Uploaded by Nurramadhani A. Sida

B UTS O1A119060

advertisement
MAKALAH
FARMASETIKA TERAPAN
SKRINING RESEP
OLEH:
NAMA
: AFIFATUN NAFIAH
NIM
: O1A119060
KELAS
:B
DOSEN
: apt. NURRAMADHANI A. SIDA, S.Farm., M.Pharm.Sc.
PROGRAM S1 FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Farmasetika Terapan
yang disajikan dalam bentuk makalah ini yang membahas tentang Skrining Resep. Shalawat
serta salam tak lupa disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya serta
para sahabatnya.
Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu apt.
Nurramadhani A. Sida, S.Farm., M.Pharm.Sc. selaku dosen mata kuliah Farmasetika Terapan
di Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang contoh Skrining Resep bagi para pembaca maupun bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami khususnya dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang tentunya sangat
bermanfaat bagi kami dalam menempuh pendidikan di jurusan Farmasi.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kendari, 17 April 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..1
C. Tujuan…………………………………………………………………………………….1
D. Manfaat………………………………………………………………………………...…1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..3
A. Skrining Resep……………………………………………………………………………3
B. Patofisiologi Penyakit pada Resep……………………………………………………..21
C. Mekanisme Obat pada Resep…………………………………………………………..24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………...……27
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter
hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan
menyerahkannya kepada pasien. Resep yang baik harus memuat cukup informasi
yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan mengerti obat apa yang akan
diberikan kepada pasien. Namun pada kenyataannya, masih banyak permasalahan
yang ditemui dalam peresepan. Aspek admnistratif resep merupakan skrining awal
pada saat resep dilayani di apotek, skrining administratif perlu dilakukan karena
mencakup seluruh informasi di dalam resep yang berkaitan dengan kejelasaan tulisan
obat, keabsahan resep, dan kejelasan informasi di dalam resep.
Dalam penulisan resep kelengkapan administratif sudah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Akibat ketidaklengkapan administratif
resep bisa berdampak buruk bagi pasien, yang merupakan tahap skrining awal guna
mencegah adanya medication error. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa medication error adalah
kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Pada makalah ini akan membahas
skrining contoh 2 resep dengan keadaan kasus yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan skrining resep?
2. Bagaimana patofisiologi penyakit pada resep?
3. Bagaimana mekanisme kerja obat pada resep?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melakukan skrining resep
2. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit pada resep
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat pada resep
-1-
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui cara melakukan skrining resep
2. Dapat mengetahui patofisiologi penyakit pada resep
3. Dapat mengetahui mekanisme kerja obat pada resep
-2-
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skrining Resep
1. Resep 1
a. Menggali Riwayat Pasien
No.
1
Kriteria
Keterangan
Data Pasien
Nama: Indra
Usia: 70 tahun
Berat badan: 62 kg
Alamat: -
2
Riwayat Penyakit
-
3
Riwayat Pengobatan
-
4
Keadaan Khusus
-
-3-
b. Skrining Resep
1) Administratif (Kelengkapan Resep)
NO
URAIAN
PADA RESEP
ADA
TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1
Nama dokter

