BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCOBAAN 1. Mengetahui pengaruh perubahan beban terhadap perubahan kerenggangan pegas. 2. Mengetahui cara mengukur kerenggangan pegas. 3. Mengetahui cara menghitung konstanta pegas. 4. Menggambar grafik hubungan pertambahan beban dan kerenggangan pegas. 5. Menganalisis konstanta pegas dengan menggunakan hubungan grafik pertambahan beban dengan kerenggangan pegas. 6. Membandingkan konstanta pegas dari hasil pengukuran dengan analisis grafik hubungan pertambahan beban dan kerenggangan pegas. 1.2 ALAT DAN BAHAN No. Alat dan Bahan 1 Pegas = 1 Buah 2 Beban – Beban = 6 buah Gambar 1 3 Statif Panjang = 1 buah 4 Statif Pendek = 1 buah 5 Kaki Statif = 1 buah 6 Steker Poros = 1 buah 7 Pengait = 1 buah 2 1.3 8 Dasar Statif 9 Penggaris LANDASAN TEORITIS Hukum Hooke Pada Pegas Pada tahun 1676, Robert Hooke mengusulkan sutu hokum fisika yang menyangkut pertambahan panjang sebuah benda elastic yang dikenai oleh suatu gaya. Menurut Hooke, pertambahan panjang berbanding lurus dengan yang diberikan pada benda. Secara matematis, hokum Hooke ini dapat dituliskan sebagai : F= k . x ............................................................................... (Rumus 1.1) Dimana : F = gaya yang dikerjakan (N) x = pertambahan panjang (m) k = konstanta gaya (N/m) Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis. elastis atau elastsisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. 3 Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang. Perlu kita ketahui bahwa gaya yang diberikan juga memiliki batas-batas tertentu. Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan sangat besar, melawati batas elastisitasnya. Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas elastisitas. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam posisi setimbang. Untuk semakin memudahkan pemahaman dirimu,sebaiknya dilakukan juga percobaan. Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas akan memberikan gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke posisi setimbangnya. Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya pemulih untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi setimbang. Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0). Secara matematis ditulis : Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan hukum hooke. Hukum in]i dicetuskan oleh paman Robert Hooke (16351703). k adalah konstanta dan x adalah simpangan. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan arah dengan simpangan x). Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. 4 Jadi gaya F selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah konstanta pegas. Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin besar konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada benda. Getaran adalah gerak bolak-balik secara periodik yang selalu melalui titik keseimbangan.Satu getaran adalah gerakan dari titik mula-mula dan kembali ke titik tersebut. Periode (waktu getar) adalah waktu yang digunakan untuk mencapai satu getaran penuh, dilambangkan T (sekon atau detik).Frekuensi adalah banyaknya getaran tiap detik, dilambangkan f (Hertz). Amplitudo adalah simpangan maksimum dari suatu getaran, dilambangkan A (meter).Simpangan adalah jarak besarnya perpindahan