Uploaded by Fazal Rezkita

THEORY OF COUNSELING

advertisement
THEORY OF COUNSELLING
PENDEKATAN TEORI DALAM KONSELING
1. Psikoanalitik
 Tujuan Terapetik
a. Membuat klien sadar dengan alam bawah sadarnya dan memperkuat ego agar
perilaku dapat sesuai dengan kenyataan bukan pada keinginan naluriah ataupun
perasaan irasional
b. Meningkatkan fungsi adaptif dengan mengurangi gejala dan konflik serta
pemahaman diri dimasa lalu dan masa kini
 Fungsi dan Tugas Konselor
a. Konselor membuat klien memproyeksikan masalah dan perasaannya kepada
konselor
b. Konselor mengajari klien arti dari interpretasi, sehingga klien tahu apa
masalahnya dan membantu klien meningkatkan kesadaran untuk berubah dan
dapat mengendalikan hidupnya sendiri
 Klien dalam Konseling
a. Klien harus siap untuk melakukan proses konseling yang intensif dengan
jangka waktu yang panjang
b. Klien setuju dan komitmen untuk terus berbicara secara verbal
c. Posisi klien dalam konseling yaitu berbaring di sofa dan melakukan asosiai
bebas
d. Klien bebas untuk mengungkapkan ide atau perasaan appun sebebas bebasnya
e. Klien diminta untuk menghindari perubahan radikan seperti bercerai atau
berhenti bekerja
f. Klien menerima hasil interpretasi dari konselor
g. Klien akan mendapatkan klarifikasi dari konselor tentang apa yang telah klien
lakukan untuk menghasilkan perubahan
h. Jika ingin mengakhiri sesi konseling, klien harus siap dan sepakat dengan
konselor jika klien telah mencapai kriteria optimal dari sesi konseling
 Hubungan Konselor dengan Klien
a. Konselor klasik: berusaha tetap diluar hubungan, memberi komentar dan
menawarkan hasil interpretasi
b. Konselor psikodinamik kontemporer: fokus pada transference here and now.
Komunikasi emosional konselor dengan klien berguna untuk mendapatkan
informasi dan koneksi. Transference dapat dilakukan oleh klien kepada
konselor, sehingga klien memahami dan dapat menyelesaikan
permasalahannya yang belum selesai di masa lalu. Dalam proses transference
ini, kemungkinan akan terjadi kontra-transferensi yang dialami oleh konselor
kepada klien, sehingga sebelum konseling, konselor perlu untuk melakukan
konseling pribadi dan supervise klinis. Namun, kontra-transferensi pada
konselor dapat juga membantu klien untuk memahami dirinya sendiri.
 Teknik dan Prosedur Konseling
Terdapat enam teknik dasar konseling psikoanalisis, yaitu:
a. Maintaning the analything framework
Teknik yang menekankan pada kerangka analisis untuk mencapai tujuan
konseling yang mengacu pada prosedur konseling, sehingga tidak ada yang
memengaruhi interpretasi.
b. Asosiasi bebas
Mengeksplorasi alam bawah sadar klien berdasarkan spontanitas dari klien,
dimana klien bebas menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang terlintas
dipikirannya, apapun jenis jawabannya. Teknik ini bertujuan untuk
mengungkap harapan, fantasi, konflik dan motivasi.
c. Analisis mimpi
Teknik ini dilakukan konselor berupa mengungkap unsur laten dalam mimpi
klien (makna tersembunyi yang tidak disadari) dari manifes dalam mimpi klien.
