Uploaded by my.amiy13

KTI ROSALINA

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata internasional yang sangat
terkenal di dunia.Sektor kepariwisataan telah menjadi motor penggerak
perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu
kepariwisataan merupakan bagian yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan lagi
dalam kehidupan masyarakat dan pembangunan di Bali.
Keindahan alam dan kebudayaan Bali yang unik dan beranekaragam
yangdituntun atau berpedoman pada falsafah Hindu dan keindahan alam menjadi
dayatarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan manca negara,
wisatawan domestik maupun wisatawan nusantara. Untuk menjaga keberlanjutan
pariwisatadi Bali, Pembangunan pariwisata di Bali selalu berdasarkan pada
penerapankonsep “Tri Hita Karana”. Konsep ini bertujuan untuk
menyeimbangkanhubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia, danhubungan manusia dengan alam. Diharapkan dengan
keharmonisan ini, manusia
(orang yang tinggal di Bali) dapat memperoleh manfaat dalam bentuk
kesejahteraan, kemakmuran, kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya
(Darmayuda, dkk. 1991).
Landasan yuridis pengembangan pariwisata di daerah Bali adalah Perda Nomor 3
tahun 1974 juncto Perda Nomor 3 tahun 1991 yang menetapkan bahwa konsep
pengembangan pariwisata di Bali adalah pariwisata budaya. Pariwisata budaya
merupakan jenis kepariwisataan yang dalam pengembangannyamenggunakan
kebudayaan daerah (Bali) yang dijiwai oleh nilai-nilai agamaHindu sebagai
potensi daerah yang paling dominan, yang di dalamnya menyiratkan satu cita-cita
akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dengan kebudayaan
sehingga keduanya dapat meningkat secara serasi, selaras,dan seimbang.
1
Dengan demikian, kebudayaan sangat penting perannya bagi pariwisata.
Kebudayaan tidak sekadar dinikmati, tetapisekaligus sebagai media untuk
membina sikap saling pengertian, toleransi, dan hormat menghormati antarbangsa.
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apakah ada pengaruh budaya hindu terhadap peningkatan wisatawan di
Bali ?
2) Bagaimana pengaruh budaya hindu terhadap peningkatan wisatawan di
Bali ?
C.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui ada tidaknya pengaruh budaya hindu terhadap peningkatan
wisatawan di Bali
2) Mengetahui pengaruh budaya hindu terhadap peningkatan wisatawan di
Bali
D.Pembatasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis memberikan landasan terhadap
permasalahan yang ada. Penulis hanya membahas pada pengaruh arsitektur
bangunan dan tarian hindu sebagai daya tarik wisata di Bali. Hal itu dimaksudkan
agar pembaca tidak meluas ke permasalahan yang lain.
E.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini yaitu
:
1. Metode Observasi
Dengan metode observasi , penulis langsung mendatangi ke tempat
tertentu untuk mendapatkan data-data dalam penulisan karya tulis ini.
2
2. Metode Studi Pustaka
Dengan metode studi pustaka , penulis mencari data-data dari buku buku
referensi dan internet yang berkaitan dengan tema dan judul karya tulis ini.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian Budaya Hindu
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya
itu dipelajari.
Pengertian hindu terletak pada pemahaman antara badan dan jiwa.
Menurut agama hindu , badan selalu dapat berubah dan tidak sempurna ,
sedangkan jiwa itu tidak berubah dan merupakan kebenaran yang mutlak.
Maka dapat didefinisikan bahawa budaya hindu adalah segala sesuatu
turun-temurun yang ada pada masyarakat yang mengandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang ada kaitannya dengan agama hindu.
4
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh yang bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Dengan demikian, budayalah yang menjadi pokok utama pendeskripsian suatu
masyarakat daerah karena mempunyai kaitan dengan perilaku masyarakat
tersebut.
B.Macam-macam Budaya Hindu
Upacara agama pada hakikatnya tidak semata-mata berdimensi
agama saja, tetapi juga berdimensi sosial, seni budaya, ekonomi, manajemen dan
yang lainnya. Melalui upacara agama, dapat dibina kerukunan antar sesama
manusia, keluarga, banjar yang satu dengan banjar yang lain. Upacara agama juga
melatih umat untuk bisa berorganisasi dan merupakan latihan-latihan manajemen
dalam mengatur jalannya upacara. Lewat upacara agama ditumbuhkan juga
pembinaan etika dan astetika. Upacara agama merupakan motivator yang sangat
potensial untuk melestarikan atau menumbuhkembangkan seni budaya, baik yang
sakral maupun yang profan.
