paling rendah di antara single-pass exchanger lain pada laju alir, rasio kapasitas, dan luas permukaan yang sama. Meskipun pengaturan ini tidak sering digunakan, pengaturan ini dapat digunakan jika memenuhi kriteria kondisi berikut. 1. Ketika ada kemungkinan temperatur dari fluida panas saat didinginkan dapat mencapai titik beku-nya 2. Pengaturan ini memberikan pemanasan yang lebih awal (misalnya digunakan pada boiling) 3. Kriteria desain yang dibuat hanya cocok pada pengaturan aliran parallel flow ini 4. Fluida kerja sangat sensitif terhadap temperatur, seperti contohnya adalah produk industri pangan Gambar 14. Pola Aliran Searah[1] Kelompok 2 13 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.2.4.2 Counterflow Exchanger (Aliran Berlawanan Arah) Pola aliran ini sebetulnya sama-sama sejajar satu sama lain, hanya arah alirannya saling berlawanan sehingga distribusi temperaturnya tampak seperti pada Gambar 15. Secara ideal, pola aliran ini memberikan efisiensi yang paling besar di antara jenis pola aliran lainnya pada parameter aliran yang sama. Akan tetapi, pada beberapa tipe heat exchanger, pola aliran counter current ini tidak dapat diaplikasikan karena sulitnya proses manufakturnya dan kesulitan dalam proses pemisahan pada dua ujung heat exchanger yang berbeda[1]. Gambar 15. (a.) Pola Aliran Counterflow, dan (b) Distribusi Temperatur Counterflow Exchanger (i=inlet, o=outlet, t=temperatur fluida) Kelompok 2 14 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.2.4.3 Crossflow Exchanger Pola aliran ini terbagi menjadi tiga kodisi aliran berbeda, yaitu sebagai berikut. 1. Kedua fluida tidak bercampur (Gambar 16.a) 2. Satu fluida tidak bercampur dan fluida lainnya bercampur (Gambar 16.b) 3. Kedua fluida bercampur (Gambar 16.c) Gambar 16. Pola Aliran Crossflow Exchanger 1.2.5 Klasifikasi berdasarkan Pass Arrangements Klasifikasi berdasarkan jumlah pass yang dilakukan terbagi atas single-pass Exchanger dan Multiphase Exchanger. Pada single-pass, aliran fluida melewati rangkaian alat penukar panas hanya sekali saja, sedangkan pada multipass, fluida yang telah melewati alat penukar panas diputar kembali melewatinya lagi selama dua kali atau lebih. Multipass Exchanger menjadi alternatif ketika desain yang tersedia memerlukan panjang pipa yang sangat panjang, sehingga untuk mengefisienkan besar alat, maka fluida akan dilewatkan kembali sehingga lebih efisien. 1.2.6 Klasifikasi berdasarkan Fasa Fluida Berdasarkan jenis fluida yang digunakan, heat exchanger dapat diklasifikasikan menjadi gas-cair, cair-cair, dan gas-gas. Kelompok 2 15 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.2.6.1 Heat Exchanger Gas-Cair Heat Exchanger untuk fluida gas-cair biasanya berbentuk tube-fin dengan fasa cair berada pada tube. Fasa cair dipompa melalui pipa dan memiliki nilai koefisien konveksi yang besar, sedangkan fasa gas dialirkan secara crossflow terhadap pipa. Untuk menambah nilai koefisien perpindahan panasnya, “sirip” biasanya digunakan untuk memperbesar luas permukaan kontak. 1.2.6.2 Heat Exchanger Cair-Cair Pada umumnya, heat exchanger tipe ini menggunakan jenis shell and tube. Kedua fluida dipompa melewati alat penukar pana, sehingga prinsip utama perpindahan panas ini adalah berbasis forced convection (konveksi paksa). 