HUBUNGAN RIWAYAT ANC DAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA BADUTA DI DESA SUNGAI BERAS KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2021 THE RELATIONSHIP BETWEEN ANC HISTORY AND EXCLUSIVE BREASTFEEDING ON STUNTING INCIDENTS IN CHILDREN AGED UNDER 2 YEARS IN SUNGAI BERAS VILLAGE, TANJUNG JABUNG TIMUR REGENCY IN 2021 Neliyana1, M.Dody Izhar2Lia Nurdini2 1 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKIK Universitas Jambi ABSTRACT Based on data from the Jambi Province Basic Health Research in 2018, the poor nutritional status of children under five in Tanjung Jabung Timur Regency was 40.89%. In Jambi Province, this is one of the four regions with the worst stunting and nutritional status. This study aimed to Knowing the relationship between exclusive breastfeeding history and the incidence of stunting in children under two years in Sungai Beras Village, Tanjung Jabung Timur Regency. This research is an analytical observational study with a cross sectional approach. The sample in this study were 52 children aged 7-24 months. The sampling technique used was purposive sampling. Data collection was carried out using the interview method with a questionnaire and analyzed using chi square analysis. The results of the study found that from 52 respondents there were 33 children (63.5%) experiencing stunting. The history of anc with the incidence of stunting showed a significant relationship with the value (P=0.021; PR=1.750; 95%CI=1.110-2.760). Exclusive breastfeeding with stunting showed a significant relationship with the value (P = 0.000; PR = 3.222; 95% CI = 1.358-7.643). The conclusion of this research is ANC History and Exclusive Breastfeeding is a factor in the incidence of stunting in Sungai Beras Village Tanjung Jabung Timur Regency. Keywords : Stunting, ANC history, exclusive breastfeeding ABSTRAK Berdasarkan data Penelitian Kesehatan Dasar Provinsi Jambi tahun 2018 status nurisi (Gizi) buruk balita di Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah 40,89%. Di Provinsi Jambi, ini merupakan salah satu dari empat daerah dengan status stunting dan gizi terparah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat anc dan asi eksklusif terhadap kejadian stunting pada baduta di Desa Sungai Beras Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 52 baduta usia 7-24 bulan. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan analisis chi square. Hasil Penelitian menemukan bahwa dari 52 responden terdapat 33 anak (63,5%) mengalami stunting. Riwayat anc dengan kejadian stunting menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan nilai (P=0.021; PR=1.750; 95%CI= 1.110-2.760). Asi eksklusif dengan kejadian stunting menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan nilai (P=0.000; PR=3.222; 95%CI= 1.358-7,643). Kesimpulan dari penelitian ini adalah Riwayat ANC dan Asi Eksklusif merupakan faktor terjadinya stunting di Desa Sungai Beras Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kata Kunci : Stunting, Riwayat ANC, Asi eksklusif, Korespondensi : Neliyana Email : neliyana17081999@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia masih mengalami kasus status gizi yang berakibat pada mutu sumber energi manusia (SDM) salah satunya merupakan permasalahan stunting atau keterlambatan tumbuh kembang pada balita1. Stunting merupakan kondisi yang bersifat irreversible atau tidak dapat diperbaiki setelah anak mencapai usia dua tahun . Pada masa pengenalan lingkungan anak dibawah dua tahun biasanya sering disebut dengan masa emas atau masa kritis ataupun dikenal dengan istilah ‘window of opportunity’. Masa kritis yang sering muncul adalah pertumbuhan panjang atau tinggi badan dibawah standar normal usia anak atau masalah stunting.2 Berdasarkan data Unicef 2020 Prevalensi anak balita stunting global di bawah umur 5 tahun pada tahun 2019 sbanyak 21,3%. Sedangkan target WHO >20%. Data World Health Organization tahun 2019 menampilkan jika 127 juta anak di bawah 5 tahun hendak alami stunting pada tahun 2025. Oleh sebab itu, dibutuhkan investasi serta kegiatan lebih lanjut untuk mencapai target Organisasi Kesehatan Dunia 2025 untuk mengurangi jumlah tersebut menjadi 100 juta3. Menurut ambang batas <-2 SD, menurut umur (U) menurut tinggi (TB) atau panjang badan (PB) melalui