Bahkan upacara agama merupakan salah satu daya tarik pariwisata dan
dapat menunjang kehidupan manusia. Budaya hindu itu sendiri dibedakan menjadi
dua , kebudayaan yang berkaitan dengan kerohanian dan budaya yang berkaitan
dengan nilai estetika atau seni
1) Budaya Kerohanian
Kehidupan masyarakat Bali kental dengan kultur kerohaniannya, oleh
karena itu pada hari-hari tertentu mereka secara khusuk melakukan
aktifitas persembayangan. Pada waktu melakukan persembayangan
tersebut sangat mengundang perhatian para wisatawan yang berkunjung,
untuk menyaksikan upacara keagamaan mereka. Dalam pelaksanaan
upacara itu selalu ditandai dengan berarak-arakan membawa sesaji untuk
persembahan kepada Sang Widi. Sepanjang arak-arakan tersebut,
5
masyarakat Bali tua, muda, laki-laki maupun perempuan ramai-ramai
menjalankan ritual agama mereka di tempat-tempat persembayangan,
orang Bali menyebutnya Pura yaitu suatu tempat dengan bangunan khas
hindu Bali untuk perembayangan umat hindu, dalam pandangan umat
Islam menyebutnya masjid atau surau.
Di tengah derasnya arus modernisasi dimana pengaruh budaya barat
terus mengacam budaya lokal dalam jaringan cyber virtual digital tersebar
luas di tengah masyarakat dalam intensitas tanpa batas itu, masyarakat
umat hindu Bali tetap menyelenggarakan ritual budayanya tanpa
terpengaruh oleh rayuan dan bujukan dari munculnya budaya modern
dengan segudang keglamoran hidup terbungkus dalam selimut budaya
populer yang terus mengancamnya. Karena penanaman kekuatan ideologi
kulturnya itu, masyarakat Bali hingga kini masih konsisten memegang
kekentalan dengan ke lokalan budayanya, walaupun arus globalisasi yang
membawa turis-turis dari berbagai macam negara dengan budayanya itu
terus menghantui perjalanan kekuatan budaya masyarakat bali, namun
budaya yang kaya ritual itu, masih tetap terjaga keutuhannya serta mampu
berdiri tegak dengan kokohnya.
2) Budaya Seni
Dalam budaya hindu di Bali , budaya yang erat kaitannya dengan
unsur estetika atau kesenian ini sering dikaitkan dengan seni tari dan seni
arsitekturnya.
a. Seni Tari
Pulau bali mempunyai tarian yang cukup dikenal oleh masyarakat
luas seperti Tari kecak yang mempunyai ciri khusus dimana dalam
penyajiannya tarian ini mempunyai karakter jumlah penarinya besar
dan tanpa busana hanya memakai celana dengan dililiti oleh kain
motif kotak-kotak putih hitam mirip papan catur . Keistimewaan tarian
ini adalah pada pementasannya selalu ramai menimbulkan suara
6
gemuruh saling bersautan satu sama lain dengan mengucap kan kata
cak…cak…cak…kecak…kecak… membuat orang yang menontonnya
menjadi semangat dan secara otomatis badan akan ikut tergerak
dibuatnya.Dari ciri itulah hingga tarian ini menjad terkenal dan
sekaligus sebagai ciri khas budaya Bali.
Bertahun-tahun tari kecak ini dilestarikan oleh masyarakat Bali
dari beberapa generasi, meskipun berbagai macam tari-tarian modern
dari luar juga turut mewarnai tarian lokal sebagai sarana
pengembangannya. Oleh karena itu tidak heran di daratan yang juga
dikenal dengan nama Pulau Dewata itu, banyak sanggar tari yang
bertujuan sebagai sarana pengembangan tari dan sekaligus sebagai
sarana apresiasi bagi masyarakat Bali itu sendiri, terutama pemberian
latihan sejak dini bagi anak-anak Bali agar mencintai-tariannya
sendiri.
Namun , kecintaan masyarakat Bali untuk selalu melestarikan
kekayaan budayanya terlanjur melekat, sehingga tarian itu akan terus
ditumbuh kembangkan dari generasi satu ke generasi lainnya
meskipun budaya populer lewat berbagai macam pernik-pernik
peradaban barat terus menghantuinya. Tarian lain yang tidak kalah
hebatnya dalam persepsi para wisatawan atau katakanlah orang biasa
saja, pasti mengenalnya dengan baik yaitu tarian barong. Sebuah
tarian atraktif oleh penarinya dengan visualisasi gerak begitu fleksibel
dalam menyajikan pergerakan dengan lenggak lenggoknya para penari
yang terselip dalam tampilan yang mirip binatang singa ini, dapat
memutar balikkan badan dan menggoyangkan kepala kiri kanan serta
atas bawah mengikuti irama gemuruhnya suara gamelan membuat
suasana semakin meriah.Tari Barong adalah sebuah tari
penggambaran tentang pertarungan yang tiada akhir antara kebaikan
dengan visualisasi Barong dan kejahatan dengan visualisasi Rangda.