1.2.6.3 Heat Exchanger Gas-Gas Pada beberapa kasus alat penukar panas jenis ini, salah satu gas akan dikompressi sehingga memiliki tekanan yang lebih besar dibanding gas lainnya. Apabila dibandingkan dengan heat exchanger untuk fasa cair-cair, ukuran dari mesin tipe ini jauh lebih besar karena koefisien perpindahan panasnya relatif jauh lebih kecil (sehingga membutuhkan luas permukaan kontak yang lebih besar). 1.2.7 Klasifikasi berdasarkan Mekanisme Perpidahan Panas Mekanisme perpindahan panas yang terjadi antara satu fluida dengan fluida lainnya adalah (1) konveksi satu fasa, (2) konveksi dua fasa (kondensasi dan evaporasi), dan (3) perpaduan konveksi dan radiasi. Berdasarkan perubahan fasa yang terjadi pada mekanisme tersebut, heat exchanger dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kondensor dan evaporator. Kelompok 2 16 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.2.7.1 Kondensor Umumnya, rute kondensasi fluida terbagi menjadi dua, yaitu aliran luar pipa yang berisi water-cooled steam condenser dan bagian dalam pipa yang berisi air-cooled condenser. Pada kondensor ini biasanya ditambahkan fin untuk memperluas permukaan kontak. 1.2.7.2 Evaporator Evaporator dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu fired system dan unfired system. 1.2.7.2.1 Fired System Pada tipe ini, terlibat pembakaran dari bahan bakar pada temperatur yang sangat tinggi namun pada tekanan atmosferik (densitas rendah) dan menghasilkan uap (steam). Alat penukar panas tipe ini sering disebut dengan boiler yang berfungsi untuk mengubah seluruh fasa cair menjadi fasa uapnya. 1.2.7.2.2 Unfired System Tipe heat exchanger ini melibatkan range temperatur yang sangat luas, dari temperatur tinggi seperti nuclear steam generator hingga temperatur sangat rendah seperti cryogenic gasifiers dan liquid natural gas evaporation. Alat tipe ini banyak diaplikasikan di industri pengolahan bahan pangan untuk menguapkan pelarut, membuat konsentrat dari larutan, dan aplikasi lainnya. Kelompok 2 17 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.3 Pola Aliran Perpindahan Panas Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, heat exchanger banyak digunakan di hampir semua industri. Biasanya, terdapat dua buah aliran yang masuk ke dalam HE di mana panas berpindah dari aliran fluida bertemperatur tinggi ke fluida dengan temperatur rendah. Aliran fluida panas memasuki heat exchanger dengan temperatur yang relatif lebih panas, dan meninggalkan heat exchanger dengan temperatur yang lebih rendah. Panas tersebut berpindah ke fluida dingin yang memasuki heat exchanger sehingga fluida dingin ini ketika meninggalkan heat exchanger, suhunya relatif lebih tinggi. Dalam mengatur pola aliran fluida ketika melewati heat exchanger, pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua jenis pola aliran, yaitu co-current dan counter-current[11]. (a) Pola Aliran Co-current (b) Pola Aliran Counter Current Gambar 17. Pola Aliran Pada Heat Exchanger[11] Kelompok 2 18 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Berdasarkan pola aliran yang disebutkan di atas, kurva perubahan temperatur pada heat exchanger juga akan memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi nilai log mean temperature difference (TLMTD). Gambar 18. Kurva Karakteristik Temperatur pada Co-current dan CounterCurrent[11] Log Mean Temperature Difference (LMTD) Faktor yang sangat membedakan suatu pola aliran, antara co-currrent dan counter-current adalah dari segi LMTD-nya. Dengan menggunakan parameter kerja yang sama (laju alir, rejime aliran, dsb.), tiap