Klien melakukan asosiasi bebas dengan tema mimpi klien untuk mengungkap
unsur laten dari mimpi tersebut.
d. Analisis resisten
Resisten merupakan hal hal yang menghalangi proses konseling dan menegah
klien mengungkap alam bawah sadar. Resisten adalah representasi dari
pertahanan klien dan harus diketahui sebagai alat untuk bertahan dari
kecemasan dan untuk meminimalisir hambatan untuk penyelesaian masalah.
e. Analisis dan interpretasi transferensi
Transferensi merupakan transfer perasaan klien dimasa lalu kepada konselor di
masa sekarang. Teknik ini membuat klien merasakan kembali pengalaman
sebelumnya. Lalu, konselor juga melakukan interpretasi dari proses
transferensi yang dilakukan klien guna mengenali dan memahami
permasalahan dari klien.
f. Interpretasi
Teknik ini menggambarkan bahwa konselor menjelaskan dan memberitahukan
makna dari perilaku yang tergambar dalam asosiasi bebas, analisis mimpi,
resistensi dan hubungan antara klien-konselor. Teknik ini bertujuan untuk
memberitahu ego agar dapat memahami alam bawah sadar.interpretasi
dilakukan saat kejadian yang diinterpretasikan muncul dengan pada kesadaran
klien.
2. Adlerian
 Tujuan Terapeutik
a. Mengembangkan perasaan kepemilikan klien dan membantu klien untuk
menerapkan perilaku dan proses berdasarkan komunitas dan ketertarikan sosial
b. Menumbuhkan minat sosial klien dengan menghubungkan tanggung jawab
klien dengan komunitasnya
c. Membantu klien mengatasi perasaan rendah diri dan putus asa
d. Membantu memodifikasi gaya hidup klien yang mengarah pada perilaku
adaptif, fleksibel dan lebih sosial
e. Membantu mengubah motivasi klien yang salah
f. Mendorong pada kesetaraan dan penerimaan diri klien dan orang lain
g. Membantu klien untuk menjadi anggota komunitas yang dapat berkontribusi
 Peran dan Fungsi Konselor
a. Membantu klien mencari kesalahan dalam berfikir dan menilai
b. Membantu klien mengidentifikasi dan mengeksplorasi ketakutan inti dari klien
c. Membuat penilaian komprehensif tentang fungsi klien dengan kuesioner.
 Klien dalam Konseling
a. Klien berfokus pada keinginan mereka pada hasil yang diinginkan dan gaya
hidup tangguh yang dapat menggambarkan rencana yang baru bagi perilakunya
b. Klien akan mengeksplorasi logika pribadi, konsep diri dan orang lain serta gaya
hidup
c. Klien, dibantu dengan konselor, akan menemukan tujuan dari perilakunya dan
kesalahan dasar yang berkaitan dengan dirinya sendiri
d. Klien belajar memperbaiki asumsi dan kesimpulan yang salah dalam
pikirannya
 Hubungan Konselor dan Klien
a. Konselor-klien sejalan dalam hal kesetaraan, koperatif, kepercayaan, rasa
hirmat, percaya diri, kolaborasi dan keselarasan antar tujuan
b. Diawal konseling, hubungan yang terbangun yaitu hubungan kolaboratif yang
memiliki tujuan yang spesifik dan disetujui. Diawal, konselor-klien harus
membuat kontrak sebagai acuan untuk menjalani sesi konseling
c. Hubungan person to person antara konselor dengan klien
 Teknik dan Prosedur Konseling
Terdapat empat tahapan dalam konseling Adlerian, yaitu:
a. Membanggun hubungan
Konselor membangun hubungan dengan klien secara kolaboratif dengan
kepedulian, keterlibatan dan persahabatan. Hubungan yang dibangun yaitu
person-to-person dan konselor berusaha memahami pesan verbal dan nonverbal
untuk menggali inti dari kehidupan klien. Konselor bersifat aktif dan membantu
klien dalam menentukan tujuan pribadi, penilaian psikologis dan menawarkan
interpretasi.
b. Menggali dinamika psikologis klien
Pada tahap ini, konselor berusaha mendapatkan pemahaman yang mendalam
tentang gaya hidup klien. Konselor fokus pada pemahaman identitas klien dan
bagaimana identitas tersebut berhubungan dengan dunia. Teknik yang
digunakan yaitu dengan wawancara subyektif (konselor membantu klien
menceritakan kisah hidupnya dengan lengkap dan melakukan hipotesis) dan
obyektif (informasi tentang peristiwa awal, riwayat medis, sejarah sosial,
alasan klien konseling dan penilaian gaya hidup). Penilaian gaya hidup dimulai
dengan menggali tentang konstelasi keluarga dan ingatan awal saat kejadian,
lalu diintegrasikan dan dibuat dalam sebuah ringkasan.
