Uploaded by Gio Vani

4 KESETIMBANGAN - HASIL KALI KELARUTAN KELOMPOK 1

advertisement
LAPORAN
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 2
(STK3218)
PERCOBAAN 4
KESETIMBANGAN : HASIL KALI KELARUTAN
DOSEN PEMBIMBING : PRIMATA MARDINA, S.T., M.Eng., Ph.D.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
GIOVANI
2010814110011
HEMA AVRILIA
2010814120007
VANESSA DWI AZ-ZAHRA
2010814120005
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU
2021
ABSTRAK
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana suatu reaksi bolak-balik berlangsung
terus-menerus tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati. Hasil kali kelarutan Ksp (solubility
product constant) adalah hasil kali konsentrasi ion-ion darii larutan jenuh garam yang sukar larut
dalam air, dan dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya. Tujuan dari
percobaan ini adalah membuat larutan jenuh CaCO3, menentukan kelarutan garam CaCO3 dan
menentukan hasil kali kelarutan garam CaCO3.
Metodologi yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan cara mentitrasi larutan
campuran CaCO3, larutan HCl dan larutan NaOH dengan HCl yang sebelumnya ditambahkan
indikator metil merah. Ksp CaCO3 kemudian dihitung dan dibandingkan dengan harga Ksp teoritis.
Kelarutan CaCO3 yang didapat dengan perhitungan adalah 19 x 10-5 M. Ksp CaCO3 yang didapat
pada perhitungan adalah 36,1 x 10-9. Harga Ksp yang didapat lebih tinggi dari harga Ksp teoritis,
yaitu sebesar 4,8 x 10-9.
Kata kunci : hasil kali kelarutan, kelarutan, kesetimbangan kimia, larutan jenuh.
IV-i
PERCOBAAN 4
KESETIMBANGAN: HASIL KALI KELARUTAN
4.1
PENDAHULUAN
4.1.1
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah membuat larutan jenuh CaCO3,
menentukan kelarutan garam CaCO3 dan menentukan hasil kali kelarutan garam
CaCO3.
4.1.2
Latar Belakang
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas satu atau lebih zat
terlarut dalam pelarut yang sesuai membentuk sistem termodinamika yang stabil
secara fisika dan kimia. Kelarutan adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan
jenuh pada suhu tertentu. Kelarutan zat dalam pelarutnya berdasarkan prinsip like
dissolves like yaitu zat akan larut dalam pelarut yang sesuai atau sama (Sinala,
2016).
Larutan jenuh dari zat x adalah larutan yang didalamnya terdapat zat x
terlarut berada dalam kesetimbangan dengan zat x yang tidak larut. Untuk membuat
larutan jenuh NaCl dalam air pada 25℃, perlu menambahkan NaCl berlebih dalam
air dan mengaduk sampai tidak ada lagi NaCl yang melarut. Penambahan NaCl
berikutnya tidak akan mengubah konsenstrasi larutan (Khoerunnisa, 2008).
Beberapa industri telah menerapkan konsep kesetimbangan. Salah satunya
ialah kesetimbangan pada proses pemurnian logam zikronium yang diperoleh dari
hasil proses reduksi dengan cara penambahan panas dalam lingkungan vakum
(Sudjoko, 1996). Oleh karena itu diharapkan para praktikan menguasai percobaan
mengenai kesetimbangan hasil kali kelarutan untuk menambah skill di dunia
industri.
IV-1
4.2
DASAR TEORI
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih.
Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat yang
jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang jumlahnya sedikit
disebut zat terlarut. Kepekatan larutan secara kualitatif juga sering diungkapkan
dengan istilah jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh dari zat x adalah
larutan yang didalamnya terdapat zat x terlarut berada dalam kesetimbangan dengan
zat x yang tidak larut. Untuk membuat larutan jenuh NaCl dalam air pada 25℃, kita
harus menambahkan NaCl berlebih dalam air dan mengaduk sampai tidak ada lagi
NaCl yang melarut. Larutan jenuh NaCl pada 25℃ mengandung 36,5 gram NaCl
per 100 gram air. Penambahan NaCl berikutnya tidak akan mengubah konsenstrasi
larutan. Larutan tak jenuh mengandung zat terlarut dengan konsentrasi lebih kecil
daripada larutan jenuh. Dalam larutan tak jenuh belum dicapai kesetimbanagn
antara zat terlarut dan zat yang tidak larutnya. Jika zat terlarut ditambahkan ke
dalam larutan maka larutan mendekati jenuh. Larutan lewat jenuh menunjukkan
keadaan yang tidak stabil, sebab larutan mengandung zat terlarut yang jumlahnya
melebihi konsentrasi kesetimbangannya. Larutan lewat jenuh umumnya terjadi jika
larutan yang sudah melebihi jenuh pada suhu tinggi diturunkan sampai mendekati
suhu kamar (Khoerunnisa, 2008).
Kelarutan (solubility) adalah konsentrasi molar zat sukar larut dalam air.
Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut seperti AgCl, PbCl2, CaCO3 dan
BaCO3) dinyatakan dalam satuam mol/L atau molar. Jadi, kelarutan (s) sama
dengan molaritas (M). Hasil kali kelarutan Ksp (solubility product constant) adalah
hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut dalam air,
dan dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya. Senyawa
AxBy terionisasi menjadi xAy+ dan yBx- di dalam air dan akan mengalami rekasi
kesetimbangan. Bentuk umum dari rumus hasil kali kelarutan, sebagai berikut :
y+
Ax By ↔ xA(aq) +yBx(aq)
IV-2
…(4.1)
IV-3
Untuk mempermudah menentukan hubungan kelarutan (s) dengan hasil kali
kelarutan (Ksp) dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Ksp = (n-1)n-1 x sn
s=n√
Ksp
(n-1)n-1
…(4.2)
…(4.3)
Dimana n adalah jumlah ion dan s adalah kelarutan atau molaritas. Beberapa
senyawa yang tidak memiliki nilai Ksp adalah elektrolit yang mudah larut seperti
NaCl, Na2SO4, dan HCl dan senyawa non elektrolit seperti benzene dan minyak
(Mawaris, 2021).
Nilai Ksp menyatakan kelarutan senyawa ionik. Semakin kecil nilainya,
semakin sedikit kelarutan senyawa tersebut dalam air. Namun, dalam menggunakan
nilai Ksp untuk membandingkan kelarutan harus dipilih senyawa yang memiliki
rumus sama, misalnya AgCl dan ZnS, atau CaF2 dan Fe(OH)2. Terdapat dua
kuantitas lain yang menyatakan kelarutan zat kelarutan molar, yaitu jumlah mol zat
terlarut dalam 1 L larutan jenuh (mol per liter) dan kelarutan yaitu jumlah gram zat
terlarut dalam 1 L larutan jenuh (gram per liter) (Chang, 2005).
Berikut adalah tetapan hasil kali kelarutan pada 25℃ untuk beberapa
senyawa, yaitu :
IV-4
Tabel 4.1 Tetapan Hasil Kali Kelarutan Pada 25℃
Senyawa
Tetapan Hasil Kali Kelarutan
Al(OH)3
1,3 x 10-33
BaCO3
5,1 x 10-9
BaSO4
1,1 x 10-10
CaCO3
4,8 x 10-9
CaCrO4
7,1 x 10-4
CaSO4
9,1 x 10-6
Fe(OH)3
6,3 x 10-18
Fe(OH)2
1,6 x 10-5
PbCl2
4
x 10-38
PbCrO4
2,8 x 10-13
PbSO4
1,6 x 10-8
Mg(OH)2
1,8 x 10-4
AgCl
1,8 x 10-10
Dari harga hasil kelarutan, dapatlah konsentrasi ion-ion dalam suatu larutan
elektrolit murni dihitung. Salah satu fakta yang paling penting tentang reaksi kimia
adalah bahwa semua reaksi kimia reversibel (dapat-balik). Bila mana suatu reaksi
kimia dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun, dan seterusnya akan bereaksi
satu sama lain memulai suatu reaksi yang kebalikannya (Keenan, 1992).