ambang batas (Z-score) untuk mengukur keterlambatan perkembangan4. Menurut "Profil Kesehatan Indonesia" (2017-2019), persentase status gizi balita stunting pada tahun 2016 adalah 18,97%, pada tahun 2017 masing-masing 19,8% dan tahun 2018 Tahun adalah 30,8% dan pada tahun 2019 sebanyak 27,67% balita stunting. Di Provinsi Jambi, persentase status nutrisi anak jangka pendek dan sangat pendek pada tahun 2016 masing-masing sebesar 18,50% dan 8,50%, pada tahun 2017 sebesar 16,40% dan 8,8%, dan pada tahun 2018 sebesar 30,1%. angka prevalensi stunting tersebut masih cukup tinggi karena hampir satu dari tiga balita Indonesia mengalami stunting. Berdasarkan data Penelitian Kesehatan Dasar Provinsi Jambi tahun 2018 status nurisi (Gizi) buruk balita di Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah 40,89%. Di Provinsi Jambi, ini merupakan salah satu dari empat daerah dengan status stunting dan gizi terparah. Di Provinsi Jambi anak yang menderita stunting sebanyak 30,1% anak5. Berdasarkan hasil Riskesdas 2016 angka Stunting di Tanjabtim mencapai 48,5 persen. Dan pada tahun 2018 anak yang stunting sebesar 40,89% Balita yang berstatus stunting dari seluruh Balita yang ada ditahun tersebut dimana standar WHO harus dibawah 20 persen. 10 desa dari 93 desa di Tanjabtim, yang mendominasi kasus stunting dan dijadikan Lokus stunting. Dari 10 Desa tersebut salah satunya termasuk Desa Sungai Beras. Data Kasus Stunting di Desa Sungai Beras Tanjung Jabung Timur pada tahun 2019 sebanyak 23 balita , Desa Sungai Beras termasuk sasaran balita stunting nomor 2 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan jumlah sasaran 250 balita yang bertempat tinggal menetap di Desa Sungai Beras. Saat survey awal tanggal 10 Oktober 2020 didapatkan data dari Puskesmas Pembantu yang ada di Sungai Beras, populasi balita yang berumur dari 724 bulan sebanyak 50 balita. 6 Kondisi stunting mencerminkan asupan gizi anak seusia. Dan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kesehatan dan produktivitas. Jika gizi buruk tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi, dan kerugian rakyat Indonesia bisa turun-temurun. Keterlambatan perkembangan bisa dimulai sejak masih didalam kandungan dan hanya terjadi saat anak berumur dua tahun. Jika stunting tidak dapat diimbangi dengan kejar tumbuh, maka akan terjadi stunting, yang merupakan masalah kesehatan masyarakat dan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit, kematian, serta gangguan olahraga dan perkembangan mental. Pelayanan Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan nakes kepada ibu saat masa kehamilan dan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Bidan untuk mendeteksi risiko komplikasi kehamilan. Indeks Antenatal Care yang memenuhi Millennium Development Goals adalah K1 (Kunjungan Ke 1) dan ANC minimal 4 kali. Indeks Antenatal Care yang digunakan untuk mengevaluasi rencana layanan kesehatan ibu di Indonesia merupakan angka cakupan K1 dan K4 yang ideal2. Pemeriksaan antenatal (ANC) diperlukan Mengoptimalkan kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi. Kegunaan Antenatal Care (ANC) khususnya bagi ibu memungkinkan ibu untuk menangani persalinan selama masa nifas, mempersiapkan menyusui dan memulihkan kesehatan reproduksi dengan baik7. Layanan ANC adalah layanan preventif atau preventif untuk memantau kesehatan ibu dan mencegah komplikasi dari ibu dan janin. Harus diupayakan agar ibu hamil tetap sehat sebelum melahirkan, bila kelalaian fisik atau psikis dapat segera terdeteksi, dan ibu hamil dapat melahirkan tanpa komplikasi7. Selain Kunjungan ANC factor yang dapat menyebabkan anak stunting yakni kurangnya atau tidak adanya pemberian asi eksklusif pada anak. Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu yang diberikan kepada bayi selama enam bulan, tanpa menambah dan menggantinya dengan makanan atau minuman yang lainnya8. Bayi yang di bawah usia enam bulan yang tidak Asi Eksklusif penuh atau yang mengonsumsi makanan padat sejak dini memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stunting. Kebiasaan menyusu yang tidak teratur dapat mengganggu IMD dan pemberian ASI eksklusif9. Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan Salah satu penyebab keterlambatan perkembangan (Stunting) adalah Riwayat ANC dan ASI Eksklusif. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengetahui dan mamahami bagaimana hubungan Riwayat ANC dan ASI Eksklusif yang diberikan oleh ibu kepada anak yang menderita stunting. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Riwayat ANC dan ASI Eksklusif terhadap kejadian stunting pada Baduta di desa Sungai Beras Tanjung Kabupaten Jabung Timur Tahun 2021. METODE Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional yang dilakukan pada bulan Januari – Februari 2021. Populasi pada penelitian ini ialah semua anak baduta usia 7-24 bulan di Desa Sungai Beras Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang berjumlah 52 anak yang berusia 7-24 bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Non Probability Sampling dengan menggunakan Teknik Purposive sampling. Dengan jumlah sebanyak 52 responden. Data Riwayat ANC dan Asi eksklusif melalui buku KIA dan buku KMS. Untuk menentukan stunting menggunakan apk who athro. Pengolahan data dilakukan secara univariat, dan bivariat menggunakan uji chi-square dengan perangkat lunak SPSS . HASIL PENELITIAN 1. Uji Univariat a. Distribusi Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-Laki 30 57,7% Perempuan 22 42,3% Total 52 100% Sumber: Data Primer, 2021 Tabel 1 di atas menunjukkan dari 52 responden, jumlah terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah Laki-laki yaitu sebanyak 30 orang (57,7%) sedangkan Perempuan berjumlah 22 orang (42,3%). Tabel 2. Distribusi Karakteristik Usia Baduta (n=52) Umur Dalam Bulan Mean Median Std. Deviation Minimum Maximum 18.85 19.50 3.893 11 24 Sumber: Data Primer, 2021 Tabel 2 di diatas menunjukkan dari 52 responden, jumlah terbanyak berdasarkan usia dalam bulan yaitu usia 22 bulan sebanyak 10 orang (19,2%) sedangkan usia yang sedikit usia 11 dan 16 bulan berjumlah 1 orang (1,9%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Dalam Bulan (n=52) Usia baduta 11-15 bulan 16-20 bulan 21-24 bulan Total Frekuensi 14 16 22 Persen(%) 26,9 30,8 42,3 52 100,0 Sumber: Data Primer, 2021 Tabel 3 menunjukkan kelompok usia baduta antara usia 11-15 bulan sebanyak 14 orang (26,9%), usia 16-20 bulan sebanyak 16 orang (30,8%) dan usia 21-24 bulan sebanyak 22 orang (42,3%). b. Distribusi Variabel Penelitian Tabel 4. Distribusi Variabel Penelitian Karakteristik Responden Frekuensi (n=52) Kejadian Stunting Stunting Normal Porsentase (%) 33 19 63,5 36,5 26 26 50 50 36 69,2 16 30,8 Riwayat ANC Tidak Lengkap Lengkap Asi Eksklusif Tidak Ya Sumber: Data Primer, 2021 Hasil analisis univariat dalam penelitian ini menunjukkan kejadian stunting pada balita dibagi menjadi dua kategori yaitu balita stunting dan normal. Balita dikatakan stunting apabila hasil pengukuran tinggi badan dimasukkan ke dalam standar antropometri maka hasilnya dibawah -2 SD. Dan dikatakan normal apabila hasil pengukuran tinggi badan dimasukkan ke dalam standar antropometri maka hasilnya antara diatas -2 SD. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar baduta mengalami kejadian stunting yaitu sebanyak 33 baduta (63,5%) dan sebanyak 19 baduta (36,5%) yang tidak stunting (normal). sebanyak 26 baduta tidak lengkap Riwayat ANC nya (50,0%), dan 26 baduta lengkap riwayat anc nya (50,0%). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 36 baduta tidak asi eksklusif dengan persentase 69,2% sedangkan yang asi eksklusif hanya 16 baduta dengan persentase 30,8% 2. Uji Bivariat Tabel 5. Hubungan Variabel Riwayat ANC dan Asi Eksklusif terhadap kejadian stunting pada baduta Kejadian Stunting Stunting Normal PR (95%CI) P Value 1,750 (1,1102,760) 0,021 3,222 (1,3587,643) 0,000 Variabel Riwayat ANC Tidak Lengkap Lengkap Asi Eksklusif Tidak Ya Sumber: Data Primer, 2021 n % n 21 80,8 5 19,2 12 46,2 14 53,8 29 4 80,6 25,0 % 7 12 19,4 75,0 Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat disimpulkan variabel riwayat berhubungan dengan kejadian stunting pada baduta dengan nilai p 0,021 dengan nilai PR sebesar 1,750 yang artinya ibu yang tidak melakukan kunjungan anc memiliki risiko 1,750 kali untuk anaknya mengalami kejadian stunting dibandingkan responden dengan ibu yang melakukan kunjungan anc. Pada variabel asi eksklusif diperoleh nilai p pada variabel asi eksklusif yaitu 0,000 (P < 0,05) dengan PR sebesar 3,222 (95%CI=1,358-7,643. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel asi eksklusif memiliki nilai p value yang lebih kecil daripada α (P< 0,05) yang berarti ada hubungan antara asi eksklusif dengan kejadian stunting pada baduta. artinya anak yang tidak mendapat asi eksklusif beresiko 3,222 kali terkena stunting di bandingkan anak yang mendapat asi eksklusif. PEMBAHASAN a. Hubungan Riwayat ANC dengan Kejadian Stunting Hasil analisis membuktikan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara Riwayat ANC dengan kejadian stunting. Proporsi kunjungan ANC Yang tidak lengkap (tidak terstandar) lebih banyak mengalami stunting, yaitu sebanyak 33 baduta (63,5%), sedangkan ibu baduta yang lengkap kunjungan anc nya dan tidak mengalami stunting (Normal) sebanyak 19 baduta (36,5%). Riwayat ANC tidak lengkap kemungkinan memiliki risiko 1,750 kali lebih banyak mengalami kejadian stunting daripada yang tidak stunting pada baduta usia 7-24 bulan (p-value 0,021 < 0,05 dan PR 1,750; CI 95% 1,1102,760). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada balita seperti faktor ibu, faktor balita, dan lingkungan. Ibu mempengaruhi status kesehatan baduta. Dengan demikian, ibu memiliki peranan penting dalam melakukan upaya pencegahan stunting pada baduta Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam mencegah stunting adalah dengan melakukan antental care pada saat masa kehamilan. 10 Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil yang sangat penting dalam menjamin keselamatan ibu dan janin selama kehamilan dan persalinan. Pendekatan pelayanan antenatal ditekankan pada kualitas bukan kuantitas pada saat kunjungan dengan minimal 4 kali kunjungan antenatal care. Yakni 1 kali pada trisemester I, 1 kali pada trisemester II dan 2 kali pada Trisemester III. Untuk memantau keadaaan ibu dan janin dengan seksama , sehingga dapat mendeteksi secara dini kelainan ataupun janin termasuk deteksi terhadap BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat.11 Antenatal care menjadi salah satu penentu yang mendasari gizi balita dengan bukti substansial secara positif mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita. Antenatal care sebagai bagian dari program dalam mencegah stunting yang menyimpulkan bahwa ibu yang rajin melakukan pelayanan antenatal memiliki anak yang lebih sehat.10 Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vita Camelia dkk (2021) didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat kunjungan antenatal care dengan kejadian stunting p=0,003 (P<0,05) Dapat diketahui bahwa ibu yang tidak melakukan ANC sesuai dengan standar memiliki risiko kemungkinan 3,8 kali balitanya mengalami stunting dibandingkan dengan ibu yang melakukan ANC sesuai standar.12 Pelaksanaan ANC sesuai dengan standar pelayanan ANC yaitu “11T” yang dapat menurunkan atau mencegah stunting adalah konseling kesehatan, nutrisi ibu saat hamil dan pemberian ASI eklusif, pengukuran LILA dan tata laksana kasus. Pada saat kehamilan adalah masa 1000 HPK dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan balita dimasa depan.11 Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemeriksaan antenatal yang rutin dengan kejadian stunting. Pemeriksaan antenatal yang rutin dapat mengetahui kesejahteraan janin dan kesejahteraan ibu. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu HK dkk (2019) didapatkan hasil nilai p=0,04 Yang menunjukkan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara Frekuensi ANC ibu memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stunting. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Malka dkk (2021) P=0,033 dan Maulina (2021) P= 0.005. Yang menyatakan bahwa riwayat frekuensi antenatal care berhubungan secara signifikan dengan status gizi balita maupun kejadian stunting. Kunjungan ANC yang tidak teratur dan tidak terstandar berisiko dengan kejadian kelahiran bayi berat badan lahir rendah.BBLR adalah faktor yang berperan dalam terjadinya stunting.13 14 15 16 Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhini dkk (2019) P=0,325, Indah Sari dkk (2021) P=0,412 , Ramadhini (2019) P>0,05, Mulyaningrum dkk (2021) P=0,554. Serta Sutriawan dan Nadhira (2020) P=0,316 didapatkan hasil p-value > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat ANC dengan kejadian stunting pada balita.17 18 19 20 21 Perbedaan penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh tempat pemeriksaan, alat pemeriksaan dan tenaga kesehatan ANC yang nantinya akan berpengaruh sangat besar terhadap kualitas ANC. Berdasarkan penelitian Dharmayanti dkk (2019) bahwa ANC yang ideal dipengaruhi oleh tenaga ANC dan tempat ANC. Pada penelitian Dharmayanti dari berbagai tenaga kesehatan yang ada seperti dokter kandungan, bidan, dokter umum dan perawat, didapatkan ANC ideal lebih tinggi proporsi pada bidan (32,97%) dibandingkan yang lain. Sementara tempat ANC yang mendukung supaya didapatkan ANC yang ideal lebih banyak di poliklinik/ dokter/ bidan praktek. Tempat, alat dan tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan ANC sangat berhubungan satu sama lain.22 Tempat pemeriksaan berpengaruh terhadap kunjungan ANC ibu selama hamil apabila dekat dengan tempat tinggal akan lebih sering ibu melakukan kunjungan, sementara alat dan tenaga kesehatan akan berpengaruh terhadap kualitas ANC yang didapatkan ibu. Apabila alat pemeriksaan tidak sesuai standar maka akan didapatkan hasil yang bias dan penanganan yang diberikan tidak sesuai, maka dari itu hal ini perlu menjadi perhatian oleh tenaga kesehatan dimana tenaga kesehatan harus memiliki ilmu dan keahlian mengenai ANC.22 Deteksi dini stunting bisa dilakukan melalui kunjungan antenatal care secara rutin, untuk mengetahui pertumbuhan janin. Hal ini perlu dilaksanakan, demi menghindari terjadinya pertumbuhan janin yang terhambat. ada dua hal yang perlu diperhatikan selama hamil. Pertama, ibu hamil jangan kekurangan gizi. ibu hamil harus memerhatikan nutrisinya, untuk mencegah stunting pada anak selama masa kehamilan. Ibu hamil harus dalam kondisi tidak undernutrition atau kekurangan gizi Agar ibu hamil tidak kekurangan gizi, maka harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang, serta suplemen yang dibutuhkan selama hamil untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin.12 Zat gizi terbagi menjadi dua, yaitu makro dan mikro. Zat gizi makro berupa karbohidrat, protein dan lemak. Sementara, zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral. Kedua, ibu hamil harus terhindar dari infeksi. Selain persoalan gizi ibu saat kehamilan, pencegahan kedua yang tidak kalah penting adalah mencegah terjadinya infeksi, agar tidak terjadi kelahiran prematur. Karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan secara rutin, agar dapat diketahui apakah pertumbuhan janin sudah sesuai dengan usia.11 Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sungai Beras didapatkan informasi bahwa masih ada ibu yang datang memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan setelah usia kehamilan empat atau tujuh bulan. Ibu kurang akan pengetahuan akan pentingnya kunjungan antenatal care selama masa kehamilan dan Jenis pelayanan kehamilan yang diberikan pada kunjungan tidak terstandar yang didapatkan ibu selama kehamilan adalah lebih banyak dilakukan pemeriksaan tinggi badan dan konseling masalah kehamilan ibu seperti pemberian informasi mengenai gizi, penyakit kronis dan menular, informasi mengenai kelas ibu, HIV/AIDS juga informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan. Rutin melakukan pemeriksaan kandungan adalah hal yang tidak kalah penting dalam mencegah stunting. Pemeriksaan rutin selama hamil bermanfaat untuk memastikan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil cukup dan mendeteksi jika ada komplikasi pada kehamilan. Semakin cepat diketahui, komplikasi kehamilan dapat semakin cepat diatasi.23 b. Hubungan Asi Eksklusif dengan Kejadian Stunting Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asi eksklusif dengan kejadian stunting di Desa Sungai Beras Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2021. Variabel asi eksklusif terbukti berhubungan secara signifikan dengan kejadian stunting pada baduta di Desa Sungai Beras. Pada analisa secara bivariat, anak yang tidak diberi asi eksklusif lebih banyak mengalami stunting, yaitu sebanyak 33 baduta (63,5%), sedangkan anak yang di beri asi eksklusif dan tidak mengalami stunting (Normal) sebanyak 19 baduta (36,5%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahid dkk (2020) didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asi eksklusif dengan kejadian stunting P=0,037 .Dapat diketahui bahwa Hampir seluruhnya balita stunting tidak mendapatkan ASI eksklusif yaitu sebanyak 13 orang (76,5%). Sebagian besar balita tidak stunting tidak mendapat ASI eksklusif yaitu 10 orang (58,8%).10 Asi adalah makanan dan minuman terbaik dan paling ideal untuk bayi dalam masa 6 bulan pertama kehidupan. Asi eksklusif merupakan pemberian asi saja selama 6 bulan pada bayi tanpa diberikan tambahan makanan apapun. 