2
SIP dokter

3
Alamat dokter

4
Nomor telepon

5
Tempat dan tanggal penulisan resep

Invocatio
6
Tanda R/ di awal penulisan resep

Prescriptio
7
Nama Obat
8
Kekuatan obat
9
Jumlah obat


Signatura
10
Nama pasien

11
Jenis kelamin

12
Umur pasien

13
Barat badan

14
Alamat pasien
15
Aturan pakai obat
16
Iter/tanda lain



Subscriptio
17
Tanda tangan/paraf dokter

Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap (coret yang tidak perlu)
-4-
Cara Pengatasan Jika Resep Tidak Lengkap
Pengatasan jika resep tidak lengkap yaitu untuk infromasi pasien yang kurang
lengkap dapat ditanyakan pada pasien, dan ketika penerimaan resep bisa
dikonfirmasi kepada dokternya mengenai paraf/tanda dokter.
2) Kesesuaian Farmasetis
No
1
Kriteria
Bentuk sediaan
Permasalahan
Kadar HBA1C pasien =
Pengatasan
Tidak diberikan insulin
8mmol/L, tidak
memerlukan insulin
Sediaan beredar Hypofil Bentuk sediaan diubah
berbentuk kapsulm bukan kapsul
tablet
2
Stabilitas obat
Suhu penyimpanan obat
Mengedukasi pasien
Glimepirid, Hypofil,
mengenai penyimpanan
Fastor, Corsona, KSR
bahwa obat disimpan
adalah 20-25°C.
pada suhu yang sesuai,
hindari terpapar matahari
langsung.
3
Inkompatibilitas
-
-
4
Cara pemberian
-
-
5
Jumlah dan aturan
-
-
pakai
3) Perhitungan Dosis
a) R/ Glimepirid
Dosis literatur = Dosis awal: 1-2 mg/hari. Dosis maksimal: 8 mg/hari
(Tim Medical Mini Notes, 2019).
Dosis resep = 1 mg 2x1
Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai.
-5-
b) R/ Hypofil
Dosis literatur = Dosis harian: 300 mg per hari tiap 8 jam. Dosis
maksimal: 1500 mg per hari (Tim Medical Mini Notes, 2019).
Dosis resep = 500 mg 3x1
Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai.
c) R/ Fastor (Atorvastatin)
Dosis literatur = Dosis awal: 10 mg sekali sehari, jika perlu dapat
ditingkatkan dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80 mg satu
kali sehari (Tim Medical Mini Notes, 2019).
Dosis resep = 20 mg 1x1
Dosis resep lebih tinggi dari dosis literatur
d) R/ Furosemid
Dosis literatur = Dosis awal: 40 mg pada pagi hari, penunjang 20-40
mg sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem yang resisten
(Tim Medical Mini Notes, 2019).
Dosis resep = 1x1
Dosis tidak dicantumkan dalam resep
e) R/ Corsona (KCl)
Dosis lit eratur = Dosis harian: 0,5-10 mg per hari. Dosis maksimal: 16
mg per hari (Tim Medical Mini Notes, 2019).
Dosis resep = 0,5 mg 2x1
Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai.
f) R/ KSR
Dosis literatur = 1-2 tablet 2-3 kali sehari = 600-1200 mg
Dosis resep = 600 mg 1x1, 600 mg no.8 (4800 mg)
Dosis resep dan Dosis Literatur tidak sesuai
4) Dosis
No
1
Nama
Dosis
Obat
Resep
Dosis Literatur
Glimepirid 1 mg 2x1 Dosis awal: 1-2
Kesimpulan
Rekomendasi
Sesuai
Direkomendasik
mg/hari. Dosis
an menjadi 1 mg
maksimal: 8
1x1
-6-
mg/hari (Tim
Medical Mini
Notes, 2019)
2
Hypofil 500 mg 3x1 Dosis harian: 300
Sesuai
Direkomendasik
mg per hari tiap 8
an peningkatan
jam. Dosis
dosis menjadi
maksimal: 1500
600 mg dan
mg per hari (Tim
aturan pakainya
Medical Mini
2x1
Notes, 2019)
3
Fastor
20 mg 1x1 Dosis awal: 10 mg
(Atorvasta
tin)
Tidak Sesuai
Direkomendasik
sekali sehari, jika
an penurunan
perlu dapat
dosis dari 20 mg
ditingkatkan
menjadi 10 mg
dengan interval 4
1x1
minggu hingga
maksimal 80 mg
sekali sehari (Tim
Medical Mini
Notes, 2019)
4
Furosemid
1x1
Dosis lit = Dosis
Dosis tidak
awal: 40 mg pada
dicantumkan
40 mg 1x1
pagi hari,
penunjang 20-40
mg sehari,
tingkatkan sampai
80 mg sehari pada
udem yang resisten
(Tim Medical Mini
Notes, 2019)
-7-
5
Corsona 0,5 mg 2x1 Dosis harian: 0,5-
Sesuai
-
Tidak sesuai
Direkomendasik
10 mg per hari.
Dosis maksimal:
16 mg per hari
(Tim Medical Mini
Notes, 2019)
6
KSR
480 mg 1x1 1-2 tablet 2-3 kali
sehari = 600-1200