c. Membangun perkembangan pemahaman diri (wawasan tentang tujuan)
Wawasan digunakan untuk mencapai tujuan dan teknik untuk mendapatkan
wawasan tentang pemahaman diri yaitu dengan pengungkapan dan interpretasi.
Maka dari itu, konselor dan klien memahami motivasi klien, cara motivasi
berkontribusi pada permasalahan dan hal apa yang dapat dilakukan klien untuk
memperbaiki situasi, serta membantu klien memahami gaya hidup yang dipilih.
d. Membantu klien membuat pilihan baru (reorientasi dan redukasi)
Pada tahap ini, konselor membantu klien untuk menemukan perspektif baru dan
fungsional. Klien dibantu untuk mengembangkan keberanian dalam
mengambil resiko dan perubahan dalam hidup serta dapat memilih gaya hidup
baru berdasarkan pemahaman diri ditahap sebelumnya. Klien mencari cara
untuk mengarahkan gaya hidup ke kehidupan yang lebih bermanfaat. Terdapat
beberapa fase dalam reorientasi, yaitu proses dorongan, mencari perubahan dan
pencarian hal-hal yang baru serta membuat perbedaan dalam perilaku atau
persepsi.
3. Eksistensial
 Tujuan Konseling
a. Membantu klien menghadapi kecemasan dank lien dapat berperilaku
berdasarkan tujuan otentik untuk kehidupan yang layak
b. Membantu klien menyadari dirinya sendiri dan orang lain
c. Membantu klien mengidentifikasi cara-cara yang dapat klien lakukan untuk
menghalangi diri dari apa yang dihadapi saat ini
d. Mengajak klien untk bisa bertanggung jawab dalam merancang kehidupan
e. Mendorong klien memilih cara hidup yang lebih luas dalam kehidupan seharihari
f. Meningkatkan kesadaran klien bahwa ada jalan alternative dalam melakukan
perubahan
g. Membantu klien menemukan cara untuk menerapkan nilai-nilai yang telah
didapat dan menginternalisasikan dalam diri klien
 Peran dan Fungsi Konselor
Peran dan fungsi konselor yaitu:
a. Mendorong klien untuk menerima tanggung jawab secara individual
b. Membantu klien untuk menyadari bagaimana klien membatasi kesadarannua
dan melihat akibat dari kesadaran yang dibatasi
c. Membantu klien untuk mengetahui bagaimana diri klien yang apa adanya dan
mengubah cara hidup klien menjadi lebih luas
d. Menciptakan konseling yang otentik sesuai dengan keadaan klien
 Klien dalam Konseling
a. Klien harus bisa bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri untuk
kehidupannya
b. Klien akan mengambil tindakan dan keputusan berdasarkan wawasan yang
telah dikembangkan selama konseling
c. Klien harus aktif dalam pengambilan keputusan
 Hubungan Konselor dan Klien
a. Hubungan konselor-klien merupakan stimulus untuk perubahan positif
b. Hubungan penuh perhatian dan konselor-klien saling akrab
c. Hubungan yang menghargai, meyakini potensi klien untuk mengatasi masalah
mereka sendiri secara otentik dan keyakinan pada klien bahwa klien dapat
menemukan cara alternative untuk hidup
d. Terbangun hubungan yang perhatian dan empati yang tulus
e. Hubungan yang dibangun untuk menggali dunia klien
 Teknik dan Prosedur Konseling
a. Fase Awal Konseling
Konselor membantu klien mengidentifikasi tentang asumsi klien tentang dunia
dan bagaimana cara klien memandang keberadaannya sendiri. Konselor
mengarahkan klien untuk merefleksikan keberadaan mereka sendiri dan
masalah apa yang dihadapi oleh klien.
b. Fase Pertengahan Konseling
Fase ini merupakan fase eksplorasi diri klien. Konselor membantu klien untuk
memeriksa sumber dan nilai dalam dirinya secara menyeluruh. Disini klien
mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang kehidupan yang dianggap layak
untuk dijalani dan meningkatkan pemahakan tentang penilaian internal klien.
c. Fase Akhir Konseling
Konselor membantu klien menyimpulkan dan mengambil apa yang sudah
diketahui tentang diri klien sendiri dan bagaimana cara mewujudkannya.