jenis pola aliran akan menghasilkan nilai LMTD yang berbeda. Log mean temperature difference adalah beda temperatur rata-rata yang tepat untuk digunakan dalam alat penukar panas karena fluida panas dan fluida dingin yang masuk dan keluar pada alat tersebut tidaklah sama[13]. LMTD digunakan untuk mendefinisikan temperatur driving force dari suatu heat exchanger. LMTD dirumuskan sebagai berikut. LMTD = Kelompok 2 (T1−t2)−(T2−t1) (T1−t2) lnβ‘((T2−t1)) 19 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger dengan: T1 = temperatur fluida panas masuk T2 = temperatur fluida panas keluar t1 = temperatur fluida dingin masuk t2 = temperatur fluida dingin keluar Berdasarkan persamaan laju perpindahan panas, Q = U A LMTD, maka LMTD akan mempengaruhi luas permukaan kontak yang dibutuhkan (A) dari suatu heat exchanger. Pola aliran countercurrent akan menghasilkan nilai LMTD yang lebih besar dibanding co-current. Dengan demikian, dalam memindahkan sejumlah panas yang sama pada satu fluida ke fluida yang lainnya, heat exchanger dengan pola aliran berlawanan arah (counter-current) akan menghasilkan luas permukaan kontak yang lebih kecil. Dengan alasan itulah, industri-industri lebih senang menggunakan heat exchanger jenis counter-current. 1.4 Aplikasi Heat Exchanger di Industri Heat Exchanger banyak sekali diaplikasikan di industri proses seperti industri pengolahan minyak dan gas bumi, industri petrokimia, industri pembangkit energi, industri pangan, serta industri-industri lainnya. Pada bagian ini akan dibahas sedikit mengenai aplikasi heat exchanger di industriindustri tersebut. 1.4.1 NGL Extraction and Liquefaction Units Pada industri pengolahan Natural Gas Liquid (NGL), alat penukar panas diaplikasikan sebagai prosees pre-cool dari gas alam yang akan diproses. Setelah melewati unit operasi pemisahan gas asam, gas alam akan didinginkan hingga mencapai suhu -35 derajat Celcius menggunakan fluida pendingin propana. Setelah itu, natural gas akan mengalami proses liquefaksi dengan cara didinginkan hingga suhu -150 sampai -162 derajat Celcius menggunakan suatu campuran refrigeran (MR=Mixed Refrigeran)[14]. Kelompok 2 20 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Gambar 19. Propane Pre-Cooled Mixed Refrigerant (C3MR) Process[14] 1.4.2 Kolom Fraksionasi dan Distilasi Kolom fraksionasi merupakan salah satu unit operasi pada industri kimia. Kolom fraksionasi diaplikasikan dalam industri petroleum, industri petrokimia, industri pengolahan gas, dan industri lain yang sejenis. Distilasi merupakan cara yang paling banyak digunakan, yaitu dengan memanfaatkan perbedaan volatilitas dari suatu fluida. Sebelum memasuki suatu kolom distilasi, biasanya fluida akan memasuki suatu kolom reboiler terlebih dahulu, agar mencapai kondisi ideal sebelum memasuki kolom pemrosesan distilasi.[15] Kelompok 2 21 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Gambar 20. Kolom Distilasi Kontinu Industri Kimia Sumber: wikipedia.org/Fractionating_Column 1.4.3 Wet-Surface Air Coolers (WSAC) Prinsip kerja WSAC berdasar pada penurunan temperatur yang diakibatkan karena adanya panas laten dari perubahan fasa dari gas ke fasa cairnya. WSAC dapat mendinginkan suhu hingga 5—10 derajat Fahrenheit di bawah temperatur wet-bulb. Contoh, WSAC dapat memberikan outlet stream dengan suhu 80 derajat Fahrenheit, meski temperatur wet-bulb pada saat itu bersuhu 110 derajat Fahrenheit. Kelompok 2 22 