MAKALAH FARMASETIKA TERAPAN SKRINING RESEP OLEH: NAMA : AFIFATUN NAFIAH NIM : O1A119060 KELAS :B DOSEN : apt. NURRAMADHANI A. SIDA, S.Farm., M.Pharm.Sc. PROGRAM S1 FARMASI JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2022 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Farmasetika Terapan yang disajikan dalam bentuk makalah ini yang membahas tentang Skrining Resep. Shalawat serta salam tak lupa disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya serta para sahabatnya. Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu apt. Nurramadhani A. Sida, S.Farm., M.Pharm.Sc. selaku dosen mata kuliah Farmasetika Terapan di Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang contoh Skrining Resep bagi para pembaca maupun bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga kami khususnya dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang tentunya sangat bermanfaat bagi kami dalam menempuh pendidikan di jurusan Farmasi. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Kendari, 17 April 2022 Penulis ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………i KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1 A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..1 C. Tujuan…………………………………………………………………………………….1 D. Manfaat………………………………………………………………………………...…1 BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..3 A. Skrining Resep……………………………………………………………………………3 B. Patofisiologi Penyakit pada Resep……………………………………………………..21 C. Mekanisme Obat pada Resep…………………………………………………………..24 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………………………...……27 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….28 iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada pasien. Resep yang baik harus memuat cukup informasi yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien. Namun pada kenyataannya, masih banyak permasalahan yang ditemui dalam peresepan. Aspek admnistratif resep merupakan skrining awal pada saat resep dilayani di apotek, skrining administratif perlu dilakukan karena mencakup seluruh informasi di dalam resep yang berkaitan dengan kejelasaan tulisan obat, keabsahan resep, dan kejelasan informasi di dalam resep. Dalam penulisan resep kelengkapan administratif sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Akibat ketidaklengkapan administratif resep bisa berdampak buruk bagi pasien, yang merupakan tahap skrining awal guna mencegah adanya medication error. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Pada makalah ini akan membahas skrining contoh 2 resep dengan keadaan kasus yang berbeda. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara melakukan skrining resep? 2. Bagaimana patofisiologi penyakit pada resep? 3. Bagaimana mekanisme kerja obat pada resep? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui cara melakukan skrining resep 2. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit pada resep 3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat pada resep -1- D. Manfaat 1. Dapat mengetahui cara melakukan skrining resep 2. Dapat mengetahui patofisiologi penyakit pada resep 3. Dapat mengetahui mekanisme kerja obat pada resep -2- BAB II PEMBAHASAN A. Skrining Resep 1. Resep 1 a. Menggali Riwayat Pasien No. 1 Kriteria Keterangan Data Pasien Nama: Indra Usia: 70 tahun Berat badan: 62 kg Alamat: - 2 Riwayat Penyakit - 3 Riwayat Pengobatan - 4 Keadaan Khusus - -3- b. Skrining Resep 1) Administratif (Kelengkapan Resep) NO URAIAN PADA RESEP ADA TIDAK Inscription Identitas dokter: 1 Nama dokter 2 SIP dokter 3 Alamat dokter 4 Nomor telepon 5 Tempat dan tanggal penulisan resep Invocatio 6 Tanda R/ di awal penulisan resep Prescriptio 7 Nama Obat 8 Kekuatan obat 9 Jumlah obat Signatura 10 Nama pasien 11 Jenis kelamin 12 Umur pasien 13 Barat badan 14 Alamat pasien 15 Aturan pakai obat 16 Iter/tanda lain Subscriptio 17 Tanda tangan/paraf dokter Kesimpulan: Resep tersebut lengkap / tidak lengkap (coret yang tidak perlu) -4- Cara Pengatasan Jika Resep Tidak Lengkap Pengatasan jika resep tidak lengkap yaitu untuk infromasi pasien yang kurang lengkap dapat ditanyakan pada pasien, dan ketika penerimaan resep bisa dikonfirmasi kepada dokternya mengenai paraf/tanda dokter. 