Reaksi kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan
dan produknya. Kesetimbangan antara dua fasa zat yang sama dinamakan
kesetimbangan fisis (physical equilibrium) karena perubahan yang terjadi hanyalah
proses fisis. Kesetimbangan heterogen adalah reaksi reversibel yang melibatkan
reaktan dan produk yang fasanya berbeda (Chang, 2005).
Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan
lariutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan
yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti (larutan standar), ditambahkan
secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak berlangsung sempurna.
IV-5
Sebelum basa ditambahkan harga pH adalah larutan asam kuat, sehingga pH < 7
dan ketika basa ditambahkan sebelum titik ekuivalen, harga pH ditentukan oleh
asam lemah. Pada titik ekuivalen, jumlah basa yang ditambahkan secara
stoikiometri ekuivalen terhadap jumlah asam yang ada. Oleh karena itu pH
ditentukan oleh larutan garam (pH ± 7). Titik ekuivalen dalam titrasi adalh titik
keadaan (kuantitas) asam-basa dapat ditentukan secara stoikiometri (Chandra dan
Cordova, 2012).
Natrium hidroksida atau NaOH memiliki sifat fisik dan kimia yaitu, sebagai
berikut (Charlroth, 2020) :
1.
Bentuk
: Padatan
2.
Warna
: Tembus cahaya/putih
3.
pH
: 14 (Air : 100 g/L 20℃)
4.
Titik didih
: 1.390℃
5.
Kelarutan
: > 1.000 g/L 20℃
Asam klorida atau HCl mempunyai sifat fisik dan kimia yaitu, sebagai
berikut (Charlroth, 2020) :
1.
Bentuk
: Cairan
2.
Warna
:Tidak berwarna- kuning terang
3.
Bau
: Menyengat
4.
Titik didih
:-
5.
pH
:<1
6.
Daya larut
: Dapat bercampur pada berbagai proposi
Kalsium Karbonat atau CaCO3 memiliki sifat fisik dan kimia, yaitu
(Charlroth, 2020) :
1.
Bentuk
: Padatan
2.
Warna
: Putih
3.
Bau
: Tanpa bau
4.
Titik didih
:-
5.
pH
: 9,5-10,5 (Air : 100 g/L, 20℃)
6.
Daya larut
: Dap0,017 g/L di 20℃
IV-6
Air atau akuades (H2O) memiliki sifat fisik dan kimia, yaitu (Charlroth,
2020) :
1.
Bentuk
: Cairan
2.
Warna
:Tidak berwarna
3.
Bau
: Tidak berbau
4.
Titik didih
: 100℃ di 1.013 hPa
5.
pH
:-
6.
Daya larut
: Dapat bercampur dalam berbagai proposi
Sebuah larutan jenuh dapat dihasilkan dengan melanjutkan penambahan zat
terlarut sampai tidak ada lagi yang bisa terurai, atau dengan meningkatkan
konsentrasi dari ion-ion sampai pengendapan terjadi. Faktor-faktor penting yang
mempengaruhi kelarutan zat padat adalah temperatur, pemilihan pelarut, efek ion
sekutu, efek aktivitas, efek pH, efek hidrolisis, hidroksida metal, dan efek
pembentukan kompleks. Kebanyakan garam anorganik meningkat kelarutannya
seiring dengan peningkatan temperatur. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat
larut dalam air daripada dalam larutan-larutan organik. Sebuah endapan secara
umum lebih dapat larut dalam air murni dibandingkan di dalam sebuah larutan yang
mengandung satu dari ion-ion endapan (efek ion sekutu). Kelarutan dari sebuah
garam yang sedikit larut juga tergantung atas konsentrasi zat-zat yang membentuk
kompleks-kompleks dengan kation garam (Day dan Underwood, 1998).
