SEKSI PENCEGAHANDAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular membawahi beberapa program dalam pencegahan dan pengendalian penyakit Menular Langsung serta Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TularVektor dan Zoonotik. Adapun Kegiatan yang ada dalam Seksi Pencegahan dan pengendalian penyakit menular adalah: a. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Malaria b. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Filaria dan Kecacingan c. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan DBD d. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Zoonotik e. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan HIV/ AIDS f. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan TB g. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Kusta dan Frambusia h. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Hepatitis dan Infeksi Saluran Pencegahan (ISP) i. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan ISPA/ Pneumonia Hasil pelaksanaan kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) di Provinsi Jambi selama tahun 2020 adalah sebagai berikut : A. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Malaria Indikator program malaria adalah Api < 1 % dan jumlah kabupaten kota yang sudah eliminasi malaria. Untuk provinsi jambi kabupaten yang sudah eliminasi malaria adalah 7 kabupaten / kota yaitu Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kota Jambi, Kabupaten Bungo, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai penuh. Adapun pun kegiatan program malaria pada tahun 2020 ini adalah : 1. Kegiatan peningkatan kapasitas tenaga mikroskopis 2. Kegiatan workrhop tatalaksana malaria 3. Kegiatan evaluasi program pengendalian dan pencegahan penyakit malaria 4. Kegiatan supervisi persiapan eliminasi malaria 5. Kegiatan pemeriksaan uji silang 6. Kegiatan mass blood survey 1 Hasil pelaksanaan kegiatan program malaria di Provinsi Jambi selama tahun 2020 adalah sebagai berikut : Pencapaian Target : Target kinerja indikator program malaria adalah kabupaten/Kota yang sudah menerima sertifikat eliminasi malaria dan indikator kegiatan program malaria adalah persentase penderita malaria yang diobati standar. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah pasien positif malaria yang mendapatkan pengobatan sesuai tatalaksana dibagi jumlah pasien positif malaria dikali 100%. a. Capaian Indikator kegiatan NO 1 INDIKATOR Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar TARGET CAPAIAN 99% 100% Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standard adalah proporsi penderita positif yang diobati dengan ACT dibandingkan dengan jumlah penderita positif. Angka ini digunakan untuk melihat kualitas pengobatan kasus malaria apakah sesuai dengan standar nasional atau tidak. Analisa Indikator Target penggunaan ACT ini adalah 90%. ACT merupakan obat yang efektif untuk membunuh parasit malaria, sementara obat malaria lama yang masih beredar yaitu klorokuin telah resisten. Penggunaan ACT yang harus berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya resistensi. Kegiatan yang dilaksanakan : Berupa pertemuan, perjalanan dinas ke kabupaten, kegiatan mbs pada daerah yang kemungkinan terjadinya penularan malaria dan uji silang ke labkes Provinsi. Hasil Kegiatan : Persentase penderita malaria positif yang diobati ACT pada tahun 2020 adalah sebesar 100 %. Hasil pengobatan dengan standard ACT ini sudah lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Sepanjang tahun 2020, ada 64 Kasus positif malaria yang terlaporkan melalui E-Sismal dan sebanyak 64 kasus semuanya sudah diobati dengan menggunakan ACT. Jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya, maka persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standard di Provinsi Jambi secara konsisten terus mengalami peningkatan dari 99 % pada tahun 2019. 2 3 a. Upaya Yang Dilakukan Meningkatnya capaian indikator ini tidak terlepas dari upaya sosialisasi kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan dukungan organisasi profesi untuk pengobatan malaria sesuai standard serta ketersediaan obat yang terjamin dan mudah untuk diperoleh. Secara keseluruhn dalam tiga tahun terakhir jumlah kasus positif malaria di Provinsi Jambi juga terus mengalami penurunan. Sampai saat ini, dari 11 Kabupaten/Kota, terdapat 7 Kabupaten/Kota yang sudah mendapatkan sertifikat eliminasi malaria. b. Hambatan Yang Dihadapi - masih ditemukan Sulfadoxyn dan Klorokuin yang dijual bebas di pasaran untuk pengobatan malaria. Hal ini menjadi kesulitan dalam pemantauan karena masyarakat langsung beli di warung tanpa pemeriksaan fasyankes. - Masih adanya kasus malaria di populasi khusus ( SAD ) - Minimnya pendanaan yang ada di Kabupaten/kota untuk program malaria. c. Pemecahan Masalah - Untuk mengendalikan penggunaan klorokuin dan sulfadoxyn maka pada tahun 2021 akan dibentuk Pokja tata laksana malaria di Kab/kota dengan melibatkan akademisi dan IDI. d. Kerjasama lintas sektor dan lintas program Efisiensi penggunaan sumber daya Pada masa pandemi covid tahun 2020, anggaran yang tersedia telah dilakukan efisiensi sebesar 100 %, sehingga tidak semua target tercapai 4 B. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Filariasis dan Kecacingan Pencapaian Target : Target kinerja indikator kegiatan adalah jumlah Kab/ Kota Endemis Filaria yang berhasil menurunkan angka Mikrofilaria menjadi < 1% Kegiatan yang dilaksanakan : Indonesia merupakan salah satu negara endemis penyakit Filariasis, Cacingan dan Schistosomiasis sehingga menjadi target kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal di kawasan Asia Tenggara. Secara geografis, Indonesia terdiri dari 34 Provinsi, 514 Kabupaten/kota dan sekitar 17000 pulau. Hingga saat ini sebanyak 236 Kabupaten/kota telah dinyatakan endemis Filariasis, 514 Kab/kota endemis cacingan dengan prevalensi rata-rata 28.21%, serta 2 Kabupaten endemis Schistosomiasis dengan prevalensi pada manusia dibawah 10% di Provinsi Sulawesi Tengah. Di Provinsi Jambi sendiri ada 5 Kabupaten/ Kota yang Endemis Filariasis diantaranya Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Merangin, Batang Hari, dan Kabupaten Muaro Jambi. 5 (lima) Kabupaten/ Kota Endemis Filariasis di Provinsi Jambi Tahun 2016 telah selesai melaksanakan POPM Filariasis selama 13 (tiga belas) dan 5 (lima) tahun berturut-turut dan telah dilakukan Evaluasi Pasca POPM Filariasis (Pre-TAS dan TAS) untuk mengetahui apakah masih ada penularan filariasis didaerah tersebut. Dimana tahun 2020 ini 2 (dua) Kabupaten/ Kota yang akan melaksanakan TAS (Transmission Assesment Survey) ke-2 dan ke-3 yang direncanakan dilakukan di 2 kabupaten Kabupaten merangin dan Kabupaten Hari tetapi belum bisa dilakukan karena adanya pandemic covid 19. Hasil Kegiatan : TABEL 1: Mikrofilaria Rate Kabupaten/ Kota Endemis Filariasis di Provinsi Jambi No Kabupaten/ Kota 1 MERANGIN 2 BATANG HARI 3 MUARO JAMBI 4 TANJUNG JABUNG Tahun Survey/ Mikrofilaria Rate (%) 2016 2017 2019 2020 0 0 0.96 0 0.43 1.3 0.33 5 TIMUR TANJUNG JABUNG 5 BARAT 0 Berdasarkan Tabel diatas masih ada Kabupaten/ Kota dengan mikrofilaria rate (Mf Rate) > 1% yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur di tahun 2017 namun setelah melaksanakan Pengobatan ulang selama 2 (dua) tahun berturut-turut tahun 2017 dan 2018, maka pada tahun 2019 dilakukan evaluasi Pre-TAS kembali di Tanjung Jabung Timur dan didapatkan Mf Rate < 1% yaitu 0.33% dan pada tahun 2020 belum bisa di lakukan kegiatan TAS di karena kan Pandemi Covid 19. TABEL 2: Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2003-2018 % Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten/ Kota Tahun Pengobatan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Merangin 86 83 83 84 88 Tanjung Jabung Timur 78 89 82 86 87 90 89 98 Batang Hari 83 83 89 90 90 Muaro Jambi 69 73 77 76 76 78 81 75 74 84 91 86 86 Tanjung Jabung Barat 89 89 94 91 90 Berdasarkan Tabel diatas diketahui cakupan POPM Filariasis di 5 (lima) Kabupaten/ Kota Endemis Filariasis diatas target Nasional yaitu 65% dari jumlah penduduk. Walaupun 6 cakupan penduduk minum obat sudah diatas target nasional, masih ada masyarakat yang tidak patuh untuk minum obat didepan petugas. Capaian Indikator : NO PROGRAM/KEGIAT . AN 1. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Filaria dan Kecacingan INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI Jumlah Kabupaten/ Kota 5 (lima) 5 (lima) endemis filarial yang Kabupaten Kabupaten/ berhasil menurunkan / Kota Kota angka microfilaria menjadi < 1% Pada tahun 2020 untuk kegiatan Pengendalian dan pencegahan Penyakit Filaria dan Kecacingan belum berhasil mencapai indikator di karenakan adanya pandemi covid 19. Realisasi Anggaran : NO. 1. 2. 3. PROGRAM/KEGIATAN PAGU ANGGARAN KEGIATAN FILARIASIS DAN KECACINGAN Workshop peningkatan 74.384.000 kapasitas petugas mikroskopis pemeriksaan filariasis dan kecacingan Sinkronisasi dan validasi 14.500.000 data program filariasis dan kecacingan Pendampingan kegiatan 27.392.726 program filariasis dan kecacingan JUMLAH 116.276.726 KEU 74.384.000 14.497.600 27.160.598 116.042.198 REALISASI % FISIK 100 % 100 % 99,9 % 100 % 99,2 % 100 % 99,5 % 100 % Realisasi anggaran kegiatan Filariasis dan Kecacingan pada tahun 2020, penyerapan anggaran sebesar 99,5 % dengan Realisasi fisik 100 %. 