dari titik keseimbangan ke suatu posisi, dilambangkan Y (meter). Sudut fase getaran adalah sudut tempuh getaran dalam waktu tertentu, dilambangkan (radian). Fase getaran adalah perbandingan antara lamanya getaran dengan periode, dilambangkan. Kecepatan sudut adalah sudut yang ditempuh tiap satuan waktu Hubungan f dan T . Sebuah pegas yang digantung vertikal ke bawah ujungnya diberi beban m ditarik dengan gaya F sehingga pegas bertambah panjang sebesar x, kemudian gaya dilepas, maka beban bersama ujung pegas akan mengalami gerak harmonik dengan periode : T = periode (s) f = frekuensi pegas (Hz) m = massa beban (kg) π = 22/7 atau 3,14 k = konstanta pegas (N/m) 5 Nilai k dapat dicari dengan rumus hukum Hooke yaitu : F = k y .............................................................................. (Rumus 1.2) Pada pegas : F = m a = mω y = m ӱ...................................................... (Rumus 1.3) 1.4 PROSEDUR KERJA 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Menyusun dasar statif, kaki statif, statif panjang, statif pendek, dan steker seperti gambar. 3. Menggantungkan pegas pada statif 4. Menentukan panjang pegas mula – mula dengan penggaris ( sebelum dikasih beban ) sebagai xo 5. Menentukan massa beban mula – mula sebagai mo 6. Menggantukan beban pertama dengan massa tertera pada beban tersebut. 7. Mencatat dan masukan dalam Tabel Hasil Pengukuran pertambahan beban tersebut dengan mengurangkan beban yang ditambahakan, m dengan massa beban mula – mula, mo 8. Menggukur panjang pegas dengan penggaris, x 9. menghitung kerenggangannya dengan mengurangkan panjang akhir x dengan panjang awal xo kemudian catat dan masukkan hasilnya ke dalam Tabel Hasil Pengukuran. 10. Melakukan penggulangan dengan cara yang sama untuk beban ke dua sampai beban kelima. 11. Rumusan menentukan berat beban dan konstanta pegas a. W =mxg b. F c. Δx = x1 – x0 d. K1 = = (m1 – m0)g 𝐹1 𝛥𝑋1 6 BAB II DATA HASIL PENGUKURAN DAN PENGAMATAN a. Panjang Pegas Awal (X0) = 6,8 cm b. Massa Beban Awal (m0) = 10 gr No. Beban, gr (m-m0) Kerenggangan, cm ( x- x0) 1. 10 – 10 = 0 6,9 – 6,8 = 0,1 2. 20 – 10 = 10 7 – 6,8 3. 30 –10 = 20 7,1 – 6,8 = 0,3 4. 40 – 10 = 30 7,2 – 6,8 = 0,4 5. 50 – 10 = 40 7,4 – 6,8 = 0,6 7 = 0,2 BAB III ANALISIS, RALAT DAN TUGAS 3.1 ANALISIS DATA 1. Untuk menghitung besarnya berat beban menggunakan rumus W = m x g W = Berat Beban (N) m = Massa Beban (kg) g = Percepatan Gravitasi (m/s²) Hasil dari perhitungan berat beban dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: a. Beban 0 gr d. Beban 30 gr W=mxg b. W=mxg = 0 x 10 = 0,03 x 10 =0N = 0,3 N Beban 10 gr e. Beban 40 gr W=mxg c. W=mxg = 0,01 x 10 = 0,04 x 10 = 0,1 N = 0,4 N Beban 20 gr W=mxg = 0,02 x 10 = 0,2 N 8 No Massa Beban Berat Beban Perubahan Panjang (kg) (N/Kg) Pegas ∆x (m) 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,1 0,2 0,3 0,4 0,6 1 2 3 4 5 Grafik hubungan pertambahan beban (ΔW) dengan kerenggangan (ΔX) w (x10) 4,5 4 3,5 3 2,5 w (x10) 2 1,5 1 0,5 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,6 Jadi dari penelitian maka semakin beban ditambah maka akan semakin panjang pegas tersebut sehingga kerenggangan akan semakin terlihat pada pegas. a. Menentukan Konstanta Pegas 1. Untuk Beban 10 gram Diketahui : m₀ X₀ = 0,01 kg ; g = 