an pengambilan
mg (Tim Medical
obat dari 8
Mini Notes, 2019)
tablet menjadi
10 tablet.
5) Pertimbangan Klinis
No
1
Kriteria
Indikasi
Permasalahan
Indikasi dislepidemia
Pengatasan
Karena resiko miopati pada
diberikan dua jenis obat yaitu penggunaan Hypofil yang tinggi
golongan statin (atorvastatin) maka tidak diberikan
dan golongan fibrat (Hypofil)
2
Kontraindikasi Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan dalam resep
dalam resep pada lansia
haus digunakan dengan hati-
dapat meningkatkan efek
hati pada lansia dalam dosis
samping yang terjadi.
efektif sekecil mungkin
untuk durasi terpendek
3
Interaksi
Gemfibrozil–Atorvastatin
Pemantauan lebih sering oleh
(Major)
dokter untuk menggunakan kedua
Meningkatkan risiko efek
obat dengan aman. Disarankan
samping seperti kerusakan
untuk memberi tahu dokter segera
hati dan kondisi langka
jika muncul nyeri otot yang tidak
namun serius yang disebut
dapat dijelaskan, nyeri tekan, atau
rhabdomyolysis yang
kelemahan saat minum obat ini,
melibatkan kerusakan
terutama jika gejala ini disertai
jaringan otot rangka.
dengan demam atau urin
-8-
berwarna gelap.
Furosemid-Glimepirid
Pantau kadar gula darah pasien
Furosemid dapat
dengan cermat. Pasien mungkin
mengganggu kontrol glukosa memerlukan penyesuaian dosis
darah dan mengurangi
obat diabetes selama dan setelah
efektivitas glimepirid dan
perawatan dengan furosemid
obat diabetes lainnya
Deksametason-Glimepirid
Pantau kadar gula darah pasien
Deksametason dapat
dengan cermat. Pasien mungkin
mengganggu kontrol glukosa memerlukan penyesuaian dosis
darah dan mengurangi
obat diabetes selama dan setelah
efektivitas glimepiride dan
perawatan dengan deksametason
obat diabetes lainnya
Gemfibrozil-Glimepirid
Disarankan untuk memberi tahu
Dapat meningkatkan risiko
dokter segera jika muncul gejala
hipoglikemia, atau gula darah hipoglikemia seperti sakit kepala,
rendah
pusing, kantuk, gugup,
kebingungan, tremor, mual,
kelaparan, kelemahan, keringat,
palpitasi, dan detak jantung yang
cepat.
Dexametason-Furosemide
Dipantau apabila terjadi
Menyebabkan risiko
hipokalemia. Suplemen
hipokalemia, terutama
potassium bisa jadi dibutuhkan.
dengan aktivitas
glucocorticoid kuat
Dexametason-Atorvastatin
pemantauan yang lebih sering
Deksametason dapat
untuk menggunakan kedua obat
mengurangi kadar
dengan aman
atorvastatin dalam darah,
yang dapat membuat obat
tersebut kurang efektif untuk
-9-
pengobatan kolesterol tinggi
4
Dupikasi/
-
-
-
-
polifarmasi
5
Alergi
6
Efek samping Pada obat-obatan dalam resep Penggunaan obat harus dalam
7
Reaksi obat
efek samping akan muncul
waktu yang seminimum mungkin
pada pemakaian lama.
untuk menghindari efek samping.
-
-
yang
merugikan
(Adverse
Drug Reaction)
6) Kesimpulan
Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem)
serta Care Plan:
Berdasarkan hasil skrining resep, resep tidak lengkap. Untuk mengetahui
informasi yang tidak lengkap bisa ditanyakan ke dokter dan pasien.
Terdapat beberapa DRP terutama bagian interaksi antar obat sehingga
disarankan untuk mengkonfirmasi Kembali kepada dokter mengenai
pemberian obat tersebut. Pasien yang hanya ingin mengambil setengah
dari jumlah obat yang diresepkan dokter maka penyelesaiannya adalah
ditulis “detur…” sesuai dengan jumlah obat yang diambil pada copy resep,
sehingga pada saat penebusan obat, pasien hanya akan enerima setengah
jumlah obat seperti yang dibutuhkan.
- 10 -
2. Resep 2
a. Menggali Riwayat Pasien
No.
1.
Kriteria
Data Pasien
Keterangan
Nama: Azan
Usia: 60 Tahun
Berat Badan: 72 kg
Alamat: -
2.
Riwayat Penyakit
Maag akut
3.
Riwayat Pengobatan
-
4.
Keadaan Khusus
-
b. Skrining Administratif
NO.
PADA RESEP
URAIAN
ADA
TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1.
Nama dokter