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Gambar 21. Contoh Unit WSAC Sumber: www.process-cooling,com 1.4.4 Proses Produksi Etanol Pada proses produksi etanol, heat exchanger banyak digunakan terutama dalam proses pendinginan mash, fermenter, dan yeast propagator cooling. Pada proses ini, heat exchanger yang paling pantas digunakan adalah tipe Plate. Kegunaan alat penukar panas dalam sistem ini adalah untuk memenuhi kebutuhan utilitas dari panas yang terbuang dan menyediakan penyimpanan energi. Metode yang diterapkan adalah metode Pinch, dimana metode ini digunakan untuk meminimalisasi konsumsi energi untuk proses kimia dengan menghitung besaran termodinamika dari kemungkinan target energi yang dicapai dengan mengoptimasi sistem heat recovery, operasi metode, dan kondisi proses. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya dan menaikkan efisiensi kerja. Kelompok 2 23 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Gambar 22. Polaris Plate Heat Exchanger Sumber: polarisphe.com 1.4.5 Scraped Surface Heat Exchangers di Industri Pangan[16] Tipe alat penukar panas yang lazim digunakan di industri pengolahan bahan pangan adalah heat exchanger yang mampu mengolah bahan dengan viskositas yang relatif lebih tinggi, yang terdiri atas jacketed cylinder dengan tabung silinder yang dilengkapi dengan blade di tengahnya. Blade tersebut akan berputar sehingga mengakibatkan fluida di dalamnya mengalir ke arah anular. Koefisien perpindahan panas pada alat ini bervariasi pada rentang 900—4000 J/(m2s.oC). Mesin-mesin penukar panas ini diaplikasikan dalam memproduksi es krim dan pendinginan lemak pada produksi margarin. Gambar 23. Scraped Surface Heat Exchanger Sumber: nzifst.ord.nz Kelompok 2 24 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.4.6 Produksi Asam Sulfat Reaksi pada produksi asam sulfat, yang berasal dari reaksi atntara sulfur trioksida dengan air sehingga membentuk asam sulfat, bersifat sangat eksotermik. Dalam hal ini, apabila temperatur tidak dijaga konstan pada suhu operasi, yakni sekitar 400K, maka akan terbentuk kabut/mist dari asam sulfat yang sangat sulit dikendalikan dan berbahaya dalam proses. Oleh karena itu, unit heat exchanger diterapkan pada sistem ini untuk menjaga suhu sistem pada batas aman operasi, sekitar 400K. Gambar 24. SulphuricAcid Dilution Unit Sumber: superscientific.com/sulphuric-acid-dilution-unit.aspx 1.4.7 Waste Heat Boiler Pada industri yang menghasilkan produk buangan berupa gas atau fluida cair panas, biasanya digunakan unit waste heat boiler ini. Gas buang yang memiliki temperatur sangat tinggi ini tidak boleh serta-merta dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan kerusakan. Untuk mensiasati hal tersebut, panas sensibel yang terkandung di dalam gas dimanfaatkan kembali oleh alat penukar panas ini menjadi sebuah steam reformer. Air dialirkan pada WHB yang kemudian dipanaskan oleh gas panas sehingga berubah fasa menjadi uap panas. Uap panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk memanaskan komponen lain di dalam proses. Sementara itu, gas panas tersebut turun temperaturnya sehingga aman untuk dibuang ke udara. Kelompok 2 25 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.4.8 Cooling Tower[17] Cooling tower biasa digunakan di industri sebagai sistem pendinginan kembali air yang digunakan pada water cooled condenser. Cooling tower digunakan untuk mendinginkan kembali air yang dipakai