Uploaded by neliyana17081999

LKPJ SEKSI P2PM 2020

advertisement
SEKSI PENCEGAHANDAN PENGENDALIAN PENYAKIT
MENULAR
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular membawahi beberapa program dalam
pencegahan dan pengendalian penyakit Menular Langsung serta Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit TularVektor dan Zoonotik. Adapun Kegiatan yang ada dalam Seksi
Pencegahan dan pengendalian penyakit menular adalah:
a. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Malaria
b. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Filaria dan Kecacingan
c. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan DBD
d. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Zoonotik
e. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan HIV/ AIDS
f. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan TB
g. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Kusta dan Frambusia
h. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Hepatitis dan Infeksi Saluran Pencegahan (ISP)
i. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan ISPA/ Pneumonia
Hasil pelaksanaan kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) di
Provinsi Jambi selama tahun 2020 adalah sebagai berikut :
A. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Malaria
Indikator program malaria adalah Api < 1 % dan jumlah kabupaten kota yang sudah eliminasi
malaria. Untuk provinsi jambi kabupaten yang sudah eliminasi malaria adalah 7 kabupaten / kota
yaitu Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Kota Jambi, Kabupaten Bungo, Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai
penuh. Adapun pun kegiatan program malaria pada tahun 2020 ini adalah :
1. Kegiatan peningkatan kapasitas tenaga mikroskopis
2. Kegiatan workrhop tatalaksana malaria
3. Kegiatan evaluasi program pengendalian dan pencegahan penyakit malaria
4. Kegiatan supervisi persiapan eliminasi malaria
5. Kegiatan pemeriksaan uji silang
6. Kegiatan mass blood survey
1
Hasil pelaksanaan kegiatan program malaria di Provinsi Jambi selama tahun 2020 adalah sebagai
berikut :
Pencapaian Target : Target kinerja indikator program malaria adalah kabupaten/Kota yang
sudah menerima sertifikat eliminasi malaria dan indikator kegiatan program malaria adalah
persentase penderita malaria yang diobati standar.
Rumus/Cara perhitungan: Jumlah pasien positif malaria yang mendapatkan pengobatan
sesuai tatalaksana dibagi jumlah pasien positif malaria dikali 100%.
a. Capaian Indikator kegiatan
NO
1
INDIKATOR
Persentase kasus malaria positif yang di
obati sesuai standar
TARGET CAPAIAN
99%
100%
Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standard adalah proporsi penderita
positif yang diobati dengan ACT dibandingkan dengan jumlah penderita positif. Angka
ini digunakan untuk melihat kualitas pengobatan kasus malaria apakah sesuai dengan
standar nasional atau tidak.
Analisa Indikator
Target penggunaan ACT ini adalah 90%. ACT merupakan obat yang efektif untuk
membunuh parasit malaria, sementara obat malaria lama yang masih beredar yaitu
klorokuin telah resisten. Penggunaan ACT yang harus berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya resistensi.
Kegiatan yang dilaksanakan :
Berupa pertemuan, perjalanan dinas ke kabupaten, kegiatan mbs pada daerah yang kemungkinan
terjadinya penularan malaria dan uji silang ke labkes Provinsi.
Hasil Kegiatan :
Persentase penderita malaria positif yang diobati ACT pada tahun 2020 adalah sebesar
100 %. Hasil pengobatan dengan standard ACT ini sudah lebih tinggi dari target yang
ditetapkan. Sepanjang tahun 2020, ada 64 Kasus positif malaria yang terlaporkan melalui
E-Sismal dan sebanyak 64 kasus semuanya sudah diobati dengan menggunakan ACT.
Jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya, maka persentase kasus malaria positif
yang diobati sesuai standard di Provinsi Jambi secara konsisten terus mengalami
peningkatan dari 99 % pada tahun 2019.
2
3
a.
Upaya Yang Dilakukan
Meningkatnya capaian indikator ini tidak terlepas dari upaya sosialisasi
kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan dukungan organisasi profesi
untuk pengobatan malaria sesuai standard serta ketersediaan obat yang
terjamin dan mudah untuk diperoleh. Secara keseluruhn dalam tiga tahun
terakhir jumlah kasus positif malaria di Provinsi Jambi juga terus mengalami
penurunan.
Sampai
saat
ini,
dari
11
Kabupaten/Kota,
terdapat
7
Kabupaten/Kota yang sudah mendapatkan sertifikat eliminasi malaria.
b.
Hambatan Yang Dihadapi
-
masih ditemukan Sulfadoxyn dan Klorokuin yang dijual bebas di pasaran
untuk pengobatan malaria. Hal ini menjadi kesulitan dalam pemantauan
karena masyarakat langsung beli di warung tanpa pemeriksaan fasyankes.
-
Masih adanya kasus malaria di populasi khusus ( SAD )
-
Minimnya pendanaan yang ada di Kabupaten/kota untuk program
malaria.
c.
Pemecahan Masalah
-
Untuk mengendalikan penggunaan klorokuin dan sulfadoxyn maka pada
tahun 2021 akan dibentuk Pokja tata laksana malaria di Kab/kota dengan
melibatkan akademisi dan IDI.
d.