2) Kesesuaian Farmasetis No 1 Kriteria Bentuk sediaan Permasalahan Kadar HBA1C pasien = Pengatasan Tidak diberikan insulin 8mmol/L, tidak memerlukan insulin Sediaan beredar Hypofil Bentuk sediaan diubah berbentuk kapsulm bukan kapsul tablet 2 Stabilitas obat Suhu penyimpanan obat Mengedukasi pasien Glimepirid, Hypofil, mengenai penyimpanan Fastor, Corsona, KSR bahwa obat disimpan adalah 20-25°C. pada suhu yang sesuai, hindari terpapar matahari langsung. 3 Inkompatibilitas - - 4 Cara pemberian - - 5 Jumlah dan aturan - - pakai 3) Perhitungan Dosis a) R/ Glimepirid Dosis literatur = Dosis awal: 1-2 mg/hari. Dosis maksimal: 8 mg/hari (Tim Medical Mini Notes, 2019). Dosis resep = 1 mg 2x1 Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai. -5- b) R/ Hypofil Dosis literatur = Dosis harian: 300 mg per hari tiap 8 jam. Dosis maksimal: 1500 mg per hari (Tim Medical Mini Notes, 2019). Dosis resep = 500 mg 3x1 Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai. c) R/ Fastor (Atorvastatin) Dosis literatur = Dosis awal: 10 mg sekali sehari, jika perlu dapat ditingkatkan dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80 mg satu kali sehari (Tim Medical Mini Notes, 2019). Dosis resep = 20 mg 1x1 Dosis resep lebih tinggi dari dosis literatur d) R/ Furosemid Dosis literatur = Dosis awal: 40 mg pada pagi hari, penunjang 20-40 mg sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem yang resisten (Tim Medical Mini Notes, 2019). Dosis resep = 1x1 Dosis tidak dicantumkan dalam resep e) R/ Corsona (KCl) Dosis lit eratur = Dosis harian: 0,5-10 mg per hari. Dosis maksimal: 16 mg per hari (Tim Medical Mini Notes, 2019). Dosis resep = 0,5 mg 2x1 Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai. f) R/ KSR Dosis literatur = 1-2 tablet 2-3 kali sehari = 600-1200 mg Dosis resep = 600 mg 1x1, 600 mg no.8 (4800 mg) Dosis resep dan Dosis Literatur tidak sesuai 4) Dosis No 1 Nama Dosis Obat Resep Dosis Literatur Glimepirid 1 mg 2x1 Dosis awal: 1-2 Kesimpulan Rekomendasi Sesuai Direkomendasik mg/hari. Dosis an menjadi 1 mg maksimal: 8 1x1 -6- mg/hari (Tim Medical Mini Notes, 2019) 2 Hypofil 500 mg 3x1 Dosis harian: 300 Sesuai Direkomendasik mg per hari tiap 8 an peningkatan jam. Dosis dosis menjadi maksimal: 1500 600 mg dan mg per hari (Tim aturan pakainya Medical Mini 2x1 Notes, 2019) 3 Fastor 20 mg 1x1 Dosis awal: 10 mg (Atorvasta tin) Tidak Sesuai Direkomendasik sekali sehari, jika an penurunan perlu dapat dosis dari 20 mg ditingkatkan menjadi 10 mg dengan interval 4 1x1 minggu hingga maksimal 80 mg sekali sehari (Tim Medical Mini Notes, 2019) 4 Furosemid 1x1 Dosis lit = Dosis Dosis tidak awal: 40 mg pada dicantumkan 40 mg 1x1 pagi hari, penunjang 20-40 mg sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem yang resisten (Tim Medical Mini Notes, 2019) -7- 5 Corsona 0,5 mg 2x1 Dosis harian: 0,5- Sesuai - Tidak sesuai Direkomendasik 10 mg per hari. Dosis maksimal: 16 mg per hari (Tim Medical Mini Notes, 2019) 6 KSR 480 mg 1x1 1-2 tablet 2-3 kali sehari = 600-1200 an pengambilan mg (Tim Medical obat dari 8 Mini Notes, 2019) tablet menjadi 10 tablet. 