7 Permasalahan dan Solusi : Program Filariasis dan Kecacingan pada tahun 2020 pada umumnya berjalan kurang lancar, namun ada beberapa hal yang masih menjadi masalah antara lain : 1. Masih ada petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang belum terlatih untuk penegakkan diagnosa, pemeriksaan mikroskopis filariasis dan kecacingan serta tatalaksana kasus kronis filariasis, sehingga dirasakan perlu mengadakan pelatihan dan bimbingan yang terarah dan berkesinambungan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2. Surveilans Pasca POPM Filariasis yang belum dilakukan oleh Kabupaten/ Kota dikarenakan Rapid Diagnosa Tes (RDT) untuk tes cepat filariasis yang sangat mahal dan belum dapat dipenuhi pemerintah pusat mengakibatkan untuk pemeriksaan Filariasis masih menggunakan Survey darah jari pada malam hari yang memerlukan waktu yang sangat lama. 3. Minimnya pendanaan yang ada di Kabupaten/kota dalam melakukan surveilans penemuan kasus baru filariasis dan tatalaksana kasus kronis filariasis. 4. Pandemi Covid 19. C. Kegiatan pengendalian dan pencegahan penyakit DBD Hasil pelaksanaan kegiatan program malaria di Provinsi Jambi selama tahun 2020 adalah sebagai berikut : Pencapaian Target : Indikator program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD adalah Persentase Kabupaten/Kota Incidence Rate < 49 per 100.000 penduduk. Adapun realisasi Tahun 2020 untuk Provinsi Jambi Persentase Kabupaten/Kota Incidence Rate < 49 per 100.000 pendduk sebesar 54 %. Terdapat 3 Kabupaten/Kota dengan Incidence Rate > 49 per 100.000 penduduk, yaitu Kota Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Kegiatan yang dilaksanakan : Adapun kegiatan program P2P DBD pada tahun 2020 ini adalah : 8 a. Kegiatan dukungan Fogging Fokus Penanggulangan Peningkatan Kasus DBD Hasil Kegiatan : TOTAL NO IR DBD Per 100.000 Penduduk KAB/KOTA P M 1 KOTA JAMBI 710 8 120.1 2 BATANG HARI 168 0 62.9 3 MUARO JAMBI 248 3 56.9 4 TANJAB BARAT 230 1 71.3 5 TANJAB TIMUR 150 1 69.2 6 BUNGO 123 0 34.2 7 TEBO 101 0 29.4 8 SAROLANGUN 44 0 15.2 9 MERANGIN 66 0 17.5 10 KERINCI 30 0 12.7 11 KOTA SUNGAI PENUH 34 0 70.9 1933 13 45.5 % PROVINSI Capaian Indikator : NO. PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR TARGET REALISASI KINERJA 1. Kegiatan Pengendalian Persentase Kab/ Kota 91 % 54% dan pencegahan penyakit dengan IRDBD < 49/ DBD 100.000 Penduduk Pada tahun 2020 untuk program DBD belum berhasil mencapai indikator yang telah ditetapkan, dimana hanya 5 (lima ) Kabupaten/ Kota (45.5%) yang mencapai target IR DBD < 49 per 100.000 penduduk. 9 Realisasi Anggaran : REALISASI PROGRAM/KEGIATAN NO. PAGU ANGGARAN KEU % FISIK 65,400,000 64,790,000 99 % 100 % 65.400.000 64.790,000 99 % 100 % KEGIATAN PROGRAM DBD 1 Fogging Penanggulangan DBD JUMLAH Realisasi anggaran kegiatan program DBD pada tahun 2020, penyerapan anggaran sebesar 99 % dengan Realisasi fisik 100 %. Permasalahan dan Solusi : Program malaria tahun 2020 pada umum belum berjalan lancar, di karenakan adanya covid 19 dan ada beberapa kendala yang menjadi permasalahan anatara lain : 1. Peran serta seluruh komponen masyarakat dalam pemeberantasan sarang nyamuk belum optimal 2. Peran serta LP/ LS dalam penyelenggaraan G1R1J belum optimal Adapun solusi yang dapat dilakukan yaitu: 1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan Gerakan Bebas Jentik di tatanaan Rumah Tangga 2. Peningkatan eran serta LP/LS dala penyelenggaraan G1R1J (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik) di tatanan institusi dan TTU (Tempat-tempat umum). D. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Zoonotik Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Provinsi Jambi karena penyakit tersebut tersebar luas di 11 Kabupaten/Kota, dengan jumlah kasus gigitan hewan penular rabies yang cukup tinggi setiap tahunnya (rata-rata kasus GHPR per tahun sebesar 750 kasus gigitan), serta belum ditemukan obat/cara pengobatan untuk penderita rabies pada manusis (lyssa) sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada hampir semua penderita rabies (Case Fatality Rate = 100%). 