10 m/s² = 6,8 cm = 0,068 m 9 ; m₁= 0,01 kg Ditanya X₁ = 6,9 cm = 0,069 m : F₁ = .....? Δx₁ = .....? Penyelesaian: F₁ k₁ = .....? = (m₁ - m₀) g = ( 0,01 –0,01 )10 = 0,000 N Δx₁ = x₁ - x₀ = 0,069 – 0,068 = 0,001 m k₁ = F₁ / Δx₁ = 0,000 N / 0,001 m = 0,000 N/m Jadi, nilai konstanta pegas (k₁) adalah 0,000 N/m 2. Untuk beban 20 gram Diketahui : m₀ Ditanya = 0,01 kg ; g = 10 m/s² ; X₀ = 6,8 cm = 0,068 m X₁ = 7 cm = 0,070 m : F₁ = .....? Δx₁ = .....? k₂ = .....? Penyelesaian: F₁ m₁ = 0,02 kg = (m₁ - m₀) g = ( 0,02– 0,01) 10 = 0,1 N Δx₁ = x₁ - x₀ = 0,070 – 0,068 = 0,002 m k₂ = F₁ / Δx₁ = 0,1 N / 0,002 m = 50 N/m Jadi, nilai konstanta pegas (k₂) adalah 50 N/m 3. Untuk beban 30 gram Diketahui : m₀ = 0,01 kg ; g = 10 m/s² X₀ = 6,8 cm = 0,068 m X₁ = 7,1 cm = 0,071 m 10 ; m₁ = 0,03 kg Ditanya : F₁ = .....? Δx₁ = .....? k₃ = .....? Penyelesaian: F₁ = (m₁ - m₀) g = ( 0,03 – 0,01)10 = 0,2 N Δx₁ = x₁ - x₀ = 0,071 – 0,068 = 0,003 m k₃ = F₁ / Δx₁ = 0,2 N / 0,003 m = 66,667 N/m Jadi, nilai konstanta pegas (k₃) adalah 66,667 N/m 4. Untuk beban 40 gram Diketahui : m₀ Ditanya = 0,01 kg ; g = 10 m/s² X₀ = 6,8 cm = 0,068 m X₁ = 7,2 cm = 0,072 m : F₁ = .....? k₄ = .....? Penyelesaian: F₁ Δx₁ ; m₁ = 0,04 kg = .....? = (m₁ - m₀) g = ( 0,04 – 0,01 )10 = 0,3 N Δx₁ = x₁ - x₀ = 0,072 – 0,068 = 0,004 m k₄ = F₁ / Δx₁ = 0,3 N / 0,004 m = 75 N/m Jadi, nilai konstanta pegas (k₄) adalah 75 N/m 5. Untuk beban 50 gram Diketahui : m₀ Ditanya = 0,01 kg ; g = 10 m/s² X₀ = 6,8 cm = 0,068 m X₁ = 7,4 cm = 0,074 m : F₁ = .....? 11 Δx₁ ; m₁= 0,05 kg = .....? k₅ Penyelesaian: F₁ = .....? = (m₁ - m₀) g = ( 0,05 – 0,01)10 = 0,4 N Δx₁ = x₁ - x₀ = 0,074 – 0,068 = 0,006 m k₅ = F₁ / Δx₁ = 0,4 N / 0,006 m = 66,667 N/m Jadi, nilai konstanta pegas (k₅) adalah 66,667 N/m b. Menentukan Konstanta Pegas Rata-Rata Diketahui Ditanya : 𝑘̅ : k₁ = 0 N/m k₂ = 50 N/m k₃ = 66,667 N/m k₄ = 75 N/m k₅ = 66,667 N/m …..? = Penyelesaian : 𝑘̅ = ∑ 𝑘 = 𝑘1+𝑘2+𝑘3+𝑘4+𝑘5+𝑘6 = = 𝑛 0+50+66,667+75+66,667 𝑁/𝑚 5 258,334N/m 5 = 51,667 N/m Jadi, nilai konstanta pegas rata-rata ( 𝑘̅ ) adalah 51,667 N/m. 3.2 RALAT Kesalahan – kesalahan yang dilakukan dalam proses pengukuran, diantaranya: a. Kesalahan umum, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan manusia, misalnya kesalahan pada penggunaan alat ukur. b. Kesalahan sistematis, yaitu kesalahan yang disebabkan lingkungan pada saat percobaan. 12 c. Kesalahan acak, yaitu kesalahan yang terjadi terlalu cepat dan disebabkan oleh hal-hal yang tidak diketahui secara pasti. d. Beberapa pengabaian pada saat perhitungan memberi pengaruh pada masa percobaan seperti panjang pegas. Berikut adalah hasil dari data tabel pengamatan: Ҡ= No. 1 2 3 4 5 ∑𝑎 𝑛 == No. k (N/m2) 1. 0 2. 50 3. 66,667 4. 75 5. 66,667 258,334 5 = 51,667 N/m2 K 0 50 66,667 75 66,667 ∑(k - K)2 (k – Ҡ) -51,667 -1,667 15 23,333 15 (k - Ҡ)2 2669,479 2,779 225 544,429 225 3696,687 Kesalahan Mutlak/Simpangan Devisi (sd) Standar devisi (simpangan baku) adalah ukuran-ukuran keragaman (variasi) data statistik yang paling digunakan. ∑(𝑘 − 𝐾)2 3696,687 𝑠𝑑 = √ =√ = 27,191 𝑛 5 Kesalahan Relatif (Kr) Kesalahan relatif adalah kesalahan pengukuran dibandingkan dengan hasil pengukuran . 13 𝐾𝑟 = 3.3 𝑠𝑑 27,191 × 100% = 𝑥100% = 53% 51,667 𝐾̀ TUGAS Soal 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan benda elastis dan plastis ? 