2.
SIP dokter

- 11 -
3.
Alamat dokter

4.
Nomor telepon

5.
Tempat dan tanggal penulisan

resep
Invocatio
6.

Tanda R/ di awal penulisan
resep
Prescriptio
7.
Nama obat
8.
Kekuatan obat
9.
Jumlah obat



Signatura
10.
Nama pasien

11.
Jenis kelamin

12.
Umur pasien

13.
Berat badan

14.
Alamat pasein
15.
Aturan pakai
16.
Iter/tanda lain



Subscriptio
17.

Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap (coret yang tidak perlu)
Permasalahan Administrasi yang terdapat pada resep adalah tidak ada alamat
pasien, kekuatan obat, dan tanda tangan/paraf dokter
Cara Pengatasan Jika Resep Tidak Lengkap:
Menanyakan secara langsung kepada pasien mengenai alamat pasien dan
menanyakan langsung kepada dokter mengenai kekuatan obat dan mengenai
tanda tangan dokter.
c. Kesesuaian Farmasetis
No.
Kriteria
Permasalahan
Pengatasan
- 12 -
1.
Bentuk sediaan
Bentuk sediaan tablet
Gunakan bentuk
yang diresepkan pada
sediaan yang lebih
pasien biasanya sulit
efektif misalnya kapsul
diterima untuk pasien
yang lebih mudah
lansia (60 tahun)
ditelan dan monitoring
sehingga dapat
penggunaan obat
menurunkan kepatuhan
pasien.
pasien dalam
menggunakan obatnya.
2.
Stabilitas obat




Thobroson MD:
Harus disimpan pada
Simpan pada suhu 8-
suhu yang sesuai
27 ⁰ C.
hindari panas matathari
Dexaharsen: Simpan
langsung, lindungi dari
di bawah 25⁰ C.
kelembaban dan
Allopurinol:
edukasi pada keluarga
Disimpan pada suhu
pasien karena
15-30⁰ C.
kemungkinan pasien
Piroxicam: Simpan
tersebut sulit menerima
ditempat sejuk dan
informasi tersebut
kering, terlindung dari karena sudah cukup
cahaya matahari.

tua.
Natrium Diklofenak:
Disimpan pada suhu
20-25⁰ C.

Acran: Simpan pada
suhu dibawah 25⁰ C,
ditempat kering dan
terhindar dari cahaya.
3.
Inkompatibilitas
-
-
4.
Cara pemberian,
-
-
jumlah, dan aturan
pakai
- 13 -
d. Perhitungan Dosis

Thobroson MD
Dosis resep: 3x sehari 2 tetes
Dosis dewasa: 1-2 tetes 6x sehari (Tim Medical Mini Notes, 2019).
Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai.

Dexaharsen
Dosis resep: 0,5 mg 3x1
Dosis dewasa: 0,5-9 mg, tunggal atau dibagi dalam 2-4x pemberian (ISO,
2019).
Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai.

Allopurinol
Dosis resep: 300 mg 3x1
Dosis dewasa: Oral: Dosis awal 100 mg sebagai dosis tunggal. Naikkan
secara bertahap dalam 1-3 minggu. Dosis penunjang 200-600 mg (Tim
Medical Mini Notes, 2019).
Dosis pada resep sudah dikategorikan OD karena melebihi dosis
maksimum.

Piroxicam
Dosis resep: 20 mg 2x1
Dosis dewasa: 40 mg sehari sebagai dosis tunggal, diikuti 4-6 hari
berikutnya 40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi (Tim Medical Mini
Notes, 2019).
Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai.

Natrium Diklofenak
Dosis resep: 50 mg 2x1
Dosis dewasa: 100-150 mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis (Tim Medical
Mini Notes, 2019).
Dosis resep samaa dengan dosis literature sehingga dosisnya sesuai.

Acran
Dosis dewasa: 300 mg 1 kali sehari dikonsumsi sebelum tidur atau 150 mg
2 kali sehari, setidaknya selama 4 minggu. Dosis pemeliharaan 150 mg
sekali sehari sebelum tidur. Dosis maksimal 300 mg perhari (Tim Medical
Mini Notes, 2019).
- 14 -
e. Dosis
No.
1.
2.
Nama Obat
Dosis
Dosis
Resep
Literatur
Thobroson
3x sehari,
1-2 tetes 6x
MD
2 tetes
sehari
Dexaharsen
0,5 mg
0,5-9 mg,
3x1 sehari
tunggal atau
Kesimpulan
Rekomendasi
Sesuai
-
Sesuai
-
dibagi dalam
2-4x
pemberian.
3.
Allopurinol
300 mg
Oral: Dosis
Tidak
Direkomendasi
3x1 sehari
awal 100 mg
sesuai
kan agar dosis
sebagai dosis
pada resep
tunggal.
diturunkan.
Naikkan
secara
bertahap
dalam 1-3
minggu.
Dosis
penunjang
200-600 mg.
4.
Piroxicam
20 mg 2x1
40 mg sehari
sehari
sebagai dosis
Sesuai
tunggal,
diikuti 4-6
hari
berikutnya 40
mg sehari
dosis tunggal
atau terbagi
5.
Natrium
50 mg 2x1
100-150
Sesuai
-
- 15 -
diclofenak
sehari
mg/hari
terbagi dalam
2-3 dosis.
6.
Acran
2x1 sehari
300 mg 1 kali
Sesuai
-
sehari
dikonsumsi
sebelum tidur
atau 150 mg
2 kali sehari,
setidaknya
selama 4
minggu
f. Pertimbangan Klinis
No.
1.
Kriteria
Indikasi
Permasalahan