10 Hasil pelaksanaan kegiatan program Zoonosis di Provinsi Jambi selama tahun 2020 adalah sebagai berikut : Pencapaian Target : Indikator program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis adalah Persentase Kabupaten/Kota Eliminasi Rabies (Rabies Pada Manusia NOL selama 3 tahun berturut-turut). Adapun realisasi Tahun 2020 untuk Provinsi Jambi Persentase Kabupaten/Kota Eliminasi Rabies (Rabies Pada Manusia NOL selama 3 tahun berturut-turut) sebesar 100% (11 Kabupaten/Kota tidak dilaporkan adanya kejadian Rabies Pada Manusia selama 3 tahun terakhir). Kegiatan yang dilaksanakan : Adapun kegiatan program P2P Zoonosis pada tahun 2020 ini adalah : a. Kegiatan Workshop Tatalaksana Zoonosis b. Kegiatan Pertemuan Koordinasi LS Program Zoonosis c. Kegiatan cetak buku saku petunjuk tatalaksana Zoonosis Hasil Kegiatan : 11 REKAPITULASI LAPORAN GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES ( GPHR ) DAN KASUS DI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2020 LYSSA SPESIMEN / HEWAN SPESIMEN KET HEWAN SAR RABIES YANG POSITI DIPERIKSA POSITIF 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh 0 0 0 0 Sembuh PENGOBATAN Kab / Kota No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kota Jambi Batang Hari Muaro Jambi Bungo Tebo Merangin Sarolangun Kab. Kerinci K.Sei Penuh Tanjab Barat Tanjab Timur TOTAL JUMLAH KASUS GHPR 222 41 36 63 106 90 38 82 30 36 50 794 Cuci Luka 222 32 36 63 106 90 38 82 30 36 50 785 VAR 211 32 32 54 52 78 35 82 29 21 35 661 Dari data di atas diketahui bahwa kasus GHPR pada tahun 2020 sebanyak 794 kasus, tetapi tidak ada yang positif rabies.. Capaian Indikator : NO. PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR TARGET REALISASI KINERJA 1. Kegiatan Pengendalian dan Persentase Kabupaten/ 100 % pencegahan penyakit Zoonotik Kota Rabies yang 100% eliminasi (kematian karena Rabies) Pada tahun 2020 untuk program Zoonotik sudah berhasil mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu Eliminasi Rabies (kematian karena Rabies), dimana 11 (sebelas) Kabupaten/ Kota tidak ada kasus kematian akibat Rabies dan ini sesuai dengan target yang diinginkan yaitu persentase Kabupaten/ Kota yang mencapai eliminasi Rabies yaitu 100%. 12 Permasalahan dan Solusi : Program Zoonosis tahun 2020 secara umum berjalan sesuai perencanaan, tapi masih ada beberapa kendala yang menjadi permasalahan antara lain : 1. Pandemi Covid 19 2. Tingginya kasus gigitan hewan penular rabies yang diberikan Vaksin Anti Rabies yang disebabkan karena Hewan Penular Rabies Lari/Mati/Dibunuh, sehingga perlu sosialisasi kepada masyarakat untuk sedapat mungkin setiap GHPR dilakukan observasi terlebih dahulu setelah terjadi kasus gigitan 3. Koordinasi dengan Lintas Sektor (Kesehatan Hewan) belum optimal, sehingga masih perlu dilakukan koordinasi yang lebih baik dan intense di setiap leve (Mulai dari Provinsi hingga Pos kesehatan Hewan). E. Pengendalian dan Pencegahan HIV/ AIDS Beberapa Kegiatan dalam pencegahan dan pengendalian penyakitI HIV-AIDS dan IMS. Adapun Kegiatan yang ada dalam Pencegahan dan pengendalian Program HIV-AIDS dan IMS adalah : a. Kegiatan Penyelengaraan Peningkatan Kapasitas SDM Layanan Tes HIV Hasil pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Program HIV-AIDS dan IMS di Provinsi Jambi selama tahun 2020 adalah sebagai berikut : Pencapaian Target : Target kinerja indikator kegiatan adalah presentase kasus HIV yang diobatisebesar 40.%. Kegiatan yang dilaksanakan : Presentase Kasus HIV yang diobati) merupakan indikator untuk memantau tingkat keberhasilan bagaimana pengendalian HIV-AIDS di lakukan di tingkat layanan pengobatan, dukungan dan perawatan. Karena pengobatan yang adekuat dan kepatuhan yang tinggi akan lebih efektif menekan jumlah HIV sampai ke tingkat yang tidak bisa dideteksi oleh alat deteksi jumlah HIV (undetectable). Selain itu, pengobatan dengan ARV juga mencegah pengidap HIV menularkan virusnya kepada orang lain. Di Provinsi Jambi Presentase kasus HIV yang diobati pada tahun 2020 sebesar 22% (Target 40%). Kondisi ini dimungkinkan karena adanya peningkatan kapasitas SDM yang ada dalam setiap level, baik Puskesmas, Rumah sakit di kabupaten/kota di dalam Provinsi Jambi. 13 Hasil Kegiatan : TABEL 1 : Presentasi kasus HIV yang diobati di Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi Tahun 2018 - 2020 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 KAB/KOTA KOTA JAMBI BATANG HARI MUARO JAMBI BUNGO TEBO MERANGIN SAROLANGUN KERINCI SUNGAI PENUH TANJAB BARAT TANJAB TIMUR PERSENTASE KASUS HIV YANG DIOBATI 2018 2019 2020 82,7% 82,6% 47% 100% 99,5% 15% 30% 44,1% 3% 37,5% 35,6% 18% 39,6% 56,9% 3% 98,4% 97,8% 13% 10% 96,8% 3% 56,1% 60,6% 9% 0 0 0 27,5% 25,9% 7% 0 0 0 Berdasarkan Tabel diatas capaian kasus HIV yang diobati dari tahun 2018 ke tahun 2020, semua Kabupaten mengalami Penurunan karna cara peghitungan yang berbeda dimana dari tahun ke tahun megalami perbedaan dikerenakan perbedaannya pada denominator. Pada tahun 2018 dan 2019 masih menggunakan denominator jumlah odha ayang ditemukan sedang pada tahun 2020 kebijakan dari pusat menggunakan RPJMN yang denominatornya adalah jumlah estimasi odha yang telah ditetapkan oleh pusat yang angkanya lebih besar. 