4. Person Centered Therapy
 Tujuan Konseling
a. Membantu klien mencapai kemandirian dan integrasi yang lebih besar untuk
mengatasi masalahnya sendiri
b. Membantu klien mencapai tujuan dan jawaban dari diri klien sendiri
 Peran dan Fungsi Konselor
a. Konselor hadir dan fokus pada pengalaman klien dan berhubungan dengan
klien secara kongruen, tulus, menerima dan empati.
b. Konselor fokus pada here and now
 Klien dalam Konseling
a. Diawal, biasanya klien dalam keadaan inkongruen, adanya perbedaan antara
persepsi diri dengan realita
b. Klien dalam konseling dapat mengeksplorasi keyakinan dan perasaan yang
lebih liuas serta dapat mengekspresikan emosi dan kecemasannya
c. Seiring berjalannya konseling, klien akan lebih dapat menerima, fleksibel dan
realistis
d. Klien akan erasa aman dan dapat mengeksplorasi dirinya senduri data sudah
dipahami dan diterima
e. Klien dapat mencoba perilaku yang baru
 Hubungan Konselor dan Klien
a. Konselor dank lien harus setara, dimana konselor tidak membuat bingung sesi
konseling
b. Ketika klien merasa didengarkan dan diterima oleh konselor, maka klien akan
mulai mengembangkan nilai-nilai dalam dirinya
c. Hubungan antara konselor-klien harus dibangun dengan kongruen,
unconditional positive regard and acceptance dan empati
 Teknik dan Prosedur Konseling
a. Memahami dunia klien dengan merefleksikan pemahamannya
b. Konselor memahami persepsi dan perasaan klien
c. Konselor sepenuhnya memperhatikan dan memberi perhatian kepada klien apa
yang diungkapkannya.
d. Berusaha untuk mendengarkan, menerima, menghormati, memahami dan
menanggapi apa yang disampaikan klien
e. Konselor harus menyesuaikan gaya konseling sesuai dengan kebutuhan klien
dan memiliki kebebasan untuk menggunakan metode apapun kepada klien
f. Jenis teknik person centered therapy: Art Therapy dan Motivational
Interviewing
5. Gestalt
 Tujuan Konseling
a. Membantu klien mencapai kesadaran yang lebih luas (mengenal lingkungan,
mengenal dan menerima diri sendiri serta melakukan kontak sosial)
b. Membantu klien mencatat proses kesadarannya sendiri sehingga dapat
bertanggung jawab dan dapat membuat pilihan secara selektif dan diskriminatif
c. Membantu mengembangkan keterampilan dan mendapatkan nilai yang
memungkinkan klien untuk memenuhi kebutuhan klien tanpa melanggar hak
d. Membantu klien menjadi lebih sadar atas indra mereka dan mampu
bertanggung jawab serta menerima konsekuensi atas apa yang dialkukan
e. Membantu klien untuk mampu meminta dan mendapatkan bantuan dari orang
lain dan memberi bantuan kepada orang lain
 Peran dan Fungsi Konselor
a. Memfasilitasi klien agar aktif belajar tentang dirinya sendiri dan mencoba
perilaku baru dan memperhatikan hal-hal yang terjadi
b. Sebagai pemandu, katalisator, dan pengamat dalam sesi konseling
c. Menciptakan iklim dan dorongan agar klien cenderung untuk mencoba hal baru
d. Memperhatikan bahasa tubuh sebagai sumber informasi
 Klien dalam Konseling
a. Klien aktif membuat pemaknaan dan meningkatkan kesadaran serta
memutuskan hal apa yang akan dilakukan sesuai pemaknaan pribadinya
b. Melakukan integrasi yang terdiri dari tiga tahap, yaitu penemuan, akomodasi
dan asimilasi.