Kerjasama lintas sektor dan lintas program
Efisiensi penggunaan sumber daya
Pada masa pandemi covid tahun 2020, anggaran yang tersedia telah
dilakukan efisiensi sebesar 100 %, sehingga tidak semua target tercapai
4
B. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Filariasis dan Kecacingan
Pencapaian Target : Target kinerja indikator kegiatan adalah jumlah Kab/ Kota Endemis
Filaria yang berhasil menurunkan angka Mikrofilaria menjadi < 1%
Kegiatan yang dilaksanakan :
Indonesia merupakan salah satu negara endemis penyakit Filariasis, Cacingan dan
Schistosomiasis sehingga menjadi target kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal di
kawasan Asia Tenggara. Secara geografis, Indonesia terdiri dari 34 Provinsi, 514
Kabupaten/kota dan sekitar 17000 pulau. Hingga saat ini sebanyak 236 Kabupaten/kota
telah dinyatakan endemis Filariasis, 514 Kab/kota endemis cacingan dengan prevalensi
rata-rata 28.21%, serta 2 Kabupaten endemis Schistosomiasis dengan prevalensi pada
manusia dibawah 10% di Provinsi Sulawesi Tengah.
Di Provinsi Jambi sendiri ada 5 Kabupaten/ Kota yang Endemis Filariasis diantaranya
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Merangin, Batang Hari, dan
Kabupaten Muaro Jambi. 5 (lima) Kabupaten/ Kota Endemis Filariasis di Provinsi Jambi
Tahun 2016 telah selesai melaksanakan POPM Filariasis selama 13 (tiga belas) dan 5
(lima) tahun berturut-turut dan telah dilakukan Evaluasi Pasca POPM Filariasis (Pre-TAS
dan TAS) untuk mengetahui apakah masih ada penularan filariasis didaerah tersebut.
Dimana tahun 2020 ini 2 (dua) Kabupaten/ Kota yang akan melaksanakan TAS
(Transmission Assesment Survey) ke-2 dan ke-3
yang direncanakan dilakukan di 2
kabupaten Kabupaten merangin dan Kabupaten Hari tetapi belum bisa dilakukan karena
adanya pandemic covid 19.
Hasil Kegiatan :
TABEL 1: Mikrofilaria Rate Kabupaten/ Kota Endemis Filariasis di Provinsi Jambi
No
Kabupaten/ Kota
1
MERANGIN
2
BATANG HARI
3
MUARO JAMBI
4
TANJUNG JABUNG
Tahun Survey/ Mikrofilaria Rate (%)
2016
2017
2019
2020
0
0
0.96
0
0.43
1.3
0.33
5
TIMUR
TANJUNG JABUNG
5
BARAT
0
Berdasarkan Tabel diatas masih ada Kabupaten/ Kota dengan mikrofilaria rate (Mf Rate) >
1% yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur di tahun 2017 namun setelah melaksanakan
Pengobatan ulang selama 2 (dua) tahun berturut-turut tahun 2017 dan 2018, maka pada tahun
2019 dilakukan evaluasi Pre-TAS kembali di Tanjung Jabung Timur dan didapatkan Mf Rate
< 1% yaitu 0.33% dan pada tahun 2020 belum bisa di lakukan kegiatan TAS di karena kan
Pandemi Covid 19.
TABEL 2: Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi tahun 2003-2018
% Cakupan POPM Filariasis di Kabupaten/ Kota
Tahun
Pengobatan
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Merangin
86
83
83
84
88
Tanjung
Jabung Timur
78
89
82
86
87
90
89
98
Batang Hari
83
83
89
90
90
Muaro
Jambi
69
73
77
76
76
78
81
75
74
84
91
86
86
Tanjung
Jabung
Barat
89
89
94
91
90
Berdasarkan Tabel diatas diketahui cakupan POPM Filariasis di 5 (lima) Kabupaten/ Kota
Endemis Filariasis diatas target Nasional yaitu 65% dari jumlah penduduk. Walaupun
6
cakupan penduduk minum obat sudah diatas target nasional, masih ada masyarakat yang
tidak patuh untuk minum obat didepan petugas.
Capaian Indikator :
NO PROGRAM/KEGIAT
.
AN
1.
Kegiatan Pengendalian
dan
Pencegahan
Penyakit Filaria dan
Kecacingan
INDIKATOR KINERJA
TARGET
REALISASI
Jumlah Kabupaten/ Kota 5 (lima) 5
(lima)
endemis filarial yang Kabupaten Kabupaten/
berhasil
menurunkan / Kota
Kota
angka
microfilaria
menjadi < 1%
Pada tahun 2020 untuk kegiatan Pengendalian dan pencegahan Penyakit Filaria dan
Kecacingan belum berhasil mencapai indikator di karenakan adanya pandemi covid 19.
Realisasi Anggaran :
NO.
1.
2.
3.
PROGRAM/KEGIATAN
PAGU
ANGGARAN
KEGIATAN
FILARIASIS
DAN
KECACINGAN
Workshop
peningkatan 74.384.000
kapasitas
petugas
mikroskopis pemeriksaan
filariasis dan kecacingan
Sinkronisasi dan validasi 14.500.000
data program filariasis dan
kecacingan
Pendampingan
kegiatan
27.392.726
program
filariasis
dan
kecacingan
JUMLAH
116.276.726
KEU
74.384.000
14.497.600
27.160.598
116.042.198
REALISASI
%
FISIK
100 %
100 %
99,9 %
100 %
99,2 %
100 %
99,5 %
100 %
Realisasi anggaran kegiatan Filariasis dan Kecacingan pada tahun 2020, penyerapan
anggaran sebesar 99,5 % dengan Realisasi fisik 100 %.
7
Permasalahan dan Solusi :
Program Filariasis dan Kecacingan pada tahun 2020 pada umumnya berjalan kurang lancar,
namun ada beberapa hal yang masih menjadi masalah antara lain :
1. Masih ada petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang belum terlatih untuk penegakkan
diagnosa, pemeriksaan mikroskopis filariasis dan kecacingan serta tatalaksana kasus
kronis filariasis, sehingga dirasakan perlu mengadakan pelatihan dan bimbingan yang
terarah dan berkesinambungan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi.