14 Grafik : Presentase Kasus HIV yang diobati per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2020 Sementara berdasarkan SIHA tahun 2020 capaian pesentasi kasus HIV yang diobati tertinggi yaitu Kota Jambi 47%, capaian kabupaten terendah yaitu kabupaten Muaro Jambi 3%. Dua Kabupaten yang belum mempunyai layanan pengobatan, dukungan dan perawatan yaitu Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Batang Hari Capaian Indikator : NO. 1. PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA Kegiatan Pencegahan dan Persentase Kasus HIV yang Pengendalian TARGET REALISASI 40 % 22% HIV-AIDS Diobati dan IMS Pada tahun 2020 untuk Presentase kasus HIV yang diobati berhasil mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu, sebanyak 22 % dari target nasional yang diajukan sebesar 40%. 15 Realisasi Anggaran : NO. PROGRAM/KEGIATAN 1. PAGU ANGGARAN 56.090.000 Penyelengaraan peningkatan kapasitas SDM layanan tes HIV Pendampingan kegiatan 28.000.000 program p2pml JUMLAH 84.090.000 2. REALISASI KEU % 45.380.000 80.1 % FISIK 100 % 28.000.000 100 % 100% 73.380.000 90 % 100 % Realisasi anggaran kegiatan Pencegahan dan Pengendalian HIV-AIDS pada tahun 2020, penyerapan anggaran sebesar 90 % dengan Realisasi fisik 100 %. Permasalahan dan Solusi : Program pencegahan dan pengendalian HIVpada tahun 2020 pada umumnya berjalan lancar, semua permasalahan dapat di minimalisir dengan baik, berkat kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Beberapa hal yang masih menjadi masalah antara lain : 1. Testing HIVpada orang yang berisiko terinfeksi HIV belum dilaksanakan secara optimal pada semua fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Swasta. 2. Angka Loss To Follow Up yang masih tinggi, dan masih banyak ODHA yang belum memulai ARV. 3. Penerapan Tes & Treat belum diterapkan di semua layanan pengobatan/ PDP dan belum semua layanan HIV melakukan pencatatan dan melaporkan melalui SIHA 4. Mobilisasi SDM yang cukup tinggi, sehingga nakes yg terlatih di bidang HIV pindah tugas ke tempat lain 5. Pandemi Covid 19 16 F. Pengendalian dan Pencegahan Tuberkulosis (TB) Indikator : Persentase kabupaten/kota dengan angka keberhasilan pengobatan TB Paru BTA Positif ( Success Rate) minimal 90%. Cakupan pengobatan semua kasus TB yang diobati (case detection rate/CDR) minimal 37%. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus (Treatment Success rate) minimal 90% Target tahun 2020: Persentase kabupaten/kota dengan angka keberhasilan pengobatan TB Paru BTA Positif ( Success Rate) minimal 100 %. Cakupan pengobatan semua kasus TB yang diobati (case detection rate/CDR) minimal 37% Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus (Treatment Success rate) minimal 90% Kegiatan Program Tuberkulosis adalah sebagai berikut: Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan. Penyelenggaraan Penanggulangan TBC perlu di dukung dengan upaya mengembangkan dan memperkuat mekanisme koordinasi, serta kemitraan antara pengelola program TB dengan instansi pemerintah lintas sektor dan lintas program, para pemangku kepentingan, penyedia layanan, organisasi kemasyarakatan, asuransi kesehatan, baik dipusat, provinsi maupun kabupaten/kota. TBC adalah penyakit menular yang wajib dilaporkan (Mandatory Notification). Setiap fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan TBC wajib mencatat dan melaporkan kasus TBC yang ditemukan dan atau diobati sesuai dengan format pencatatan dan pelaporan yang ditentukan. Program Pengendalian TB dalam strategi nasional diarahkan menuju akses universal terhadap layanan TB yang berkualitas dengan upaya kegiatan Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) untuk semua pasien TB pasien TB yang sistematis dengan pelibatan secara aktif seluruh penyedia layanan kesehatan melalui pendekatan Public Private Mix (PPM) yang merupakan pelibatan semua fasilitas layanan kesehatan dalam upaya ekspansi layanan pasien TB dan kesinambungan program penanggulangan TB secara komprehensif di bawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hasil pelaksanaan kegiatan Program Tuberkulosis di Provinsi Jambi Tahun 2020 sebagai berikut: 17 Di Provinsi Jambi cakupan penemuan kasus TBC pada tahun 2020 sebanyak 2.296, dengan rincian TB Sensistif Obat (TBC SO) sebanyak 2.277 kasus dan TBC Reseisten Obat sebanyak 19 Kasus yang tercatat di Sistem Informasi Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) dan penyisiran