 Hubungan Konselor dan Klien
a. Hubungan person to person.
b. Konselor bertanggung jawab menjaga kualitas kehadiran klien, mengetahui diri
klien sendiri dan tetap bersikap terbuka pada klien
c. Konselor membangun suasana konseling yang dapat mendorong klien untuk
terbuka
d. Konselor dapat berbagi persepsi dan pengalaman dengan klien secara relevam
e. Konselor dapat memberi reaksi atau umpan balik yang jujur dan tanggap serta
memancing klien mengembangkan kesadaran tentang apa yang klien lakukan.
 Teknik dan Prosedur Konseling
Teknik dari pendekatan Gestalt yaitu:
a. The internal dialogue exercise
b. The empty chair
c. Future projection technique
d. Making the rounds
e. The reversal exercise
f. The rehearsal exercise
g. The exaggeration exercise
h. Staying with the feeling
i. The Gestalt to dream work
6. Behavioral
 Tujuan Konseling
a. Meningkatkan pilihan pribadi klien dan menciptakan kondisi atau perilaku baru
untuk belajar
 Peran dan Fungsi Konselor
a. Melakukan penilaian fungsional dengam model ABC
b. Aktif dan direktif sebagai konsultan dan pemecah masalah
c. Berusaha memahami fungsi perilaku klien
d. Memilih strategi tertentuk untuk penanganan pada jenis masalah tertentu
e. Mengevaluasi keberhasilan rencana perubahan perilaku klien
 Klien dalam Konseling
a. Menentukan tujuan konseling bersama konselor
b. Aktif selama sesi konseling
c. Terleibat dalam latihan perilaku dengan berbagai feedback hingga keterampilan
perilaku dapat dikuasai
d. Mendapatkan pekerjaan rumah secara aktif dan diselesaikan selama sesi terapi
e. Perlu untuk teermotivasi untuk berubah dan dapat bekerjasama selama sesi
konseling
f. Klien perlu bereksperimen untuk memperluas daerah perilaku adaptifnya
 Hubungan Konselor dan Klien
a. Hubungan konseling yang kolaboratif antara konselor dan klien dengan
kehangatan, empati, keaslian, permisif dan penerimaan.
 Teknik dan Prosedur Konseling
a. Teknik operan conditioning: reinforcement positif, reinforcement negative dan
punishment
b. Systematic desensitization (mengimajinasikan situasi pemicu kecemasan dan
disisi lain harus melawan rasa cemas tersebut)
c. In vivo exposure (klien dihadapkan dengan ketakutan yang nyata)
d. Eye movement desensitization dan reprocessing (pergerakan mata cepat)
e. Social skills training (psikoedukasi, modeling, roleplaying)
f. Self management program
g. Mindfulness dan acceptance based approaches: dialectical behavioral therapy,
mindfulness based stress reduction, mindfulness based cognitive therapy,
acceptance and commitment therapy.
7. Cognitive Behavioral Therapy
 Rational Emotional Behavioral Therapy (REBT)
- Albert Ellis. Induk dari CBT
- Setiap individu berkontribusi pada dirinya sendiri dalam masalah psikologis
- Pusat praktik REBT: Kerangka ABC (anteseden, keyakian, konsekuensi) untuk
memahami perasaan, pikiran dan perilaku.