5) Pertimbangan Klinis No 1 Kriteria Indikasi Permasalahan Indikasi dislepidemia Pengatasan Karena resiko miopati pada diberikan dua jenis obat yaitu penggunaan Hypofil yang tinggi golongan statin (atorvastatin) maka tidak diberikan dan golongan fibrat (Hypofil) 2 Kontraindikasi Penggunaan obat-obatan Obat-obatan dalam resep dalam resep pada lansia haus digunakan dengan hati- dapat meningkatkan efek hati pada lansia dalam dosis samping yang terjadi. efektif sekecil mungkin untuk durasi terpendek 3 Interaksi Gemfibrozil–Atorvastatin Pemantauan lebih sering oleh (Major) dokter untuk menggunakan kedua Meningkatkan risiko efek obat dengan aman. Disarankan samping seperti kerusakan untuk memberi tahu dokter segera hati dan kondisi langka jika muncul nyeri otot yang tidak namun serius yang disebut dapat dijelaskan, nyeri tekan, atau rhabdomyolysis yang kelemahan saat minum obat ini, melibatkan kerusakan terutama jika gejala ini disertai jaringan otot rangka. dengan demam atau urin -8- berwarna gelap. Furosemid-Glimepirid Pantau kadar gula darah pasien Furosemid dapat dengan cermat. Pasien mungkin mengganggu kontrol glukosa memerlukan penyesuaian dosis darah dan mengurangi obat diabetes selama dan setelah efektivitas glimepirid dan perawatan dengan furosemid obat diabetes lainnya Deksametason-Glimepirid Pantau kadar gula darah pasien Deksametason dapat dengan cermat. Pasien mungkin mengganggu kontrol glukosa memerlukan penyesuaian dosis darah dan mengurangi obat diabetes selama dan setelah efektivitas glimepiride dan perawatan dengan deksametason obat diabetes lainnya Gemfibrozil-Glimepirid Disarankan untuk memberi tahu Dapat meningkatkan risiko dokter segera jika muncul gejala hipoglikemia, atau gula darah hipoglikemia seperti sakit kepala, rendah pusing, kantuk, gugup, kebingungan, tremor, mual, kelaparan, kelemahan, keringat, palpitasi, dan detak jantung yang cepat. Dexametason-Furosemide Dipantau apabila terjadi Menyebabkan risiko hipokalemia. Suplemen hipokalemia, terutama potassium bisa jadi dibutuhkan. dengan aktivitas glucocorticoid kuat Dexametason-Atorvastatin pemantauan yang lebih sering Deksametason dapat untuk menggunakan kedua obat mengurangi kadar dengan aman atorvastatin dalam darah, yang dapat membuat obat tersebut kurang efektif untuk -9- pengobatan kolesterol tinggi 4 Dupikasi/ - - - - polifarmasi 5 Alergi 6 Efek samping Pada obat-obatan dalam resep Penggunaan obat harus dalam 7 Reaksi obat efek samping akan muncul waktu yang seminimum mungkin pada pemakaian lama. untuk menghindari efek samping. - - yang merugikan (Adverse Drug Reaction) 6) Kesimpulan Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem) serta Care Plan: Berdasarkan hasil skrining resep, resep tidak lengkap. Untuk mengetahui informasi yang tidak lengkap bisa ditanyakan ke dokter dan pasien. Terdapat beberapa DRP terutama bagian interaksi antar obat sehingga disarankan untuk mengkonfirmasi Kembali kepada dokter mengenai pemberian obat tersebut. Pasien yang hanya ingin mengambil setengah dari jumlah obat yang diresepkan dokter maka penyelesaiannya adalah ditulis “detur…” sesuai dengan jumlah obat yang diambil pada copy resep, sehingga pada saat penebusan obat, pasien hanya akan enerima setengah jumlah obat seperti yang dibutuhkan. - 10 - 2. Resep 2 a. Menggali Riwayat Pasien No. 1. Kriteria Data Pasien Keterangan Nama: Azan Usia: 60 Tahun Berat Badan: 72 kg Alamat: - 2. Riwayat Penyakit Maag akut 3. Riwayat Pengobatan - 4. Keadaan Khusus - b. Skrining Administratif NO. PADA RESEP URAIAN ADA TIDAK Inscription Identitas dokter: 1. Nama dokter 2. SIP dokter - 11 - 3. Alamat dokter 4. Nomor telepon 5. Tempat dan tanggal penulisan resep Invocatio 6. Tanda R/ di awal penulisan resep Prescriptio 7. Nama obat 8. Kekuatan obat 9. Jumlah obat Signatura 10. Nama pasien 