Uploaded by Perencanaan PPI Curug

23621037-assignment-01

advertisement
FLIGHT OPERATIONS
GROUP TASK
GROUP 2
A. Andri Kristanto
NIM : 23621025
B. Fardan Zeda Achmadi Yuda
NIM : 23621029
C. Wahyu Cakra Nugraha
NIM : 23621037
FLAWED ASSUMPTIONS
1. Case 1
De Havilland DH-106 Comet 1
British Overseas Airways Corporation (BOAC) Flight 783, G-ALYV
Calcutta, India
May 2, 1953
A. Problem
Kegagalan Struktur yang diakibatkan Badai atau Kegagalan struktur yang
diakibatkan pilot kehilangan control terhadap pesawat pada saat memasuki badai.
B. Result
Korban Jiwa : 43 Penumpang dan Awak Kabin
C. Cultural/Organizational Factors
Pesawat De Havilland DH-106 Comet 1 merupakan pesawat jet penumpang
bertekanan pertama di dunia pada saat itu. Sehingga belum ada perbandingan
antara pesawat lain dengan jenis yang sama
D. Safety Issues
a. Jendela
persegi
dan
bingkai
jendela
menciptakan
tegangan
tinggi
terkonsentrasi, yang tidak terdeteksi selama pengujian.
b. Produksi pesawat yang tidak memiliki pengujian kelelahan untuk menemukan
bahwa umur pesawat hanya sekitar 1.000 siklus penerbangan.
E. Prevention and Recommendation
a. Melakukan penyelidikan yang lebih mendalam dari serpihan pesawat untuk
menemukan "kegagalan utama" untuk menentukan apakah perlu ada
perubahan dan pengembangan pada pesawat,
b. De Havilland untuk melakukan pelatihan agar pilot dapat lebih merasakan dan
mengukur beban pesawat pada saat mengontrol pesawat melalui control
column.
c. Melakukan test ketahanan terhadap struktur pesawat agar ditemukan
komposisi struktur yang tepat dan kuat terhadap kondisi kondisi penerbangan.
2. Case 2
Boeing 747-44AF
United Parcel Service Penerbangan 6, N571UP
Dubai, Uni Emirat Arab
September 3, 2010
A. Problem
Adanya kebakaran yang berkembang di area kargo dek utama yang disebabkan
oleh baterai lithium. Pesawat cargo tersebut membawa baterai lithium-ion dengan
jumlah besar dari Hongkong yang merupakan bahan berbahaya yang mana tidak
dilaporkan secara benar dan jelas pada manifes cargo.
B. Result
Kebakaran yang terjadi di area kargo dek utama menghancurkan sistem kabel
kontrol dan menghasilkan asap dalam jumlah yang besar sehingga menghalangi
crew untuk dapat melakukan tindakan darurat yang pada akhirnya menewaskan
pilot dan co-pilotnya.
C. Cultural/Organizational Factors
Tidak adanya pencantuman barang berbahaya (hazardous material) yang
dinyatakan pada manifes pesawat tersebut yang merupakan bahan berbahaya
klasifikasi 9. Sedangkan Pilot tidak memiliki pengetahuan tentang bahan
berbahaya tersebut yang sudah dimuat pada pesawat.
Dalam pengirimannya, baterai Lithium-ion tersebut memenuhi pesyaratan
pengujian namun tidak memberikan bukti hasil (laporan) pengujiannya. Selain itu
MSDS dan spesifikasi dari baterai tersebut tidak sesuai dengan nomor komponen
baterai.
D. Safety Issues
-
Jenis baterai lithium, yang dikirim dalam jumlah besar, menimbulkan ancaman
keamanan yang signifikan bagi pesawat terbang.
-
Produsen/pengirim
baterai
gagal
memberikan
bukti
pengujian
yang
disyaratkan oleh peraturan terkait barang berbahaya
-
Produsen/pengirim
pengepakan,
baterai
pengemasan,
gagal
mematuhi
pengiriman,
dan
persyaratan
pengujian,
pemberitahuan
barang
berbahaya
-
Sistem perlindungan pesawat yang tidak memadai relatif terhadap besarnya
kebakaran baterai
E. Prevention and Recommendation
-
Perubahan tentang persyaratan proteksi kebakaran dalam Standar Kelaikan
Udara FAA dan EASA
-
Perubahan pada pesawat dan sistem kritis terkait perlindungan sistem kritis
dari kebakaran kargo besar
-
Perubahan peraturan bahan berbahaya yang terkait dengan baterai dan sel
jenis lithium
-
Perubahan yang melibatkan desain pesawat dan pelatihan pilot terkait asap
dalam flight deck
-
Pengujian oleh lembaga pemerintah yang terkait dengan baterai lithium untuk
menentukan batas aman pengangkutan udara
-
Ulasan dan perubahan dalam ICAO terkait dengan klasifikasi bahan
berbahaya, pengemasan, dan pengangkutan baterai dan sel jenis lithium,
serta peningkatan flight deck
-
Perubahan peraturan GCAA terhadap air traffic control dan layanan navigasi
udara untuk tanggap darurat dalam penerbangan.