2. Surveilans Pasca POPM Filariasis yang belum dilakukan oleh Kabupaten/ Kota
dikarenakan Rapid Diagnosa Tes (RDT) untuk tes cepat filariasis yang sangat mahal dan
belum dapat dipenuhi pemerintah pusat mengakibatkan untuk pemeriksaan Filariasis
masih menggunakan Survey darah jari pada malam hari yang memerlukan waktu yang
sangat lama.
3. Minimnya pendanaan yang ada di Kabupaten/kota dalam melakukan surveilans penemuan
kasus baru filariasis dan tatalaksana kasus kronis filariasis.
4. Pandemi Covid 19.
C. Kegiatan pengendalian dan pencegahan penyakit DBD
Hasil pelaksanaan kegiatan program malaria di Provinsi Jambi selama tahun 2020 adalah
sebagai berikut :
Pencapaian Target : Indikator program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD
adalah Persentase Kabupaten/Kota Incidence Rate < 49 per 100.000 penduduk. Adapun
realisasi Tahun 2020 untuk Provinsi Jambi Persentase Kabupaten/Kota Incidence Rate <
49 per 100.000 pendduk sebesar 54 %. Terdapat 3 Kabupaten/Kota dengan Incidence Rate
> 49 per 100.000 penduduk, yaitu Kota Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung
Timur.
Kegiatan yang dilaksanakan :
Adapun kegiatan program P2P DBD pada tahun 2020 ini adalah :
8
a. Kegiatan dukungan Fogging Fokus Penanggulangan Peningkatan Kasus DBD
Hasil Kegiatan :
TOTAL
NO
IR DBD Per 100.000
Penduduk
KAB/KOTA
P
M
1
KOTA JAMBI
710
8
120.1
2
BATANG HARI
168
0
62.9
3
MUARO JAMBI
248
3
56.9
4
TANJAB BARAT
230
1
71.3
5
TANJAB TIMUR
150
1
69.2
6
BUNGO
123
0
34.2
7
TEBO
101
0
29.4
8
SAROLANGUN
44
0
15.2
9
MERANGIN
66
0
17.5
10
KERINCI
30
0
12.7
11
KOTA SUNGAI
PENUH
34
0
70.9
1933
13
45.5 %
PROVINSI
Capaian Indikator :
NO.
PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR
TARGET
REALISASI
KINERJA
1.
Kegiatan
Pengendalian Persentase Kab/ Kota 91 %
54%
dan pencegahan penyakit dengan IRDBD < 49/
DBD
100.000 Penduduk
Pada tahun 2020 untuk program DBD belum berhasil mencapai indikator yang telah
ditetapkan, dimana hanya 5 (lima ) Kabupaten/ Kota (45.5%) yang mencapai target IR DBD
< 49 per 100.000 penduduk.
9
Realisasi Anggaran :
REALISASI
PROGRAM/KEGIATAN
NO.
PAGU
ANGGARAN
KEU
%
FISIK
65,400,000
64,790,000
99 %
100 %
65.400.000
64.790,000
99 %
100 %
KEGIATAN PROGRAM DBD
1
Fogging Penanggulangan DBD
JUMLAH
Realisasi anggaran kegiatan program DBD pada tahun 2020, penyerapan anggaran sebesar 99
% dengan Realisasi fisik 100 %.
Permasalahan dan Solusi :
Program malaria tahun 2020 pada umum belum berjalan lancar, di karenakan adanya covid
19 dan ada beberapa kendala yang menjadi permasalahan anatara lain :
1. Peran serta seluruh komponen masyarakat dalam pemeberantasan sarang nyamuk belum
optimal
2. Peran serta LP/ LS dalam penyelenggaraan G1R1J belum optimal
Adapun solusi yang dapat dilakukan yaitu:
1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan Gerakan Bebas Jentik di tatanaan
Rumah Tangga
2. Peningkatan eran serta LP/LS dala penyelenggaraan G1R1J (Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik) di tatanan institusi dan TTU (Tempat-tempat umum).
D. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Zoonotik
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Provinsi
Jambi karena penyakit tersebut tersebar luas di 11 Kabupaten/Kota, dengan jumlah kasus
gigitan hewan penular rabies yang cukup tinggi setiap tahunnya (rata-rata kasus GHPR
per tahun sebesar 750 kasus gigitan), serta belum ditemukan obat/cara pengobatan untuk
penderita rabies pada manusis (lyssa) sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada
hampir semua penderita rabies (Case Fatality Rate = 100%).
10
Hasil pelaksanaan kegiatan program Zoonosis di Provinsi Jambi selama tahun 2020
adalah sebagai berikut :
Pencapaian Target : Indikator program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Zoonosis adalah Persentase Kabupaten/Kota Eliminasi Rabies (Rabies Pada Manusia
NOL selama 3 tahun berturut-turut). Adapun realisasi Tahun 2020 untuk Provinsi Jambi
Persentase Kabupaten/Kota Eliminasi Rabies (Rabies Pada Manusia NOL selama 3 tahun
berturut-turut) sebesar 100% (11 Kabupaten/Kota tidak dilaporkan adanya kejadian
Rabies Pada Manusia selama 3 tahun terakhir).
Kegiatan yang dilaksanakan :
Adapun kegiatan program P2P Zoonosis pada tahun 2020 ini adalah :
a.
Kegiatan Workshop Tatalaksana Zoonosis
b.
Kegiatan Pertemuan Koordinasi LS Program Zoonosis
c.