4.3
METODOLOGI PERCOBAAN
4.3.1 Alat dan Rangkaian Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet volume (5 mL
dan 10 mL), pipet gondok 25 mL, gelas beker 250 mL, gelas ukur 100 mL,
erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, propipet, gelas arloji, pengaduk kaca, sudip,
corong, botol semprot, buret 50 mL, statif dan klem.
Rangkaian Alat
Keterangan:
1. Statif dan klem
2
2. Buret 50 mL
1
3. Erlenmeyer
3
Gambar 4.1 Rangkaian Alat Titrasi
4.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah 0,0017 gram padatan
CaCO3, larutan baku HCl 0,005 N, larutan baku NaOH 0,005 N, indikator metil
merah dan akuades.
4.3.3 Prosedur Kerja
Pertama, padatan CaCO3 ditimbang sebanyak 0,0017 gram dengan gelas
arloji pada neraca analitik. Kemudian padatan CaCO3 dilarutkan dengan 250 mL
akuades di dalam gelas beker 250 mL dan diaduk hingga homogen. Lalu larutan
jenuh CaCO3 diambil sebanyak 25 mL dengan pipet gondok. Kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, setelah itu ditambahkan 5 mL larutan
IV-7
IV-8
HCl 0,005 N, 10 mL larutan baku NaOH 0,005 N dan 3 tetes indikator metil merah.
Lalu, larutan baku HCl 0,005 N dimasukkan ke dalam buret. Kemudian larutan
campuran garam CaCO3, larutan HCl, larutan NaOH dan indikator metil merah tadi
dititrasi dengan larutan baku HCl 0,005 N dari buret 50 mL. Titrasi dilakukan
hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda. Langkah
sebelumnya diulangi sebanyak 2 kali.dan rata-rata HCl 0,005 N diambil. Lalu, Ksp
CaCO3 dihitung dan dibandingkan dengan Ksp teoritisnya.
IV-9
4.3.4
Diagram Alir
CaCO3 Padatan
- Ditimbang sebanyak 0,0017 gram dengan neraca analitik
- Dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL
- Ditambahkan akuades sebanyak 250 mL
- Diaduk hingga homogen
Larutan Jenuh CaCO3
- Diambil sebanyak 25 mL menggunakan pipet gondok 25 mL
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
HCl 0,005- N
- Ditambahkan 5 mL ke dalam larutan jenuh CaCO3
NaOH 0,005 N
- Ditambahkan 10 mL ke dalam larutan campuran
Indikator metil merah
- Ditambahkan sebanyak 3 tetes ke dalam larutan campuran
HCl 0,005 N
- Dimasukkan ke dalam buret 50 mL sebagai titran
Larutan Hasil Campuran
- Dititrasi dengan larutan baku HCl 0,005 N hingga berubah
warna dari kuning menjadi merah muda
- Volume titran yang digunakan dicatat
- Diulangi sebanyak 2 kali
- Dihitung rata-rata volume HCl 0,005 N yang digunakan
- Ksp CaCO3 dihitung dan dibandingkan dengan Ksp
teoritisnya
Hasil
Gambar 4.2 Diagram Alir Percobaan Kesetimbangan Hasil Kali Kelarutan
4.4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.4.1
Hasil Pengamatan
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan pada Larutan CaCO3
No.
Langkah Kerja
Hasil
1.
CaCO3 ditimbang sebanyak 0,0017 Larutan CaCO3 berwarna bening
gram dengan neraca analitik, lalu di
masukan ke dalam gelas beker 250
mL, dilarutkan dengan 250 mL
akuades
2.
Larutan
jenuh
CaCO3
diambil Larutan CaCO3 berwarna bening
dengan pipet gondok sebanyak 25
mL dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL.
3.
HCl 0,005 N ditambahkan sebanyak Larutan berwarna bening
5 Ml
4.