11. Jenis kelamin 12. Umur pasien 13. Berat badan 14. Alamat pasein 15. Aturan pakai 16. Iter/tanda lain Subscriptio 17. Tanda tangan/paraf dokter Kesimpulan: Resep tersebut lengkap / tidak lengkap (coret yang tidak perlu) Permasalahan Administrasi yang terdapat pada resep adalah tidak ada alamat pasien, kekuatan obat, dan tanda tangan/paraf dokter Cara Pengatasan Jika Resep Tidak Lengkap: Menanyakan secara langsung kepada pasien mengenai alamat pasien dan menanyakan langsung kepada dokter mengenai kekuatan obat dan mengenai tanda tangan dokter. c. Kesesuaian Farmasetis No. Kriteria Permasalahan Pengatasan - 12 - 1. Bentuk sediaan Bentuk sediaan tablet Gunakan bentuk yang diresepkan pada sediaan yang lebih pasien biasanya sulit efektif misalnya kapsul diterima untuk pasien yang lebih mudah lansia (60 tahun) ditelan dan monitoring sehingga dapat penggunaan obat menurunkan kepatuhan pasien. pasien dalam menggunakan obatnya. 2. Stabilitas obat Thobroson MD: Harus disimpan pada Simpan pada suhu 8- suhu yang sesuai 27 ⁰ C. hindari panas matathari Dexaharsen: Simpan langsung, lindungi dari di bawah 25⁰ C. kelembaban dan Allopurinol: edukasi pada keluarga Disimpan pada suhu pasien karena 15-30⁰ C. kemungkinan pasien Piroxicam: Simpan tersebut sulit menerima ditempat sejuk dan informasi tersebut kering, terlindung dari karena sudah cukup cahaya matahari. tua. Natrium Diklofenak: Disimpan pada suhu 20-25⁰ C. Acran: Simpan pada suhu dibawah 25⁰ C, ditempat kering dan terhindar dari cahaya. 3. Inkompatibilitas - - 4. Cara pemberian, - - jumlah, dan aturan pakai - 13 - d. Perhitungan Dosis Thobroson MD Dosis resep: 3x sehari 2 tetes Dosis dewasa: 1-2 tetes 6x sehari (Tim Medical Mini Notes, 2019). Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai. Dexaharsen Dosis resep: 0,5 mg 3x1 Dosis dewasa: 0,5-9 mg, tunggal atau dibagi dalam 2-4x pemberian (ISO, 2019). Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai. Allopurinol Dosis resep: 300 mg 3x1 Dosis dewasa: Oral: Dosis awal 100 mg sebagai dosis tunggal. Naikkan secara bertahap dalam 1-3 minggu. Dosis penunjang 200-600 mg (Tim Medical Mini Notes, 2019). Dosis pada resep sudah dikategorikan OD karena melebihi dosis maksimum. Piroxicam Dosis resep: 20 mg 2x1 Dosis dewasa: 40 mg sehari sebagai dosis tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya 40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi (Tim Medical Mini Notes, 2019). Dosis resep sama dengan dosis literatur sehingga dosisnya sesuai. Natrium Diklofenak Dosis resep: 50 mg 2x1 Dosis dewasa: 100-150 mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis (Tim Medical Mini Notes, 2019). Dosis resep samaa dengan dosis literature sehingga dosisnya sesuai. Acran Dosis dewasa: 300 mg 1 kali sehari dikonsumsi sebelum tidur atau 150 mg 2 kali sehari, setidaknya selama 4 minggu. Dosis pemeliharaan 150 mg sekali sehari sebelum tidur. Dosis maksimal 300 mg perhari (Tim Medical Mini Notes, 2019). - 14 - e. Dosis No. 1. 2. Nama Obat Dosis Dosis Resep Literatur Thobroson 3x sehari, 1-2 tetes 6x MD 2 tetes sehari Dexaharsen 0,5 mg 0,5-9 mg, 3x1 sehari tunggal atau Kesimpulan Rekomendasi Sesuai - Sesuai - dibagi dalam 2-4x pemberian. 3. Allopurinol 300 mg Oral: Dosis Tidak Direkomendasi 3x1 sehari awal 100 mg sesuai kan agar dosis sebagai dosis pada resep tunggal. diturunkan. Naikkan secara bertahap dalam 1-3 minggu. Dosis penunjang 200-600 mg. 4. Piroxicam 20 mg 2x1 40 mg sehari sehari sebagai dosis Sesuai tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya 40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi 5. Natrium 50 mg 2x1 100-150 Sesuai - - 15 - diclofenak sehari mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis. 6. Acran 2x1 sehari 300 mg 1 kali Sesuai - sehari dikonsumsi sebelum tidur atau 150 mg 2 kali sehari, setidaknya selama 4 minggu f. Pertimbangan Klinis No. 1. Kriteria Indikasi Permasalahan Indikasi Dexaharsen Pengatasan Dexaharsen tidak pada nyeri pasien yang digunakan pada kontraindikasi dengan pasien. hipertensi dan maag (Tim Medical Mini Notes, 2019). 