Kegiatan cetak buku saku petunjuk tatalaksana Zoonosis
Hasil Kegiatan :
11
REKAPITULASI LAPORAN GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES ( GPHR ) DAN KASUS
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2020
LYSSA SPESIMEN
/
HEWAN SPESIMEN
KET
HEWAN
SAR RABIES YANG
POSITI DIPERIKSA POSITIF
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
0
0
0
0
Sembuh
PENGOBATAN
Kab / Kota
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kota Jambi
Batang Hari
Muaro Jambi
Bungo
Tebo
Merangin
Sarolangun
Kab. Kerinci
K.Sei Penuh
Tanjab Barat
Tanjab Timur
TOTAL
JUMLAH
KASUS
GHPR
222
41
36
63
106
90
38
82
30
36
50
794
Cuci
Luka
222
32
36
63
106
90
38
82
30
36
50
785
VAR
211
32
32
54
52
78
35
82
29
21
35
661
Dari data di atas diketahui bahwa kasus GHPR pada tahun 2020 sebanyak 794 kasus, tetapi
tidak ada yang positif rabies..
Capaian Indikator :
NO.
PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR
TARGET
REALISASI
KINERJA
1.
Kegiatan
Pengendalian
dan Persentase Kabupaten/ 100 %
pencegahan penyakit Zoonotik
Kota
Rabies
yang
100%
eliminasi
(kematian
karena Rabies)
Pada tahun 2020 untuk program Zoonotik sudah berhasil mencapai indikator yang telah
ditetapkan yaitu Eliminasi Rabies (kematian karena Rabies), dimana 11 (sebelas)
Kabupaten/ Kota tidak ada kasus kematian akibat Rabies dan ini sesuai dengan target
yang diinginkan yaitu persentase Kabupaten/ Kota yang mencapai eliminasi Rabies yaitu
100%.
12
Permasalahan dan Solusi :
Program Zoonosis tahun 2020 secara umum berjalan sesuai perencanaan, tapi masih ada
beberapa kendala yang menjadi permasalahan antara lain :
1.
Pandemi Covid 19
2.
Tingginya kasus gigitan hewan penular rabies yang diberikan Vaksin Anti Rabies yang
disebabkan karena Hewan Penular Rabies Lari/Mati/Dibunuh, sehingga perlu
sosialisasi kepada masyarakat untuk sedapat mungkin setiap GHPR dilakukan observasi
terlebih dahulu setelah terjadi kasus gigitan
3.
Koordinasi dengan Lintas Sektor (Kesehatan Hewan) belum optimal, sehingga masih
perlu dilakukan koordinasi yang lebih baik dan intense di setiap leve (Mulai dari
Provinsi hingga Pos kesehatan Hewan).
E. Pengendalian dan Pencegahan HIV/ AIDS
Beberapa Kegiatan dalam pencegahan dan pengendalian penyakitI HIV-AIDS dan IMS.
Adapun Kegiatan yang ada dalam Pencegahan dan pengendalian Program HIV-AIDS
dan IMS adalah :
a. Kegiatan Penyelengaraan Peningkatan Kapasitas SDM Layanan Tes HIV
Hasil pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Program HIV-AIDS dan
IMS di Provinsi Jambi selama tahun 2020 adalah sebagai berikut :
Pencapaian Target : Target kinerja indikator kegiatan adalah presentase kasus HIV
yang diobatisebesar 40.%.
Kegiatan yang dilaksanakan :
Presentase Kasus HIV yang diobati) merupakan indikator untuk memantau tingkat
keberhasilan bagaimana pengendalian HIV-AIDS di lakukan di tingkat layanan
pengobatan, dukungan dan perawatan. Karena pengobatan yang adekuat dan
kepatuhan yang tinggi akan lebih efektif menekan jumlah HIV sampai ke tingkat yang
tidak bisa dideteksi oleh alat deteksi jumlah HIV (undetectable). Selain itu,
pengobatan dengan ARV juga mencegah pengidap HIV menularkan virusnya kepada
orang lain. Di Provinsi Jambi Presentase kasus HIV yang diobati pada tahun 2020
sebesar 22% (Target 40%). Kondisi ini dimungkinkan karena adanya peningkatan
kapasitas SDM yang ada dalam setiap level, baik Puskesmas, Rumah sakit di
kabupaten/kota di dalam Provinsi Jambi.
13
Hasil Kegiatan :
TABEL 1 : Presentasi kasus HIV yang diobati di Kabupaten/Kota dalam Provinsi
Jambi Tahun 2018 - 2020
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
KAB/KOTA
KOTA JAMBI
BATANG HARI
MUARO JAMBI
BUNGO
TEBO
MERANGIN
SAROLANGUN
KERINCI
SUNGAI PENUH
TANJAB BARAT
TANJAB TIMUR
PERSENTASE KASUS HIV YANG DIOBATI
2018
2019
2020
82,7%
82,6%
47%
100%
99,5%
15%
30%
44,1%
3%
37,5%
35,6%
18%
39,6%
56,9%
3%
98,4%
97,8%
13%
10%
96,8%
3%
56,1%
60,6%
9%
0
0
0
27,5%
25,9%
7%
0
0
0
Berdasarkan Tabel diatas capaian kasus HIV yang diobati dari tahun 2018 ke tahun
2020, semua Kabupaten mengalami Penurunan karna cara peghitungan yang berbeda
dimana dari tahun ke tahun megalami perbedaan dikerenakan perbedaannya pada
denominator. Pada tahun 2018 dan 2019 masih menggunakan denominator jumlah
odha ayang ditemukan sedang pada tahun 2020 kebijakan dari pusat menggunakan
RPJMN yang denominatornya adalah jumlah estimasi odha yang telah ditetapkan oleh
pusat yang angkanya lebih besar.