2. Apa yang dimaksud dengan point break ? 3. Jelaskan bagaimana bisa dikatakan bahwa pegas bersifat elastis dan dapat pula bersifat plastis ? 4. Jelaskan secara singkat bagaimana cara menentukan Konstanta pegas ? Jawaban 1. Pengertian benda elastis dan plastis Benda Elastis adalah benda yang saat diberikan gaya akan mengalami perubahan bentuk dan saat gayanya dihilangkan benda akan kembali ke bentuk awal. Contoh benda Plastis : Pegas, Karet Benda Plastis (nonelastis) adalah benda yang saat diberikan gaya akan mengalami perubahan bentuk dan saat gayanya dihilangkan benda tidak dapat kembali ke bentuk awalnya. Contoh : Tanah Liat, Plastisin, Adonan Kue 2. Point break merupakan suatu batasan maksimum suatu benda jika terkena gaya berlebih contohnya titik tertentu yang dimiliki benda elastis, dimana bila suatu gaya melebihi titik patah ini diterapkan pada benda tersebut, maka benda elastis akan patah. 3. Perbedaan elastisitas dan plastisitas dengan contohnya adalah sebagaii berikuut: Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk semula. Kita beri contoh saja, karet dengan besi. Jika karet ditarik kemudian di lepas, maka karet akan kembali ke bentuk semula. 14 Plastisitas adalah benda yang tidak kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar dihilangkan. jika besi ditarik, besi memiliki tingkat elastisitas yang cukup kecil jadi jika terarik melewati batas elastisitas maka besi akan patah dan tidak kembali ke bentuk semula. 4. Menentukan konstanta pegas adalah dengan melihat data yang telah diperoleh. Rumus yang digunakan untuk menentukan konstanta pegas adalah. F =F M.g = k. ∆x K = m.g / ∆x Dimana : F = Gaya pegas M = Massa beban g = Gravitasi bumi k = Konstanta pegas ∆x = Selisih antara panjang akhir (Lt) dan panjang awal (Lo). 15 BAB IV PENUTUP 4.1 DISKUSI Kendala kami dalam praktikum pegas kali ini adalah ketelitian ukuran kerenggangan pegas menggunakan penggaris dan menghitung konstanta pegas kemudian membandingkannya menggunakan grafik . 4.2 KESIMPULAN Dengan melakukan pratikum fisika (kerenggangan dan konstata pegas) perubahan beban sangat lah berpengaruh terhadap kerenggangan pegas, semakin besar berat maka akan semakin besar kerenggangan pegas. Cara mengukur kerenggangan pegas ialah dengan mengurangi panjang pegas setelah di beri beban (x) dengan panjang pegas sebelum ada beban (x°) cara menghitung konstanta pegas dengan rumus F1 ∆X1 dari hasil pengukuran dan perhitungan tersebut maka kita bisa memperoyeksikan dalam sebuah grafik menganalisis konstanta dengan menggunakan hubungan pada perubahan data pertamban beban dengan kerenggangan. membandingkan hasil dari konstanta pegas hasil pengukuran dengan analisis grafik hubungan pertama bahan beban dan kerengangan pegas. 4.3 SARAN Sebelum melakukan percobaan sebaiknya memahami terlebih dahulu meteri yang akan diuji. Sebaiknya kita melakukan perhitungan berulang kali agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. 16 DAFTAR PUSTAKA Sugeng.2019. Buku Panduan Praktikum Fisika. Pangkalan Bun: Fakultas Teknik Universitas Antakusuma http://indrihdyn.blogspot.com/2014/06/makalah-fisika-mengenai-gayapegas.html 29 Desember 2021 (http://www.gurumuda.com/2008/10/hukum-hooke-dan-elastisitas/)// 29 desember 2021 17