24 Asi merupakan makanan bayi yang paling sempurna, mudah di cerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan dan dapat mencegah stunting. Selain itu, asi mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Asi selalu berada dalam suhu yang tepat , dan dapat mengoptimalkan perkembangan anak.25 Adanya faktor protektif dan zat gizi yang sesuai dalam asi menjamin status gizi bayi dapat optimal sehingga dapat menurunkan kesakitan dan kematian anak.25 Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif bermanfaat terhadap tumbuh kembang anak, sehingga anak yang tidak diberikan ASI secara eksklusif lebih berisiko mengalami stunting dibandingkan anak yang diberikan ASI secara eksklusif .26 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sampe dkk (2020) didapatkan hasil P=0,000 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asi eksklusif dengan kejadian stunting. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Pramata dan Irwandi (2021) P=0,000 ,Sinambela dkk (2019) P=0,000 Serta Nugraheni dkk (2020) P = 0.006 . Yang menyatakan bahwa asi eksklusif berhubungan secara signifikan dengan status gizi balita maupun kejadian stunting. ASI Ekslusif diberikan selama 6 bulan tanpa ada tambahan makanan lain, dan dapat dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun. ASI dapat menurunkan angka kematian bayi. Kandungan ASI yang kaya dengan zat gizi dapat memperkecil risiko bayi terserang penyakit infeksi, penyakit infeksi dapat meningkatkan malnutrisi, sehingga apabila terjadi dalam jangka panjang dapat menganggu absorbsi zat gizi, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya stunting pada anak balita.27 28 29 30 Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwartini dkk (2020) P=0,092, Nova dan Afrianti (2018) P=0,327 , Chyntia dkk (2019) P=0,604 ,Risva dkk (2019) OR: 1,859. Serta Paramashanti dkk (2015) OR=0,99 .Didapatkan hasil p-value > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Asi Eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Karena ASI eksklusif bukan satusatunya penyebab stunting, faktor lain seperti asupan makanan selain ASI karena kebutuhan gizi yang tinggi terutama setelah masa menyusui eksklusif, serta penyakit infeksi. 31 32 33 34 Pencegahan dan deteksi dini stunting tidak cukup hanya saat masa kehamilan. Peran penting orangtua dalam pencegahan stunting masih harus dilakukan setelah melahirkan. Deteksi dini stunting setelah kelahiran bayi, dapat dilakukan secara rutin dengan mengukur berat dan panjang atau tinggi badan bayi Anda. Perlu diperhatikan, pengukuran berat dan panjang atau tinggi badan ini perlu dilakukan setiap bulannya pada usia bayi 0-12 bulan, dan setiap 3 bulan pada usia 1-3 tahun. Selain itu, bayi di bawah usia 6 bulan sebaiknya diberikan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, karena ada banyak manfaat ASI eksklusif yang bisa didapatkan sebagai asupan nutrisi bayi dalam tumbuh kembang dan pencegahan kondisi stunting.30 Nutrisi yang diserap bayi selama dalam kandungan dan memperoleh ASI memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan sebagai orang dewasa saat ini, karena terjadi pertumbuhan otak dan pertumbuhan anak yang sangat pesat. Pertumbuhan bayi masih memungkinkan untuk ditingkatkan selama periode emas 0-24 bulan. Namun, jika kelainan perkembangan anak berlanjut sampai dia berusia dua tahun dan tidak ada terapi yang diberikan, masalahnya tidak akan dapat diubah.34 Salah satu keuntungan ASI eksklusif dapat meningkatkan tumbuh kembang anak, yakni dari segi tinggi badan, karena kalsium ASI diserap lebih efisien daripada ASI pengganti atau susu formula. Akibatnya, jika di bandingkan dengan bayi baru lahir yang diberi susu formula, bayi yang diberi ASI eksklusif cenderung lebih tinggi dan lebih cocok dengan kurva pertumbuhan. ASI lebih tinggi kalsium dan mudah diserap tubuh, memungkinkan pertumbuhan optimal, terutama