untuk mendinginkan sistem atau dengan kata lain unit ini berfungsi sebagai penghasil air pendingin yang dipakai pada cooler. Besarnya kemampuan transfer panas yang terjadi di dalam cooling tower bergantung pada (1) perbedaan suhu air masuk dan suhu wet bulb temperatur udara saat itu, (2) luas permukaan air yang kontak langsung dengan pergerakan udara, (3) kecepatan relatif antara udara dan air, dan (4) waktu terjadinya kontak antara air dan udara. Oleh karena itu, biasanya desain cooling tower berupa menara tinggi untuk memberikan performa dan efisiensi pendinginan yang lebih baik. Gambar 25. Natural Draft Cooling Tower Sumber: http://www.brentwoodindustries.com/assets/images/resources/naturalcooling-tower-diagram.jpg Kelompok 2 26 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 1.4.9 Quenching Quenching merupakan proses perpindahan panas dengan prinsip pendinginan secara mendadak. Proses ini banyak dilakukan di industri metalurgi, terutama pada industri pengolahan baja (steelmaking). Prinsip dasar dari proses ini adalah pemanfaatan pendinginan termodinamika yang mendahului kinetika. Maksudnya, pada quenching, baja panas didinginkan secara mendadak sehingga ukuran partikel baja masih besar dan tidak sempat mengecil walaupun suhunya sudah rendah. Karena perubahan suhu (termodinamika) lebih cepat dibandingkan dengan proses mengecilnya (kinetika) partikel baja tersebut. Gambar 26. Proses Quenching pada Pemrosesan Logam Panas Sumber: http://www.dow.com/ucon/images/guide_pg5_0002.jpg Kelompok 2 27 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Bagian 2 Algoritma Desain Heat Exchanger 2.1 Flowchart Algoritma Desain Heat Exchanger Diagram alir proses algoritma desain Heat Exchanger terlampir pada halaman berikutnya. Kelompok 2 28 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Mulai Menghitung koefisien perpindahan panas total dengan faktor koreksi = Ucalc Identifikasi Masalah YA Membuat neraca massa dan energi. Menenetukan aliran dan kondisi ππ‘ππ‘ − πππππ < 0.3 ππ‘ππ‘ Utor=Ucalc TIDAK Mengumpulkan data kimia & fisika dari umpan fluida Mengasumsikan nilai Utotal yang mungkin dihasilkan Menghitung hilang tekan dari sisi tabung dan kerangka TIDAK Hilang tekan sesuai spesifikasi YA Menentukan nilai βTLMTD, βTm, Faktor Koreksi Mengestimasi biaya pembuatan alat penukar panas Menentukan luas permukaan alat penukar panas A=q/UtotβTm Menentukan tipe alat penukar panas, ukuran tabung, rancangan material alat penukar panas Menentukan penempatan fluida pemansa dari sisi tabung atau sisi kerangka TIDAK Rancangan alat dapat dikurangi biaya YA Menentukan banyaknya tabung dan diameter kerangka Rancangan alat penukar panas diterima Mengestimasi nilai koefisen perpindahan panas pada sisi tabung Kelompok 2 29 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 2.2 Deskripsi Algoritma 2.2.1 Identifikasi masalah Desain Heat Exchanger yang diajukan harus mampu mendefinisikan peristiwa perpindahan panas yang terjadi pada suatu kolom stripper furfural dengan skema dan kondisi sebagai berikut. 6 . 1 . 3 . 2 . 5 . 