2. Kontraindikasi Penggunaan obat- Obat-obatan dalam obatan dalam resep resep harus pada lansia dapat digunakan dengan meningkatkan efek hati-hati pada lansia samping yang terjadi. dalam dosis efektif Pemakaian dexaharsen sekecil mungkin pada pasien hipertensi untuk durasi dapat meningkatkan terpendek. derajat keparahan dari Perlu adanya hipertensi. penggunaan Penggunaan OAINS natrium diklofenak pada lansia berisiko dengan dosis efektif - 16 - tinggi mengalami efek terendah untuk samping (terutama periode sesingkat ulkus peptikum, efek mungkin. SSP, toksisitas ginjal) Perlu adanya dari OAINS bahkan pemantauan pada dosis rendah. tekanan darah setelah mengonsumsi dexaharsen. 3. Interaksi Piroxicam – Na Disarankan untuk Diklofenak (major): meminumnya keduanya dapat dengan makanan meningkatkan efek dan segera antikoagulan. melaporkan tanda Penggunaan dan gejala ulserasi bersamaan dapat GI dan perdarahan meningkatkan potensi seperti sakit perut toksisitas saluran yang parah, pusing, pencernaan seperti kepala terasa peradangan, ringan, dan perdarahan, ulserasi, munculnya tinja dan jarang, perforasi berwarna hitam dan Tobramycin – lengket. piroxicam (moderate): Status hidrasi serta Tobramycin kadang- fungsi ginjal dan kadang dapat vestibular harus menyebabkan dipantau secara kerusakan ginjal, dan ketat. menggunakannya Disarankan minum dengan piroxicam obat ini dengan dapat meningkatkan makanan untuk risiko itu, terutama jika mengurangi risiko. digunakan secara Perhatian - 17 - kronis untuk waktu disarankan jika yang lama. kortikosteroid Dexahersen dan (dexahersen) dan piroxicam (moderate): NSAID (piroxicam) dapat meningkatkan digunakan risiko efek samping bersama-sama. pada saluran Status hidrasi serta pencernaan seperti fungsi ginjal dan peradangan, vestibular harus perdarahan, ulserasi, dipantau secara dan jarang, perforasi. ketat. Tobramycin dan na Disarankan minum diclofenac (moderate): obat ini dengan Tobramycin kadang- makanan untuk kadang dapat mengurangi risiko. menyebabkan kerusakan ginjal, dan menggunakannya dengan diklofenak dapat meningkatkan risiko itu, terutama jika digunakan secara kronis untuk waktu yang lama. Dexahersen dan na diklofenak (moderate): dapat meningkatkan risiko efek samping pada saluran pencernaan seperti peradangan, perdarahan, ulserasi, dan jarang, perforasi. - 18 - 4. Duplikasi/ 1. Jumlah maksimum polifarmasi Manfaat obat yang mengonsumsi direkomendasikan kombinasi obat ini dalam kategori mungkin lebih besar 'analgesik non- daripada risiko yang narkotika' untuk terkait dengan diminum secara duplikasi terapeutik. bersamaan biasanya Selalu periksa dengan dua. Dalam resep penyedia layanan terdapat 3 obat yaitu kesehatan Anda allopurinol, piroxicam, untuk menentukan dan na diklofenak. apakah ada 2. Jumlah maksimum penyesuaian terhadap obat yang obat Anda yang direkomendasikan diperlukan. dalam kategori 'antiinflamasi nonsteroid' untuk dikonsumsi secara bersamaan biasanya satu. Dalam resep terdapat 2 obat yaitu piroxicam dan na diklofenak. 