NaOH
0,005
N
ditambahkan Larutan berwarna bening
sebanyak 10 mL
5.
Indikator metil merah ditambahkan Warna
sebanyak 3 tetes
6.
Larutan
HCl
0,005
larutan
HCl
0,005
N
yang V1 = 7 mL
digunakan dicatat
V2 = 7 mL
V3 = 6,9 mL
8.
berubah
campuran dititrasi kuning menjadi merah muda
hingga terjadi perubahan warna
Volume
dari
N VHCl = 50 mL
dimasukkan ke dalam buret 50 mL, Warna
7.
berubah
bening menjadi kuning
baku
larutan hasil
larutan
Volume HCl rata-rata dihitung
IV-10
̅ = 6,9 Ml
V
dari
IV-11
4.4.2
Pembahasan
CaCO3 merupakan garam yang berssifat elektrolit dan memiliki
kesetimbangan yang kecil. Untuk menyatakan sifat kesetimbangan dalam larutan
seperti CaCO3, maka digunakan istilah dari hasil kali kelarutan. Hasil kali kelarutan
Ksp adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar larut
dalam air dan dipangkatkan dengan koefisien menurut persamaan ionisasinya
(Mawaris, 2021). Adapun tujuan dari percobaan ini adalah membuat larutan jenuh
CaCO3, menentukan kelarutan garam CaCO3, dan menentukan hasil kali kelarutan
CaCO3.diharapkan pada percobaan ini hasil kali kelarutan CaCO3 sama dengan Ksp
teoritisnya. Menurut Keenan (1992) tetapan Ksp CaCO3 pada suhu 25ºC adalah
sebesar 4,8 x 10-9. Senyawa CaCO3 dipilih karena CaCO3 adalah garam yang sukar
larut dalam air. Bagi garam yang sukar larut dalam air, larutan akan jenuh walau
hanya sedikit zat terlarut yang dimasukkan, sehingga hasil yang didapat merupakan
suatu larutan yang tepat jenuh. Larutan jenuh zat x adalah larutan yang didalamnya
terdapat zat x terlarut dalam kesetimbangan dengan zat x yang tidak larut
(Khoerunnisa, 2008). Untuk menentukan kelarutan dapat ditentukan dengan
mengalikan ion-ion senama yaitu Ca2+ dan CO32 dan memangkatkan
konsentrasinya dengan koefisien masing-masing ion. Reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3 (s)
↔
Ca2+(aq) + CO32- (aq)
...(4.4)
Hubungan aljabar dengan penambahan HCl terhadap larutan CaCO3 yaitu
pengumpulan atau penggabungan kedua ion molekulnya sehingga terbentuk
kesetimbangan. Apabila hasil kali ion-ion yang ada pada larutan melebihi dari harga
Ksp disebut larutan lewat jenuh dan akan timbul endapan pada larutan tersebut.
Percobaan kali ini melibatkan adanya suatu reaksi kesetimbangan heterogen, yaitu
reaksi reversible yang melibatkan reaktan dan produk yang fasanya berbeda
(Chang, 2005). Hubungan aljabar yang terjadi adalah sebagai berikut :
n HCl = 2 x n CaCO3
....(4.5)
IV-12
Awal dari percobaan ini adalah larutan CaCO3 sebanyak 25 mL dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 5 mL larutan baku HCl 0,005 N. Adapun
reaksinya yaitu :
CaCO3 (aq) + 2HCl(l) → CaCl2 (aq) + H2O(l) + CO2(g)
...(4.6)
Pada reaksi ini, untuk 1 mol CaCO3 diperlukan 2 mol HCl. Tujuan dari penambahan
HCl ini agar suatu reaksi kesetimbangan kimia dapat tercapai dan CaCO3 juga
mudah larut dalam HCl. Nilai Ksp teoritis CaCO3 kecil, sehingga menurut Chang
(2005), semakin kecil nilai Ksp nya maka akan semakin sedikit kelarutan senyawa
tersebut dalam air. Ion CO32- dari CaCO3 akan diikat oleh ion H+ dari HCl. Seingga
terbentuklah H2CO3 yang kemudian akan terurai menjadi CO2 dan H2O. Hal ini
membuat kesetimbangan bergeser ke kanan dan menyebabkan CaCO3 larut. Pada
persamaan reaksi kesetimbangan kiia setiap terjadi reaksi ke kanan, maka zat-zat
produk akan bertambah (Sari, 2020). Penambahan HCl pada larutan CaCO3
menghasilkan garam CaCl2, H2O dan CO2.
