GUIDELINE SKIN CONTRACTURE STASE INTEGUMEN RSUP SANGLAH DENPASAR Oleh: Herista Novia Widanti (2102631030) PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2022 A. Definisi Skin Contracture Kontraktur adalah pemendekan jarak 2 titik anatomis tubuh sehingga terjadi keterbatasan rentang gerak (range of motion). Pada kontraktur terjadi kontraksi yang menetap dari kulit dan atau jaringan dibawahnya yang menyebabkan deformitas dan keterbatasan gerak. Kelainan ini disebabkan karena tarikan parut abnormal pasca penyembuhan luka (Perdanakusuma, 2009). Skin Contracture atau kontraktur kulit merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka. Skin contracture paling sering dijumpai pada pasien pasca luka bakar. Kontraktur luka bakar adalah area kulit yang mengalami jaringan parut yang berlebihan sebagai akibat dari penyembuhan luka bakar yang dalam. Kontraktur berupa scar yang terbentuk dari sisa kulit yang sehat di sekitar luka, yang tertarik ke sisi kulit yang terluka. Kontraktur dimulai sebagai kerutan kecil pada jaringan parut (Gambar 1a) tetapi seiring waktu dapat memburuk, menjadi jaringan parut hipertrofik yang tebal (Gambar 1b). Jaringan parut yang rapat ini dapat membatasi pergerakan sendi, menyebabkan hilangnya mobilitas sendi, dan secara permanen merusak fungsi sendi yang normal (Ledbetter, 2010). (a) (b) Gambar 1. Contracture Scar Tissue (Sumber: Ledbetter, 2010) B. Etiologi Skin Contracture Skin contracture karena luka bakar dapat disebabkan karena kombinasi berbagai faktor meliputi: posisi anggota tubuh, durasi imobilisasi, otot, jaringan lunak, dan patologis tulang. Individu dengan luka bakar sering diimobilisasi, baik secara global maupun fokal karena nyerinya, pembidaian, dan posisinya. Luka bakar dapat mengenai jaringan lunak, otot, dan tulang. Semua faktor ini berkontribusi terhadap kejadian skin contracture karena luka bakar (Schneider et al, 2006). Berbagai hal yang dapat menyebabkan kontraktur adalah sebagai berikut (Adu, 2011): 1. Trauma suhu 2. Trauma zat kimia 3. Trauma elektrik 4. Post-trauma (Volkmann’s) 5. Infeksi ulkus buruli 6. Idiopatik (Dupuytren’s) 7. Kongenital (camptodactyly) C. Patofisiologi Skin Contracture Mekanisme dasar pembentukan kontraktur dimulai dari proses aktifnya miofibroblas (sebuah sel dengan fibroblas dan dengan karakteristik seperti otot polos yang terdistribusinya granulasi di seluruh jaringan yang ada pada luka). Kontraksi dari miofibroblas menyebabkan luka menyusut. Hal ini juga diikuti dengan deposisi kolagen dan saling berhubungan untuk mempertahankan kontraksi. (Adu, 2011). Kontraksi adalah proses aktif biologis untuk menurunkan dimensi area anatomi dan jaringan yang dapat menyebabkan perlambatan kesembuhan dari luka terbuka. Kontraktur adalah produk akhir dari proses kontraksi. Kontraktur mengganggu secara fungsional dan estetik (Pandya, 2001). Luka bakar dengan ketebalan parsial superfisial jarang menyebabkan jaringan parut. Sebaliknya, luka bakar dermal yang dalam atau ketebalan penuh meluas ke reticular dermal, yang menghancurkan pelengkap epidermal dan perluasannya ke dalam dermis. Luka kurang mampu berepitel secara spontan dan penutupan luka terjadi hanya dari tepi luka, bukan dari bagian tengah luka. Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam penyembuhan luka yang meningkatkan risiko pembentukan jaringan parut (Goel, 2010) Luka bakar dermal yang dalam dapat menyebabkan jaringan parut hipertrofik. Walsh, et al (2013) mendefinisikan jaringan parut hipertrofik sebagai: 'bekas luka yang terangkat di atas permukaan kulit yang tetap berada dalam batas-batas lesi asli'. Ada respon proliferasi berlebihan dari penyembuhan luka yang menyebabkan deposisi kolagen dan substansi dasar yang berlebihan. Kolagen tipe III adalah jenis jaringan ikat yang dominan dan secara struktural tidak teratur