 Tujuan Konseling
a. Mengajari klien mengubah emosi dan perilaku yang disfungsional agar
menjadi lebih sehat dan rasional
b. Membantu klien dalam unconditional self acceptance dan unconditional life
acceptance
 Fungsi dan Peran Konselor
a. Konselor menunjukkan kepada klien tentang keyakinan yang tidak rasional
pada pikirannya
b. Menggambarkan bagaimana klien membiarkan gangguan emosionalnya
tetap aktif dan selalu berpikir tidak logis dan realistis




-
-
-
-
c. Membantu klien mengubah pikirannya dan meminimalisir pikiran irasional
klien
d. Mendorong klien untuk memiliki filosofi hidup yang lebih rasional
Klien dalam konseling
a. Fokus pada pengalaman klien saat ini (here and now)
b. Klien harus aktif selama sesi konseling dan menekankan kemampuan klien
untuk mengubah pikiran dan emosinya
Hubungan Konselor dan Klien
a. Hubungan direktif yang hangat dan saling menghormati
b. Konselor menerima klien sebagai makhluk yang tidak sempurna yang
dapat diberikan bantuan
Teknik dan Prosedur Konseling
a. Bersifat multimodal dan integrative dengan menggunakan sejumlah
modalitas yang berbeda (kognitif, emosi, perilaku dan interpersonal)
b. Beberapa teknik yang digunakan, yaitu:
a. Metode kognitif. Untuk melakukan perubahan emosoi dan perilaku
dengan mengubah cara berpikir klien. Tekniknya yaitu:
membantah keyakinan irasional, melakukan pekerjaan rumah,
biblioterapi, mengubah bahasa dan psikoedukasi
b. Teknik emosi. Untuk membantah keyakinan irasional klien,
tekniknya yaitu: citra emosi rasional, humor, bermain peran, dan
latihan menyerang yang memalukan
c. Teknik perilaku. Menggunakan teknik operan conditioning,
manajemen diri, systematization desentitation, relaksasi dan
modelling. Melakukan pekerjaan rumah secara sistematis dan
dianalisis
Aaron Beck’s Cognitive Therapy (CT).
Pemikiran seseorang dapat diintropeksi, belief memiliki arti penting dan hanya
klien yang bisa memahami arti tersebut
Model kognitif generic denagn prinsip: gangguan psikologis dianggap melebihlebihkan fungsi adaptif manusia; pemrosesan informasi yang salah menjadi
penyebab gangguan dan distorsi kognitif (contohnya yaitu arbitrary inference,
selective abstraction, overgeneralization, magnification dan minimization,
personalization, labelling dan mislabeling dan dichotomous thinking).
Perubahan keyakinan akan menuju pada perubahan perilaku dan emosi
Pendekatan Beck kolaboratif dan melibatkan perancangan pembelajaran pada
pengalaman yang khusus, dimana klien mempelajari cara pemecahan masalah
yang spesifik dan terfokus pada masalah yang dihadapi saat ini.
Dalam hubungan konselor-klien, aliansi konseling diutamakan. Konselor
sebagai katalisator dan pemandu untuk membantu klien memahami keyakinan
klien.
Menggunakan metode kognitif yang berfokus untuk mengidentifikasi dan
memeriksa belief klien
 Strength Bases Cognitive Behavior Therapy (SB-CBT)
- Christine Padesky dan Kathleen Mooney
- Ide utama: penggabungan kekuatan aktif klien dapat mendorong klien untuk
terlibat secara penuh dalam terapi
- Fokus pada hal-hal empiris
 Peran dan Fungsi Konselor
a. Memiliki pengetahuan tentang konseling berbasis bukti yang berkaitan
dengan masalah klien
b. Meminta klien mengobservasi dan mendeskripsikan secara detail tentang
pengalaman hidupnya. Lalu konselor menekankan pada aspek positif dalan
hidup klien dan membantu klien mengembangkan dan mengkonstruk cara
positif bagi klien
c. Mengkolaborasikan dan menguji belief serta bereksperimen dengan
perilaku baru, lalu dilihat apakah tujuan yang diinginkan tercapai
 Hubungan Konselor dan Klien
a. Konselor berperan sebagai pemandu klien, saat klien sulit
mengungkapkan pengalamannya, konselor harus memberitahu bahwa
apa yang dilakukan untuk kebaikan klien
 Cognitive Behavior Modification (CBM)
- Donald Meichenbaum
- Tujuan konseling: mengubah cara klien dalam self talk, membantu klien
menyadari apa yang klien rasakan dan lakukan serta efek apa yang diberikan
dari perilaku tersebut ke orang lain. Fokus membantu klien agar menjadi sadar
terhadap self talk
- Teknik dan prosedur (3 fase perubahan):
o Fase 1, self observation. Klien mulai mengobservasi dan
memperhatikan
perilakunya
sendiri,
mampu
menyadari
ketidakmampuan dan mendengarkan self talk nya sendiri. Pada fase ini,
konselor harus peka pada perasaan, pemikiran dan reaksi fisik klien
o Fase 2, internal dialog. Fase ini diharapkan klien dapat belajar dan
memperhatikan perilaku maladaptifnya dan jika klien ingin merubah
perilakunya, maka konselor akan memandu untuk mengubah internal
dialognya pada perilaku yang baru.