Setelah itu, 10 mL larutan baku NaOh 0,005 N ditambahkan ke dalam
erlenmeyer.Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
HCl(l) + NaOH(l) → NaCl(aq) + H2O(l)
...(4.7)
Penambahan larutan NaOH 0,005 N bertujuan untuk membuat larutan
bersifat basa karena volume NaOH yang ditambahkan lebih besar dari volume HCl.
Hal ini dibuktikan dari perubahan warna larutan menjadi kuning ketika ditetesi 3
tetes indikator metil meraah. Menurut Day dan Underwood (1998), indikator metil
merah memiliki rentang pH 4,2-6,2. Indikator metil merah berwarna merah dan
akan berubah ke warna kuning seiring dengan kenaikan pH.
Proses titrasi dilakukan pada tahap selanjutnya. Campuran larutan dititrasi
dengan HCl 0,005 N. Reaksi yang terjadi adalah:
CaCO3(aq) + 2HCl(aq) + 2NaOH(aq) ↔ CaCl2(aq) + Na2CO3(aq) + 2H2O(l)
...(4.8)
IV-13
Titrasi bertujuan untuk membuat larutan campuran menjadi netral. Titrasi
dihentikan ketika larutan berubah warna menjadi merah muda. Perubahan warna ini
menunjukkan larutan telah mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi ketika
jumlah basa secara stoikiometri ekuivalen terhadap jumlah asam (Chandra dan
Cordova, 2012). Pada percobaan ini, proses titrasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Pada titrasi pertama, volume HCl 0,005 N
yang diperlukan sebesar 7 mL; kedua sebesar 7 mL; dan ketiga sebesar 6,9mL.
sehingga volume rata-rata HCl 0,005 N yang diperlukan sebesar 6,9 mL.
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai Ksp yang didapatkan dari percobaan
ini sebesar 36,1 x 10-9. Nilai ini jauh lebih besar dari data nilai Ksp teoritis menurut
Keenan (1992), yaitu sebesar 4,8 x 10-9. Hal ini mungkin saja terjadi karena padatan
CaCO3 telah larut secara sempurna di dalam larutan. Selain itu, konsentrasi NaOH
dan HCl yang digunakan mungkin saja menjadi pengaruh dan juga factor
lingkungan seperti suhu yang terlibat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat yaitu temperatur,
pemilihan pelarut, efek ion sekutu, efek aktivitas, efek pH, efek hidrolisis,
hidroksida metal, dan efek pembentukan kompleks. Kebanyakan garam anorganik
meningkat kelarutannya seiring dengan peningkatan temperatur. Kebanyakan
garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam larutan-larutan organik.
Sebuah endapan secara umum lebih dapat larut dalam air murni dibandingkan di
dalam sebuah larutan yang mengandung satu dari ion-ion endapan (efek ion
sekutu). Kelarutan dari sebuah garam yang sedikit larut juga tergantung atas
konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks-kompleks dengan kation garam
(Day dan Underwood, 1998).
4.5
PENUTUP
4.5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah larutan merupakan
larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi dengan pelarutnya. Kelarutan
CaCO3 yang didapat dari percobaan ini adalah 19 x 10-5 M, sedangkan Ksp CaCO3
yang didapat ialah 36,1 x 10-9 . Jadi, larutan dalam percobaan ini merupakan larutan
lewat jenuh. Karena Ksp yang diperoleh lebih besar daripada Ksp teoritisnya yaitu
4,8 x 10-9. Beberapa factor yang mempengaruhi kelarutan ialah temperature,
pengaruh ion sejenis, sifat alami pelarut, pH, pengaruh hidrolisis dan pengaruh
kompleks.