dan nodular. Miofibroblas berproliferasi di lokasi luka yang menyebabkan tepi luka berkontraksi satu sama lain. Penyembuhan yang tertunda dan pembentukan bekas luka menyebabkan proliferasi berlebihan dari miofibroblas yang menyebabkan kontraktur patologis. Bekas luka hipertrofik biasanya terjadi dalam tiga bulan pertama luka bakar. Satu dari tiga orang lukanya menjadi hipertrofik jika waktu penyembuhan terjadi antara 14-21 hari. Setelah 21 hari, 78% bekas luka menjadi hipertrofik (Gielle, 2008). Faktor-faktor yang diakui yang dapat menunda penyembuhan luka termasuk infeksi, merokok, sistem kekebalan yang tertekan, usia, sirkulasi yang buruk dan nutrisi. Faktor-faktor tersebut dapat menunda penyembuhan luka yang menyebabkan kerusakan pada luka. Jaringan parut yang terdapat pada kulit pasca luka bakar menyebabkan bagian tubuh yang berkaitan dalam keadaan statis. Apabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi memendek dalam jangka waktu yang lama, serabutserabut otot dan jaringan ikat akan menyesuaikan memendek dan menyebabkan kontraktur sendi. Otot yang dipertahankan memendek dalam 5-7 hari akan mengakibatkan pemendekan perut otot yang menyebabkan kontraksi jaringan kolagen dan pengurangan jaringan sarkomer otot. Bila posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih, jaringan ikat sekitar sendi dan otot akan menebal dan menyebabkan kontraktur. D. Klasifikasi Berdasarkan derajat atau tingkat keparahannya kontraktur dapat dibagi menjadi beberapa grade atau tingkatan yang dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini (McCauley, 2000). Tabel 1. McCauley Grade Grade I II Classification for Burn Scar Contracture Deskripsi Gejala berupa tightness namun tanpa penurunan gerakan lingkup gerak sendi maupun fungsi Sedikit penurunan lingkup gerak sendi atau sedikit penurunan fungsi namun tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari secara signifikan, tanpa penyimpangan bentuk normal daerah yang terkena Terdapat penurunan fungsional, dengan perubahan awal bentuk normal pada daerah yang terkena. A Kontraktur berupa fleksi B Kontraktur berupa ekstensi C Kontraktur kombinasi Kehilangan fungsi dari daerah yang terkena dengan perubahan bentuk yang IV signifikan A Kontraktur berupa fleksi B Kontraktur berupa ekstensi C Kontraktur kombinasi (Sumber: McCauley RL, 2000) III E. Manifestasi Klinis Skin Contracture Gejala kontraktur bisa berupa : a. Terdapat jaringan ikat adan atropi b. Terjadi pembentukan sikatrik yang berlebih c. Mengalami gangguan mobilisasi d. Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari e. Hypertrophic scar (HSc) dapat bersamaan dengan kontraktur sehingga berpotensi kehilangan fungsi sendi F. Pemeriksaan Fisioterapi 1. Anamnesis a. Riwayat Penyakit Sekarang Adapun bagiannya yaitu : Lokasi Onset dan kronologis Kuantitas keluhan Kualitas keluhan Faktor-faktor yang memperberat keluhan dan yang meringankan keluhan Analisis sistem yang menyertai keluhan utama b. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta Tanyakan kepada pasien apakah sebelumnya pasien memiliki penyakit lain sebelumnya yang berkaitan maupun tidak berkaitan c. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat ini ditanyakan untuk menggali apakah adanya penyakit keturunan yang mempengaruhi riwayat penyakit sekarang seperti hipertensi, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain. d. Riwayat sosial dan ekonomi Pertanyaan ini terkait status sosial pasien seperti pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kebiasaan yang dilakukan sehari-hari (pola tidur, merokok, life style), dan riwayat asuransi serta fasilitas kesehatan yang digunakan untuk berobat. 