o Fase 3, keterampilan baru. Pada fase ini, konselor mengajarkan dan
membimbing klien untuk melakukan cara dalam mengatasi masalah
yang efektif dank lien juga dilatih untuk menggunakan skill coping
yang sesuai dengan kehidupannya.
8. Reality, Choice Therapy
 Tujuan Konseling
a. Membantu klien terhubung kembali dengan orang-orang yang dipilih oleh klien
b. Membantu klien mempelajari cara lebih baik untuk memenuhi kebutuhannya
seperti pencapaian ,kekuasaan, kendali batin, dan kebebasan
c. Membantu klien membuat pilihan yang lebih efektif dan bertanggung jawab
terkait keinginan dan kebutuhannya
 Peran dan Fungsi Konselor
a. Konselor sebagai pendamping, diibaratkan konselor adalah guru dank lien
adalah murid. Konselor juga sebagai advokat yang selalu ada dipihak klien
b. Menantang klien untuk memeriksa hal-hal apa saja yang sudah klien lakukan
c. Membantu klien mengevaluasi arah periakunya, tindakan spesifik, keinginan,
persepsi komitmen, arah baru dan rencana tindakan.
d. Membantu klien untuk menegaskan bahwa suatu hal yang buruk tetap ada
harapan
 Klien dalam Konseling
a. Fokus pada here and now
b. Ditekankan pada tindakan, mengubah perilaku klien
 Hubungan Konselor dan Klien
a. Aliansi konseling yang saling mendukung
b. Hubungan yang saling percaya
 Teknik dan Prosedur Konseling
a. Membangun rapot yang baik dengan klien, mencari apa yang diinginkan dan
dibutuhkan klien serta persepsi klien.
b. Konselor menciptakan lingkungan yang nyaman, suportif, aman dan harmonis
c. Menggunakan teknik WDEP:
a. Wants, needs and perception. Konselor mencari keinginan dan
kebetuhan klien serta mengubah persepsi dan control eksternal menjadi
internal
b. Direction and doing. Konselor akan bertanya tentang arah dantujuan
hidup klien dan apa yang dilihat dan diharapkan klien dimasa depan
c. Self evaluation. Melakukan evaluasi diri bagi klien untuk melihat
apakah klien meiliki kesadaran terhadap perilaku dan pilihannya sendiri
d. Planning and action. Saat klien sudah punya keinginan beruba, maka
selanjutnya membuat rencana yang matang, positif disetujui konselor
dan klienpun berkomitmen untuk melakukannya.
9. Post Modern
 Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
- Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg
- Fokus pada masa depan dengan berfokus pada solusi dengan waktu singkat.
- Menekankan pada optimisme jika klien punya kemampuan untuk berubah dan
menemukan solusinya sendiri
- Ruang lingkup SFBT: membiatkan klien menceritakan pengalaman dan
perasaannya serta divalidasi oleh konselor
- Lebih ditekankan pada hal-hal yang dapat berhasil dilakukan klien
-





Karakteristik SFBT: sesi konseling cepat; tujuan yang spesifik dan jelas; klienkonselor aktif; ditekankan pada kekuatan, kompetensi dan kapasitas adaptif
klien; here and now’ penilaikan kemajuan berkala menuju tujuan & hasil;
harapan dan perbaikan bisa terjadi dalam waktu dekat.