7
Pada tarian ini juga disertakan beberapa pendukungnya dengan
memberikan adegan penusukan keris ke dada masing-masing peserta,
hal ini mengibarat kan pasukan Airlangga yang terbius oleh sihir
Rangda telah ditong oleh Barong hingga pasukannya itu kebal dengan
tusukan keris yang diarahkan kepadanya. Pementasan ini bersifat suci
dan sakral penuh dengan ritual, oleh karena itu sebelum pementasan
pemimpin rombongan pementasan memberikan percikan air suci
yang diambil dari gunung agung itu, kemudian disertai dengan
pemberian sesaji.
Pengertian ini menegaskan bahwa sifat kebaikan dan sifat
kejahatan itu selalu dekat dengan kehidupan manusia, oleh karena itu
dalam kehidupan selalu diwarnai dengan manusia yang mempunyai
sifat baik dan ada juga yang mempunyai sifat jahat, dan dalam
perjalanannya selalu bertempur tiada akhir sampai garis kematian
memisahkannya. Suatu gerakan badan dengan tangan yang serba
dinamis serta lirikan mata tajam ke kanan dan ke kekiri serta di
tanganya membawa tempayan tempat sesaji dengan ciri khas pada
daun kelapa muda atau janur yang terurai ke bawah seakan menutupi
sebagian tangannya, diiringi dengan gemuruhnya gamelan seolah
menggambarkan tarian Pendet.
Tarian ini awalnya adalah bersifat sakral karena tarian ini
bertujuan penyambutan para Dewata turun ke bumi, sehingga
pementasannya hanya di lingkungan Pura yaitu tempat
persembahyangan umat hindu di Bali. Tari Pendet merupakan tarian
persembahan yang diwujudkan dalam bentuk tari upacara jadi disini
nilai kesakralannya masih dijaga. Seiring dengan perkembangan
zaman para seniman-seniman Bali memodifikasinya menjadi tarian
upacara selamat datang, namun tidak mengurangi nilai kesakralannya.
8
Di Pulau Bali juga dikenal Tari Topeng yaitu sebuah tarian
dimana penarinya menggunakan topeng. Tarian ini awalnya juga
mengadung kesakralan atau bersifat magis, diceritakan bahwa tari
topeng yang terkenal adalah topeng pejagan yang disimbulkan sebagai
suatu perjalanan Sidhakarya ingin bertemu dengan Rajanya. Orang
Bali percaya bahwa topeng tersebut merupakan titisan dari Sidhakarya
dan istimewahnya tarian ini diyakini dapat menyembuhkan penyakit.
Tarian biasanya dimainkan sedikitnya 2 sampai 5 orang dan pemakian
topeng mempunyai karakter yang berbeda. pada 2 orang membaginya
yang satu topeng pajegan dan satunya lagi adalah topeng wali yang
bertugas mengiringi dan memberikan cerita-cerita tentang masyarakat
Bali pada zaman kerajaan dahulu.
a. Seni Arsitektur
Pengaruh kebudayaan Hindu dalam bidang seni bangunan di
Indonesia dapat kita jumpai seperti bangunan pura Kata "Pura"
sesungguhnya berasal dari akhiran bahasa Sansekerta (-pur, -puri, pura, -puram, -pore), yang artinya adalah kota, kota berbenteng, atau
kota dengan menara atau istana. Dalam perkembangan pemakaiannya
di Pulau Bali, istilah "Pura" menjadi khusus untuk tempat ibadah;
sedangkan istilah "Puri" menjadi khusus untuk tempat tinggal para
raja dan bangsawan.Mengenai tata letak Pelinggih Meru berbentuk
atap bersusun tinggi serupa pagoda ini adalah salah satu ciri khas
arsitektur pura. Tidak seperti candi atau kuil Hindu di India yang
berupa bangunan tertutup, pura dirancang sebagai tempat ibadah di
udara terbuka yang terdiri dari beberapa lingkungan yang dikelilingi
tembok. Masing-masing lingkungan ini dihubungkan dengan gerbang
atau gapura yang penuh berukiran indah. Lingkungan yang dikelilingi
tembok ini memuat beberapa bangunan seperti pelinggih yaitu tempat
suci bersemayam hyang, meru yaitu menara dengan atap bersusun,
serta bale (pendopo atau paviliun). Struktur tempat suci pura
9
mengikuti konsep Trimandala, yang memiliki tingkatan pada derajat
kesuciannya, yakni:
1) Nista mandala (Jaba pisan): zona terluar yang merupakan pintu
masuk pura dari lingkungan luar. Pada zona ini biasanya berupa
lapangan atau taman yang dapat digunakan untuk kegiatan
pementasan tari atau tempat persiapan dalam melakukan berbagai
upacara keagamaan.