kasus di rumah sakit sebanyak 0 kasus. Jadi total seluruh kasus pada tahun 2020 sebanyak 2.296 kasus dengan estimasi insiden kasus TBC sebesar 13.681 kasus (Case Detection Rate/CDR 16,78%). Untuk angka keberhasilan pengobatan (Success Treatment Rate/STR) sebesar 65%. CDR yang dicapai masih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 37%. Untuk STR yang dicapai sebesar 65%, untuk target nasional minimal sebesar 90%. Capaian tingkat kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 1. Cakupan Pengobatan Semua Obati di Provinsi Jambi Tahun 2020 No Kab/Kota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Estimasi Insiden Kasus TBC 902 1.266 846 3.435 453 1.203 1.317 1.014 1.317 Kasus Jlh kasus TBC di SITB Batanghari 137 Bungo 237 Kerinci 128 Kota Jambi 511 Kota Sungai Penuh 29 Merangin 339 Muaro Jambi 134 Sarolangun 241 Tanjung Jabung 262 Barat 10 Tanjung Jabung 797 173 Timur 11 Tebo 1.129 105 12 Provinsi 13.681 2.296 Catatan : Data SITB per tanggal 5 Januari 2021 TBC (Case Detection Rate) yang di Jlh Kasus Penyisiran di RS Total Kasus Capaian CDR (%) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 137 237 128 511 29 339 134 241 262 15,2% 18,7% 15,1% 14,9% 6,4% 28,2% 10,2% 23,8% 19,9% 0 173 21,7% 0 0 105 2.296 9,3% 16,78% Tabel. 2. Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Treatment Rate) Tuberkulosis di Provinsi Jambi Tahun 2020 No 1 2 3 Kab/Kota Batanghari Bungo Kerinci Kasus TBC Yang di obati Sembuh 420 283 136 42 113 27 Angka Keberhasilan Angka Pengobatan Pengobatan Kesembuhan (Success Lengkap (Cure Rate) Treatment % Rate) % 42 10% 20% 8 40% 43% 2 20% 21% 18 4 5 6 7 8 9 Kota Jambi 1.021 561 Kota Sungai Penuh 52 Merangin 752 504 Muaro Jambi 460 170 Sarolangun 526 129 Tanjung Jabung 547 303 Barat 10 Tanjung Jabung 257 69 Timur 11 Tebo 380 140 12 Provinsi 4.834 2.058 Catatan : Data SITB per tanggal 5 Januari 2021 392 1 237 57 29 237 55% 0% 67% 37% 25% 55% 93% 2% 99% 49% 30% 99% 30 27% 39% 45 1.080 37% 43% 49% 65% Berdasarkan tabel tersebut diatas capaian CDR dan SR di Provinsi Jambi masih rendah. Hal ini salah satu disebabkan oleh masih ada kabupaten/kota yang belum mencatat dan melaporkan penemuan kasus TBC di SITT dan SITB tepat waktu dan belum semua kasus TBC yang diobati dievaluasi hasil pengobatannya. Masih adanya stigma masyarakat yang masih menganggap penyakit TB sebagai hal yang tabu. Selain itu juga di masa pandemi COVID-19 penemuan kasus TBC lebih banyak ditemukan secara pasif, penemuan kasus secara massif dan intensif terhambat. Masyarakat yang memiliki gejala TB takut memeriksakan diri ke layanan kesehatan karena gejalanya mirip dengan pasien COVID-19. Realisasi Kegiatan : NO. PROGRAM/KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI KEU % FISIK 3 Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Program TBC TK Provinsi Jambi 58.070.000,- 54.734.000 94.3 % 100 % 7 Honor 6.972.000,- 6. 972.000 100 % 100 % 8 Pendampingan program P2 TB 15.118.000- 13.025.722 86,2 % 100 % 9 Intensifikasi penemuan kasus TBC 20.950.000,- 16.979.200 81 % 100 % JUMLAH 101.110.000,- 91.710.922 93 % 100 % Realisasi kegiatan program TBC tahun 2020 dengan anggaran sebesar Rp. 101.110.000- dan terealisasi sebesar Rp. 91.710.922,- ( 93 %). Belum teralisasinya anggaran kegiatan program 19 TBC sebesar 100 % disebabkan adanya peserta kabupaten/kota yang tidak hadir dan kegiatan tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu yang ada . Permasalahan : 1. Pencatatan dan pelaporan tidak tepat waktu. 2. Belum semua pasien TBC yang terdaftar dan diobati di evaluasi pengobatannya. 3. Peran PMO belum maksimal 4. Pelacakan kasus mangkir belum berjalan dengan baik 5. Sistem rujukan belum berjalan dengan baik 6. Public Private Mix (PPM) yang merupakan pelibatan semua fasilitas layanan kesehatan dalam upaya ekspansi layanan pasien TB dan kesinambungan program TBC secara komprehensif dibawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum berjalan dengan baik 7. Pandemi Covid 19 G. Kegiatan Pengendalian dan pencegahan Kusta dan Frambusia Pencapaian target Target indicator kegiatan adalah persentase penemuan kasus baru kusta tanpa cacat tahun 2020 adalah sebesar 87%. Kegiatan yang dilaksanakan : Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit terabaikan (necleted disease), sehingga sering sekali memang benar-benar terabaikan penemuan kasusnya oleh petugas kesehatan terutama di kabupaten/kota yang sudah mencapai eliminasi kusta (prevalensi < 1 per 10.000 penduduk) dengan kata lain jumlah kasusnya rendah. Akibatnya di kabupaten/kota dengan eliminasi kusta, penemuan kasus secara intensif tidak dilakukan. Kasus sebagian besar ditemukan oleh dokter praktek swasta dalam keadaan sudah cacat akibat kusta. 