5. Alergi 6. Efek Samping - Thobroson MD: Bila terjadi Tobramycin dapat peningkatan efek merusak saraf dan samping segera dapat menyebabkan hubungi dokter. gangguan pendengaran yang mungkin permanen. Efek lainnya yaitu mati rasa, - 19 - kesemutan, kekakuan otot atau berkedut yang tak terkendali (MIMS, 2016). Dexahersan: Dexahersan dapat menyebabkan hiperkortitisme atau penekanan aksis hipotalamus-hipofisisadenal (HPA) Allopurinol: Nyeri sendi pada pergelangan kaki, lutut, atau jempol kaki; pembengkakan pada sendi; ruam pada lesi datar atau lesi kecil pada kulit. Piroxicam: Kembung, tinja berdarah atau berwarna hitam, urin keruh, konstipasi, serta penurunan kemamppuan konsentrasi urin. Natrium diklofenak: Diklofenak pada pasien dapat meningkatkan risiko iritasi gastrointestinal, peradangan, ulserasi, - 20 - pendarahan, dan perforasi Acran: Tanda-tanda reaksi alergi seperti ruam; gatal-gatal; kulit merah, bengkak, melepuh, atau pengelupas; sesak di dada; kesulitan bernapas, menelan, atau berbicara. 7. Reaksi Obat yang - - Merugikan (Adverse Drug Reaction) g. Kesimpulan Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem) serta Care Plan: Berdasarkan hasil skrining resep, resep tidak lengkap. Untuk mengetahui informasi yang tidak lengkap bisa ditanyakan ke dokter dan pasien. Terdapat beberapa DRP terutama bagian interaksi antar obat sehingga disarankan untuk mengkonfirmasi Kembali kepada dokter mengenai pemberian obat tersebut, selain itu terdapat duplikasi terapi sehingga disarankan untuk menghubungi dokter lebih lanjut. B. Patofisiologi Penyakit pada Resep 1. Patofisiologi Penyakit Diabetes Melitus Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel Beta langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe - 21 - 2. Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel Beta menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel Beta pankreas. Kerusakan sel-sel Beta pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (Fatimah, 2015). 2. Patofisiologi Penyakit Gout Gout disebabkan oleh kelainan metabolisme asam urat. Asam urat adalah produk limbah dari pemecahan purin yang terkandung dalam DNA sel-sel tubuh yang terdegradasi dan protein makanan. Asam urat larut dalam air dan diekskresikan terutama oleh ginjal, namun beberapa dipecah oleh bakteri kolon dan diekskresikan melalui saluran gastrointestinal (GI). Kelarutan asam urat tergantung pada konsentrasi dan suhu. Pada konsentrasi serum yang tinggi, suhu tubuh yang lebih rendah menyebabkan pengendapan kristal monosodium urat (MSU). Kristal urat bebas dapat mengaktifkan beberapa mediator proinflamasi (TNF-α, IL-1, dan IL-8). Aktivasi mediator ini menandakan gerakan kemotaktik neutrofil ke dalam ruang sendi yang menyebabkan fagositosis kristal MSU. Neutrofil ini kemudian dilisiskan dan melepaskan enzim proteolitik yang memicu manifestasi klinis serangan gout akut seperti nyeri dan pembengkakan. Mekanisme inflamasi pada gout, terutama pada penyakit yang tidak diobati, dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan dan sendi. Faktor risiko diet melibatkan konsumsi purin hewan, fruktosa, dan alkohol (terutama bir). Pasien yang sering mengalami serangan dan mereka dengan penyakit (usia) lanjut yang tidak terkontrol harus menghindari roti manis, hati, dan daging ginjal; sirup jagung fruktosa tinggi; dan penggunaan alkohol. Faktor risiko lain untuk asam urat termasuk jenis kelamin laki-laki, obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan sindrom metabolik. Asam urat juga sering terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, penyakit ginjal kronis (CKD), dan penyakit arteri koroner; Namun, hubungan kausal belum ditetapkan (Chisholm-Burns dkk., 2016). - 22 - C. Mekanisme Obat pada Resep 1. Mekanisme obat pada resep 1 a) Glimepiride Memiliki kemampuan memperbaiki sekresi dan aksi insulin merupakan sulfonilurea generasi ketiga. Pada tingkat sentral glimepiride menstimulasi sekresi insulin oleh sel beta, sedangkan diperifer meningkatkan GLUT 4 sehingga memperbaiki utilisasi