14
Grafik : Presentase Kasus HIV yang diobati per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2020
Sementara berdasarkan SIHA tahun 2020 capaian pesentasi kasus HIV yang diobati
tertinggi yaitu Kota Jambi 47%, capaian kabupaten terendah yaitu kabupaten Muaro
Jambi 3%. Dua Kabupaten yang belum mempunyai layanan pengobatan, dukungan
dan perawatan yaitu Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Batang Hari
Capaian Indikator :
NO.
1.
PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA
Kegiatan Pencegahan dan Persentase Kasus HIV yang
Pengendalian
TARGET
REALISASI
40 %
22%
HIV-AIDS Diobati
dan IMS
Pada tahun 2020 untuk Presentase kasus HIV yang diobati berhasil mencapai
indikator yang telah ditetapkan yaitu, sebanyak 22 % dari target nasional yang
diajukan sebesar 40%.
15
Realisasi Anggaran :
NO.
PROGRAM/KEGIATAN
1.
PAGU
ANGGARAN
56.090.000
Penyelengaraan
peningkatan kapasitas SDM
layanan tes HIV
Pendampingan
kegiatan 28.000.000
program p2pml
JUMLAH
84.090.000
2.
REALISASI
KEU
%
45.380.000
80.1 %
FISIK
100 %
28.000.000
100 %
100%
73.380.000
90 %
100 %
Realisasi anggaran kegiatan Pencegahan dan Pengendalian HIV-AIDS pada tahun
2020, penyerapan anggaran sebesar
90 % dengan Realisasi fisik 100 %.
Permasalahan dan Solusi :
Program pencegahan dan pengendalian HIVpada tahun 2020 pada umumnya berjalan
lancar, semua permasalahan dapat di minimalisir dengan baik, berkat kerjasama
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Beberapa hal yang masih menjadi masalah
antara lain :
1.
Testing HIVpada orang yang berisiko terinfeksi HIV belum dilaksanakan secara
optimal pada semua fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Swasta.
2.
Angka Loss To Follow Up yang masih tinggi, dan masih banyak ODHA yang
belum memulai ARV.
3.
Penerapan Tes & Treat belum diterapkan di semua layanan pengobatan/ PDP dan
belum semua layanan HIV melakukan pencatatan dan melaporkan melalui SIHA
4.
Mobilisasi SDM yang cukup tinggi, sehingga nakes yg terlatih di bidang HIV
pindah tugas ke tempat lain
5.
Pandemi Covid 19
16
F. Pengendalian dan Pencegahan Tuberkulosis (TB)
Indikator : Persentase kabupaten/kota dengan angka keberhasilan pengobatan TB Paru
BTA Positif
( Success Rate) minimal 90%.
Cakupan pengobatan semua kasus TB yang diobati (case detection rate/CDR) minimal
37%. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus (Treatment Success rate)
minimal 90%
Target tahun 2020: Persentase kabupaten/kota dengan angka keberhasilan pengobatan
TB Paru BTA Positif ( Success Rate) minimal 100 %.
Cakupan pengobatan semua kasus TB yang diobati (case detection rate/CDR) minimal
37%
Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus (Treatment Success rate)
minimal 90%
Kegiatan Program Tuberkulosis adalah sebagai berikut:
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan
kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi sehingga perlu dilakukan upaya
penanggulangan. Penyelenggaraan Penanggulangan TBC perlu di dukung dengan upaya
mengembangkan dan memperkuat mekanisme koordinasi, serta kemitraan antara
pengelola program TB dengan instansi pemerintah lintas sektor dan lintas program, para
pemangku kepentingan, penyedia layanan, organisasi kemasyarakatan, asuransi
kesehatan, baik dipusat, provinsi maupun kabupaten/kota.
TBC adalah penyakit menular yang wajib dilaporkan (Mandatory Notification).
Setiap fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan TBC wajib mencatat dan
melaporkan kasus TBC yang ditemukan dan atau diobati sesuai dengan format
pencatatan dan pelaporan yang ditentukan.
Program Pengendalian TB dalam strategi nasional diarahkan menuju akses universal
terhadap layanan TB yang berkualitas dengan upaya kegiatan Temukan Obati Sampai
Sembuh (TOSS) untuk semua pasien TB pasien TB yang sistematis dengan pelibatan
secara aktif seluruh penyedia layanan kesehatan melalui pendekatan Public Private Mix
(PPM) yang merupakan pelibatan semua fasilitas layanan kesehatan dalam upaya
ekspansi layanan pasien TB dan kesinambungan program penanggulangan TB secara
komprehensif di bawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Hasil pelaksanaan kegiatan Program Tuberkulosis di Provinsi Jambi Tahun 2020 sebagai
berikut:
17
Di Provinsi Jambi cakupan penemuan kasus TBC pada tahun 2020 sebanyak 2.296,
dengan rincian TB Sensistif Obat (TBC SO) sebanyak 2.277 kasus dan TBC Reseisten
Obat sebanyak 19 Kasus yang tercatat di Sistem Informasi Sistem Informasi
Tuberkulosis (SITB) dan penyisiran kasus di rumah sakit sebanyak 0 kasus. Jadi
total seluruh kasus pada tahun 2020 sebanyak 2.296 kasus dengan estimasi insiden
kasus TBC sebesar 13.681 kasus (Case Detection Rate/CDR 16,78%). Untuk angka
keberhasilan pengobatan (Success Treatment Rate/STR) sebesar 65%. CDR yang
dicapai masih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 37%. Untuk STR yang