2. Pemeriksaan Objektif a. Vital Sign Terdiri dari pemeriksaan HR (Heart Rate), RR (Respiration Rate), BP (Blood pressure), Suhu dan Saturasi Oksigen b. Inspeksi Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara melihat secara langsung dan mengidentifikasi tanda-tanda dari keluhan pasien. Pemeriksaan inspeksi ada dua, sebagai berikut: 1) Inspeksi Statis merupakan inspeksi yang dilakukan saat pasien tidak bergerak atau dalam keadaan diam, fisioterapis dapat mengobservasi terkait postur pasien, deformitas, edema, perubahan warna kulit, dll. 2) Inspeksi Dinamis merupakan inspeksi yang dilakukan saat pasien bergerak, dimana untuk menilai pola jalan, kemampuan gerak dan alat bantu yang digunakan untuk bergerak. c. Palpasi Palpasi bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri tekan, tekstur kulit, perbedaan suhu local pemeriksaan dilakukan dengan cara memegang, menekan dan meraba bagian tubuh pasien. d. Pemeriksaan Gerak Dasar 1) Pemeriksaan Gerak Aktif Gerak aktif merupakan gerak yang dilakukan secara mandiri oleh pasien. Hal yang harus diperhatikan adalah dimana dan kapan nyeri muncul, pola gerakan kompensasi, ritme gerakan dan range of motion 2) Pemeriksaan Gerak Pasif Gerak pasif merupakan gerak yang dibantu oleh terapis, pasien dalam keadaan diam, dan terapis yang sepenuhnya menggerakkan tubuh pasien. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana end feel dari gerakan, nyeri serta ROM yang dapat dicapai secara pasif 3) Pemeriksaan Gerak Isometrik Berkaitan dengan tahanan yang dapat diberikan kepada pasien dan sekaligus mengukur kekuatan otot 3. Pengukuran a. Range of Motion (ROM) Pengukuran ROM atau lingkup gerak sendi dilakukan untuk memberikan informasi tentang pergerakan, koordinasi dan kendali motorik, kekuatan otot, dan faktor yang berpotensi membatasi (seperti nyeri atau pembatasan abnormal jaringan sekitar). b. Lingkar Segmen 1) Lingkar lengan atas Dari acromion 10 cm ke distal Dari acromion 20 cm ke distal Dari acromion 30 cm ke distal 2) Lingkar Lengan Bawah Dari epicondilus lateralis 10 cm ke distal Dari epicondilus lateralis 20 cm ke distal Dari epicondilus lateralis 30 cm ke distal 3) Lingkar Tangan Dari pertengahan pergelangan tangan sampai ujung jari tengah, Lingkarkan pada tangan 4) Lingkar tungkai atas Dari SIAS 10 cm ke distal Dari SIAS 20 cm ke distal Dari SIAS 30 cm ke distal 5) Lingkar tungkai bawah Dari tuberositas tibia 10 cm ke distal Dari tuberositas tibia 20 cm ke distal Dari tuberositas tibia 30 cm ke distal 6) Lingkar Kaki Dari malleolus medialis dan lateralis Tarik garis sampai ujung kaki, Ukur lingkar kaki yang sudah di tandai 7) Lingkar Panggul Ukur dengan melewati kedua SIAS 4. Pemeriksaan Khusus a. Pemeriksaan Integritas Kulit 1) Area Pemeriksaan area dilakukan dengan cara inspeksi lokasi atau distribusi lokasi terkait keluhan yang dialami. 2) Edema Inspeksi dan palpasi dengan cara menekan kulit, untuk mengetahui kondisi pembengkakan/pitting oedema. 3) Warna Kulit Pemeriksaan warna kulit dilakukan dengan cara: Inspeksi: Pada warna kulit abnormal akan ditemukan flushing, cyanosis, jaundice dan pigmentasi yang tidak teratur. Area kulit yang kurang pigmentasi memperlihatkan lebih jelas keadaan yang abnormal dari kulit yang mengalami pigmentasi lebih. 4) Tekstur kulit Inspeksi dan palpasi dengan memperhatikan serta menekan kulit. Pada kulit yang abnormal ditemukan tekstur kulit kering, dan percahpecah, bengkak dan atropi. 