Indikasi Dexaharsen
Pengatasan

Dexaharsen tidak
pada nyeri pasien yang
digunakan pada
kontraindikasi dengan
pasien.
hipertensi dan maag
(Tim Medical Mini
Notes, 2019).
2.
Kontraindikasi


Penggunaan obat-
Obat-obatan dalam
obatan dalam resep
resep harus
pada lansia dapat
digunakan dengan
meningkatkan efek
hati-hati pada lansia
samping yang terjadi.
dalam dosis efektif
Pemakaian dexaharsen
sekecil mungkin
pada pasien hipertensi
untuk durasi
dapat meningkatkan
terpendek.
derajat keparahan dari



Perlu adanya
hipertensi.
penggunaan
Penggunaan OAINS
natrium diklofenak
pada lansia berisiko
dengan dosis efektif
- 16 -
tinggi mengalami efek
terendah untuk
samping (terutama
periode sesingkat
ulkus peptikum, efek
mungkin.
SSP, toksisitas ginjal)

Perlu adanya
dari OAINS bahkan
pemantauan
pada dosis rendah.
tekanan darah
setelah
mengonsumsi
dexaharsen.
3.
Interaksi


Piroxicam – Na

Disarankan untuk
Diklofenak (major):
meminumnya
keduanya dapat
dengan makanan
meningkatkan efek
dan segera
antikoagulan.
melaporkan tanda
Penggunaan
dan gejala ulserasi
bersamaan dapat
GI dan perdarahan
meningkatkan potensi
seperti sakit perut
toksisitas saluran
yang parah, pusing,
pencernaan seperti
kepala terasa
peradangan,
ringan, dan
perdarahan, ulserasi,
munculnya tinja
dan jarang, perforasi
berwarna hitam dan
Tobramycin –
lengket.
piroxicam (moderate):

Status hidrasi serta
Tobramycin kadang-
fungsi ginjal dan
kadang dapat
vestibular harus
menyebabkan
dipantau secara
kerusakan ginjal, dan
ketat.
menggunakannya

Disarankan minum
dengan piroxicam
obat ini dengan
dapat meningkatkan
makanan untuk
risiko itu, terutama jika
mengurangi risiko.
digunakan secara
Perhatian
- 17 -

kronis untuk waktu
disarankan jika
yang lama.
kortikosteroid
Dexahersen dan
(dexahersen) dan
piroxicam (moderate):
NSAID (piroxicam)
dapat meningkatkan
digunakan
risiko efek samping
bersama-sama.
pada saluran


Status hidrasi serta
pencernaan seperti
fungsi ginjal dan
peradangan,
vestibular harus
perdarahan, ulserasi,
dipantau secara
dan jarang, perforasi.
ketat.
Tobramycin dan na

Disarankan minum
diclofenac (moderate):
obat ini dengan
Tobramycin kadang-
makanan untuk
kadang dapat
mengurangi risiko.
menyebabkan

kerusakan ginjal, dan
menggunakannya
dengan diklofenak
dapat meningkatkan
risiko itu, terutama jika
digunakan secara
kronis untuk waktu
yang lama.

Dexahersen dan na
diklofenak (moderate):
dapat meningkatkan
risiko efek samping
pada saluran
pencernaan seperti
peradangan,
perdarahan, ulserasi,
dan jarang, perforasi.
- 18 -
4.
Duplikasi/
1. Jumlah maksimum
polifarmasi
Manfaat
obat yang
mengonsumsi
direkomendasikan
kombinasi obat ini
dalam kategori
mungkin lebih besar
'analgesik non-
daripada risiko yang
narkotika' untuk
terkait dengan
diminum secara
duplikasi terapeutik.
bersamaan biasanya
Selalu periksa dengan
dua. Dalam resep
penyedia layanan
terdapat 3 obat yaitu
kesehatan Anda
allopurinol, piroxicam,
untuk menentukan
dan na diklofenak.
apakah ada
2. Jumlah maksimum
penyesuaian terhadap
obat yang
obat Anda yang
direkomendasikan
diperlukan.
dalam kategori
'antiinflamasi
nonsteroid' untuk
dikonsumsi secara
bersamaan biasanya
satu. Dalam resep
terdapat 2 obat yaitu
piroxicam dan na
diklofenak.
5.
Alergi
6.
Efek Samping

-
Thobroson MD:
Bila terjadi
Tobramycin dapat
peningkatan efek
merusak saraf dan
samping segera
dapat menyebabkan
hubungi dokter.
gangguan pendengaran
yang mungkin
permanen. Efek lainnya
yaitu mati rasa,
- 19 -
kesemutan, kekakuan
otot atau berkedut yang
tak terkendali (MIMS,
2016).