dicapai sebesar 65%, untuk target nasional minimal sebesar 90%. Capaian tingkat
kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 1. Cakupan Pengobatan Semua
Obati di Provinsi Jambi Tahun 2020
No
Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Estimasi
Insiden
Kasus
TBC
902
1.266
846
3.435
453
1.203
1.317
1.014
1.317
Kasus
Jlh kasus
TBC di
SITB
Batanghari
137
Bungo
237
Kerinci
128
Kota Jambi
511
Kota Sungai Penuh
29
Merangin
339
Muaro Jambi
134
Sarolangun
241
Tanjung
Jabung
262
Barat
10 Tanjung
Jabung
797
173
Timur
11 Tebo
1.129
105
12 Provinsi
13.681
2.296
Catatan : Data SITB per tanggal 5 Januari 2021
TBC (Case Detection Rate) yang di
Jlh Kasus
Penyisiran
di RS
Total
Kasus
Capaian
CDR
(%)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
137
237
128
511
29
339
134
241
262
15,2%
18,7%
15,1%
14,9%
6,4%
28,2%
10,2%
23,8%
19,9%
0
173
21,7%
0
0
105
2.296
9,3%
16,78%
Tabel. 2. Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Treatment Rate) Tuberkulosis di Provinsi
Jambi Tahun 2020
No
1
2
3
Kab/Kota
Batanghari
Bungo
Kerinci
Kasus
TBC
Yang di
obati
Sembuh
420
283
136
42
113
27
Angka
Keberhasilan
Angka
Pengobatan
Pengobatan Kesembuhan
(Success
Lengkap
(Cure Rate)
Treatment
%
Rate)
%
42
10%
20%
8
40%
43%
2
20%
21%
18
4
5
6
7
8
9
Kota Jambi
1.021
561
Kota Sungai Penuh
52
Merangin
752
504
Muaro Jambi
460
170
Sarolangun
526
129
Tanjung
Jabung
547
303
Barat
10 Tanjung
Jabung
257
69
Timur
11 Tebo
380
140
12 Provinsi
4.834
2.058
Catatan : Data SITB per tanggal 5 Januari 2021
392
1
237
57
29
237
55%
0%
67%
37%
25%
55%
93%
2%
99%
49%
30%
99%
30
27%
39%
45
1.080
37%
43%
49%
65%
Berdasarkan tabel tersebut diatas capaian CDR dan SR di Provinsi Jambi masih rendah.
Hal ini salah satu disebabkan oleh masih ada kabupaten/kota yang belum mencatat dan
melaporkan penemuan kasus TBC di SITT dan SITB tepat waktu dan belum semua
kasus TBC yang diobati dievaluasi hasil pengobatannya. Masih adanya stigma
masyarakat yang masih menganggap penyakit TB sebagai hal yang tabu. Selain itu juga
di masa pandemi COVID-19 penemuan kasus TBC lebih banyak ditemukan secara
pasif, penemuan kasus secara massif dan intensif terhambat. Masyarakat yang memiliki
gejala TB takut memeriksakan diri ke layanan kesehatan karena gejalanya mirip dengan
pasien COVID-19.
Realisasi Kegiatan :
NO.
PROGRAM/KEGIATAN
PAGU
ANGGARAN
REALISASI
KEU
%
FISIK
3
Pertemuan Monitoring
dan Evaluasi Program TBC
TK Provinsi Jambi
58.070.000,-
54.734.000
94.3 %
100 %
7
Honor
6.972.000,-
6. 972.000
100 %
100 %
8
Pendampingan program
P2 TB
15.118.000-
13.025.722
86,2 %
100 %
9
Intensifikasi penemuan
kasus TBC
20.950.000,-
16.979.200
81 %
100 %
JUMLAH
101.110.000,-
91.710.922
93 %
100 %
Realisasi kegiatan program TBC tahun 2020 dengan anggaran sebesar Rp. 101.110.000- dan
terealisasi sebesar Rp. 91.710.922,- ( 93 %). Belum teralisasinya anggaran kegiatan program
19
TBC sebesar 100 % disebabkan adanya peserta kabupaten/kota yang tidak hadir dan kegiatan
tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu yang ada .
Permasalahan :
1. Pencatatan dan pelaporan tidak tepat waktu.
2. Belum semua pasien TBC yang terdaftar dan diobati di evaluasi pengobatannya.
3. Peran PMO belum maksimal
4. Pelacakan kasus mangkir belum berjalan dengan baik
5. Sistem rujukan belum berjalan dengan baik
6. Public Private Mix (PPM) yang merupakan pelibatan semua fasilitas layanan
kesehatan dalam upaya ekspansi layanan pasien TB dan kesinambungan program
TBC secara komprehensif dibawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
belum berjalan dengan baik
7. Pandemi Covid 19
G. Kegiatan Pengendalian dan pencegahan Kusta dan Frambusia
Pencapaian target
Target indicator kegiatan adalah persentase penemuan kasus baru kusta tanpa cacat
tahun 2020 adalah sebesar 87%.
Kegiatan yang dilaksanakan :
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit terabaikan (necleted disease), sehingga
sering sekali memang benar-benar terabaikan penemuan kasusnya oleh petugas
kesehatan terutama di kabupaten/kota yang sudah mencapai eliminasi kusta
(prevalensi < 1 per 10.000 penduduk) dengan kata lain jumlah kasusnya rendah.
Akibatnya di kabupaten/kota dengan eliminasi kusta, penemuan kasus secara intensif
tidak dilakukan. Kasus sebagian besar ditemukan oleh dokter praktek swasta dalam
keadaan sudah cacat akibat kusta.
20
Hasil Kegiatan :
Penemuan kasus baru kusta tahun 2020
NO
KABUPATEN/KOTA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
KERINCI
MERANGIN
SAROLANGUN
BATANGHARI
MUARO JAMBI
TANJAB TIMUR
TANJAB BARAT
TEBO
BUNGO
KOTA JAMBI
KOTA SEI. PENUH
JUMLAH
JML
KASUS
BARU
0
4
2
1
6
26
0
6
2
3
0
50
TANPA
CACAT
0
1
0
1
4
25
0
6
0
3
0
40
%
KET
0
25
0
100
66,6
96,2
0
100
0
100
0
80
Capaian indicator :
NO
PROGRAM/KEGIATAN
INDIKATOR
TARGET
REALISASI
87%
80%
KINERJA
1.