glukosa dalam darah. Glimepiride meningkatkan kadar adiponektin serum serta menurunkan TNF α, dua hal yang berkhasiat insulin sensitizer (Manaf, A., 2009). b) Hypofil Mengandung Gemfibrozil. Gemfibrozil mengaktifkan peroksisom proliferatoractivated receptor-α (PPARα), yang mengubah metabolisme lipid. Aktivasi ini menyebabkan peningkatan HDL, apo AI, apo AII, lipoprotein lipase (LPL), penghambatan sintesis apo B, lipolisis perifer, penurunan pembuangan asam lemak bebas oleh hati, dan peningkatan pembersihan apoB. LPL yang diregulasi menurunkan kadar trigliserida plasma. Penurunan pembuangan asam lemak oleh hati menurunkan produksi trigliserida. Efek pada sintesis dan pembersihan apoB menurunkan produksi VLDL yang juga menurunkan kadar trigliserida plasma. Metabolit glukuronida Gemfibrozil juga merupakan penghambat CYP2C8. c) Fastor Mengandung atorvastatin. Bekerja menghambat kompetitif enzim HMG-CoA (3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A) reduktase, yang mengkatalisis konversi HMG-CoA menjadi mevalonat, langkah awal yang membatasi laju dalam biosintesis kolesterol. Atorvastatin bekerja terutama di hati, di mana penurunan konsentrasi kolesterol hati merangsang peningkatan regulasi reseptor lipoprotein densitas rendah (LDL) hati, yang meningkatkan penyerapan LDL oleh hati. d) Furosemide Furosemid meningkatkan diuresis dengan menghalangi reabsorpsi tubulus natrium dan klorida di tubulus proksimal dan distal, serta di lengkung Henle asendens yang tebal. Efek diuretik ini dicapai melalui penghambatan - 23 - kompetitif cotransporter natrium-kalium-klorida (NKCC2) yang diekspresikan di sepanjang tubulus ini di nefron, mencegah pengangkutan ion natrium dari sisi lumen ke sisi basolateral untuk reabsorpsi. Penghambatan ini menghasilkan peningkatan ekskresi air bersama dengan ion natrium, klorida, magnesium, kalsium, hidrogen, dan kalium. Seperti diuretik loop lainnya, furosemide menurunkan ekskresi asam urat. e) Corsona Mengandung dexamethasone yang merupakan obat olongan kortikosteroid. Kortikosteroid yang mengikat reseptor glukokortikoid memediasi perubahan ekspresi gen yang menyebabkan beberapa efek hilir selama berjam-jam hingga berhari-hari. neutrofil; Glukokortikoid mereka menghambat menghambat apoptosis fosfolipase A2, dan demarginasi yang menurunkan pembentukan turunan asam arakidonat; mereka menghambat NF-Kappa B dan faktor transkripsi inflamasi lainnya; mereka mempromosikan gen antiinflamasi seperti interleukin-10. Kortikosteroid dosis rendah memberikan efek antiinflamasi, sedangkan dosis yang lebih tinggi bersifat imunosupresif. Glukokortikoid dosis tinggi untuk waktu yang lama mengikat reseptor mineralokortikoid, meningkatkan kadar natrium dan menurunkan kadar kalium. f) KSR Potassium klorida bekerja dengan membantu mengobati dan mencegah hipokalemia bertindak sebagai pengganti ion-ion Kalium elektrolit, selain itu juga dapat digunakan sebagai sumber Kation. Kation utama dari cairan intraseluler penting untuk pemeliharaan asam-basa dan keseimbangan cairan dan elektrolit sel. 2. Mekanisme obat pada resep 2 a) Thobroson MD Tobramycin adalah antibiotik aminoglikosida yang mengandung cincin 2deoxystreptamine (DOS) 4,6-disubstitusi dengan aktivitas melawan berbagai bakteri Gram-negatif dan beberapa Gram-positif. Mekanisme aksi tobramycin belum jelas dijelaskan, dan beberapa wawasan mekanisme bergantung pada hasil menggunakan aminoglikosida serupa. Secara umum, seperti aminoglikosida lainnya, tobramycin adalah bakterisida dan menunjukkan - 24 - pembunuhan langsung dan tertunda, yang dikaitkan dengan mekanisme yang berbeda. b) Dexahersen Efek jangka pendek kortikosteroid adalah penurunan vasodilatasi dan permeabilitas