Dexahersan:
Dexahersan dapat
menyebabkan
hiperkortitisme atau
penekanan aksis
hipotalamus-hipofisisadenal (HPA)

Allopurinol:
Nyeri sendi pada
pergelangan kaki, lutut,
atau jempol kaki;
pembengkakan pada
sendi; ruam pada lesi
datar atau lesi kecil
pada kulit.

Piroxicam:
Kembung, tinja
berdarah atau berwarna
hitam, urin keruh,
konstipasi, serta
penurunan
kemamppuan
konsentrasi urin.

Natrium diklofenak:
Diklofenak pada pasien
dapat meningkatkan
risiko iritasi
gastrointestinal,
peradangan, ulserasi,
- 20 -
pendarahan, dan
perforasi

Acran:
Tanda-tanda reaksi
alergi seperti ruam;
gatal-gatal; kulit merah,
bengkak, melepuh, atau
pengelupas; sesak di
dada; kesulitan
bernapas, menelan,
atau berbicara.
7.
Reaksi Obat yang
-
-
Merugikan
(Adverse Drug
Reaction)
g. Kesimpulan
Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem)
serta Care Plan:
Berdasarkan hasil skrining resep, resep tidak lengkap. Untuk mengetahui
informasi yang tidak lengkap bisa ditanyakan ke dokter dan pasien. Terdapat
beberapa DRP terutama bagian interaksi antar obat sehingga disarankan untuk
mengkonfirmasi Kembali kepada dokter mengenai pemberian obat tersebut,
selain itu terdapat duplikasi terapi sehingga disarankan untuk menghubungi
dokter lebih lanjut.
B. Patofisiologi Penyakit pada Resep
1. Patofisiologi Penyakit Diabetes Melitus
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh sel sel sasaran insulin gagal atau tidak
mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
“resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan
kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2
dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi
pengrusakan sel-sel Beta langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe
- 21 -
2. Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel Beta menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel Beta pankreas.
Kerusakan sel-sel Beta pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin
eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan
kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (Fatimah,
2015).
2. Patofisiologi Penyakit Gout
Gout disebabkan oleh kelainan metabolisme asam urat. Asam urat adalah produk
limbah dari pemecahan purin yang terkandung dalam DNA sel-sel tubuh yang
terdegradasi dan protein makanan. Asam urat larut dalam air dan diekskresikan
terutama oleh ginjal, namun beberapa dipecah oleh bakteri kolon dan
diekskresikan melalui saluran gastrointestinal (GI). Kelarutan asam urat
tergantung pada konsentrasi dan suhu. Pada konsentrasi serum yang tinggi, suhu
tubuh yang lebih rendah menyebabkan pengendapan kristal monosodium urat
(MSU). Kristal urat bebas dapat mengaktifkan beberapa mediator proinflamasi
(TNF-α, IL-1, dan IL-8). Aktivasi mediator ini menandakan gerakan kemotaktik
neutrofil ke dalam ruang sendi yang menyebabkan fagositosis kristal MSU.
Neutrofil ini kemudian dilisiskan dan melepaskan enzim proteolitik yang memicu
manifestasi klinis serangan gout akut seperti nyeri dan pembengkakan.
Mekanisme inflamasi pada gout, terutama pada penyakit yang tidak diobati, dapat
menyebabkan kerusakan tulang rawan dan sendi. Faktor risiko diet melibatkan
konsumsi purin hewan, fruktosa, dan alkohol (terutama bir). Pasien yang sering
mengalami serangan dan mereka dengan penyakit (usia) lanjut yang tidak
terkontrol harus menghindari roti manis, hati, dan daging ginjal; sirup jagung
fruktosa tinggi; dan penggunaan alkohol. Faktor risiko lain untuk asam urat
termasuk jenis kelamin laki-laki, obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan sindrom
metabolik. Asam urat juga sering terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe
2, penyakit ginjal kronis (CKD), dan penyakit arteri koroner; Namun, hubungan
kausal belum ditetapkan (Chisholm-Burns dkk., 2016).
- 22 -
C. Mekanisme Obat pada Resep
1. Mekanisme obat pada resep 1