2)
Madya mandala (Jaba tengah): zona tengah tempat aktivitas umat
dan fasilitas pendukung. Pada zona ini biasanya terdapat Bale Kulkul,
Bale Gong (Bale gamelan), Wantilan (Bale pertemuan), Bale
Pesandekan, dan Perantenan.
3)
Utama mandala (Jero): yang merupakan zona paling suci di
dalam pura. Di dalam zona tersuci ini terdapat Padmasana, Pelinggih
Meru, Bale Piyasan, Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale Pawedan,
Bale Murda, dan Gedong Penyimpenan.
Meskipun demikian tata letak untuk zona Nista mandala dan Madya
mandala kadang tidak mutlak seperti demikian, karena beberapa bangunan seperti
Bale Kulkul, atau Perantenan atau dapur pura dapat pula terletak di Nista
mandala.Pada aturan zona tata letak pura maupun puri (istana) di Bali, baik
gerbang Candi bentar maupun Paduraksa merupakan satu kesatuan rancang
arsitektur. Candi bentar merupakan gerbang untuk lingkungan terluar yang
membatasi kawasan luar pura dengan Nista mandala zona terluar kompleks pura.
Sedangkan gerbang Kori Agung atau Paduraksa digunakan sebagai gerbang di
lingkungan dalam pura, dan digunakan untuk membatasi zona Madya mandala
dengan Utama mandala sebagai kawasan tersuci pura Bali. Maka disimpulkan
baik untuk kompleks pura maupun tempat tinggal bangsawan, candi bentar
digunakan untuk lingkungan terluar, sedangkan paduraksa untuk lingkungan
dalam.
10
Mengenai jenis pura ,Terdapat beberapa jenis pura yang berfungsi khusus
untuk menggelar beberapa ritual keagamaan Hindu dharma, sesuai penanggalan
Bali. Pura-pura tersebut yaitu sebagai berikut :
1.
Pura Kahyangan Jagad: pura yang terletak di daerah pegunungan.
Dibangun di lereng gunung, pura ini sesuai dengan kepercayaan
Hindu Bali yang memuliakan tempat yang tinggi sebagai tempat
bersemayamnya para dewa dan hyang.
2. Pura Segara: pura yang terletak di tepi laut. Pura ini penting untuk
menggelar ritual khusus seperti upacara Melasti.
3. Pura Desa: pura yang terletak dalam kawasan desa atau perkotaan,
berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat Hindu
dharma di Bali.
Sad Kahyangan atau Sad Kahyangan Jagad, adalah enam pura utama yang
menurut kepercayaan masyarakat Bali merupakan sendi-sendi pulau Bali.
Masyarakat Bali pada umumnya menganggap pura-pura berikut sebagai Sad
Kahyangan:
1.
Pura Besakih di Kabupaten Karangasem.
2.
Pura Lempuyang Luhur di Kabupaten Karangasem.
3.
Pura Goa Lawah di Kabupaten Klungkung.
4.
Pura Uluwatu di Kabupaten Badung.
5.
Pura Batukaru di Kabupaten Tabanan.
6.
Pura Pusering Jagat (Pura Puser Tasik) di Kabupaten Gianyar.
Selain pura-pura Sad Kahyangan tersebut di atas, masih banyak pura-pura
di lainnya di berbagai tempat di pulau Bali, sesuai salah satu julukannya Pulau
Seribu Pura.Selain bangunan candi contoh bangunan lainnya yang mendapat
pengaruh kebudayaan Hindu seperti patitiran atau pemandian seperti pemandian,
dan bangunan Gapura, bentuk bangunannya umumnya menyerupai candi namun
memiliki pintu keluar masuk.
11
C.Pengertian Wisatawan
Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata.
Wisatawan sangat beragam , tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya
mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda. Jika ditinjau dari arti kata
“wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat
sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari
bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat
disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan
perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata
“traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai
akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya,
keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12).
Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin
menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar
ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan
wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain
yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor
(Kusumaningrum, 2009: 17).
Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18):
1. Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada
budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual.
2. Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme
(mencari keuntungan) secara berkelompok.
3. Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada
kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai
sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi.
4. Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan
konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.
12
13
Download