4 . Gambar 27. Skema Permasalahan Desain Kolom Stripper Furfural Keterangan: 1 = Aliran umpan 2 = Aliran umpan pada keadaan saturated vapor 3 = Aliran atas stripper (output stripper) 4 = Aliran udara pendingin (input stripper) 5 = Aliran bawah stripper (furfural panas) 6 = Aliran furfural dingin Kelompok 2 30 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Kondisi Desain Heat Exchanger 1. Aliran umpan Tekanan (P) = 375 kPa Temperatur (T) = 341,54 K Laju alir umpan = 1300 kmol/jam Komposisi aliran (%-mol) : Furfural = 79,642% 1,3-butadiena = 10,089% 1-butena = 6,8593% n-butana = 3,3697% vinyl benzena = 0,0300% isopentana 2. = 0,0100% Aliran umpan pada keadaan saturated vapor Tekanan (P) = 375 kPa Temperatur (T) = T2 K Laju alir = 1300 kmol/jam Komposisi aliran (%-mol) : Furfural = 79,642% 1,3-butadiena = 10,089% 1-butena = 6,8593% n-butana = 3,3697% vinyl benzena = 0,0300% isopentana Kelompok 2 = 0,0100% 31 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 3. Aliran atas stripper (output stripper) Tekanan (P) = 350 kPa Temperatur (T) = T3 K Laju alir = F3 kmol/jam Komposisi aliran (%-mol) : Udara = ……… % 1,3-butadiena = ……… % 1-butena = ……… % n-butana = ……… % Akan dihitung menggunakan prinsip neraca massa vinyl benzena = ……… % isopentana 4. = ……… % Aliran udara pendingin (input stripper) Tekanan (P) = 350 kPa Temperatur (T) = 360 K Laju alir = F3 kmol/jam Komposisi aliran (%-mol) : Udara 5. = 100 % Aliran bawah stripper (furfural panas) Tekanan (P) = 350 kPa Temperatur (T) = 483.5 K Laju alir = 1034 kmol/jam Komposisi aliran (%-mol) : Furfural Kelompok 2 = 100 % 32 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 6. Aliran furfural dingin Tekanan (P) = 375 kPa Temperatur (T) = T6 K Laju alir = 1034 kmol/jam Komposisi aliran (%-mol) : Furfural = 100 % 2.2.2 Kesetimbangan Untuk dapat menyelesaikan permasalahan desain heat exchanger, sebelumnya perlu dianalisis derajat kebebasan (ADK) dan neraca massa komponen-komponen fluida kerja. Tabel 1. Analisis Derajat Kebebasan Kolom Stripper Furfural Neraca Massa di Reboiler F1 = F2 dan F5 = F6 Neraca Massa Energi di Boiler Mf x Cp,f x (T5-T6) = Σ(M1 x Cp,1 x (T2-T1)) + Σ(M1 x HL,1) Kelompok 2 33 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Neraca Massa di Stripper F2 + F4 = F3 + F5 Furfural : 0,796420 x F2 = F5 + X3,f x F3 1,3 butadiena : 0.100890 x F2 = X3,(1,,3b) x F3 1-butena : 0,068593 x F2 = X3,(1,but) x F3 n-butana : 0,033697 x F2 = X3,nb x F3 vinilCC6 : 0,000300 x F2 = X3,vin x F3 isopentana : 0,000100 x F2 = X3,iso x F3 udara : F4 = X3,ud x F3 Neraca Massa Energi di Stripper Mfur x HL,fur + Σ(M x Cp,fur x (T2 – T3) ) = Mud x Cp,ud x (T3 – T4) 2.2.3 Data umpan fluida Data fisika dan kimia dari fluida diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan desain heat exchanger. Data yang diperlukan ialah temperatur didih, temperatur leleh, kapasitas panas, kalor laten, serta data lain yang mendukung seperti persamaan Antoine, dan sebagainya seperti yang disajikan pada tabel-tabel berikut. Tabel 2. Temperatur Didih, Temperatur Leleh, dan Kalor Laten Komponen Fluida Kelompok 2 34 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Tabel 3. Kapasitas Kalor Fluida Tabel 4. Variabel Persamaan Antoine Fluida Kerja Tabel 5. Data Fisika Fluida pada Tekanan Kerja 350 kPa dan 375 kPa Kelompok 2 35 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 2.2.4 Koefisien perpindahan panas total (tebakan) Untuk dapat menyelesaikan permasalahan desain heat exchanger, parameter yang harus diasumsikan terlebih dahulu adalah nilai koefisien perpindahan panas total (Utot). Agar dapat menebak dan mengasumsikan nilai koefisien perpindahan panas total secara akurat, diperlukan data penunjang berupa (1.) nilai koefisien konduktivitas media perpindahan panas (kw) pada suhu operasi, dan (2.) nilai koefisien perpindahan panas konveksi masing-masing komponen fluida kerja (h). Kemudian, nilai koefisien perpindahan panas total dapat dihitung melalui persamaan berikut. 