5) Sensibilitas Kulit Tes sensibilitas kulit dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu pemeriksaan sensasi taktil, pemeriksaan nyeri dan pemeriksaan sensasi thermal (panas/dingin). b. Skala Nyeri Intensitas nyeri dapat dinilai dengan Numeric Pain Rating Scale merupakan alat ukur skala nyeri multi-dimensional yang berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, 0 menunjukan tidak nyeri dan 10 nyeri berat. Pengukuran nyeri dilakukan dengan menganjurkan pasien untuk memberikan tanda pada angka yang ada pada garis lurus yang telah disediakan dan memberikan tanda titik dimana skala nyeri pasien dirasakan. Skala nyeri pada skin kontraktur dapat diberikan ketika pasien merasakan nyeri ketika melakukan gerakan atau nyeri tekan pada bagian scar. c. Skala Gatal (Pruritus) Pemeriksaan skala gatal dengan 5-D itch scale adalah kuesioner singkat tapi multidimensi dirancang sebagai ukuran hasil dalam uji klinis. Meliputi lima dimensi yaitu degree (derajat/tingkat), duration (durasi), direction (arah/petunjuk), disability (cacat) dan distribution (distribusi). Dapat diberikan pada pasien skin contracture dengan keluhan gatal pada area scar. d. Pemeriksaan Manual Muscle Testing (MMT) Kekuatan kontraksi sesuai dengan kelompok ototnya diberi nilai skala 15 sebagai berikut: Cara pelaksanaan: 1) Mulai pada jangkauan menengah atau kurang lebih 45 derajat fleksi 2) Untuk pasien yang sangat lemah, palpasi kelompok otot secara lembut untuk merasakan kedutan, kontraktur kecil yang tidak dapat menggerakkan anggota gerak atau jari-jari 3) Pasien yang lemah diminta untuk mengkontraksikan anggota gerak melawan gravitasi, meminta pasien mengkontraksi anggota gerak pada bidang horisontal. (Contoh: untuk kekuatan otot hamstring, minta pasien berbaring pada satu sisi sehingga pasien tidak melawan gravitasi saat mengkontraksikan lututnya.) e. Pemeriksaan Spesifik Lainnya Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk kondisi skin contracture, disesuaikan dengan komponen dan tipe yang hendak dievaluasi G. Clinical Reasoning Luka luas dan mencapai dermis reticulare Injury pada kulit Inflamation phase Proliferasi berlebih Deposisi collagen dan substansi dasar berlebih Granulasi & Kontraksi fibroblast Fibroblast menarik tepi luka dan mengerutkan permukaan luka Remodelling phase Collagen menguatkan jaringan yang lemah Tidak mampu berepitel spontan, penutupan luka hanya dari tepi luka (bukan tengah), terjadi keterlambatan penyembuhan luka. Epitelisasi Terbentuk jaringan parut berlebih Hipertrofik Parut Immobilisasi Gatal, Nyeri Jaringan ikat dan otot memendek Skin Contracture Keterbatasan LGS Adhesi jaringan parut Muscle Energy Technique (MET) Scar Massage H. TIdieR (Template for Intervention Description and Replication) 1. Muscle Energy Technique (MET) No. 1. Where Located Item Primary Other Paper (details) Brief Name Emad T.Ahmed, Muscle Energy Technique et atau dikenal dengan MET adalah Efficacy kelompok Muscle metode osteopathic soft manipulasi tissue al. (2013). of Energy yang Technique versus menggabungkan arah dan kontrol Static Stretching yang tepat dari pasien, kontraksi Technique isometrik dan/atau isotonik, yang Increasing didesain untuk memperbaiki fungsi Hamstring muskuloskeletal dan menurunkan Flexibility nyeri Burn in Grubb, E. R.,et al. 2010. Muscle Energy Technique. Spring: University of Post Kentucky Contracture. International Journal of Health and Rehabilitation Sciences. 2. Why Emad T.Ahmed, et Grubb, E. Pendekatan manual terapi Muscle al. (2013). Efficacy R.,et al. Energy teknik of Muscle Energy 2010. relaksasi otot secara aktif dianggap Technique versus Muscle bermanfaat untuk berbagai tujuan Static Stretching Energy seperti memperpanjang otot yang Technique in Technique. memendek, sebagai pompa limfatik Increasing Spring: atau vena untuk membantu drainase Hamstring University cairan dan darah serta meningkatkan Flexibility Post of lingkup gerak. Latihan mobilitas Burn Contracture. Kentucky Technique atau sendi ini jangkauannya dapat International mencegah kekakuan dan kontraktur. Journal of Health Latihan dirancang untuk memelihara and Rehabilitation dan meningkatkan fungsi mobilitas Sciences. ekstremitas agar tetap fleksibel. 