tinggi badan, dan menghindari stunting.26 Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sungai Beras didapatkan informasi bahwa memang banyak orangtua yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya, dengan alasan ASI yang tidak mau keluar, ASI yang keluar cuma sebelah dan sedikit sehingga mengakibatkan ibu jadi malas memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya dan memilih untuk memberikan susu bantu atau susu formula saja. Hal ini tentu akan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan bayi dikarenakan ASI eksklusif sendiri merupakan faktor protektif terhadap kejadian stunting. Pada dasarnya stunting pada anak tidak bisa di sembuhkan , tapi dapat dilakukan upaya perbaikan gizi dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Anak yang Stunting dapat di intervensi dengan pendekatan psikososial dan pemberian makan anak serta perawatan kesehatan anak untuk memaksimalkan kompetensi kognitifnya pada periode kehidupan berikutnya.10 KESIMPULAN DAN SARAN Riwayat ANC dan Asi Eksklusif merupakan faktor risiko kejadian stunting di Desa Sungai Beras Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Oleh karena itu di sarankan kepada ibu yang mempunyai anak yang sudah stunting lakukan stimulasi dini perkembangan anak, memberikan makanan tambahan (PMT) untuk baduta, rutin memantau perkembangan dan pertumbuhan anak dan memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak. Dan cukupi kebutuhan zat besi, yodium, dan asam folat. Zat besi, asam folat, dan yodium merupakan nutrisi penting yang wajib dipenuhi ibu hamil untuk mencegah stunting. Ibu juga rutin melakukan pemeriksaan kandungan. Rutin melakukan pemeriksaan kandungan adalah hal yang tidak kalah penting dalam mencegah stunting. Pemeriksaan rutin selama hamil bermanfaat untuk memastikan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil cukup dan mendeteksi jika ada komplikasi pada kehamilan. Semakin cepat diketahui, komplikasi kehamilan dapat semakin cepat diatasi. Kemudian setelah bayi lahir, lanjutkan upaya pencegahan stunting dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya. Setelah berusia lebih dari 6 bulan, bayi dapat diberikan tambahan nutrisi berupa makanan pendamping ASI (MPASI). DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. 2020. WHO. WHO Recommendations on Antenatal Care for a Positive Pregnancy Experience: Summary. Highlights and Key Messages from the World Health Organization’s 2016 Global Recommendations for Routine Antenatal Care. World Heal Organ. 2018; UNICEF, WHO, World Bank. UNICEF-WHO-World Bank: Joint Child Malnutrition Estimates 2020 edition – interactive dashboard. Geneva: WHO. 2020. UNICEF/WHO/World Bank Group. Levels and trensds in child malnutrition 2018. Jt Child Malnutrition Estim 2018 Ed. 2018; Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2018. J Chem Inf Model. 2018; Dinkes kab. Tanjung Jabung Timur. Profil Kesehatan Tanjung Jabung Timur 2019. profil kesehatan Tanjung Jabung Timur. 2019. Hutasoit M, Utami KD, Afriyliani NF. Kunjungan Antenatal Care Berhubungan Dengan Kejadian Stunting. Kesehat Samodra Ilmu. 2020;11(1):1–10. Kementrian kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017. Direktorat Gizi Masy. 2017; Helmyati S, Raditya Atmaka D, Utami Wisnusanti S, Wigati M. STUNTING Permasalahan dan Penanganannya. Pertama. Sifa, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Anggota IKAPI; 2019. 1–158 p. Mufdlillah. ANC FOKUS Antenatal Care Fokus. Setiawan A, editor. Yogyakarta: NUHA 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. NEDIKA; 2009. 1–72 p. VitaCamelia, Proborini A, Miftahul J. Hubungan Antara Kualitas & Kuantitas Riwayat Kunjungan Antenatal Care (ANC) Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. J issues midwifery. 2021;100–11. Siallagan D, Rusiana D, Susilawati E. Determinan Stunting Pada Balita Di Puskesmas Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2020. Indones J Midwifery [Internet]. 2021;4:1–16. Available from: http://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijm Rahayu HK, Kandarina BJI, Wahab A. Antenatal care visit frequency of short stature mother as risk factor of stunting among children aged 6 - 23 months in Indonesia ( IFLS 5 Study Analysis ). Indones J Nutr Diet. 2019;Vol. 7:107–13. Malka S, Musni, Fatimah S. Kehamilan dini, antenatal care, asi eksklusif dan pengetahuan gizi terhadap stunting pada balita. J KEBIDANAN. 