20 Hasil Kegiatan : Penemuan kasus baru kusta tahun 2020 NO KABUPATEN/KOTA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANGHARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO KOTA JAMBI KOTA SEI. PENUH JUMLAH JML KASUS BARU 0 4 2 1 6 26 0 6 2 3 0 50 TANPA CACAT 0 1 0 1 4 25 0 6 0 3 0 40 % KET 0 25 0 100 66,6 96,2 0 100 0 100 0 80 Capaian indicator : NO PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR TARGET REALISASI 87% 80% KINERJA 1. Pencegahan dan Penemuan kasus penanggulangan penyakit baru kusta tanpa kusta. cacat Pada tahun 2020 diketahui bahwa capaian indicator berupa penemuan kasus baru kusta tidak tercapai dimana target yang ditetapkan adalah 87%, sedangkan capaian hanya 80 %. Realisasi anggaran : Untuk Realisasi anggaran program P2 kusta tahun 2020, semua dana yang bersumber APBD untuk program kusta di kembalikan ke kas negara. Pada keegiatan kusta dan frambusia pada tahun 2020 tidak tersedia dana APBD Permasalahan : - Penemuan kasus baru kusta tanpa cacat masih dibawah target hal ini dikarenakan kusta yang merupakan salah satu penyakit terabaikan (necleted disease) sehingga 21 petugas kesehatan tidak melakukan kegiatan penemuan kasus kusta secara intensif. - Kasus kusta yang dilaporkan, sebagian besar ditemukan oleh dokter praktek swasta atau di rumah sakit. - Petugas puskesmas sebagian besar belum terlatih karena keterbatasan dana. - Tingginya mutasi petugas terlatih di tingkat kabupaten /kota dan puskesmas sehingga penemuan kasus secara dini tidak bisa terlaksana. - Tidak ada / rendahnya alokasi dana untuk kegiatan terkait program kusta di kabupaten/kota dan puskesmas. Solusi : - Adanya komitmen dari pemegang kebijakan dalam melakuka mutasi pada petugas terlatih dengan memperhatikan tersedianya petugas pengganti yang terlatih (minimal on the job training). - Perlu adanya alokasi dana terkait program kusta baik ditingkat kabupaten/kota maupun puskesmas terutama untuk kegiatan intensifikasi penemuan kasus baru. - Perlu kegiatan peningkatan kapasitas SDM bagi semua petugas puskesmas, pelaksanaan dan dana kegiatan ditanggung oleh kabupaten/kota. - Pandemi Covid 19. H. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Hepatitis dan ISP a. HEPATITIS Indikator : Presentase Kabupaten/kota yang melaksanakan Deteksi Dini Hepatitis B Target tahun 2020: Presentase kabupaten/kota yang melaksanakan DDHB sebesar 100%, Kegiatan yang dilaksanakan : Program Hepatitis yaitu program yang melaksanakan kegiatan Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil dan Kelompok beresiko. Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu hamil dilaksanakan di puskesmas oleh petugasnya telah di latih. Adapun tujuan pelaksanaan DDHB adalah untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B dari Ibu ke bayi yang dilahirkannya. Untuk kelancaran pelaksanaaan Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu hamil dan kelompok beresiko di butuhkan kerjasama antara provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas. 22 Hasil Kegiatan : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 NAMA ESTIMASI KABUPATEN/KOTA JUMLAH BUMIL Kota Jambi Batanghari Tebo Muaro Jambi Tanjab Barat Tanjab Timur Sarolangun Merangin Bungo Kerinci Sungai Penuh Jumlah 11.010 5.635 7.270 9.126 6.964 4.008 6.578 7.922 8.023 3.841 1.593 71.970 JUMLAH BUMIL DIPERIKSA R NR 40 24 27 10 18 37 19 55 40 49 37 356 TOTAL 3619 2205 2587 1418 3789 2748 1361 2575 2565 2006 844 25.717 3659 2229 2614 1428 3807 2785 1380 2630 2605 2055 881 26.073 Dari Tabel di atas tahun 2020, semua Kabupaten/kota telah melaporkan DDHB walaupun belum semua puskesmas melaksanakan DDHB, dari 26.073 ( 36 % ) ibu hamil yang di Deteksi Dini Hepatitis B, non reaktif 25.717 ( 98.6 % ), dan 356 orang yang reaktif ( 1,4%). Realisasi Kegiatan : Untuk anggaran kegiatan program hepatitis tahun 2020 di kembalikan ke kas negara. Permasalahan : - Masih ada puskesmas yang belum di latih untuk pelaksanaan Deteksi Dini Hepatitis B pada bumil dan kelompok beresiko - Tidak semua kabupaten/kota bisa menyediakan BHP untuk pelaksanaan DDHB - Belum semua puskesmas melaksanakan DDHB - Ketepatan dan kelengkapan laporan DDHB dari Kabupaten/Kota masih kurang - Pandemi Covid 19 23 b. INFEKSI SALURAN PENCERNAAN (ISPA)/ DIARE Indikator Kinerja: - PesentasiKabupaten/kota yang melaksanakan advokasi atau sosialisasi pengendalian diare - PresentasiKabupaten/Kota yang melakukanLayananRehidrasi Oral Aktif Target : 100 % Dari table diatas cakupan penemuan penderita