3. What Emad T.Ahmed, Grubb, E. Materials : et al. (2013). R.,et al. Intervensi Muscle Energy Technique Efficacy of 2010. tidak Muscle Energy Muscle tambahan yang diperlukan, hanya Technique Energy dilakukan oleh fisioterapis secara versus Static Technique. manual. Stretching Spring: Technique in University Increasing of Hamstring Kentucky membutuhkan material Flexibility Post Burn Contracture. International Journal of Health and Rehabilitation Sciences. 4. Emad T.Ahmed, Grubb, E. Sendi harus diposisikan pada et al. (2013). R.,et al. hambatan fisiologis (spesifik Efficacy of 2010. pada 3 bidang gerak jika terjadi Muscle Energy Muscle pada segmen spinal: fleksi atau Technique versus Energy ekstensi, Static Stretching Technique. rotasi). Technique in Spring: Pasien harus diminta untuk Increasing University mengontraksikan otot secara Hamstring of Procedures lateral fleksi dan statis kearah kebebasan gerak. Flexibility Post Kontraksi isometrik moderat Burn (sekitar 75% dari maksimal) Contracture. sambil International terapis memberikan tahanan secukupnya. Kontraksi Journal of Health harus dipertahankan selama 5 and detik. Rehabilitation Pasien diminta untuk relaks Sciences. Kentucky selama 3 detik diantara usaha kontraksi; digunakan waktu terapis tersebut untuk memberikan mobilisasi sendi kearah hambatan gerakan baru. Teknik ini diulang 4 kali repetisi, tiga kali set dan periode tiga detik relaksasi 5 Who Provided Emad T.Ahmed, Grubb, E. Muscle Energy Technique dilakukan et al. (2013). R.,et al. oleh fisioterapis yang terlatih dan Efficacy of 2010. berpengalaman. Muscle Energy Muscle Technique versus Energy Static Stretching Technique. Technique in Spring: Increasing University Hamstring of Flexibility Post Kentucky Burn Contracture. International Journal of Health and Rehabilitation Sciences. 6. How Emad T.Ahmed, Grubb, E. Pemberian latihan Muscle Energy et al. (2013). R.,et al. Technique Efficacy of 2010. langsung dengan tatap muka dengan Muscle Energy Muscle pasien skin contracture. Technique versus Energy Static Stretching Technique. Technique in Spring: Increasing University Hamstring of Flexibility Post Kentucky dilakukan secara Burn Contracture. International Journal of Health and Rehabilitation Sciences. 7. Where Emad T.Ahmed, Grubb, E. Latihan Muscle Energy Technique et al. (2013). R.,et al. dapat dilakukan di rumah sakit Efficacy of 2010. ataupun di rumah pasien sebagai Muscle Energy Muscle home care program Technique versus Energy Static Stretching Technique. Technique in Spring: Increasing University Hamstring of Flexibility Post Kentucky Burn Contracture. International Journal of Health and Rehabilitation Sciences. 8. Emad T.Ahmed, Grubb, E. et al. (2013). R.,et al. dimulai sedini mungkin pada Efficacy of 2010. ekstemitas Muscle Energy Muscle telah Technique versus Energy atau Static Stretching Technique. yang Technique in Spring: mengalami kontraktur/ terdapat Increasing University scar Hamstring of Flexibility Post Kentucky When and How Much Muscle Energy yang terjadi Latihan berpotensi kontraktur, mengalami dekat Technique kontraktur dengan bagian dilakukan 4 kali repetisi, dan 3 set Burn Contracture. International Journal of Health and Rehabilitation Sciences. 9. Tailoring: Emad T.Ahmed, Grubb, E. Indikasi : et al. (2013). R.,et al. Indikasi pemberian muscle energy Efficacy of 2010. technique yaitu Muscle Energy Muscle a. Adanya kontraktur, pemendekan Technique versus atau spastisitas Energy Static Stretching Technique. Technique in Spring: Increasing b. Meningkatkan luas gerak sendi Hamstring University pada jaringan otot yang Flexibility Post of Kentucky mengalami kelemahan Burn c. Adanya malposition pada struktur tulang Contracture. International d. Perbaikan pergerakan sendi yang Journal of Health berhubungan dengan disfungsi and artikular. Rehabilitation Sciences. Kontraindikasi : Kontraindikasi pemberian muscle energy technique yaitu a. Injury fase akut b. Adanya fraktur tulang