1 ππ = dengan: Uo 1 βπ +β‘ 1 βππ + ππβ‘×lnβ‘(ππ⁄ππ ) 2β‘ππ€ + ππ ππβ‘×β‘βππ β‘+β‘ ππ ππβ‘×βπ = koefisien total area di luar tabung ho = koefisien film di bagian luar tabung hi = koefisien film di bagian dalam tabung hod = fouling factor di bagian luar tabung hid = fouling factor di bagian dalam tabung kw = konduktivitas termal dinding tabung di = diameter bagian dalam tabung do = diameter bagian luar tabung 2.2.5 Log Mean Temperature Difference Parameter selanjutnya adalah menentukan nilai log mean temperature difference (LMTD) seperti yang telah dijelaskan pada bagian 1. Nilai LMTD dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut. LMTD = Kelompok 2 (T1−t2)−(T2−t1) (T1−t2) lnβ‘((T2−t1)) 36 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger dengan: T1 = temperatur fluida panas masuk T2 = temperatur fluida panas keluar t1 = temperatur fluida dingin masuk t2 = temperatur fluida dingin keluar 2.2.6 Luas permuakaan Selanjutnya, setelah melakukan analisis dengan mengasumsikan nilai koefisien perpindahan panas total dan menentukan nilai LMTD, kita dapat menghitung luas permukaan kontak yang diperlukan oleh heat exchanger yang akan kita desain. Perhitungan luas permukaan tersebut dapat dilakukan menggunakan persamaan laju perpindahan panas sebagai berikut. Q = Utot A βTLM 2.2.7 Menentukan Posisi Aliran Fluida Dengan mempertimbangkan besar luas permukaan dan efektivitas dari pembuatan desain, maka dipilih jenis heat exchanger berupa shell and tube. Fluida pemanas pada alat tipe ini biasa dialirkan pada bagian shell, sedangkan fluida yang dipanaskan dialirkan pada bagian tube. Oleh karena itu, furfural sebagai fluida pemanas pada reboiler akan dialirkan melalui shell, sedangkan umpan dialirkan di dalam tube. 2.2.8 Koefisien perpindahan panas (hasil perhitungan) Setelah mengevaluasi nilai luas permukaan kontak dan mendapatkan desain shell and tube yang sesuai, hal yang berikutnya dilakukan adalah dengan mengevaluasi nilai koefisien perpindahan panas hasil desain (Ucalc). Perhitungan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan variabel luas permukaan desain, dengan menggunakan persamaan berikut. Q = Ucalc A βTLM Kelompok 2 37 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 2.2.9 Galat perhitungan (error) Untuk dapat mengevaluasi desain yang telah dibuat, maka perlu dilakukan perhitungan kesalahan koefisien perpindahan panas total yang diasumsikan (Utot) terhadap nilai hasil perhitungannya (Ucalc). Nilai error hasil perhitungan harus lebih kecil dari kesalahan perhitungan yang diperbolehkan. Kesalahan perhitungan yang diperbolehkan dalam desain yang kami buat adalah sekitar 30%, maka nilai error dapat dihitung melalui persamaan berikut. |πππππβ‘π»ππ ππβ‘πππβππ‘π’ππππ−πππππβ‘π΄π π’ππ π| Error = πππππβ‘π΄π π’ππ π x 100% 2.2.10 Hilang tekan Apabila nilai error yang dihasilkan lebih rendah dari batas error yang dapat diterima, maka desain dapat diterima. Tahap berikutnya adalah menentukan nilai hilang tekan dari desain yang telah dipilih. Pressure drop ditentukan pada sisi tabung maupun sisi kerangka dengan persamaanpersamaan berikut. βPtotal = βPe + βPc + βPw βPe = 2 βPbi Nc+Ncw Nc Rb Rs βPc = βPbi (Nb – 1) Rl Rb βPw = βPwi Nb Rl βPbi = 4 f1 βPwi = Kelompok 2 