HUMAN ERROR
1. Case 1
Boeing 747-206B and Boeing 747-121
KLM Flight 4805, PH-BUF
Pan American Flight 1736, N735PA
Tenerife, Canary Islands, Spain
March 27, 1977
A. Problem
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kejadian ini :
a. Dikarenakan Bandara Las Palmas, Gran Canaria ditutup karena pengeboman,
seluruh penerbangan disekitar dialihkan ke Bandara Los Rodeos, Tenerife.
Kepadatan di bandara membuat situasi tidak kondusif (hingga pesawat parkir
di taxiway)
b. Pembatasan jam terbang oleh pemerintah Belanda yang dapat mengakibatkan
sanksi pada Pilot KLM (peraturan tersebut yang tidak fleksibel)
c. Kondisi cuaca yang memburuk (kabut)
Hal hal ini membuat pesawat KLM Flight 4805 melakukan take off tanpa clearance
(dapat diakibatkan oleh miss-comm dan ketidak sabaran pilot KLM) melalui
landasan disaat pesawat Pan Am Flight 1736 sedang menyebrang landasan
tersebut (pesawat tidak terlihat karena kabut).
B. Result
Korban Jiwa sebanyak 583 Orang (Kecelakaan dengan jumlah korban jiwa
terbanyak dalam sejarah penerbangan).
a. Penumpang dan awak KLM sebanyak 248 Orang
b. Penumpang dan awak Pan Am sebanyak 335 orang dan 61 korban selamat.
C. Cultural/Organizational Factors
Peraturan pemerintah Belanda mengenai jam terbang pilot pada "Work and Rest
Regulations for Flight Crews.” yang membebani pilot, dimana pilot dapat dikenai
denda, hukuman penjara ataupun pencabutan lisensi.
D. Safety Issues
a. Penggunaan Phraseology yang tidak sesuai prosedur
b. Pesawat melakukan take-off tanpa mendapat clearance untuk takeoff
E. Prevention and Recommendation
a. Menekankan perbedaan antara instruksi dan clearance
b. Menggunakan phraseology yang sesuai dengan aturan
c. menghindarkan kata “takeoff” pada ATC clearance, serta memberikan jeda
waktu antara ATC Clearance dengan takeoff clearance
d. Merevisi peraturan pemerintah Belanda yang secara tidak langsung menjadi
faktor ketidak sabaran pilot KLM, dengan menambah aturan terkait batasan jam
terbang pada kondisi tertentu (special condition)
2. Case 2
Airbus A320-111
Air Inter Flight ITF 148, F-GGED
Strasbourg, France
January 20, 1992
A. Problem
Ada beberapa penyebab terjadinya kecelakaan pesawat Air Inter Flight ITF 148
yaitu :
a. Tidak adanya peralatan Ground Proximity Warning Systems (GPWS) di
pesawat tersebut sebagai indikator untuk peringatan jika ada obstacle didepan
atau didekat pesawat.
b. Pilot yang tidak memperhatikan indikator kecepatan pada saat pendaratan
berakibat terbang yang terlalu rendah
B. Result
Korban Jiwa sebanyak 96 orang (90 Penumpang dan 6 crew)
a. Korban meninggal sebanyak 87 Orang
b. Korban selamat 9 orang (5 cedera serius, 4 cedera ringan)
C. Cultural/Organizational Factors
Peraturan FAA yang mewajibkan dipasangnya Ground Proximity Warning
Systems (GPWS)
D. Safety Issues
a.
Ketinggian pada saat melakukan pendaratan on approach, dekat dengan
tanah.
b.
Tidak adanya indikator GPWS.
c.
Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar crew pesawat terbang,
menyebabkan hilangnya pemahaman terhadap kondisi yang dihadapi
E. Prevention and Recommendation
a.
Perlunya training pada awak pesawat, crew pairing, human factor dan
manajemen penerimaan pegawai.
b.
Perlunya dipasang peralatan GPWS pada French Air dan memberikan training
pada kru nya.
Download