kapiler, serta penurunan migrasi leukosit ke tempat inflamasi. Kortikosteroid yang mengikat reseptor glukokortikoid memediasi perubahan ekspresi gen yang menyebabkan beberapa efek hilir selama berjam-jam hingga berhari-hari. neutrofil; Glukokortikoid mereka menghambat menghambat apoptosis fosfolipase A2, dan demarginasi yang menurunkan pembentukan turunan asam arakidonat; mereka menghambat NF-Kappa B dan faktor transkripsi inflamasi lainnya; mereka mempromosikan gen antiinflamasi seperti interleukin-10. Kortikosteroid dosis rendah memberikan efek antiinflamasi, sedangkan dosis yang lebih tinggi bersifat imunosupresif. Glukokortikoid dosis tinggi untuk waktu yang lama mengikat reseptor mineralokortikoid, meningkatkan kadar natrium dan menurunkan kadar kalium. c) Allopurinol Allopurinol dan metabolit aktifnya menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Penghambatan enzim ini bertanggung jawab atas efek allopurinol. Obat ini meningkatkan pemanfaatan kembali hipoksantin dan xantin untuk sintesis nukleotida dan asam nukleat melalui proses yang melibatkan enzim hipoksantin-guanin fosforibosiltransferase (HGPRTase). Proses ini menghasilkan peningkatan konsentrasi nukleotida, yang menyebabkan penghambatan umpan balik sintesis purin de novo. Hasil akhirnya adalah penurunan konsentrasi asam urat urin dan serum, yang menurunkan timbulnya gejala asam urat. d) Piroxicam Piroxicam bekerja melalui penghambatan siklooksigenase yang reversibel, menyebabkan penghambatan perifer sintesis prostaglandin. Prostaglandin diproduksi oleh enzim yang disebut Cox-1. Piroksikam memblokir enzim Cox-1, yang mengakibatkan gangguan produksi prostaglandin. Piroksikam juga menghambat migrasi leukosit ke tempat peradangan dan mencegah pembentukan tromboksan A2, agen agregasi, oleh trombosit. - 25 - e) Natrium diklofenak Diklofenak menghambat siklooksigenase-1 dan -2, enzim yang bertanggung jawab untuk produksi prostaglandin (PG) G2 yang merupakan prekursor PG lain. Molekul-molekul ini memiliki aktivitas luas dalam nyeri dan peradangan dan penghambatan produksinya adalah mekanisme umum yang menghubungkan setiap efek diklofenak. f) Arcan Ranitidin mengurangi sekresi asam lambung dengan mengikat reseptor histamin (H2) secara reversibel, yang ditemukan pada sel parietal lambung, menyebabkan pengurangan sekresi asam lambung. Peredaan gejala terkait asam lambung dapat terjadi segera setelah 60 menit setelah pemberian dosis tunggal, dan efeknya dapat berlangsung dari 4-10 jam, memberikan bantuan gejala yang cepat dan efektif. - 26 - BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil skrining resep 1 dan resep 2, disimpulkan bahwa resep tidak lengkap. Untuk mengetahui informasi yang tidak lengkap dalam resep bisa dikonfirmasikan kepada dokter yang bersangkutan atau ditanyakan kepada pasien saaat penebusan obat. Penebusan obat dengan jumlah setengah dari jumlah obat dalam resep tersebut dapat dilakukan dengan pemberian tanda detur dan angka sejumlah obat yang akan diteburs. - 27 - DAFTAR PUSTAKA Aberg, J.A., Lacy C.F., Amstrong L.L., Goldman M.P dan Lance L.L., 2009, Drug Information Handbook 17th Edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists Association. Drugs.com, 2022, Drug Interaction Checker, Drugs.com (Online), https://www.drugs.com/drug_interactions.html, Diakses 15 April 2022. Fatimah, R.N., 2015, Diabetes Melitus Tipe 2, J. Majority, Vol. 4 (5). Ikatan Apoteker Indonesia, 2019, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 52, Jakarta: ISFI Penerbitan Miladiyag, Isnatin, 2010, Toksidinamik Antibiotika Golongan Aminoglikosida, JKKI, Vol. 2(5). Tim Medical Mini Notes, 2019, Basic Pharmacology and Drug Notes, Makassar: MMN Publishing. - 28 -