c. Osteoporosis d. Adanya penyatuan dan ketidakstabilan sendi 10. Modifications Emad T.Ahmed, Grubb, E. Latihan harus mencakup sendi yang et al. (2013). R.,et al. tidak Efficacy of 2010. immobilisasi yang berkepanjangan Muscle Energy Muscle sendiri dapat memiliki efek negatif. Technique versus Energy Penting juga untuk memposisikan Static Stretching Technique. pasien dengan cara yang benar/ Technique in Spring: untuk mencegah kulit menyusut dan Increasing University akibatnya persendian berkontraksi. Hamstring of Flexibility Post Kentucky terpengaruh, karena Burn Contracture. International Journal of Health and Rehabilitation Sciences. 11. How Well Emad T.Ahmed, Grubb, E. Planned et al. (2013). R.,et al. Fisioterapis menjelaskan tujuan Efficacy of 2010. program terapi untuk pasien dan Muscle Energy Muscle anggota keluarga dalam sesi Technique versus Energy terapi Static Stretching Technique. Fisioterapis dapat memberikan Technique in Spring: dorongan kepada Increasing University pasien untuk melakukan latihan Hamstring of secara rutin. Flexibility Post Kentucky Fisioterapis memberikan jadwal Burn terapi secara rutin. Contracture. Fisioterapis melakukan evaluasi International saat Journal of Health semangat sebelum intervensi dan dan sesudah dilihat perkembangannya tiap minggu. and Rehabilitation Sciences. 12. How Well Emad T.Ahmed, Grubb, E. Actual: et al. (2013). R.,et al. Efficacy of 2010. pengukuran dan evaluasi yang Muscle Energy Muscle dapat dilakukan yaitu dengan Technique versus Energy melakukan pengukuran lingkup Static Stretching Technique. gerak Technique in Spring: Increasing University Fisioterapis sendi goniometer. melakukan (LGS) dengan Fisioterapi melakukan evaluasi Hamstring of untuk Flexibility Post Kentucky mengetahui perkembangan kondisi pasien Burn setelah diberikan intervensi dan Contracture. melihat International sejauh mana perkembangan pasien secara Journal of Health berkala. and Rehabilitation Sciences. 2. Scar Massage No. 1. Where Located Item Primary Other Paper (details) Brief Name Ledbetter, Kelly. Scar Massage adalah komponen (2010). The Help teknik Pijat Guide to Burn digunakan untuk memecah ikatan Contractures in kolagen yang membentuk bekas Developing luka. Country. Global manual terapi. Tujuannya adalah untuk melembutkan dan menghilangkan kepekaan kulit, Help mencegah pruritus, Bricknell, Wai Chan, dkk. 2017. Burn Physiothera py and Occupation perlengketan dan adhesi jaringan, mengurangi Julie al Therapy serta Guidelines. meregangkan kulit dan jaringan Agency for parut. Clinical Innovation 2. Why Ledbetter, Kelly. Julie Sebagai bentuk latihan mobilisasi (2010). The Help Bricknell, kulit dan Guide to Burn Wai Chan, kulit, Contractures in dkk. 2017. untuk menghilangkan melembutkan kepekaan mencegah adhesi perlengketan dan jaringan, mengurangi pruritus, serta meregangkan kulit Developing Burn Country. Global Physiothera Help py and dan jaringan parut. Occupation al Therapy Guidelines. Agency for Clinical Innovation 3. What Ledbetter, Kelly. Julie Materials: (2010). The Bricknell, Help Guide to Wai Chan, membutuhkan material tambahan Burn dkk. 2017. yang diperlukan hanya dilakukan Contractures in Burn fisioterapis secara manual dan secara Developing Physiothera mandiri Country. Global py and Help Occupation Intervensi Scar Massage dilakukan oleh tidak pasien dengan pengawasan fisioterapis al Therapy Guidelines. Agency for Clinical Innovation 4. Ledbetter, Kelly. Julie (2010). The Help Bricknell, pengasuh mereka. Keluarga atau Guide to Burn Wai Chan, kerabat Contractures in dkk. 2017. berpartisipasi jika luka bakar Developing Burn berada di daerah yang sulit Country. Global Physiothera dijangkau. Help py and Procedures o Dorong partisipasi pasien dan o Disarankan terdekat untuk perlu memijat Occupation bekas luka dengan pelembab al