4.5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah untuk menggunakan
suhu sampel yang bervariasi. Karena suhu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi larutan. Sehingga akan menambah wawasan praktikan dalam
mengetahui faktor-faktor kelarutan terhadap nilai Ksp.
IV-14
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, A. D. dan Cordova H. (2012) : Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis self
Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control. Jurnal Teknik POMITS.
Vol. 1. No.1. 1-6
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Erlangga. Jakarta.
Charlorth. (2020) : MSDS NaOH
www.charlroth.com
Diakses tanggal 27 September 2021
Charlorth. (2020) : MSDS Calsium Carbonate
www.charlroth.com
Diakses tanggal 28 September 2021
Charlorth. (2020) : MSDS HCl
www.charlroth.com
Diakses tanggal 27 September 2021
Charlorth. (2020) : MSDS Water
www.charlroth.com
Diakses tanggal 27 September 2021
Day, R.A. Jr., dan A.L. Underwood. (1998) : Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta
Mawaris, E. Rahmi. (2021) : Kimia Dasar II. Deepublish Publisher. Sleman
Keenan, W. C. (1992): Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
DP.IV-1
DP. IV-2
Khoerunnisa, F. (2008): Kimia Fisika 2. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sari, N.A. (2020): Kesetimbangan Kimia, Kimia Kelas XI. Direktorat Jenderal
PAUD, DIrektorat SMA, DIKDAS dan DIKMEN. Jakarta
Sinala, S. (2016): Farmasi Fisik. Pusdik SDM Kesehatan. Jakarta
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Diketahui :
Ditanya
:
VCaCO3
= 25 mL
MHCl
= 0,005 N
VHCl
= 5 mL
MNaOH
= 0,005 N
VNaOH
= 10 mL
V titran 1
= 7 mL
V titran 2
= 7 mL
V titran 3
= 6,9 mL
a) Volume rata-rata HCl untuk titrasi =….?
b) Kelarutan dan Ksp CaCO3 =…?
Jawab
:
a) Volume rata-rata HCl untuk titrasi
=
=
Vtitran 1 + Vtitran 2 + Vtitran 3
3
(7+7+6,9) mL
3
= 6,9 mL
b) - HCl yang bereaksi dengan NaOH sisa = 6,9 mL x
0,005 mol
1000 mL
-5
= 3,45 x 10 mol
- NaOH sisa
= 3,45 x 10-5 mol
- NaOH yang ditambahkan
= 10 mL x
0,005 mol
1000 mL
= 5 x 10-5 mol
- NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = (5 x 10-5 – 3,45 x10-5) mol
= 1,55 x 10-5 mol
= 1,55 x 10-5 mol
- HCl sisa
LP. IV-1
LP. IV-2
- HCl yang ditambahkan
= 5 mL x
0,005 mol
1000 mL
= 2,5 x 10-5 mol
- HCl yang bereaksi dengan CaCO3
= (2,5 x 10-5 -1,55 x 10-5)mol
= 0,95 x 10-5 mol
- Jumlah mol CaCO3
=
0,95 x 10−5 mol
2
= 0,475 x 10-5 mol
- Kepekatan CaCO3
=
0,475 x 10−5 mol
20 x 10−3 L
= 19 x 10-5 mol/L
= 19 x 10-5 M
Jadi kelarutan CaCO3
= 19 x 10-5 M
- Ksp kelarutan CaCO3
= [Ca2+][CO32-]
= [19 x 10-5 M][ 19 x 10-5 M]
= 36,1 x 10-9 M2
Ksp teoritis CaCO3
= 4,8x10-9 M2 (Keenan, 1992)
Jadi, Ksp CaCO3 yang diperoleh > Ksp CaCO3 teoritis.
Download