πΊπ 2 2β‘ππ ( πs,w πs ) ππ 2 β‘(2+0.6πππ€) 2β‘ππ β‘π΄π β‘π΄π€ for NRe ≥100 38 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger dengan: βPbi = hilang tekan ekivalen pipa ideal βPc = hilang tekan internal βPw = hilang tekan pada bagian window Rb = faktor koreksi (0,5—0,8) Rl = faktor koreksi baffle Nc = jumlah pipa yang terlewati aliran crossflow Ncw = jumlah barisan pipa yang terlewati pada tiap baffle Nb = jumlah baffle Rs = faktor koreksi bagian entrance dan exit 2.2.11 Estimasi biaya Setelah mendapatkan desain yang sudah sesuai dengan perhitungan, yang perlu dipertimbangkan setelahnya adalah faktor biaya pembuatan heat exchanger. Biaya dapat dianalisis dari (1.) material body alat penukar panas yang digunakan, (2.) material penyusun heat exchanger pada bagian shell and tube, (3.) energi yang diperlukan pompa dalam mengalirkan fluida, dan faktor-faktor lain seperti biaya operasional, maintenance, dan sebagainya. Kelompok 2 39 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger Daftar Pustaka 1. Pustaka Buku dan Jurnal [1] Thulukkanam, Kuppan., 2013, Heat Exchanger Design Handbook, Second Edition,Boca Raton: CRC Press Taylor & Francis Group [11] Subramanian, R. Shankar, Journal: Thermal Analysis of a Steady State Heat Transfer, Department of Chemical and Biomolecular Engineering, Clarkson University [13] Yuliani, Oni., -, Journal:Simulasi Perancangan Alat Perpindahan Panas Jenis Double Pipe untuk Fluida Cair-Cair, Yogyakarta, Sekolah Tinggi Teknologi nasional. [14] Pillarella, Dr. Mark, et. all, Paper:The CM3R Liquefaction Cycle: Versatility for A Fast Growing, Ever Changing LNG Industry, Air Products and Chemicals, Inc. Allentown, Pennsylvania taken from www.ivt.ntny.no [15] Multi-scale experimental study and modeling of the supercritical fractionation process - Scientific Figure on ResearchGate. Available from: https://www.researchgate.net/272198429_fig3_Fig-3-Schematic-diagram-ofthe-industrial-scale-fractionation-unit [accessed 19 Apr, 2016] Kelompok 2 40 Laporan 1. Tinjauan Umum Heat Exchanger dan Algoritma Perancangan Heat Exchanger 2. Pustaka Situs atau Website [2] http://www.virginiaheattransfer.com/forum/uploads/d62ba978713500d410aa28 bdfd980dbb.jpg dicutat pada tanggal 17 April 2016 [3] http://en.funke.cn/images/img/pro6.jpg dicutat pada tanggal 17 April 2016 [4] https://cdn.comsol.com/wordpress/2013/09/Shell-and-tube-heat-exchanger.png diakses pada tanggal 17 April 2016 [5] http://es.himile.com/EN/uploadfile/20131101/20131101213119000010675NP5. jpg diakses pada tanggal 17 April 2016 [6] http://www.lindeengineering.com/internet.global.lindeengineering.global/en/im ages/L_20150902_44845_130719_173469.jp diakses pada tanggal 17 April 2016 [7] http://www.iklimnet.com/expert_hvac/hvac_pictures/PHE.jpg diakses pada tanggal 17 April 2016 [8] http://static1.squarespace.com/static/528bdb05e4b079b3bcb5b198/t/52a01923e 4b00096a05f347f/1385965731488/spiral-heat-exchanger-digester-sludgeheating.jpg diakses pada tanggal 17 April 2016 [9] https://www.tranter.com/Tranter%20Images/ECLThreeBanks.png diakses pada tanggal 17 April 2016 [10] http://artikel-teknologi.com/wp-content/uploads/2013/04/20130425-111454AM.jp diakses pada tanggal 17 April 2016 [16] http://www.nzifst.org.nz/unitoperations/httrapps1.htm diakses pada tanggal 19 April 2016 [17] https://ummuzuhail.wordpress.com/dunia/cooler-dan-cooling-tower/ diakses pada tanggal 19 April 2016 Kelompok 2 41