diare tahun 2020 adalah 71,92 % PROVINSI : Jambi Tahun NO 2020 KABUPATEN/ JUMLAH KOTA LROA 2 3 1 JUMLAH KELENGKAPAN LOGISTIK % JML LROA LROA LROA AKTIF AKTIF LENGKAP TDK LENGKAP LROA 4 5 6 7 8 1 Kota Jambi 15 15 100 2 Sarolangun 0 0 0 3 BatangHari 172 140 82 4 Tanjab Barat 33 33 100 5 TanjabTimur 143 143 6 Tebo 73 7 Kerinci KUNJUNGAN lengkap 9 0 750 0 0 0 lengkap 0 1031 lengkap 0 317 100 lengkap 0 1881 73 100 lengkap 0 1045 89 89 100 lengkap 0 2931 18 9 50 lengkap 0 40 107 98 100 lengkap 0 2488 Kota Sungai 8 Penuh 9 Muaro Jambi 10 Merangin 24 24 100 lengkap 0 104 11 Bungo 12 12 100 lengkap 0 104 Total 686 686 93.22 lengkap 0 10.691 Dari table diatas Layanan Rehidrasi Oral Aktif tahun 2020 adalah Kendala KET 45 % : - Sistem pelaporan diare sudah 90 %, seringnya keterlambatan melapor laporan diare dari puskesmas kedinas kabupaten/kota 24 - Sistem pelaporan LROA (Layanan Rehidrasi Oral Aktif) terlaksana 45 % dikarenakan hanya beberapa terlaksananya layanannya dikabupaten/kota I. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan ISPA/ PNEUMONIA Pneumonia adalah Infeksi mendadak (akut) kurang dari 2 minggu yang mengenai jaringan paru-paru pada anak usia di bawah 5 tahun, di sebabkan oleh kuman (bakteri) dan virus. Karena Pneumonia dapat berkembang menjadi berat sehingga menyebabkan kematian pada bayi dan balita, jika tidak mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Adapun Indikator program adalah Presentase kabupaten/kota yang % Puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana Pneumonia melalui Pendekatan MTBS RUANG LINGKUP PROGRAM 1. Pneumonia Balita yang di fokuskan pada Penemuan & Tatalaksana kasus 2. INFLUENZA yang di fokuskan pada kesiap siagaan dan respons terhadap pandemic influenza 3. Pengendalian faktor resiko ISPA dengan focus penanganan gangguan pernapasaan akibat kuabut asap. 4. Penguatan dukungan manajemen Kegiatan yang dilaksanakan : 1. REALISASI ANGGARAN NO. PROGRAM/KEGIATAN PAGU ANGGARAN REALISASI KEU % FISIK KEGIATAN SKDR 1. Pertemuan validasi data 35.463.000 34.780.000 97 % tatalaksana 18.572.000 18.572.000 100 % 100 % 54.035.000 53.352.000 94 % 100 % program ISPA 2. Monitoring Pneumonia di Kabupaten kota JUMLAH 100 % 25 INDIKATOR PROGRAM No 1 2 3 Target Baseline Indikator 2016 2017 2018 2019 RPJM: Persentase kabupaten/kota dengan cakupan penemuan pneumonia balita minimal 80% 14,8 (2015) 30 40 50 60 RENSTRA KEMENKES: Persentase kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya melaksanakan tata-laksana pneumonia balita sesuai standar 14,8 (2015) 30 40 50 60 70 80 85 90 58,9 (2015) RENCANA PROGRAM P2-ISPA: Cakupan penemuan pneumonia balita CAPAIAN PROGRAM 60 50 40 30 20 10 0 2017 2018 2019 2020 26 Di Provinsi Jambi capaian program ISPA yaitu penemuan dini pneumonia pada balita pada tahun 2017 ( 50,33 %) tahun 2018 ( 39,24 %) 2019 (32,96 %) 2020 ( 22,13 %) angka ini masih di bawah target nasional ( 85 %) Target renstra 2020 untuk program ISPA/PNEUMONIA dalam prosentase kab/kota yang 50 % PKM-nya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana pneumonia melalui program MTBS adalah 60 % dan terealisasi 90,90 % Belum Efektifnya Upaya “ Penemuan Kasus antara lain: - Masih banyak anggota masyarakat yang belum mengenal gejala” pneumonia sehingga tidak membawa ke fasyankes - Petugas Kesehatan belum maximal melakukan sosialisasi tentang gejala” pneumonia - Keterampilan petugas yang belum standar dalam melakukan deteksi dini kasus balita batuk& sesak napas - Motivasi & Kepatuhan petugas dalam melaksanakan tatalaksana standar - Sarana & prasarana yang belum memadai dalam pelaksanaan program - Rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan Pneumonia. Tantangan Kendala P2 ISPA - Provinsi yang masih tergantung anggaran dekonsentrasi - Dana BOK belum optimal di manfaatkan daerah untuk mendukung program P2ML (program ISPA) - Kasus pneumonia balita yang under reported karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman petugas tentang ISPA atau pneumonia balita di fasyankes primer - Ketergantungan daerah kepada pusat dalam dukungan alat deteksi pneumonia, buku pedoman, peningkatan kapasitas nakes dan media promotif-preventif dan KIE - Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di fasyankes primer dalam deteksi pneumonia secara tepat dan akurat, tatalaksana kasus, manajemen program ISPA karena tingginya frekwensi mutasi pegawai di daerah - Rendahnya kepatuhan petugas dalam menghitung napas/melihat tarikan dinding dada bagian bawah kedalam 27 - Belum ada mekanisme kerjasama pelaporan dari dokter keluarga BPJS dalam penanganan pneumonia ke puskesmas 28