Pencegahan dan
Penemuan kasus
penanggulangan penyakit
baru kusta tanpa
kusta.
cacat
Pada tahun 2020 diketahui bahwa capaian indicator berupa penemuan kasus baru
kusta tidak tercapai dimana target yang ditetapkan adalah 87%, sedangkan capaian
hanya 80 %.
Realisasi anggaran :
Untuk Realisasi anggaran program P2 kusta tahun 2020, semua dana yang
bersumber APBD untuk program kusta di kembalikan ke kas negara.
Pada keegiatan kusta dan frambusia pada tahun 2020 tidak tersedia dana
APBD
Permasalahan :
-
Penemuan kasus baru kusta tanpa cacat masih dibawah target hal ini dikarenakan
kusta yang merupakan salah satu penyakit terabaikan (necleted disease) sehingga
21
petugas kesehatan tidak melakukan kegiatan penemuan kasus kusta secara
intensif.
-
Kasus kusta yang dilaporkan, sebagian besar ditemukan oleh dokter praktek
swasta atau di rumah sakit.
-
Petugas puskesmas sebagian besar belum terlatih karena keterbatasan dana.
-
Tingginya mutasi petugas terlatih di tingkat kabupaten /kota dan puskesmas
sehingga penemuan kasus secara dini tidak bisa terlaksana.
-
Tidak ada / rendahnya alokasi dana untuk kegiatan terkait program kusta di
kabupaten/kota dan puskesmas.
Solusi :
-
Adanya komitmen dari pemegang kebijakan dalam melakuka mutasi pada petugas
terlatih dengan memperhatikan tersedianya petugas pengganti yang terlatih
(minimal on the job training).
-
Perlu adanya alokasi dana terkait program kusta baik ditingkat kabupaten/kota
maupun puskesmas terutama untuk kegiatan intensifikasi penemuan kasus baru.
-
Perlu kegiatan peningkatan kapasitas SDM bagi semua petugas puskesmas,
pelaksanaan dan dana kegiatan ditanggung oleh kabupaten/kota.
-
Pandemi Covid 19.
H. Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan Hepatitis dan ISP
a. HEPATITIS
Indikator : Presentase Kabupaten/kota yang melaksanakan Deteksi Dini Hepatitis B
Target tahun 2020: Presentase kabupaten/kota yang melaksanakan DDHB sebesar
100%, Kegiatan yang dilaksanakan :
Program Hepatitis yaitu program yang melaksanakan kegiatan Deteksi Dini Hepatitis
B pada Ibu Hamil dan Kelompok beresiko. Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu hamil
dilaksanakan di puskesmas oleh petugasnya telah di latih. Adapun tujuan pelaksanaan
DDHB adalah untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B dari Ibu ke bayi yang
dilahirkannya. Untuk kelancaran pelaksanaaan Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu
hamil dan kelompok beresiko di butuhkan kerjasama antara provinsi, kabupaten/kota
dan puskesmas.
22
Hasil Kegiatan :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
NAMA
ESTIMASI
KABUPATEN/KOTA
JUMLAH BUMIL
Kota Jambi
Batanghari
Tebo
Muaro Jambi
Tanjab Barat
Tanjab Timur
Sarolangun
Merangin
Bungo
Kerinci
Sungai Penuh
Jumlah
11.010
5.635
7.270
9.126
6.964
4.008
6.578
7.922
8.023
3.841
1.593
71.970
JUMLAH BUMIL DIPERIKSA
R
NR
40
24
27
10
18
37
19
55
40
49
37
356
TOTAL
3619
2205
2587
1418
3789
2748
1361
2575
2565
2006
844
25.717
3659
2229
2614
1428
3807
2785
1380
2630
2605
2055
881
26.073
Dari Tabel di atas tahun 2020, semua Kabupaten/kota telah melaporkan DDHB walaupun
belum semua puskesmas melaksanakan DDHB, dari 26.073 ( 36 % ) ibu hamil yang di
Deteksi Dini Hepatitis B, non reaktif
25.717 ( 98.6 % ), dan 356 orang yang reaktif
( 1,4%).
Realisasi Kegiatan :
Untuk anggaran kegiatan program hepatitis tahun 2020 di kembalikan ke kas negara.
Permasalahan :
-
Masih ada puskesmas yang belum di latih untuk pelaksanaan Deteksi Dini Hepatitis B
pada bumil dan kelompok beresiko
-
Tidak semua kabupaten/kota bisa menyediakan BHP untuk pelaksanaan DDHB
-
Belum semua puskesmas melaksanakan DDHB
-
Ketepatan dan kelengkapan laporan DDHB dari Kabupaten/Kota masih kurang
-
Pandemi Covid 19
23
b. INFEKSI SALURAN PENCERNAAN (ISPA)/ DIARE
Indikator Kinerja:
-
PesentasiKabupaten/kota yang melaksanakan advokasi atau sosialisasi pengendalian
diare
-
PresentasiKabupaten/Kota yang melakukanLayananRehidrasi Oral Aktif
Target
: 100 %
Dari table diatas cakupan penemuan penderita diare tahun 2020 adalah 71,92 %
PROVINSI
: Jambi
Tahun
NO
2020
KABUPATEN/
JUMLAH
KOTA
LROA
2
3
1
JUMLAH
KELENGKAPAN LOGISTIK
%
JML
LROA
LROA
LROA
AKTIF
AKTIF
LENGKAP
TDK LENGKAP
LROA
4
5
6
7
8
1
Kota Jambi
15
15
100
2
Sarolangun
0
0
0
3
BatangHari
172
140
82
4
Tanjab Barat
33
33
100
5
TanjabTimur
143
143
6
Tebo
73
7
Kerinci
KUNJUNGAN
lengkap
9
0
750
0
0
0
lengkap
0
1031
lengkap
0
317
100
lengkap
0
1881
73
100
lengkap
0
1045
89
89
100
lengkap
0
2931
18
9
50
lengkap
0
40
107
98
100
lengkap
0
2488
Kota Sungai
8
Penuh
9
Muaro Jambi
10
Merangin
24
24
100
lengkap
0
104
11
Bungo
12
12
100
lengkap
0
104
Total
686
686
93.22
lengkap
0
10.691
Dari table diatas Layanan Rehidrasi Oral Aktif tahun 2020 adalah
Kendala
KET
45 %
:
- Sistem pelaporan diare sudah 90 %, seringnya keterlambatan melapor laporan diare dari
puskesmas kedinas kabupaten/kota
24
- Sistem pelaporan LROA (Layanan Rehidrasi Oral Aktif) terlaksana 45 % dikarenakan
hanya beberapa terlaksananya layanannya dikabupaten/kota
I.