a) Glimepiride
Memiliki kemampuan memperbaiki sekresi dan aksi insulin merupakan
sulfonilurea generasi ketiga. Pada tingkat sentral glimepiride menstimulasi
sekresi insulin oleh sel beta, sedangkan diperifer meningkatkan GLUT 4
sehingga
memperbaiki
utilisasi
glukosa
dalam
darah.
Glimepiride meningkatkan kadar adiponektin serum serta menurunkan TNF α,
dua hal yang berkhasiat insulin sensitizer (Manaf, A., 2009).
b) Hypofil
Mengandung Gemfibrozil. Gemfibrozil mengaktifkan peroksisom proliferatoractivated receptor-α (PPARα), yang mengubah metabolisme lipid. Aktivasi ini
menyebabkan peningkatan HDL, apo AI, apo AII, lipoprotein lipase (LPL),
penghambatan sintesis apo B, lipolisis perifer, penurunan pembuangan asam
lemak bebas oleh hati, dan peningkatan pembersihan apoB. LPL yang
diregulasi menurunkan kadar trigliserida plasma. Penurunan pembuangan
asam lemak oleh hati menurunkan produksi trigliserida. Efek pada sintesis dan
pembersihan apoB menurunkan produksi VLDL yang juga menurunkan kadar
trigliserida plasma. Metabolit glukuronida Gemfibrozil juga merupakan
penghambat CYP2C8.
c) Fastor
Mengandung atorvastatin. Bekerja menghambat kompetitif enzim HMG-CoA
(3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A) reduktase, yang mengkatalisis konversi
HMG-CoA menjadi mevalonat, langkah awal yang membatasi laju dalam
biosintesis kolesterol. Atorvastatin bekerja terutama di hati, di mana
penurunan konsentrasi kolesterol hati merangsang peningkatan regulasi
reseptor lipoprotein densitas rendah (LDL) hati, yang meningkatkan
penyerapan LDL oleh hati.
d) Furosemide
Furosemid meningkatkan diuresis dengan menghalangi reabsorpsi tubulus
natrium dan klorida di tubulus proksimal dan distal, serta di lengkung Henle
asendens yang tebal. Efek diuretik ini dicapai melalui penghambatan
- 23 -
kompetitif cotransporter natrium-kalium-klorida (NKCC2) yang diekspresikan
di sepanjang tubulus ini di nefron, mencegah pengangkutan ion natrium dari
sisi lumen ke sisi basolateral untuk reabsorpsi. Penghambatan ini
menghasilkan peningkatan ekskresi air bersama dengan ion natrium, klorida,
magnesium, kalsium, hidrogen, dan kalium. Seperti diuretik loop lainnya,
furosemide menurunkan ekskresi asam urat.
e) Corsona
Mengandung dexamethasone yang merupakan obat olongan kortikosteroid.
Kortikosteroid yang mengikat reseptor glukokortikoid memediasi perubahan
ekspresi gen yang menyebabkan beberapa efek hilir selama berjam-jam hingga
berhari-hari.
neutrofil;
Glukokortikoid
mereka
menghambat
menghambat
apoptosis
fosfolipase
A2,
dan
demarginasi
yang
menurunkan
pembentukan turunan asam arakidonat; mereka menghambat NF-Kappa B dan
faktor transkripsi inflamasi lainnya; mereka mempromosikan gen antiinflamasi seperti interleukin-10. Kortikosteroid dosis rendah memberikan efek
antiinflamasi, sedangkan dosis yang lebih tinggi bersifat imunosupresif.
Glukokortikoid dosis tinggi untuk waktu yang lama mengikat reseptor
mineralokortikoid, meningkatkan kadar natrium dan menurunkan kadar
kalium.
f) KSR
Potassium klorida bekerja dengan membantu mengobati dan mencegah
hipokalemia bertindak sebagai pengganti ion-ion Kalium elektrolit, selain itu
juga dapat digunakan sebagai sumber Kation. Kation utama dari cairan
intraseluler penting untuk pemeliharaan asam-basa dan keseimbangan cairan
dan elektrolit sel.
2. Mekanisme obat pada resep 2
a) Thobroson MD
Tobramycin adalah antibiotik aminoglikosida yang mengandung cincin 2deoxystreptamine (DOS) 4,6-disubstitusi dengan aktivitas melawan berbagai
bakteri Gram-negatif dan beberapa Gram-positif. Mekanisme aksi tobramycin
belum jelas dijelaskan, dan beberapa wawasan mekanisme bergantung pada
hasil
menggunakan
aminoglikosida
serupa.
Secara
umum,
seperti
aminoglikosida lainnya, tobramycin adalah bakterisida dan menunjukkan
- 24 -
pembunuhan langsung dan tertunda, yang dikaitkan dengan mekanisme yang
berbeda.
b) Dexahersen