Therapy beberapa kali sehari; jika kulit Guidelines. kering lebih sering pijat dengan Agency for pelembab akan diperlukan. Clinical o Jika pasien memiliki area bekas luka yang luas, atau kesulitan mengenakan atau melepas pakaian, mungkin tidak praktis untuk memijat beberapa kali dalam sehari; untuk pasien ini, pijat dapat dimasukkan ke dalam perawatan kulit saat pelembab diterapkan ke kulit. o Pijat dengan tekanan cukup agar kulit memucat. o Tekan ibu jari pada daerah parut yang menebal & pijatlah melingkar. o Dapat juga memijatkan kedua ibu jari menariknya pada scar menjauh, dan untuk meregangkan kulit di antaranya o Gunakan tekanan yang dapat ditoleransi pasien o Pijat dengan hati-hati agar tidak merusak kulit. Jika sangat tebal gunakan teknik pinch and roll. Pijat harus dilanjutkan sampai bekas luka mature. Penting untuk mengajarkan pasien dan pengasuh pijatan. untuk melakukan Innovation 5 Who Provided Scar Massage Ledbetter, Kelly. Julie dilakukan oleh (2010). The Help Bricknell, terlatih dan Guide to Burn Wai Chan, Contractures in dkk. 2017. secara mandiri oleh pasien dengan Developing Burn pengawasan fisioterapis. Country. Global Physiothera Help py and fisioterapis yang berpengalaman, dapat dilakukan Occupation al Therapy Guidelines. Agency for Clinical Innovation 6. How Ledbetter, Kelly. Julie Pemberian Scar Massage dilakukan (2010). The Help Bricknell, secara langsung dengan tatap muka Guide to Burn Wai Chan, dengan pasien Contractures in dkk. 2017. Developing Burn Country. Global Physiothera Help py and Occupation al Therapy Guidelines. Agency for Clinical Innovation 7. Where Ledbetter, Kelly. Julie Massage dapat dilakukan di rumah (2010). The Help Bricknell, sakit ataupun di rumah pasien Guide to Burn Wai Chan, sebagai home program dan dapat Contractures in dkk. 2017. dibantu oleh keluarga pasien dalam Developing Burn melatih pasien. Country. Global Physiothera Help py and Occupation al Therapy Guidelines. Agency for Clinical Innovation 8. Ledbetter, Kelly. Julie Setelah luka tertutup dan parut (2010). The Help Bricknell, mulai Guide to Burn Wai Chan, Contractures in dkk. 2017. jaringan parut. Ini penting Developing Burn terutama pada daerah di mana Country. Global Physiothera scar dapat menyebabkan kulit Help py and When and How Much timbul, melakukan penting massase pada menjadi tebal, keras, & sulit Occupation digerakkan, al Therapy kondisi yang dikenal sebagai adhesi. Guidelines. Penting Agency for untuk melakukan masase paling tidak 10 menit Clinical setiap Innovation hari melunak dan sampai scar mengajarkan pada pasien dan orang tuanya bagaimana melakukan masase pada scar 9. Tailoring: Ledbetter, Kelly. Julie Indikasi : (2010). The Help Bricknell, Diberikan pada pasien yang Guide to Burn Wai Chan, tidak Contractures in dkk. 2017. Developing Burn menggerakkan segmen tubuh Country. Global Physiothera secara aktif akibat scar Help py and mampu mengalami keterbatasan dalam Occupation Penting untuk melanjutkan al Therapy pijatan kuat untuk Guidelines. desensitisasi. Agency for yang membantu Seiring waktu ketidaknyamanan dan rasa sakit akan berkurang. Nyeri dan ketidaknyamanan akan terjadi jika bekas luka hipersensitif dan/atau sangat kencang, atau pasien cemas Pijat tidak langsung memiliki pada efek penampilan atau pelunakan bekas luka, tetapi dapat meredakan membantu gatal dengan segera. Pemijatan dengan dengan iritasi kulit menggunakan dapat produk pelembab. Kontraindikasi : Dikontraindikasikan pada pasien post autograft 24-48 jam, post skin graft dalam jangka waktu 3-5 hari pada split-thickness skin graft dan dalam jangka waktu 5-7 hari pada full-thickness skin graft, 3-5 hari post op pembedahan karena immobilisasi penyembuhan. dibutuhkan untuk fase Clinical Innovation Kulit rapuh dapat rusak jika pemijatan dimulai terlalu dini, pemijatan lembut dapat diindikasikan pada awalnya. Hentikan sementara jika terjadi kerusakan kulit. 