Tujuan Konseling
a. Mengubah pandangan dan perilaku klien yang bermasalah
b. Memanfaatkan kemampuan klien dalam memecahkan masalah
Fungsi dan Peran Konselor
a. Mengidentifikasi masalah dengan cepat dan sistematis
b. Membangun hubungan kolaboratif
c. Melakukan intervensi dengan metode sesuai kondisi klien
d. Membantu klien untuk mengarahkan bagimana solusi atas permasalahan
yang terjadi
Klien dalam Konseling
a. Klien aktif dan fokus pada pembicaraan perubahan dan solusi
Hubungan Konselor-Klien
Tiga jenis hubungan yang mungkin terjalin antara konselor-klien, yaitu:
a. Customer: konselor-klien sama-sama mengidentifikasi masalah dan solusi.
b. Complainment: klien hanya menggambarkan masalahnya saja tetapi tidak
bisa mencari solusi dan bergantung pada konselor.
c. Visitor: klien tidak berpikir bahwa ia memiliki masalah dan sulit
diidentifikasi karena ia datang karena orang lain.
Tahapan Prosedur Konseling
a. Klien menjelaskan masalah yang dialami dan konselor mendengarkan
secara aktif.
b. Konselor membangun tujuan apa yang ingin klien capai
c. Konselor mengeksplorasi masalah dan solusi dengan klien
d. Konselor meringkas solusi, memberi umpan balik, dorongan dan memberi
saran kepada klien
e. Konselor dank lien melakukan evaluasi kemajuan dalam mencapai solusi
dengan skala penilaian
 Narrative Therapy
- Michael White dan David Epston
- Asumsi: seseorang mengkonstruksi makna hidup dalam cerita interpetatif dan
menginternalisasikan narasi budaya dalam kehidupannya
- Masalah pada klien terjad karena faktor sosial, budaya dan politik dan
diceritakan oleh klien sesuai dengan realitas kehidupannya
 Tujuan Konseling
a. Membuat klien menggambarkan pengalamannya dengan bahasa dan sudut
pandang yang baru sehingga mengembangkan makna yang baru pula
 Fungsi dan Peran Konselor
a. Sebagai fasilitator yang aktif



b. Mengikuti, menegaskan dan membimibing cerita klien
c. Menciptakan peran peserta-pengamat
d. Membantu klien mengubah keyakinan, nilai dan interpretasi negative klien
saat klien mulai membangun makna baru
Klien dalam Konseling
a. Aktif dalam menceritakan masalahnya
b. Penafsir utama dalam pengalamannya dan mendapatkan makna dari
pengalaman tersebut
Hubungan Konselor dan Klien
a. Membangun hubungan yang optimis, hormat, memiliki keingintahuan,
menghargai klien dan kolaborasi
b. Klien sebagai ahli
c. Konselor memberikan optimism dan klien memberikan kontribusi apa
yang harus dilakukan
Tahapan Prosedur Konseling
a. Kolaborasi dengan klien dalam mengidentifikasi masalah
b. Personifikasi masalah dan dikaitkan dengan tujuan yang diinginkan
c. Mengeksplor bagaimana masalah mengganggu klien
d. Klien diajak untuk melihat ceritanya dari perspektif yang berbeda dengan
makna alternative
e. Memperhatikan kondisi klien saat klien berkecil hati dengan masalahnya
f. Mencari bukti sebagai landasan untuk mendukung pandangan baru klien
g. Meminta klien berspekulasi tentang masa depan yang diharapkan
h. Menemukan lingkungan sosial dari klien untuk memahami dan
mendukung makna dan cerita baru dari klien.
Sumber: Corey, G. (2017). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (10th
Edition ed.). Boston: Cengage Learning
Download