Efek jangka pendek kortikosteroid adalah penurunan vasodilatasi dan
permeabilitas kapiler, serta penurunan migrasi leukosit ke tempat inflamasi.
Kortikosteroid yang mengikat reseptor glukokortikoid memediasi perubahan
ekspresi gen yang menyebabkan beberapa efek hilir selama berjam-jam hingga
berhari-hari.
neutrofil;
Glukokortikoid
mereka
menghambat
menghambat
apoptosis
fosfolipase
A2,
dan
demarginasi
yang
menurunkan
pembentukan turunan asam arakidonat; mereka menghambat NF-Kappa B dan
faktor transkripsi inflamasi lainnya; mereka mempromosikan gen antiinflamasi seperti interleukin-10. Kortikosteroid dosis rendah memberikan efek
antiinflamasi, sedangkan dosis yang lebih tinggi bersifat imunosupresif.
Glukokortikoid dosis tinggi untuk waktu yang lama mengikat reseptor
mineralokortikoid, meningkatkan kadar natrium dan menurunkan kadar
kalium.
c) Allopurinol
Allopurinol dan metabolit aktifnya menghambat xantin oksidase, enzim yang
mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat.
Penghambatan enzim ini bertanggung jawab atas efek allopurinol. Obat ini
meningkatkan pemanfaatan kembali hipoksantin dan xantin untuk sintesis
nukleotida dan asam nukleat melalui proses yang melibatkan enzim
hipoksantin-guanin
fosforibosiltransferase
(HGPRTase).
Proses
ini
menghasilkan peningkatan konsentrasi nukleotida, yang menyebabkan
penghambatan umpan balik sintesis purin de novo. Hasil akhirnya adalah
penurunan konsentrasi asam urat urin dan serum, yang menurunkan timbulnya
gejala asam urat.
d) Piroxicam
Piroxicam bekerja melalui penghambatan siklooksigenase yang reversibel,
menyebabkan penghambatan perifer sintesis prostaglandin. Prostaglandin
diproduksi oleh enzim yang disebut Cox-1. Piroksikam memblokir enzim
Cox-1, yang mengakibatkan gangguan produksi prostaglandin. Piroksikam
juga menghambat migrasi leukosit ke tempat peradangan dan mencegah
pembentukan tromboksan A2, agen agregasi, oleh trombosit.
- 25 -
e) Natrium diklofenak
Diklofenak menghambat siklooksigenase-1 dan -2, enzim yang bertanggung
jawab untuk produksi prostaglandin (PG) G2 yang merupakan prekursor PG
lain. Molekul-molekul ini memiliki aktivitas luas dalam nyeri dan peradangan
dan penghambatan produksinya adalah mekanisme umum yang
menghubungkan setiap efek diklofenak.
f) Arcan
Ranitidin mengurangi sekresi asam lambung dengan mengikat reseptor
histamin (H2) secara reversibel, yang ditemukan pada sel parietal lambung,
menyebabkan pengurangan sekresi asam lambung. Peredaan gejala terkait
asam lambung dapat terjadi segera setelah 60 menit setelah pemberian dosis
tunggal, dan efeknya dapat berlangsung dari 4-10 jam, memberikan bantuan
gejala yang cepat dan efektif.
- 26 -
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil skrining resep 1 dan resep 2, disimpulkan bahwa resep tidak
lengkap. Untuk mengetahui informasi yang tidak lengkap dalam resep bisa
dikonfirmasikan kepada dokter yang bersangkutan atau ditanyakan kepada pasien
saaat penebusan obat. Penebusan obat dengan jumlah setengah dari jumlah obat dalam
resep tersebut dapat dilakukan dengan pemberian tanda detur dan angka sejumlah
obat yang akan diteburs.
- 27 -
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy C.F., Amstrong L.L., Goldman M.P dan Lance L.L., 2009, Drug
Information Handbook 17th Edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association.
Drugs.com,
2022,
Drug
Interaction
Checker,
Drugs.com
(Online),
https://www.drugs.com/drug_interactions.html, Diakses 15 April 2022.
Fatimah, R.N., 2015, Diabetes Melitus Tipe 2, J. Majority, Vol. 4 (5).
Ikatan Apoteker Indonesia, 2019, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 52,
Jakarta: ISFI Penerbitan
Miladiyag, Isnatin, 2010, Toksidinamik Antibiotika Golongan Aminoglikosida, JKKI, Vol.
2(5).
Tim Medical Mini Notes, 2019, Basic Pharmacology and Drug Notes, Makassar: MMN
Publishing.
- 28 -
Download