Kegiatan Pengendalian dan Pencegahan ISPA/ PNEUMONIA
Pneumonia adalah Infeksi mendadak (akut) kurang dari 2 minggu yang mengenai
jaringan paru-paru pada anak usia di bawah 5 tahun, di sebabkan oleh kuman (bakteri)
dan virus. Karena Pneumonia dapat berkembang menjadi berat sehingga menyebabkan
kematian pada bayi dan balita, jika tidak mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.
Adapun Indikator program adalah Presentase kabupaten/kota yang
% Puskesmasnya
melakukan pemeriksaan dan tatalaksana Pneumonia melalui Pendekatan MTBS
RUANG LINGKUP PROGRAM
1. Pneumonia Balita yang di fokuskan pada Penemuan & Tatalaksana kasus
2. INFLUENZA yang di fokuskan pada kesiap siagaan dan respons terhadap pandemic
influenza
3. Pengendalian faktor resiko ISPA dengan focus penanganan gangguan pernapasaan
akibat kuabut asap.
4. Penguatan dukungan manajemen
Kegiatan yang dilaksanakan :
1. REALISASI ANGGARAN
NO.
PROGRAM/KEGIATAN
PAGU
ANGGARAN
REALISASI
KEU
%
FISIK
KEGIATAN SKDR
1.
Pertemuan
validasi
data
35.463.000
34.780.000
97 %
tatalaksana
18.572.000
18.572.000
100 % 100 %
54.035.000
53.352.000
94 %
100 %
program ISPA
2.
Monitoring
Pneumonia
di
Kabupaten
kota
JUMLAH
100 %
25
INDIKATOR PROGRAM
No
1
2
3
Target
Baseline
Indikator
2016
2017
2018
2019
RPJM:
Persentase kabupaten/kota dengan cakupan
penemuan pneumonia balita minimal 80%
14,8
(2015)
30
40
50
60
RENSTRA KEMENKES:
Persentase kabupaten/kota yang 50%
puskesmasnya melaksanakan tata-laksana
pneumonia balita sesuai standar
14,8
(2015)
30
40
50
60
70
80
85
90
58,9
(2015)
RENCANA PROGRAM P2-ISPA:
Cakupan penemuan pneumonia balita
CAPAIAN PROGRAM
60
50
40
30
20
10
0
2017
2018
2019
2020
26
Di Provinsi Jambi capaian program ISPA yaitu penemuan dini pneumonia pada balita
pada tahun 2017 ( 50,33 %) tahun 2018 ( 39,24 %) 2019 (32,96 %) 2020 ( 22,13 %)
angka ini masih di bawah target nasional ( 85 %)
Target renstra 2020 untuk program ISPA/PNEUMONIA dalam prosentase kab/kota
yang 50 % PKM-nya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana pneumonia melalui
program MTBS adalah 60 % dan terealisasi 90,90 %
Belum Efektifnya Upaya “ Penemuan Kasus antara lain:
-
Masih banyak anggota masyarakat yang belum mengenal gejala” pneumonia
sehingga tidak membawa ke fasyankes
-
Petugas Kesehatan belum maximal melakukan sosialisasi tentang gejala”
pneumonia
-
Keterampilan petugas yang belum standar dalam melakukan deteksi dini kasus
balita batuk& sesak napas
-
Motivasi & Kepatuhan petugas dalam melaksanakan tatalaksana standar
-
Sarana & prasarana yang belum memadai dalam pelaksanaan program
-
Rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan Pneumonia.
Tantangan Kendala P2 ISPA
-
Provinsi yang masih tergantung anggaran dekonsentrasi
-
Dana BOK belum optimal di manfaatkan daerah untuk mendukung program
P2ML (program ISPA)
-
Kasus pneumonia balita yang under reported karena rendahnya pengetahuan dan
pemahaman petugas tentang ISPA atau pneumonia balita di fasyankes primer
-
Ketergantungan daerah kepada pusat dalam dukungan alat deteksi pneumonia,
buku pedoman, peningkatan kapasitas nakes dan media promotif-preventif dan
KIE
-
Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di fasyankes primer dalam deteksi
pneumonia secara tepat dan akurat, tatalaksana kasus, manajemen program ISPA
karena tingginya frekwensi mutasi pegawai di daerah
-
Rendahnya kepatuhan petugas dalam menghitung napas/melihat tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam
27
-
Belum ada mekanisme kerjasama pelaporan dari dokter keluarga BPJS dalam
penanganan pneumonia ke puskesmas
28
Download