2020;7(1):59–64. Maulina C, Rachmayanti RD. Risk Factors for Stunting under Two-Year-Old Children in Surabaya. J Promosi Kesehat Indones. 2021;16(1):1–6. Ramadhini N, Sulastri D, Irfandy D. Hubungan Antenatal Care terhadap Kejadian Stunting pada Balita Usia 0-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Tahun 2019. Indones J Heal Sci. 2020;1:246–53. Ramadhini N, Sulastri D, Dolly I. HUBUNGAN ANTENATAL CARE TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 0-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBERANG PADANG TAHUN 2019. J Ilmu Kesehat Indones. 2020;1(3):246–53. Mulyaningrum FM, Susanti MM, Nuur UA. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STUNTING PADA BALITA DI KABUPATEN GROBOGAN. J Keperawatan dan Kesehat Masy STIKES Cendekia Utama Kudus [Internet]. 2021;10:74– 84. Available from: htpp://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id Agung S, Chantika, Nadhira C. KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI UPT PUSKESMAS CITARIP KOTA BANDUNG. J Kesehat Masy Khatulistiwa. 2020;7:79–88. Sari DI, Wahyuni N, Sucipto CD. Hubungan Pengetahuan , Paritas , Pekerjaan Ibu dengan Keteraturan Kunjungan Ibu Hamil untuk ANC selama Masa Pandemi Covid- 19. J Kesehat Prim. 2021;6(1):22–31. Dharmayanti I, Azhar K, Hapsari D, H PS. DIMANFAATKAN IBU HAMIL UNTUK PERSIAPAN PERSALINAN DI INDONESIA Quality Antenatal Care Services Used by Pregnant Women for Childbirth Preparation in Indonesia. J Ekol Kesehat. 2019;18:60–9. Vita Sutanto A, Fitriana Y. Asuhan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru , Perpustakaan Nasional RI: KDT; 2021. 1–303 p. Maryunani A. Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: IN MEDIA ANGGOTA IKAPI; 2017. 1–204 p. Yuliarti N. Keajaiban Asi Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. I. Fiva R, editor. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET (PENERBIT ANDI) YOGYAKARTA; 2010. 1–119 p. Rahayu A, Yulidasari F, Octaviana Putri A, Anggraini L. STUDY GUIDE - STUNTING DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. 1st ed. Hadianor, editor. Yogyakarta: CV Mine; 2018. 1–140 p. Sampe SA, Toban RC, Madi MA. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Pendahuluan. J Ilm Kesehat Sandi Husada. 2020;11(1):448–55. Pratama MR, Irwandi S. HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STUNTING DI PUSKESMAS HINAI KIRI , KECAMATAN SECANGGANG , KABUPATEN LANGKAT. J Kedokt STM (Sains dan Teknol Med [Internet]. 2021;IV(I):17–25. Available from: https://ojsfkuisu.com/index.php/stm/index Pusparani Sinambela D, D vidiasari P, Hidayah N. Pengaruh Riwayat Pemberian Asi 30. 31. 32. 33. 34. Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Teluk Tiram Banjarmasin. Din Kesehat J Kebidanan dan Keperawatan [Internet]. 2019;10(1):102– 11. Available from: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id Nugraheni D, Nuryanto, Sandi Wijayanti H, Panunggal B, Syauqy A. ASI EKSKLUSIF DAN ASUPAN ENERGI BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA USIA 6 – 24 BULAN DI JAWA TENGAH. J Nutr Coll [Internet]. 2020;9:3–10. Available from: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/ Suwartini I, Suci Hati F, Astria Paramashanti B. RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DAN STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI KECAMATAN PAJANGAN DAN PLERET, KABUPATEN BANTUL. J Media Gizi Pangan. 2020;27:37–43. Nova M, Afriyanti O. HUBUNGAN BERAT BADAN, ASI EKSKLUSIF, MP-ASI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN STUNTING PADA BALITA USIA 24±59 BULAN DI PUSKESMAS LUBUK BUAYA Maria. Perintis’s Heal J. 2018;5(1997):47–53. Cyntia, Bikin Suryawan W, Made Widiasa A. Hubungan Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-59 Bulan di RSUD Wangaya Kota Denpasar. J Kedokt Meditek [Internet]. 2019;25(1):29–35. Available from: http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/index Artikel Penelitian%0AHubungan Astria Paramashanti B, Hadi H, Alit Gunawan IM. Pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan dengan stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Indonesia. J Gizi dan Dientetik Indones. 2015;3(1):162–74.