10. Modifications Ledbetter, Kelly. Julie Penting untuk memposisikan pasien (2010). The Help Bricknell, dengan cara yang benar/ untuk Guide to Burn Wai Chan, mencegah Contractures in dkk. 2017. akibatnya persendian berkontraksi. Developing Burn Splinting juga dapat digunakan Country. Global Physiothera untuk mencegah kontraktur lebih Help py and kulit menyusut dan lanjut Occupation al Therapy Guidelines. Agency for Clinical Innovation 11. How Well Ledbetter, Kelly. Julie Planned (2010). The Help Bricknell, Fisioterapis menjelaskan teknik Guide to Burn Wai Chan, scar Contractures in dkk. 2017. Developing Burn pasien dan meningkatkan rasa Country. Global Physiothera tanggung jawab mereka dalam Help py and massage keluarga untuk dan anggota mendukung menerapkan kepada pasien Occupation Fisioterapis dapat memberikan al Therapy dorongan kepada Guidelines. melakukan Agency for pasien semangat untuk perawatan secara rutin. Clinical Innovation Fisioterapis melakukan evaluasi saat sebelum intervensi dan dan sesudah dilihat perkembangannya tiap minggu. 12. How Well Ledbetter, Kelly. Julie Actual: (2010). The Help Bricknell, Guide to Burn Wai Chan, pengukuran dan evaluasi yang Contractures in dkk. 2017. dapat dilakukan yaitu dengan Developing Burn melakukan pengukuran lingkup Country. Global Physiothera gerak sendi dengan goniometer. Help py and Fisioterapis melakukan menjelaskan Occupation mengenai kondisi pasien dan al Therapy tujuan Guidelines. Fisioterapis pemberian intervensi yang diberikan. Agency for Fisioterapi melakukan evaluasi Clinical untuk Innovation mengetahui perkembangan kondisi pasien setelah diberikan intervensi dan melihat sejauh mana perkembangan pasien secara berkala. REFERENCE Adu EJK. (2011). Management of contractures: a five-year experience at komfoanokye teaching hospital in kumasi. Ghana Medical Journal 45(2):66-72. Emad T.Ahmed, Safa S. Abdelkarim. (2013). Efficacy of Muscle Energy Technique versus Static Stretching Technique in Increasing Hamstring Flexibility Post Burn Contracture. International Journal of Health and Rehabilitation Sciences. Volume 2: pp 22-27. McCauley RL. (2000). Reconstruction of The Paediatric Burned Hand. Hand Clin. Vol 16 (2), 249-59 Giele, H., Cassel, O. (2008). Oxford specialist handbooks in surgery: Plastic and Reconstructive Surgery: 1st Edition. Oxford University Press, New York. Goel, A., Shrivastava, P. (2010). Post-burn Scars and Scar Contractures. Indian Journal of Plastic Surgery; 43 63-71 Grubb, E. R., Hagedorn, E. M., Inoue, N., Leake, M. J., Lounsberry, N. L., Love, S. D., Matus, J. R., Morris, L. M., Stafford, K. M., Staton, G. S., Waters, C. M. 2010. Muscle Energy Technique. Spring: University of Kentucky Julie Bricknell, Wai Chan, dkk. (2017). Burn Physiotherapy and Occupational Therapy Guidelines. Agency for Clinical Innovation Ledbetter, Kelly. (2010). The Help Guide to Burn Contractures in Developing Country. Global Help Luc Téot, Thomas A. Mustoe, Esther Middelkoo, Gerd G. Gauglitz. (2021). Textbook on Scar Management: State of the Art Management and Emerging Technologies. Switzerland: Springer. Pandya AN. (2001). Burn injury. Repair & Reconstruction. 2(2):1-16 Perdanakusuma, DS. (2009). Surgical management of contracture in head and neck. Annual Meeting of Indonesian Symposium on Paediatric Anaesthesia & Critical care. JW Marriot Hotel Surabaya. Schneider JC, Holavanahalli R, Helm P, Goldstein R, Kowalske K. (2006). Contractures in burn injury: defining the problem. J Burn Care Res Vol. 27(4): 508-14. doi: 10.1097/01.BCR.0000225994.75744.9D. PMID: 16819356. Walsh, Karl., Nikkhah, Dariush., Dheansa, Baljit. (2013). Burn Scar Contracture and Their Management. Journal Plastic & Reconstructive Surgery. pp2431